Kritis Pada Lansia
Kritis Pada Lansia
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
SARINI 201901157
RINA 201901153
PENDAHULUAN
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran
sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada
lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan,
2009).
Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia
adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan adalah proses
sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan
ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnose
keperawatan.
Secara umum, sakit dipandang sebagai suatui kondisi yang dialami individu yang gagal
mencapai kesehatan optimum. Sakit akut adalah satu kondisi sakit pada individu yang berhasil
ditangani oleh intervensi atau membaik seiring dengan waktu. Sakit kronis adalah satu kondisi
tidak adanya resolusi proses penyakit. Implikasinya adalah individu akan menderita sakit ini
sampai ia meninggal; tidak ada pengobatan. Karena individu seringkali dapat hidup panjang dan
produktif dengan penyakit kronisnya, haruskah mereka disebut sakit. mungkin sebutan yang
paling tepat adalah kondisi kesehatan kronis. Banyak individu diberbagai komunitas hidup
individual. Pendekatan holistik menekankan pada keterkaitan individual. Apabila ditinjau secara
harfiah, pendekatan ini dapat digunakan untuk menggambarkan individu dengan kondisi
kesehatan kronis. Kesehatan individu seharusnya tidak digolongkan, seperti diabetik, penderita
kanker, skizofrenik, atau individu yang teriunfeksi HIV. Bagaimanapun, perawat dipaksa oleh
pendekatan sistem pelayanan kesehatan untuk cenderung melabel dan mengategorikan kesehatan
individu. Dengan demikian, dalam pembahasan ini, suatu upaya dilakukan untuk
B. Tujuan
Kritis adalah suatu kondisi yang mana pasien dalam keadaan gawat tetapi masih ada
menjadi lebih buruk atau menjadi lebih parah seiring perjalanan waktu. Periodenya mungkin
meliputi seluruh rentang kehidupan atau dalam waktu yang lama. Selama kondisi kesehatan
kronis, mungkin terdapat periode diam yang diikuti oleh periode ekserbarsi/bertambah parahnya
penyakit atau memburuk secara perlahan. Contoh kondisi kesehatan kronis progresif adalah
beberapa jenis kanker yang tumbuh perlahan pada penderitanya dan tidak dapat disembuhkan
serta menyebabkan kematian yang tidak terelakkan. Penyakit paru obstruktif menahun/kronis
ditandai dengan penurunan kapasitas paru yang progresif secara perlahan. Periode gagal jantung
kronis meliputi periode diam dan kontrol terhadap pola serangan akut gagal jantung. Diabetes
ditanggulangi.
Ireversibel: kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan kronis dapat
menyebabkan kematian. Muncul kerusakan yang tidak dapat dikoreksi. Contohnya adalah kanker
pankreas, yang menghancurkan kemampuan klien untuk memproduksi enzim digesti, yang
menyebabkan defisit nutrisi. Terdapat beberapa tipe penyakit ginjal yang pada akhirnya
menyebabkan penyakit gagal ginjal total dan dan dapat merusak sistem utama lainnya seperti
sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular. Penyakit Paru Obstruktif Kronis dapat
menyebabkan penurunan fungsi paru, yang tidak dapat kembali normal/ireversibel. Skizofrenia
dan penyakit hipolar tidak dapat disembuhkan, tetapi keduanya dapat dikontrol; bagaimanapun,
individu yang pernah menderita penyakit ini dalam waktu yang lama dapat mengalami gangguan
Kompleks: kondisi kronis dapat memengaruhi berbagai sistem. Pengaruh dari kondisi
kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas dibandingkan pada saat permulaan
proses. Penderita asma tidak hanya mengalami manifestasi fisik, tetapi mereka sering kali
membatasi aktivitas dalam cara-cara tertentu yang dapat menyebabkan isolasi, sehingga dapat
memengaruhi kesehatan mental dan rekreasional mereka. Depresi adalah sekuel yang sering
ditimbulkan oleh kondisi kesehatan kronis (Davidson & Meltzer-Brody, 1999). Terapi terhadap
kondisi kronis mungkin menimbulkan efek samping, seperti nyeri dan defisit nutrisi yang
menjadi bagian dari kondisinya. Diabetes melitus dapat menyebabkan neuropati; retinopati
menyebabkan kebutaan; masalah sirkulasi menyebabkan amputasi, umumnya terjadi pada kaki
dan tungkai. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal
keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit
yang aktual atau potensial yang mengancam kehidupan (AACN,1989). Lingkup praktik asuhan
keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis,
intensif untuk berbagai masalah kesehatan. Serangkaian gejala memiliki rentang dari pasien yang
memerlukan pemantauan yang sering dan membutuhkan sedikit intervensi sampai pasien dengan
kegagalan fungsi multisistem yang memerlukan intervensi untuk mendukung fungsi hidup yang
terkadang seorang pasien memerlukan bantuan lebih dari satu orang perawat untuk dapat
bertahan hidup. Dukungan dan pengobatan terhadap pasien-pasien tersebut membutuhkan suatu
lingkungan yang informasinya siap tersedia dari berbagai sumber dan diatur sedemikian rupa
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat
menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit terdiri dari: Unit
Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU)
adalah bagian untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan
perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit
perawatan intensif koroner Intensive Care Coronary Unit (ICCU). UGD, ICU, maupun ICCU
adalah unit perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi secara cepat
1. Mengenali ciri-ciri dengan cepat dan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien beresiko
kritis atau pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah perburukan
lebih lanjut dan memaksimalkan peluang untuk sembuh (Gwinnutt, 2006 dalam Jevon dan
Ewens, 2009)
memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical care
without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien tersebut
secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens, 2009).
3. Pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring
penilaian setiap tindakan yang dilakukan.Dengan demikian pasien kritis erat kaitannya
dengan perawatan intensif oleh karena dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis
yang terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007)
4. Sebenarnya tindakan pelayanan kritis telah dimulai di tempat kejadian maupun dalam
waktu transportasi pasien ke Rumah Sakit yang disebut dengan fase prehospital. Tindakan
yang dilakukan adalah resusitasi dan stabilisasi sambil memantau setiap perubahan yang
5. Triage, yakni tindakan pertolongan yang dilakukan untuk melakukan pemilahan korban
dalam keadaan kritis dan kedaruratan. Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus diberi
prioritas utama. Pada bencana alam dimana terjadi sejumlah kasus gawat darurat maka
skenario pengelolaan keadaan kritis harus dirancang sedemikian rupa sehingga pertolongan
memberikan hasil secara maksimal dengan memprioritaskan yang paling gawat dan harapan
D. Definisi Lansia
Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia
lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang
dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia
tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih)
(Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi
orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah
berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60
tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa
dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Badan kesehatan dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah
kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut
usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun.
Menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan
dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan
tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok
umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya
tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri
E. Klasifikasi Lansia
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni :
a. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
1. Hilangnya kesadaran yang diakibatkan oleh beberapa penyakit kronis seperti stroke atau
serangan jantung.
2. Tanda-tanda vital yang tidak wajar seperti frekuensi pernapasan, tekanan darah dan aliran
darah (nadi).
3. Terjadinya infeksi di dalam tubuh seperti sepsis, pneumonia dan tuberculosis paru
4. Mengalami kecelakaan parah seperti terjatuh dari ketinggian, tabrakan saat berkendara atau
5. Pasien penyakit kronis seperti serangan jantung, gagal ginjal dan operasi pembedahan.
G. Tindakan medis yang bertujuan untuk membantu pasien lansia kritis:
1. Pemasangan alat bantu pernapasan. Pemasangan alat medis khusus seperti Endotrakeal Tube
(ETT) melalui hidung dan mulut untuk membantu pernapasan pasien. Selain itu, prosedur
Tracheostomy juga dapat dilakukan dengan membuat lubang pada leher guna memasukkan
2. Prosedur pemberian makan kepada pasien. Ketika pasien lansia masuk ke ruang ICU
tentu harus tetap mendapatkan gizi yang baik untuk menghindari kondisi malnutrisi.
Prosedur pemasangan Nasogastric Tue (NGT) sangat dibutuhkan ketika pasien lansia berada
di ruang ICU. Sebuah selang tipis yang panjang dimasukkan melalui hidung hingga sampai
oleh pasien.
3. Pemasangan alat bantu keluarnya urine. Alat bantu ini disebut dengan kateter urine yang
digunakan dengan cara memasukkan selang fleksibel melalui lubang pada kemaluan.
Pemasangan kateter ini cukup penting untuk mengosongkan kandung kemih dari urin ketika
4. Pemasangan alat rekam jantung. Alat ini disebut dengan Echocardiography yang
berfugnsi untuk merekam detak jantung dan mengindentifikasi terjadinya kebocoran katup
1. Menghormati dan mendukung hak pasien atau pengganti pasien yang ditunjuk untuk
1. Pengkajian
a. Pengkajian budaya
1) Pengkajian keluarga
2) Pemeriksaan Fisik
3) Pengkajian Neurologis
komplianarteri
11) Sistem saraf perifer : peningkatan tremor, penurunan ketrampilan motorik halus.
b. Pengkajian Neurologis
1) Tingkat kesadaran
4) Fungsi motoric
5) Fungsi sensorik
8) Refleks
9) Fungsi batang otak
c. Pengkajian pulmoner
1) Suara pernapasan
2) Suara tambahan
4) Oksigenasi/ventilasi
5) Drainase dada
6) Penghitungan oksigenasi
7) Radiograf dada
d. Pengkajian kardivaskuler
2) Integumen
4) Denyut nadi
5) Bunyi jantung
6) Murmur jantung
7) Tekanan darah
8) Gap auskultasi
9) Pulsus paradoksus
e. Pengkajian Gastrointestinal
1) Bising usus
2) Abdomen
3) Eliminasi usus
5) Drain
f. Pengkajian genitourinari
1) Genitalia
2) Status cairan
3) Kandung kemih
4) Urine
Setelah data dikumpulkan, data dianalisa. Dari pengkajian data dasar, masalah yang
aktual, potensial dan beresiko tinggi diidentifikasi dan diuraikan menurut prioritas sesuai
dengan kebutuhan keperawatan pasien kritis. Hal ini mungkin merupakan masalah yang
kompleks disebabkan oleh beratnya kondisi pasien. Prioritas paling tinggi diberikan pada
mencegah komplikasi.
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Intervensi :
atau suction.
5) Pertahankan kepatenan jalan nafas (posisi kepala dan leher netral anatomis, cegah
fleksi leher)
Intervensi :
3) Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, sperti fungsi bicara jika klien sadar.
4) Berikan posisi kepala ditinggikan sedikit dengan posisi netral (hanya tempat tidurnya
Intervensi :
1) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi
2) Perhatikan pergerakan dada pasien, amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu, serta
2) Bersihkan luka bila ada luka dengan teknik steril dan bersihakan min. 2 kali sehari
pus.
3) Pantau perdarahan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Perawat unit kritis merawat pasien lansia yang jumlahnya meningkat. Sebagai akibatnya
ada kebutuhan untuk memahami hubungannya dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada
proses penuaan normal. Semua proses fisiologi berhubungan dengan proses penuaan. Meskipun
gangguan ini progresif, tetapi tidak selalu tanpak atau bersifat patologis. Oleh karena itu pasien
B. Saran
Kelompok lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik maupun dari segi
mental. Kerja Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapakan bisa berlangsung
secara komprehansif dan holictik untuk proses penatalaksanaan klien dengan lanjut usia.
Sehingga lansia dapat menjalani proses menua dengan kualitas hidup seoptimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Dossey, B. M., Cathie E.G., Cornelia V. K. (1992). Critical care nursing: body-mind-
Emergency Nurses Association. (2000). Emergency Nursing Core Curriculum. (5th ed.).
Sale, Mary L., Marilyn L.L., Jeanette C.H. ( ). Introduction to critical care nursing.