2. SINOPSIS
Diana yang merasa hidupnya datar dan tidak bermakna, kini merasakan
banyak perubahan sejak mengenal Astrid, anak pindahan yang memiliki
minat di bidang perfilman . Bersama dengan Astrid, Diana merasakan
pengalaman baru yang menyenangkan dalam kehidupannya. Terutama
sejak Astrid menjadi anggota Teater Wong Suci, yang merupakan
langkah awal bagi dirinya untuk menekuni bidang perfilman. Banyak
keseruan yang terjadi selama kebersaman mereka di Teater Wong Suci.
Apa saja keseruan yang dirasakan oleh Diana ? Serta apakah akhirnya
impian Astrid mampu mewujudkan keinginannya itu? Temukan
jawabannya dalam buku Tentang Astrid ini.
3. UNSUR INTRISTIK
1) Tema : Persahabatan
2) A. Tokoh Utama : Diana dan Astrid
B. Tokoh Pembantu : Mamah Diana, Clara ( Mamah Astrid
)
Farhan ( Papah Astrid ), Wawan,
Marffela, Lidia.
3) Penokohan :
Karakter
a. Diana :
1.Pendiam : “ Dikelas pun aku sangat sepi, tidak banyak
mengeluarkan suara, seolah-olah aku adalah komplek kuburan
pronggol jam 12 malam, malam Jum’at Kliwon.”
2. Datar : “ Kehidupan datarku yang seolah tidak berarti itu berjalan
selama 1 tahun.”
3.Introvet (tertutup) : “ Pergaulanku biasa saja dan tidak seperti
perempuan sesuatu.”
4. Cuek : “Karena sebelum Astrid datang ke sekolah ini, Aku adalah
orang yang sangat cuek, dan tidak mau terlibat hal-hal yang
merepotkan.”
5. Baik Hati : “ Iya gak apa-apa lagian kan kamu baru disini jadi
sewajarnya aku nganter dn nemenin kamu”
6.Pendengar Yang Baik : “Mendengarkan segala cerita Astrid tentang
mimpinya dan kenapa dia tertarik dengan bidang perfilman.”
b. Astrid :
1. Periang : “Kalau aku, sangat tertarik ke dunia perfilman”
2. Baik Hati : “Oh iya, kalau gitu sekalian aja kita beli pakean buat
kamu, nanti aku yang bayar.”
c. Mamah Diana
1. Perhatian : “ Diana kamu habis darimana sayang ? Tumben telat
pulang. Mamah kuatir kamu kenapa-kenapa , baru aja mamah mau
nelfon ke sekolah buat nanyain kamu.”
d. Wawan
1. Playboy : “ Jantungku meloncat keluar dan bertebaran menjadi
kepingan bunga yang saja menerpa tubuhmu. Selamatkan aku
dengan cara menjadi jantung di kehidupanku Astrid. Agar aku bisa
tetap hidup dan kau selalu ada di dekatku.”
g. Marffela :
1. Tegas dan Ramah : “Marffela seolah memiliki dua kepribadian
,maksudnya saat dia tengah menjadi ketua teater dan dia sedang
dalam keadaan santai ini tidak berbeda seperti remaja pada
umumnya.”
h. Lidia :
1. Pemarah : “Hei, jangan kurang ajar ya, Diana . Aku tanya serius.”
4. Latar / Setting
a. Latar tempat
Sekre Teater Wong Suci
“... Saat itu kami tengah menunggu di luar sekre teater Wong Suci... ’’
Gedung Serba Guna (GSG)
“... Gladi resik diadakan di gedung serbaguna milik sekolah atau biasa
disebut gsg...”
Sumedang
“...Saat itu Teater Wong Suci diundang untuk tampil di Sumedang
dalama acara malam kesenian tahunan di kota itu...”
Rumah Sakit
“...Astrid langsung mendapat penanganan begitu tiba di rumah sakit...”
Rumah Astrid
“...Siang itu seperti biasa aku berada di rumah Astrid...”
Yogyakarta
“....Karena kini tiba saatnya kami menuju Yogyakarta...”
Rumah Makan
“...Rumah makan ini cukup luas...”
Ruang BP
“...Sampai di ruang BP...”
Kelas
“...Saat kami kembali ke kelas ...”
Kantin Sekolah
“...Kami melakukan kegiatan ini di kantin sekolah ...”
Gerbang Sekolah
“... Seketika aku berlari sekencang-kencangnya menuju gerbang
sekolah ...”
b. Latar Waktu
Pagi hari
“...Pagi harinya kami bangun...”
Siang
“...Siang itu seperti biasa ...”
Malam
“...Pengunjung dapat melihat pemandangan malah hari...”
c. Latar Suasa
Menegangkan
“...Karena untuk pertama kalinya aku merasa tegang...”
Gembira
“...Kami berdua pulang kerumah masing masing dengan perasaan
gembira...”
Kecewa
“...Sampai akhirnya satu persatu penonton mulai beranjak darii tempatnya
dengan hati kecewa..”
Kesal
“....iya,lagian aku gak marah Cuma kesel aja liat kamu ketawa sampai
kaya gitu...”
Ragu
“...Aku Cuma ngerasa ragu aja...”
Bingung
“...Aku bingung tidak tahu harus berbuat apa ...”
Sejuk
“...Hari yang cerah dan terasa sejuk saat aku dibawa ke taman bunga oleh
lelaki itu...”
“Aku terlahir dengan nama Diana Nurlaila , biasa dipanggil Diana oleh
keluarga dan teman-temanku.”
7. Gaya Bahasa
Hiperbola
“Seolah-olah aku adalah komplex kuburan pronggol jam dua belas
malam”
“Bila aku diumpamakan kuburan pronggol malam jum’at kliwon,tentu
saja Astrid adalah Grage Mall hari Minggu pukul sebelas siang”