Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH MIKROBIOLOGI

Chromobacterium violaceum

DISUSUN OLEH :
1. NURUL KHOLIFAH 1943057049
2. RAHMAH NURFAHANUM 1943057042

Dosen Pengampu : Dra. Lilih Riniwasih K.,M.Farm.,Apt

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul “Chromobacterium violaceum”. Makalah ini berisikan
informasi mengenai Chromobacterium violaceum.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 10 Januari 2020

Penyusun
I
PENDAHULUAN

Chromobacterium, menyebabkan pembusukan pada daging dan ikan. Jika dipandaang


dari manfaatnya, jenis bakteri pembusuk bersifat menguntungkan, misalnya membusukkan
sampah-sampah organik sehingga alam sekitar kita tidak penuh sampah. Selain itu, dari
sampah organik dapat diuraikan menjadi senyawa anorganik yaang dimanfaatkan oleh
tumbuhan dan menyuburkan tanah. Hal itu dapat dipahami pada pembuatan pupuk kompos
dan pupuk kandang. Akan tetapi, jika bakteri pembusuk itu bekerja pada makanan yang
masih dimanfaatkan manusia maka bakteri tersebut bersifat merugikan. Contoh bakteri
pembusuk yang merugikan manusia, antara lain :
- Enterobacter aerogenes, menyebabkan kerusakan paada sir susu sehingga berlendir
dan berbutir-butir.
- Chromobacterium, menyebabkan pembusukan pada daging dan ikan.
- Erwinia carotovora, menyebabkan pembusukan pada sayuran dan buah-buahan.

Untuk menghindari pembusukan makanan yang disimpan akibat aktivitas bakteri pembusuk
maka perlu dilakukan pengawetan (preservasi). Cara-cara pengawetan makanan, misalnya :
- Pengeringan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air di dalam makanan sehingga
aktivitas bakteri untuk membusukkan makanan dapat dihindari dan tidak dapat
dipakai untuk pertumbuhannya.
- Pendinginan di bawah suhu optimum bakteri sehingga enzim yang bekerja di dalam
tubuh bakteri tidak aktif. Misalnya, dimasukkan dalam lemari es atau diberi es.
- Pengemasan, pemanisan, dan penggaraman dengan tujuan konsentrasi larutan yang
terdapat di luar tubuh baakteri lebih besar dari pada cairan plasma dalam tubuh
bakteri. Oleh karena itu, cairan dalam tubuh bakteri akan keluar (lisis) dan tidak
mampu berbiak.
- Pengasapan dengan menggunakan gas etilen oksida dan propilin oksida.
- Sterilisasi dengan pemanasan pada suhu di atas 100oC atau pasteorisasi dengan
pemanasan pada suhu 60oC dalam waktu ± 15 menit. Dengan sterilisasi diharapkan
semua bakteri dan sporanya mati. Akan tetapi, dengan pasteurisasi hanya bakteri
patogen saja yang mati, sedangkan protein yang terkandung di dalam bahan makanan
tidak rusak.
- Radiasi dengan menggunakan sinar radioaktif, seperti sinar gamma, sinar-X, dan sinar
ultraviolet.

Bakteri Chromobacterium violaceum adalah bakteri fakultatif anaerob, gram negatif


dan berbentuk batang serta memproduksi pigmen warna ungu yang disebut violacein. Infeksi
pada manusia masih jarang terjadi. C.violaceum dapat menyebabkan selulitis, abses kulit,
sepsis dan abses organ terutama di paru-paru hati dan limfa.

Chromobacterium violaceum adalah coccobacillus non-sporing, Gram-negatif ,


anaerob fakultatif . Ini motil dengan bantuan flagel tunggal yang terletak di kutub
coccobacillus. Biasanya, ada satu atau dua flagela lateral juga. Ini adalah bagian dari flora
normal air dan tanah di wilayah tropis dan sub-tropis dunia. Ini menghasilkan antibiotik alami
yang disebut violacein , yang mungkin berguna untuk pengobatan usus besar dan kanker
lainnya. Ia tumbuh dengan cepat pada agar nutrien, menghasilkan koloni cembung rendah
halus dan khas dengan kemilau logam violet gelap (karena produksi violacein). Beberapa
strain bakteri yang tidak menghasilkan pigmen ini juga telah dilaporkan. Ia memiliki
kemampuan untuk memecah tarbal.
II
Chromobacterium violaceu

2.1 Bakteri Chromobacterium violaceum

Chromobacterium violaceum adalah bakteri fakultatif anaerob, gram-negatif dan


berbentuk batang serta berpigmen ungu. Bakteri ini umumnya ditemukan di daerah beriklim
tropis dan subtropis, pada air dan tanah juga pada manusia dan hewan (bila terjadi infeksi).
Bakteri ini merupakan satu-satunya spesies Chromobacterium yang bersifat patogen pada
manusia. Ketika ditumbuhkan di media agar darah, mac conkey agar, atau nutrient agar,
bakteri ini mempoduksi pigmen warna ungu yang disebut violacein. Pigmen ini tidak larut
dalam air dan memiliki aktivitas antibiotik yang dapat membuat sel ini resisten terhadap
fagositosis oleh protozoa (antibiotik dihasilkan bila bakteri ini ditumbuhkan pada media yang
mengandung triptofan). C violaceum juga memproduksi antibiotik lain yaitu aerocyanidin
yang berfungsi menghambat aktivitas in vitro bakteri gram-negatif dan gram-positif yang
lain.

Chromobacterium violaceum

Blood agar plate culture of C.


violaceum. Image from the
CDC.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Bacteria
Filum: Proteobacteria
Kelas: Betaproteobacteria
Ordo: Neisseriales
Famili: Neisseriaceae
Genus: Chromobacterium
Spesies: C. violaceum
Nama binomial
Chromobacterium violaceum
(Schröter 1872)

2.2 Morpologi
Gambar 1. Morfologi Bakteri Chromobacterium violaceum
Sumber : http://www.atcc.org/products/all/31532.aspx
Klasifikasi :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Protoebacteria
Class : Betaproteobacteria
Ordo : Neisseriales
Family : Neisseriaceae
Genus : Chromobacterium
Spesies : Chromobacterium violaceum

Chromobacterium violaceum adalah bakteri yang bersifat anaerob fakultatif, termasuk


gram negatif dan berbentuk batang serta berpigmen ungu. Bakteri ini umumnya ditemukan di
daerah beriklim tropis dan subtropis, pada air dan tanah juga pada manusia dan hewan (bila
terjadi infeksi). Bakteri ini merupakan satu-satunya spesies Chromobacterium yang
bersifat patogen pada manusia. Ketika ditumbuhkan di media agar darah, mac conkey agar,
atau nutrient agar (NA), bakteri ini mempoduksi pigmen warna ungu yang disebut violacein.
Pigmen ini tidak larut dalam air dan memiliki aktivitas antibiotik yang dapat membuat sel ini
resisten terhadap fagositosis oleh protozoa (antibiotik dihasilkan bila bakteri ini ditumbuhkan
pada media yang mengandung triptofan).
Violacein adalah pigmen ungu yang tersusun dari L-triptofan dan molekul oksigen.
Chromobacterium violaceum dapat melakukan quorum sensing. Quorum sensing adalah
fenomena di mana sel-sel melakukan beberapa jenis tindakan hanya pada populasi tertentu.
Hal Ini adalah jenis komunikasi yang digunakan oleh sel-sel yang memungkinkan sel untuk
mengambil tindakan tertentu ketika populasi tumbuh melampaui batas. Chromobacterium
violaceum hanya dapat menginfeksi manusia melalui asupan air atau makanan laut yang
terkontaminasi.
2.3 Isi Biokimia

C. fermentasi glukosa , trehalosa , N- asetilglukosamin dan glukonat memfermentasi


tetapi tidak L- arabinosa , D- galaktosa , atau D- maltosa . Ini positif untuk reaksi katalase
dan oksidase. Isolat bakteri dalam banyak kasus dapat menunjukkan resistensi tingkat tinggi
terhadap berbagai antibiotik.

2.4 Signifikansi Medis

C. violaceum jarang menginfeksi manusia, tetapi ketika itu terjadi itu menyebabkan
lesi kulit, sepsis , dan abses hati yang mungkin berakibat fatal. Kasus pertama yang
dilaporkan dari infeksi Chromobacterium violaceum pada manusia dalam literatur berasal
dari Malaysia pada tahun 1927. Hanya 150 kasus telah dilaporkan dalam literatur sejak saat
itu. Hingga saat ini, kasus telah dilaporkan dari Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Kuba,
India, Jepang, Nigeria, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Amerika Serikat, dan Vietnam. Cara
masuk bakteri yang paling umum ke dalam tubuh adalah melalui kulit yang terluka yang
bersentuhan dengan tanah atau air yang mengandung bakteri. Penyakit ini biasanya bermula
sebagai infeksi terbatas pada kulit pada titik masuknya bakteri, yang berkembang menjadi
nekrotikan lesi metastasis, kemudian beberapa abses pada hati, paru-paru, limpa, kulit,
kelenjar getah bening, atau otak, menyebabkan septikemia berat, yang memuncak pada
kegagalan multiorgan yang mungkin berakibat fatal. Patologi lain yang dilaporkan termasuk
granulomatosis kronis, osteomielitis, selulitis, diare, spondilitis septik, konjungtivitis, infeksi
periorbital dan okular. Harus diperhatikan karena Burkholderia pseudomallei umumnya salah
diidentifikasi sebagai C. violaceum dengan banyak metode identifikasi umum. Keduanya
mudah dibedakan karena B. pseudomallei menghasilkan koloni berkerut besar, sedangkan C.
violaceum menghasilkan pigmen violet yang khas.

C. violaceum menghasilkan sejumlah antibiotik alami:

 Aztreonam adalah antibiotik monobaktam yang aktif terhadap bakteri aerob gram
negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa . Itu dipasarkan sebagai Azactam .
 Violacein aktif melawan amuba dan tripanosom ;
 Aerosianidin aktif terhadap organisme Gram-positif ;
 Aerocavin aktif terhadap organisme Gram-positif dan Gram-negatif .
Telah digambarkan sebagai penyebab infeksi pada owa.

2.5 Perawatan

Infeksi yang disebabkan oleh C. violaceum jarang terjadi, oleh karena itu tidak ada uji
klinis mengevaluasi perawatan yang berbeda. Antibiotik yang telah berhasil digunakan untuk
mengobati C. violaceum termasuk pefloxacin , ciprofloxacin , amikacin , dan kotrimoksazol.
Antibiotik lain yang tampaknya efektif secara in vitro termasuk kloramfenikol dan tetrasiklin.
Untuk alasan teoretis, infeksi tidak akan diharapkan untuk menanggapi penisilin ,
sefalosporin , atau aztreonam , meskipun karbapenem seperti meropenem atau imipenem
mungkin dapat bekerja. Meskipun bakteri dilaporkan resisten terhadap sefalosporin generasi
pertama, kerentanan terhadap sefalosporin yang lebih baru adalah variabel.

2.6 Genom

Genom lengkap diurutkan dan hasilnya diterbitkan pada tahun 2003. C. strain tipe
violaceum ATCC 12472 ditemukan memiliki 4.751.080 pasangan basa dengan kandungan G
+ C 64,83% dan 4.431 ORFs.

III
KESIMPULAN

1. Chromobacterium, menyebabkan pembusukan pada daging dan ikan.


2. Jika bakteri pembusuk itu bekerja pada makanan yang masih dimanfaatkan
manusia maka bakteri tersebut bersifat merugikan.
3. Contoh bakteri pembusuk yang merugikan manusia, antara lain Enterobacter
aerogenes, Chromobacterium, dan Erwinia carotovora
4. Untuk menghindari pembusukan makanan yang disimpan akibat aktivitas bakteri
pembusuk maka perlu dilakukan pengawetan (preservasi).
5. Cara-cara pengawetan makanan, misalnya : pengeringan, pendinginan di bawah
suhu optimum bakteri, pengemasan, pemanisan, dan penggaraman, pengasapan,
sterilisasi dengan pemanasan pada suhu di atas 100oC atau pasteorisasi dengan
pemanasan pada suhu 60oC dalam waktu ± 15 menit, dan radiasi dengan
menggunakan sinar radioaktif.
6. Bakteri Chromobacterium violaceum adalah bakteri fakultatif anaerob, gram
negatif dan berbentuk batang serta memproduksi pigmen warna ungu yang disebut
violacein.
7. C.violaceum dapat menyebabkan selulitis, abses kulit, sepsis dan abses organ
terutama di paru-paru hati dan limfa.
8. Chromobacterium violaceum adalah coccobacillus non-sporing, Gram-negatif ,
anaerob fakultatif .

KATA PENUTUP

Demikian yang kami dapat paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Terima kasih pada semua pihak yang membantu. Teman-teman, Ibu Lilih
selaku dosen Mikrobiologi yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini dengan sumber-sumber yang membantu dalam melengkapi materi makalah ini.
Kami banyak mengharapkan para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis
khususnya, dan juga para pembaca yang budiman sekalian.

Jakarta, 10 Januari 2020

Penyusun

DAFTAR PUSTAKA

Kodach LL, Bos CL, Durán N, MP Peppelenbosch, Ferreira CV, Hardwick JC (2006).
"Violacein secara sinergis meningkatkan sitotoksisitas 5-fluorouracil, menginduksi apoptosis
dan menghambat transduksi sinyal yang dimediasi Akt dalam sel kanker kolorektal manusia".
Karsinogenesis

Itah AY, Essien JP (2005). "Profil Pertumbuhan dan Potensi Hidrokarbonoklastik


Mikroorganisme yang Diisolasi dari Tarballs di Teluk Bonny, Nigeria". Jurnal Dunia
Mikrobiologi dan Bioteknologi

M Ravish Kumar. (2012). " Chromobacterium violaceum : Bakteri langka yang diisolasi dari
luka di kulit kepala" . Int J Appl Basic Med Res

Slesak, G; Douangdala, P; Inthalad, S; Silisouk, J; Voungsouath, M; Sengduangphachanh, A;


et al. (2009). "Septicemia Chromobacterium violaceum Fatal di Laos utara, sebuah tes
oksidase yang dimodifikasi dan analisis G6PD keluarga forensik post-mortem" . Ann Clin
Microbiol Antimicrob

Anda mungkin juga menyukai