Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI……………….………………………………………………………………..1

PENDAHULUAN………….……………………………………………………………….2

DERMATITIS POPOK

A. Definisi………….……..……………………………………………………….....3

B. Sinonim…………………..………………………………………………………..3

C. Etiologi………………………………………………………………………….....3

D. Epidemiologi……………...….…………………………………………………….3

E. Patogenesis………………….….………………………………………………….3

F. Gejala Klinis………….………………………………………………………........4

G. Diagnosis Banding ………….…………………………………………………….5

H. Diagnosis ……….….…..……………..……………………………………………5

I. Penatalaksanaan…….……………...………………………………………………..5

J. Prognosis…………..……………………………………………………………......6

LAPORAN KASUS………………………………………………………………………….7

DISKUSI………………………………………………………………………………………8

GAMBAR KASUS……………………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA…..………………………………….…………………………………
10

Davidtuan Andartua Sihombing


RSU Pirngadi Medan Page 1
2012
DERMATITIS POPOK

PENDAHULUAN

Dermatitis popok, sama dengan dermatitis lainnya, yang menandakan dermatitis pada
daerah tertentu.(1) Dermatitis popok adalah semua erupsi yang terjadi di area yang tertutup
oleh popok dan dapat disebabkan akibat penggunaan popok. (2) Lepasnya ureum karena kerja
enzim bakteri di feses dapat menyebabkan dermatitis di glutea, paha atas, perut bagian
bawah, yang disebut dermatitis popok (nappy rash).(3)

Perjalanan penyakit melalui anamnesis dan gambaran klinis sangat penting untuk
menegakkan diagnosa.(2) Keluhan yang biasanya dikemukakan adalah bayi tak nyaman serta
rewel. Gambaran klinis berupa eritema yang ditemui di daerah sekitar kemaluan dan bokong.
(2,4)
Infeksi sekunder pada dermatitis popok dapat disebabkan oleh Candida albicans dan
Staphylococcus aureus, mikroorganisme ini tidak berperan langsung dalam infeksi primer,
akan tetapi beberapa peneliti masih mempercayai bahwa Candida albicans merupakan faktor
primer dalam terjadinya dermatitis popok (4)

Penatalaksanaan dermatitis popok meliputi pencegahan dan pengobatan. Pada


pencegahan meliputi penggantian popok, menjaga higine kulit area popok, menghindari
bahan-bahan tertentu (yang bisa menyebabkan iritasi ataupun alergi), pemakaian salep
pelindung.(4) Pengobatan pada dermatitis popok tergantung dari derajat keparahan dan agen
penyebabnya. Dermatitis popok derajat sedang hingga berat umumnya memerlukan
antifungal topikal. Kombinasi dengan menggunakan kortikosteroid topikal potensi ringan
juga perlu dipertimbangkan pada kondisi tertentu.(5)

Davidtuan Andartua Sihombing


RSU Pirngadi Medan Page 2
2012
DEFINISI

Dermatitis popok adalah iritasi kulit yang meliputi area popok yaitu lipat paha, perut
bawah, paha atas, pantat dan anogenital.(2,3,4,5)

SINONIM

Dermatitis popok iritan, eksim popok, napkin dermatitis, diaper dermatitis, diaper
rash, nappy rash.(4)

ETIOLOGI

Etiologi dermatitis popok bersifat multifaktorial. Faktor pencetus awal adalah kontak
jangka panjang dengan bahan tertentu dan meningkatnya kelembaban kulit akibat urin dan
feses. Keadaan ini dapat menyebabkan gesekan kulit, lebih mudah merusak barier kulit dan
meningkatnya reaktivitas untuk terjadinya iritasi kulit. (1) Faktor predisposisi lainnya yang
dapat menyebabkan terjadinya dermatitis popok adalah panas, peningkatan pH kulit, iritasi
kimiawi, superinfeksi dari Candida serta bakteri.(1,2,4,5,6)

EPIDEMIOLOGI

Kelainan ini sangat sering dijumpai pada bayi dan anak, namun kelainan ini dapat
juga dijumpai pada orang dewasa yang menggunakan popok.(1,5) Dermatitis popok juga dapat
terjadi pada orang tua dengan paralisis, inkontinensia urin dan pasien terbaring lama (stroke).
(4)

Dermatitis popok secara konservatif banyak diobati oleh orangtuanya sehingga


prevalensinya diperkirakan 7-35% bayi yang pernah menderita dermatitis popok, paling
banyak menyerang usia 9-12 bulan, umumnya usia kurang dari 2 tahun.(4)

PATOFISIOLOGI

Popok bersifat oklusif sehingga menghambat penguapan dan kulit menjadi lembab,
memudahkan maserasi dan mempermudah proliferasi mikroorganisme serta lebih mudah
terjadi trauma gesekan. Kulit yang lembab mempunyai kerentanan yang lebih tinggi terhadap
gesekan, sehingga lebih mudah lecet apabila terkena gesekan karet popok atau celana plastik
pada permukaan kulit.(4,6) Saat kulit terlalu basah akan lebih mudah terjadi abrasi/infeksi, dan

Davidtuan Andartua Sihombing


RSU Pirngadi Medan Page 3
2012
stratum korneum menjadi lebih permeabel terhadap bahan tertentu.(2,4,6) Adanya kenaikan
suhu di area popok karena popok menghambat penguapan hilangnya panas. Peningkatan suhu
ini berakibat vasodilatasi dan memacu inflamasi.(4)

Gambar 1. Patofisiologi dermatitis popok.(4)

GEJALA KLINIS

Dermatitis popok memberikan gejala klinis berupa bercak kemerahan, lembab dan
kadang bersisik pada daerah bokong dan genitalia yang lebih menonjol. Kelainan ini dapat
tidak bergejala hingga terasa perih pada kelainan yang luas.(5)

Predileksi tempat terjadinya iritasi pada dermatitis popok dibagi menjadi 2 bentuk,
yaitu: bentuk convexities dermatitis (daerah W, yaitu area cembung bokong, perut bawah,
pubis) dan bentuk creases dermatitis (daerah Y, yaitu area cekungan lipatan inguinal, lipatan
gluteal, perineum, perianal).(4)

Davidtuan Andartua Sihombing


RSU Pirngadi Medan Page 4
2012
Jika telah terjadi superinfeksi oleh Candida (Candida Diaper Dermatitis), akan
menunjukan gejala bercak merah yang mengkilat, papul-papul, dan plak yang umumnya
terjadi pada lipatan kulit. Kadang dijumpai juga bercak keputihan pada mukosa mulut.(1,5)

DIAGNOSIS BANDING

1. Kandidiasis
2. Dermatitis seboroik
3. Eritrasma(1,2,6)

DIAGNOSIS

Perjalan penyakit melalui anamnesis dan gambaran klinis sangat penting untuk
menegakkan diagnosa.(2)

Pemeriksaan laboratorium penunjang seperti KOH 10%, diperlukan untuk


menentukan apakah ada superinfeksi dengan Candida albicans dan pemeriksaan gram
diperlukan untuk mengetahui superinfeksi dengan bakteri seperti Staphylococcus.(2)

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dermatitis popok meliputi pencegahan dan pengobatan. Pada


pencegahan meliputi penggantian popok, menjaga higine kulit area popok, menghindari
bahan-bahan iritatif, dan pemakaian salep pelindung.(4)

Edukasi orangtua sangatlah penting dalam penatalaksanaan dermatitis popok,


terutama tentang bagaimana higine penggunaan popok.(1) Mengganti popok setiap kali buang
air kecil / buang air besar, bersihkan dengan air hangat, bila perlu dengan sabun dan bilas
bersih lalu keringkan.(4)

Pengobatan pada dermatitis popok tergantung dari derajat keparahan dan agen
penyebabnya.(5)

Untuk dermatitis popok ringan maka dapat dilakukan:

1. Higine bayi, terutama kebersihan popok.


2. Olesi krim atau salep atau lotion khusus yang melindungi kulit yang sedang
meradang terhadap kontak dengan bahan tertentu dan mengurangi gesekan,
kandungan bahan zink oksida biasa digunakan dengan konsentrasi 10-15%.

Davidtuan Andartua Sihombing


RSU Pirngadi Medan Page 5
2012
3. Bila kulit basah, kompres dahulu selama ½ - 1 jam, 2 – 3 kali sehari sampai
kulit kering. Bahan kompres memakai larutan garam (satu sendok teh garam
dalam 0,5 L air atau menggunakan larutan garam fisiologi NaCl 0,9%), lalu
diangin-anginkan biar kering dan olesi lotion atau krim pelindung.(4)

Dermatitis popok derajat sedang hingga berat umumnya memerlukan antifungal


topikal. Kombinasi dengan menggunakan kortikosteroid topikal potensi ringan juga perlu
dipertimbangkan pada kondisi tertentu.(5)

Karena absorbsi perkutaneus yang tinggi pada daerah yang inguinal dan sekitarnya,
maka penggunaan steroid topikal (hidrokortison 1-2,5%) harus dibatasi dengan penggunaan
jangka pendek (3-7 hari).(1)

Bila terdapat infeksi Candida albicans maka diberi anti jamur seperti nistatin,
klotrimazol, mikonazol dan dapat ditambah steroid.(1,5)

PROGNOSIS

Prognosis pada dermatitis popok baik jika penyebabnya bisa teratasi dengan sempurna
dan teratur dalam pengobatan, bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi
pada dermatitis kronis dan berkembang menjadi lebih parah.(1,2)

Davidtuan Andartua Sihombing


RSU Pirngadi Medan Page 6
2012
Laporan Kasus

Telah datang seorang pasien bayi perempuan bernama Anindya Humara, berumur 7
bulan, suku Jawa, agama Islam, dibawa orangtuanya berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSU Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 02 Oktober 2012, dengan keluhan
utama (alloanamnesis) berupa bercak kemerahan yang disertai rasa gatal di kedua lipatan
paha dan daerah kemaluan sejak ± 1 bulan yang lalu. Awalnya berupa bercak berwarna
merah di daerah kemaluan dan meluas ke bagian lipatan paha. Bercak kemerahan ini disertai
rasa gatal. Ibu os mengoleskan baby oil pada bercak kemerahan tersebut, namun bercak
kemerahan tersebut tidak juga hilang, sehingga ibu os memutuskan untuk membawa os
berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Pirngadi Medan. Sehari-
hari menggunakan popok.

Riwayat penyakit keluarga tidak dijumpai. Riwayat penyakit terdahulu tidak


dijumpai. Riwayat pemakaian obat yaitu baby oil.

Pada pemeriksaan fisik, dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada
pemeriksaan dermatologis dijumpai ruam berupa makula eritem dan papul-papul eritem.
Lokalisasinya regio vulvovaginalis dan regio inguinal dextra et sinistra.

Berdasarkan alloanamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis banding pasien ini
adalah dermatitis popok, kandidiasis vulvovaginitis, eritrasma, dermatitis seboroik.
Sedangkan diagnosis sementara pada pasien ini adalah dermatitis popok.

Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menjaga higine pasien (terutama
kelembaban daerah yang tertutup popok), menghindari pajanan bahan iritan secara terus
menerus serta menghindari garukan. Penatalaksanaan secara khusus pada pasien ini adalah
dengan pemberian obat topikal yaitu: Thecort (miconazol nitrat 2%, hydrocortisone 1%) di
oles 1 x sehari.

Prognosis pada pasien ini baik, apabila orang tua pasien dapat menjaga higine pasien
dengan menjaga kelembaban di daerah yang tertutup popok serta mematuhi pengobatan yang
telah diberikan.

Davidtuan Andartua Sihombing


RSU Pirngadi Medan Page 7
2012
DISKUSI

Diagnosis dermatitis popok pada pasien ini ditegakkan berdasarkan alloanamnesa dan
pemeriksaan fisik. Dimana pada alloanamnesa di jumpai keluhan utama berupa bercak
kemerahan yang disertai rasa gatal dikedua lipatan paha dan kemaluan sejak ± 1 b ulan yang
lalu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menjelaskan diagnosis dermatitis popok
keluhan utamanya berupa bercak kemerahan yang ditemui di daerah yang tertutupi popok.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, maka diagnosa banding pada
pasien ini adalah dermatitis popok, kandidiasis vulvovaginitis, eritrasma, dermatitis seboroik,
dan dermatitis atopi.

Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menjaga higine pasien (terutama
kelembaban daerah yang tertutup popok), menghindari pajanan bahan iritan secara terus
menerus serta menghindari garukan.. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa penatalaksanaan umum pada dermatitis popok adalah menjaga higine bayi terutama
kebersihan popok dan ketraturan penggantian popok jika sudah basah.

Secara khusus penatalaksanaan terapi topikal : Thecort (miconazol nitrat 2%,


hidrocortison 1%) dioles 1 x sehari. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan
bahwa penatalaksanaan secara khusus adalah pengobatan topikal, untuk mengatasi
peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal. Steroid topikal yang digunakan adalah
golongan yang lemah yaitu hidrokortison 1 – 2,5%, serta dapat dikombinasikan dengan
antifungal topikal.

Prognosis pada pasien ini adalah baik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwah prognosis pada dermatitis popok baik jika penyebabnya bisa teratasi
dengan sempurna dan pasien teratur dalam pengobatan, bila bahan iritan penyebab dermatitis
tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna dan tidak teratur dalam pengobatan, maka
prognosisnya kurang baik.

Davidtuan Andartua Sihombing


RSU Pirngadi Medan Page 8
2012
Davidtuan Andartua Sihombing
RSU Pirngadi Medan Page 9
2012
DAFTAR PUSTAKA

1. Chang MW, Orlow SJ. Neonatal, Pediatric & Adolescent Dermatology. Dalam: Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI, dkk (editor). Fitzpatrick’s Dermatology General Medicine.
Edisi Ketujuh. McGrawHill.USA:2008. h.942-946.
2. Serdaroglu S, Ustunbas TK. Diaper Dermatitis (Napkin Dermatitis, Nappy Rash).
Dalam: Journal of the Turkish Academy of Dermatology. Diunduh dari:
http://www.jtad.org/2010/4/jtad04401r.pdf (2010)
3. Harahap M. Dermatitis Kontak. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates.
Jakarta: 2000. h.22-26.
4. Handaryati L. Uji Banding Salep Ketokonazol 2% dan Seng Oksida 10% Pada
Dermatitis Popok. Diunduh dari http://www.eprints.undip.ac.id/14794/1/2003FK665.pdf
(2003)
5. Silmiaty I. Dermatitis Popok. Diunduh dari: http://www.mitrakeluarga.com/cibubur/?
p=832 (2012)
6. Friedlander SF, Eichenfield LF, Leyden J, dkk. Diaper Dermatitis: Appropriate
Evaluation & Optimal Management Strategies. Dalam: Contemporary Pediatrics,
April 2009. Diunduh dari: http://www.modernmedicine.com/.../article.pdf (2009)

Davidtuan Andartua Sihombing


RSU Pirngadi Medan Page 10
2012

Anda mungkin juga menyukai