04 - Handout Teori Kinetika Reaksi
04 - Handout Teori Kinetika Reaksi
(3)
Dasar: Reaksi hanya dapat berlangsung jika molekul-molekul reaktan saling bertumbukan.
Namun demikian, tidak setiap tumbukan akan menghasilkan reaksi. Hanya tumbukan yang
berhasil atau efektif saja yang akan menghasilkan reaksi.
Tumbukan yang berhasil (efektif):
Jika tersedia jumlah energi yang cukup dan orientasi (atau posisi) yang tepat untuk
memutuskan atau memecahkan ikatan dan membentuk ikatan kimia yang baru.
Tinjaulah sebuah reaksi homogen: A + B produk reaksi ... (1)
Kecepatan reaksi (1) yang dilambangkan dengan r, atau yang juga merupakan jumlah tumbukan
efektif per satuan waktu, dapat dinyatakan sbb.:
r=P. z.f ... (2)
dengan: P faktor ruang (faktor probabilitas, faktor sterik). Faktor ini menunjukkan fraksi
tumbukan dengn orientasi yang tepat. Untuk penyederhanaan, sering kali diambil
harga: P = 1
z jumlah tumbukan per satuan volume per satuan waktu
f fraksi tumbukan yang efektif, dengan tingkat energi yang cukup.
Perhatikan gambar di bawah ini! Dalam sebuah sistem reaksi homogen terdapat molekul-molekul
reaktan A dan B (yang dianggap berbentuk bola dengan diameter masing-masing sebesar d A dan dB)
yang terdistribusi secara acak. Sebuah molekul A bergerak dengan kecepatan tertentu dan
menumbuk sebuah molekul B yang diam.
B
dB B
B
A dA
A B dAB
z d ⎜8RT A B
⎟ CA CB ... (3)
AB
⎝ M A MB ⎠
RT
f e E ... (4)
⎛ M M ⎞ 2 E
1
Maka: 2 ... (5)
r dA ⎜8 R T A B
⎟ e R
CA C B
⎝ M A M B ⎠
Faktor frekuensi
tumbukan (atau faktor concentration-dependent term
faktor pre- eksponensia
eksponensial) l
Contoh:
Gunakan teori tumbukan untuk memprediksi kecepatan reaksi spesifik (k) dari reaksi dekomposisi
hidrogen iodida: 2 HI H2 + I2 pada suhu 321,4oC. Asumsikan diameter tumbukan = 3,5 Ao
-8
(= 3,5.10 cm) dan energi aktivasi reaksi = 44000 kal/mol. Evaluasi juga, berapakah harga faktor
frekuensi tumbukan yang dihasilkan!
Penyelesaian:
MA = MB = MHI = 128 Ea = E = 44000 kal/mol
-8
dAB = 3,5 . 10 cm T = 321,4oC + 273 = 594,4 K
R = 8,314 J/mol.K = 8,314 .107 erg/mol.K = 1,987 kal/mol.K
⎛ ⎞ 1
2
M M 2 E
k d A ⎜8 R T A B
⎟ e RT
B ⎝ M A M B ⎠
⎛ 2 ⎞ 12 44000
k ( 3 ,5.10 8 )2 ⎜ 8 .( 8 ,314 .10 ). ( 594 , ⎟ ( 1 ,987 ) ( 594 ,4 )
7
4)
⎝ e
128 ⎠
k = 1,7 . 10-10 e-37,4 cm3/molekul.detik
Untuk mengubah satuan k menjadi liter/mol.detik, maka angka yang diperoleh di atas harus
dikalikan bilangan Avogadro (= 6,02.1023 molekul/mol) dan dibagi dengan 1000, sehingga:
k 6 , 23
1,7.10
1
0 .e 37 , 02.10 11
.
37 ,
4 liter / mol.det ik
4 . 1,02.10 5,7.10
6
1000 e
Dengan demikian, harga kecepatan reaksi spesifik (k) pada kasus ini sebesar 5,7.10-6
liter/mol.detik dengan faktor frekuensi tumbukan (A) sebesar 1,02.1011 liter/mol.detik.
TEORI KOMPLEKS AKTIF (KEADAAN TRANSISI)
Menurut teori ini, reaksi diawali dengan tumbukan antara molekul-molekul reaktan. Sebelum
membentuk produk reaksi, molekul-molekul yang bereaksi membentuk kompleks teraktifkan yang
berada dalam keadaan kesetimbangan termodinamika dengan molekul reaktan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan teori kompleks aktif:
Molekul-molekul memiliki energi vibrasi, rotasi, dan translasi.
Tumbukan antar reaktan menghasilkan kompleks aktif (keadaan transisi), kemudian
terdekomposisi menghasilkan produk.
Kompleks aktif berkesetimbangan dengan reaktan.
Tahap yang mengendalikan kecepatan reaksi (rate limiting step) adalah tahap dekomposisi
kompleks aktif menjadi produk.
Tinjau reaksi homogen : A + B produk reaksi ... (1)
Jika reaksi tersebut mempunyai mekanisme 2 tahap sebagai berikut:
(i) Tahap pembentukan kompleks aktif AB* dari reaktan A dan B:
A+B AB* (K*) ... (8)
(ii) Tahap dekomposisi/penguraian AB* menjadi produk reaksi:
AB* produk reaksi (lambat) ... (9)
Karena AB* berkesetimbangan dengan reaktan, maka konsentrasi AB* ditentukan dari konstanta
kesetimbangan reaksi tahap (i). Kecepatan reaksi overall ditentukan dari kecepatan dekomposisi
AB*, karena merupakan rate limiting step (tahap yang berlangsung paling lambat).
Tahap (ii) lambat, sehingga menentukan atau mengendalikan kecepatan reaksi:
r = CAB* ... (10)
Tahap (i) cepat dan mencapai kesetimbangan, maka dalam term aktivitas a:
K* aAB* AB* CAB*
... (11)
aA aB A CA CB
B
maka A B
: CAB K AB C AC B ... (12)
* *
Substitusikan (12) ke (10) menghasilkan: A B
r K CA CB ... (13)
*
AB
Berdasarkan pendekatan termodinamika pada keadaan kesetimbangan: G* R T ln K ... (14)
*
atau:
K* e ... (15)
RT
G*
Besarnya : k T
Bh ... (17)
dengan: kB konstanta Boltzmann (= 1,38.10-16 erg/K) h
konstanta Planck (=6,624.10-27 erg.detik)
k T
Substitusikan (17) ke (16), maka: r B A G* R
e CA CB ... (18)
h
B
AB T
atau: k T A S*
e H*
RT
A CB
r Bh e ... (21)
B
C
AB R
Faktor frekuensi
concentration-dependent term
tumbukan (atau faktor
faktor pre- eksponensia
eksponensial) l
k k BT A B S* H*
eR eR T
h AB
Jika gas-gas dianggap sebagai gas ideal, maka: A = B = AB* = 1
( 1,38.1016 erg / K ) (780 K ) 2 ,5 1,98756900 ( 1,987 ) ( 780 )
sehingga: k ( 1 ) e e
6 ,624.10 27 erg.det ik
k = 1,625.1013 3,535 . e-36,84
k = 5,744.1013 . 1,00.10-16
k = 5,744.10-3 detik-1
Jadi, k = 5,744.10-3 detik-1, dengan faktor frekuensi tumbukan
⎛
⎜ 8 R T M A M B ⎟⎞
2
2
2. Tumbukan d T½ E
M AM B ⎠ R T
⎝
Kompleks aktif (atau
AB
k B T A B S* R
e H*
3. h ABe T
keadaan transisi)
e RT
Berdasarkan perbandingan tersebut di atas, terlihat bahwa harga k dapat dinyatakan dalam
persamaan umum:
m
k A' T e Ea
RT [0 m 1] ... (22)
m
dengan: A' T = A = faktor frekuensi tumbukan (faktor pre-eksponensial) ... (23)
Perhatikan bahwa:
Pada persamaan Arrhenius, harga A tidak dipengaruhi oleh suhu (atau, m = 0)
Pada teori tumbukan, harga A sebanding dengan suhu dipangkatkan ½ (atau, m = ½)
Pada teori kompleks aktif, harga A sebanding dengan suhu pangkat 1 (atau, m = 1)
Pada versi yang lebih kompleks, harga m dapat berada pada rentang: 0 m 3 sampai dengan 4
RT
Sungguhpun demikian, pada umumnya faktor eksponensial ( e Ea ) jauh lebih sensitif
m
terhadap adanya perubahan suhu dibandingkan dengan faktor pre-eksponensial ( A' T ).
Dengan demikian, persamaan (22) dapat dianggap identik dengan persamaan Arrhenius:
k A eEa
RT ... (24)
Kesimpulannya: Teori atau hukum Arrhenius memberikan pendekatan yang cukup baik tentang
kebergantungan harga konstanta kecepatan reaksi terhadap suhu (berdasarkan
teori tumbukan dan teori kompleks aktif).
Contoh:
Suatu reaksi mempunyai energi aktivasi sebesar 65 kJ mol-1. Kecepatan reaksinya pada suhu 100oC
adalah 7,8 x 10-2 mol L-1 detik-1. Dengan persamaan Arrhenius:
(a) pada suhu berapakah kecepatan reaksinya menjadi sepersepuluh dari kecepatan pada 100oC?
(b) hitunglah kecepatan reaksi pada 20oC, jika data-data yang lain tetap.
(Coba kerjakanlah sendiri contoh soal ini sebagai latihan! Untuk mengecek hasil perhitungan
Saudara, jawaban soal ini: (a) T = 336 K (atau 63oC), dan (b) Kecepatan pada 20oC (293 K) = 2,6
x 10-4 mol L-1 detik-1)
Dengan kata lain: Kecepatan reaksi yang tinggi dapat dicapai pada suhu tinggi, harga Ea kecil,
harga A besar, dan/atau konsentrasi reaktan yang besar dalam tahap penentu
kecepatan reaksi.