wibowo jabatino
290212
Disusun Oleh:
WIBOWO JABATINO S
(12.05.0115)
PROGRAM DIPLOMA IV
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Laporan PKL II : Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq.) di PT. Samukti Karya Lestari
Kebun Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli
Selatan Sumatera Utara.
NIM : 12.05.0115
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat-nya
sehingga Laporan Praktek Kerja Lapangan II ini berhasil dikerjakan dan diselesaikan tepat
waktu. Laporan PKL II ini disusun berdasarkan pedoman PKL II Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan beserta kegiatan Praktek dilakukan penulis yang ada dilapangan.
Dengan selesainya laporan PKL II ini, penulis mengucapkan terimakasih atas
bimbingan dan petunjuk untuk PKL II, kepada yang terhormat :
1. Ir. Galuh Banowati, M.Sc., selaku Pudir Politeknik LPP.
2. Hartini SP., M. Sc., selaku Ketu Program Studi BTP D IV.
5. Ayah dan Ibu tersayang yang selalu memberikan dan restu kepada penulis
6. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam
penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, namun penulis berharap agar
laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang bermanfaat bagi laporan ini. Semoga laporan PKL II ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan........................................................................... 64
2. Saran..................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 65
LAMPIRAN................................................................................................. 66
DAFTAR TABEL
Table 1. Kegiatan teknis budidaya...............................................................7
Table 2. Spesifikasi tanaman kayu untuk ditumbang..................................10
Table 3. Tahapan pembasmian lalang serta waktu aplikasinya...................12
Tabel 4. Kebutuhan kecambah berdasarkan jarak tanam.............................23
Tabel 5. Dosis pemupukan di Pre Nursery..................................................27
Table 6. Ukuran polybag..............................................................................30
Tabel 7. Jenis dan dosis insektisida..............................................................33
Tabel 8. Jenis dan dosis insektisida..............................................................33
Tabel 9. Jenis dan dosis insektisida..............................................................34
Tabel 10. Nama produk fungisida dan bahan aktif yang terkandung.......... 34
Tabel 11. Dosis pemupukan pada pembibiitan Main Nursery..................... 37
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis yang
tergolong dalam famili palmae. Tanaman ini berasal dari dataran Afrika dan mulai dikenal di
Indonesia sejak tahun 1848. Tanaman kelapa sawit sebagai tanaman industri mulai
diusahakan secara komersil di Indonesia sejak 1991. Berdasarkan hasil penelitian kondisi
iklim dan keadaan tanah wilayah Sumatera Utara dianggap cocok untuk pengembangan
tanaman kelapa sawit.
Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan Indonesia, di karenakan
nilai ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati
terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa,
dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha,
sedangkan tanaman yang lainnya hanya menghasilkan minyak nabati sebanyak 4-4,5 ton/ha
(Sunarko,2007).
Sekarang ini prospek dari kelapa sawit sangat menguntungkan hal ini disebabkan
karena hasil akhir dari pengolahan kelapa sawit seperti minyak goreng memiliki nilai
ekonomi yang sangat tinggi. Oleh karena itu sangatlah baik jika mahasiswa pertanian
melakukan praktek kerja lapangan di perusahaan yang memiliki perkebunan kelapa sawit dan
salah satu perusahaan tersebut adalah PT Samukti Karya Lestari yang terletak di Kabupaten
Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Kesempatan untuk memperoleh suatu pekerjaan selain
ditentukan oleh pengetahuan berupa teori yang diberikan di bangku perkuliahan, juga harus
didukung oleh banyaknya pengalaman di lapangan. Perkuliahan yang dilaksanakan hanyalah
merupakan rangkaian kegiatan proses belajar yang berupa materi-materi, keterangan dan
penjelasan tanpa adanya pengalaman langsung tentang apa dan bagaimana sesungguhnya
kegiatan yang berlangsung di lapangan. Oleh karena itu diperlukan adanya PKL yang
bertujuan untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan gambaran kepada mahasiswa
tentang bagaimana sesungguhnya realita dunia kerja yang akan dimasuki setelah lulus
sarjana. Dengan adanya Peraktek Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan nantinya para lulusan
sarjana dapat menciptakan usahanya sendiri dan tidak sekedar melamar atau mencari
pekerjaan.
B. TUJUAN
1. Umum
Setelah selesai melaksanakan Praktek Kerja Lapangan II, mahasiswa diharapkan
a) Dapat menghayati kehidupan dan system kerja di kebun.
b) Dapat memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan teknis
budidaya tanaman tahunan.
2. Khusus
a) Mengetahui dan mempraktekkan tahapan pekerjaan pada budidaya tanaman tahunan
disesuaikan dengan jadwal kegiatan/ pekerjaan yang ada di kebun.
b) Terampil dalam melakukan pekerjaan kebun yang besifat teknis budidaya.
BAB II
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
Teknis budidaya dilokasi PKL II yaitu di PT. Samukti Karya Lestari kebun Muara
Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakna
adalah.
Table 1. Kegiatan teknis budidaya.
No Jenis Kegiatan Ada Tidak Ada
1. Pemilihan Lahan √
2. Persiapan Lahan √
3. Pembibitan √
a. Pengadaan bahan tanaman √
b. Pembibitan √
1. Pre-nursery √
2. Main Nursery √
4. Penanaman √
5. Pemeliharaan √
a. TBM √
b. TM √
6. Panen dan Pengangkutan √
A. PEMBUKAAN LAHAN
1. LAND CLEARING
Defenisi dari Land Clearing adalah kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan sampai
dengan lahan tersebut siap ditanami dengan tanaman perkebunan ataupun pertanian yang
bertujuan untuk mencari keuntungan dari kegiatan berkebun ataupun bertani tersebut.
Kegiatan Land clearing ini dilakukan bertujuan menyiapkan areal siap tanam untuk
menunjang pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan memudahkan dalam pengelolaan kebun.
Beberapa faktor yang menentukan kualitas perolehan produksi antara lain adalah
a. Jenis tanah.
b. Iklim
c. Kualitas bibit
d. Kultur teknis agronomi termasuk teknis pembukaan dan persiapan lahan untuk tanam sawit.
Mutu dan ketepatan persiapan lahan akan mempengaruhi beberapa hal antara lain:
a. Biaya pembukaan dan persiapan lahan.
b. Biaya kemudahan dan mutu penanaman kelapa sawit.
c. Masa dan perawatan tanaman sebelum menghasilkan.
d. Produksi TBS yang akan diperoleh sepanjang tahun awal dan berikutnya.
e. Biaya pemeliharaan dan perawatan pada waktu tanaman belum menghasilkan dan sewaktu
tanaman menghasilkan.
Persiapan pembukaan lahan sebaiknya dimulai 4 bulan sebelum tahun program,
sehingga tersedia waktu 16 bulan untuk menyelesaikan program persiapan untuk tanaman.
Semua tahapan perkerjaan agar disusun secara sistematis dan satu sama lain tidak saling
menghambat. Didalam penyusunan “time schedule” tersebut faktor yang perlu
diperhitungkan ialah: iklim, tenaga kerja, alat dan bahan.
2. Psifera
Persentase mesocarp terhadap buah besar sekali. Namun tinti kecil bahkan relatif tidak
ada, cangkang tipis relatif tidak ada. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa
menyilangkan dengan jenis yang lain.
3. Tenera
Persentase mesocarp terhadap buah cukup besar 60-70%, cangkang cukup tipis 0,4-0,5
mm kandungan minyak tinggi 22-26% dari tandan buah segar.
Berdasarkan warna buah varietas kelapa sawit dibedakan menjadi :
1. Nigrescens adalah buah yang berwarna hitam dan berubah warna menjadi orange kehitaman
pada waktu masak. Jenis ini pada umumnya di tanam.
2. Virescens adalah buah sawit yang berwarna hijau pada saat muda dan akan berubah menjadi
orange pada waktu masak.
3. Albescens adalah buah yang berwarna keputihan pada saat muda dan akan berubah menjadi
kekuningan pada saat masak.
Balai penelitian yang menghasilkan jenis bibit unggul terdiri dari negara Malaysia,
Indonesia, Papua New Guinea, Costa Rica dan beberapa negara lainnya. Di PT. Samukti
Karya Lestari untuk pengadaan bibit sendiri di dapat dari PT. Socfindo dan juga PT. Tunggal
Yunus Etate ( socfin dan topas) untuk varietasnya adalah :
Socfin : 1. Dura Deli x Psifera Yagambi
2. Dura Deli x Psifera La Me
Topaz : 1. Dura Deli x Psifera Ghana
2. Dura Deli x Psifera Nigeria
3. Dura Deli x Psifera Avros
Untuk pemesanan kecambah kita harus mengetahui luas areal yang akan ditanami
kemudian megetahui populasi perhektar yang diinginkan kecambah juga ditambahkan 25%
untuk afkiran dan 5% untuk sisipan.
Tabel 4. Kebutuhan kecambah berdasarkan jarak tanam.
6. Pemupukan
Pemupukan di pre nursery dilakukan apabila bibit telah berumur
± 3 minggu atau daun pertama sudah keras. Pemupukan dilakukan melalui daun. Jadwal
pemupukanadalah sebagai berikut:
Tabel 5. Dosis pemupukan di Pre Nursery
Minggu Jenis dan dosis Larutan
ke
3 0,075 gr Urea 30gr+60liter air bagi 400 bibit
4 0,5 gr NPK 200gr+60liter air bagi 400 bibit
15:15:6:4+TE
5 1,0 gr NPK 400gr+60liter air bagi 400 bibit
15:15:6:4+TE
6 1,0 gr NPK 400gr+60liter air bagi 400 bibit
15:15:6:4+TE
7 1,5 gr NPK 600gr+60liter air bagi 400 bibit
15:15:6:4+TE
8 1,5 gr NPK Granular per bibit
15:15:6:4+TE
Dosis aplikasi minggu kedelapan dilanjutkan sehingga bibit di baby polybag nantinya
dapat dipindahkan ke large polybag.
Untuk membantu pertumbuhan vegetatif tiap minggu dapat menggunakan:
a. Umur 4 minggu – 6 minggu
Aplikasi: Urea 6 gram + 15 liter air untuk 100 bibit
Atau pupuk cair jenis ATONIK/BAYFOLAN dengan dosis 1ml + 1liter air untuk 100 bibit.
b. Umur 7 minggu – 12 minggu
Aplikasi: Pupuk cair jenis ATONIK/BAYFOLAN dengan dosis 14 gram + 15 liter air untuk
50 bibit.
7. Penyiraman
Untuk penyiraman di pembibitan pre nursery sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari,
yakni sekitar pukul 07:00 – 10:00 dan pukul 16:00 – 18:00. Penyiraman dapat tidak
dilakukan apabila pada hari bersangkutan telah terjadi hujan dengan curah hujan lebih dari
10mm. Apabila curah hujan kurang dari 10mm maka penyiraman perlu dilakukan hingga
mencapai 10mm. Kebutuhan air untuk satu bibit pada umur 0-3 bulan adalah 1 liter per bibit,
umur 3-6 bulan kebutuhan airnya adalah 2 liter per bibit, dan 6-12 bulan kebutuhan airnya
adalah 3 liter per bibit.
8. Seleksi Bibit
Pelaksanaan seleksi tidak boleh dikompromi atau dilakukan dengan perasaan. Seleksi
harus dilakukan oleh staf yang bertanggung jawab, dalam hal ini mnimal level asisten.
Apabila meragukan, bibit ini harus diberitanda untuk dapat diperiksa lebih lanjut oleh atasan
atau staff yang memiliki keahlian dan lebih berpengalaman. Bibit yang sudah dipastikan tidak
bagus harus langsung dimusnahkan. Untuk itu diharapkan untuk dicatatan dan segera
dilaporkan semua bibit yang diafkirkan atau dimusnahkan. Tahapan seleksi dilakukan
sebanyak tiga kali yakni seleksi pendahuluan dilakukan pada waktu penerimaan kecambah,
seleksi kedua dilakukan pada saat umur bibit telah mencapai 4 minggu setelah penanaman,
dan seleksi ketiga dilakukan pada saat umur bibit telah mencapai umur 12 minggu atau
sebelum dipindah ke large polybag.
Seleksi pendahuluan yakni seleksi kecambah yang abnormal untuk di pisahkan dari
kecambahan yang baik/bagus. Keputusan untuk membuang kecambah yang tidak baik harus
diputuskan oleh asisten bibitan dan tugas ini tidak boleh di berikan ke mandor atau karyawan.
Adapun kriteria kecambah yang yang abnormal adalah sebagai berikut:
a. Belum jelas radicula (berwarna putih) dan atau plumula ( berwarna kuning)
b. Radicula atau plumula yang busuk
c. Ada pertumbuhan jamur pada kecambah.
d. Bentuk yang tidak normal atau plumula dan radicula yang patah
Seleksi kedua dan ketiga dilakukan setelah bibit telah berumur 4 minggu untuk seleksi
kedua dan umur 12 minggu untuk seleksi ketiga tujuan seleksi kedua dan ketiga memiliki
tujuan yang sama yakni mengafkirkan atau memisahkan bibit yang :
a. Pucuk bengkok dan daun berputar. Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh penanaman
kecmbah yang terbalik atau faktor genetik (twistedshoot)
b. Daun lalang atau daun sempit (narrow leaf or grass leaf)
c. Daun menyempit dan tegak (stump or little leaf)
d. Daun menyempit dan tegak (acute or erect leaf)
e. Daun yang menggulung (rolled leaf)
f. Daun yang berkerut atau keriput (crinkle leaf)
g. Daun melipat (collante)
h. Bibit kerdil (stunted)
i. Chimaera. Penyakit ini menyebabkan sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah
pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dari jaringan
yang normal.
j. Bibit yang terkena serangan hama dan penyakit. Bibit yang terkena serangan, bercak daun
yang disebabkan oleh jamur corvalaria dan penyakit antracnose yang disebabkan oleh jamur
antara lain Botriodiplodia, Melanconium elaidis, dan Glomerella singulata harus diafkir.
Pembibitan main nursery dapat dilakukan apabila umur bibit di baby polybag telah
mencapai 3-4 bulan atau 4-5 helai daun penuh. Transplanting polybag, baik baby polybag
sebelum dipindahkan maupun large polybag (setelah dipindahkan) harus dilakukan dengan
hati-hati. Pemindahan tidak boleh dilempar, namun harus diletakkan dengan perlahan diatas
tanah.
Table 6. Ukuran polybag
Umur bibit (bulan) Ukuran polybag dibentangkan (cm)
9 -12 38 x 45 atau 35 x 50
12 – 18 45 x 60 atau 50 x 60
18 -24 60 x 75
Tabel 10. Nama produk fungisida dan bahan aktif yang terkandung
Penyakit pada daun Bahan aktif Nama produk
Cercospora, phythopthora Mancozeb Dithane M-45 80
WP
Fusarium, gleosporium Manzate 200
Cercosprora, fusarium
Helminthosporium
Chlorothalonil
Phytopthora
Anthracnose Daconil 75 WP
Cercospora, fusarium Benomyl
Cercospora Hexaconazole Anvil 50 SC
Semua peralatan yang sudah digunakan di bibitan seperti alat semprot, ember, takaran,
pengaduk harus dipisahkan dan disimpan terpisah dari peralatan yang lain. Hal ini untuk
memastikan tidak dipergunakan untuk kegiatan penyemprotan pupuk daun maupun
pengendalin hama dan penyakit.
Pengendalian gulma dipembibitan dalam baby maupun large polybag dilakukan secara
manual setiap bulan sampai bibit cukup umur untuk dipindahkan. Gulma didalam polybag
tidak diperbolehkan dikendalikan menggunakan herbisida. 1 HK dapat menangani 3500 bibit
dalam menangani gulma.
Apabila ada gulma antara jalur large polybag, pengendaliannya dapat dilakukan dengan
penyemprotan herbisida Eagle atau Round Up dengan dosis 2-2.5 liter per hektar blanket
(konsentrasi 0.5%) dengan menggunakan sprayer lengkap dengan polijet kuning/ULV 200
dan posisinya harus lebih renda dari permukaan large polybag pada saat semprotan. Untuk
herbisida pratumbuh dapat menggunakan ametyne, prometyne,diuron, linuron dan triziane
0,3-0,5% (nozel polijet merah). Sedangkan penyemprotan herbisida purna tumbuh dapat
menggunakan paraquat 0,3% atau glyphosate 0,4-0,7% dan fluroxypyr 0,05-0,1% (nozel
polijet biru). Nozel dapat diproteksi dengan sebagian potongan dari berkas tabung herbisida.
Semaksimal mungkin semprotan dilakukan pada pagi hari 1 jam setelah penyiraman air bila
tidak ada angin. Apabila angin terlalu kencang semprotan perlu dihentikan. Tindakan ini
harus diawasi dengan ketat. Setelah perlakuan semprot herbisida dilakukan penyiraman pada
sore hari tidak perlu dilakukan. Dipembibitan tidak dibenarkan melakukan penyemprotan
dengan 2,4 D Amine atau translokasi herbisida yang lain tanpa konsultasi dengan RC
setempat. Kegiatan pembersihan gulma dapat dilakukan 2 hingga 3 kali dalam sebulan.
Gulma juga dapat dicegah dengan meletakkan mulsa cangkang kelapa sawit diatas tanah
dalam polybag. Peletakkan mulsa itu harus sendiri harus menutupi permukaan tanah didalam
polybag hingga ketebalan 2.5 cm namun tidak boleh hingga menyentuh bibit itu sendiri,
sebaiknya berjarak 1 cm dari bibit itu sendiri.
6. Pemupukan
Penggunaan bibit dalam large polybag menggunakan compound granular Fertilizer.
Tabel 11. Dosis pemupukan pada pembibiitan Main Nursery
Umur bibitan ( Minggu) Pupuk (per bibit)
9 3.5gr 15/15/6/4 + TE
10 3.5gr 15/15/6/4 + TE
12 07gr 15/15/6/4 + TE
14 07gr 12/12/17/2 + TE
16 07gr 12/12/17/2 + TE
18 07gr 12/12/17/2 + TE
20 07gr 12/12/17/2 + TE
22 07gr 12/12/17/2 + TE
24 7.5gr 12/12/17/2 + TE + 10gr kieserite
26 10gr 12/12/17/2 + TE
28 15gr 12/12/17/2 + TE
30 15gr 12/12/17/2 + TE
32 15gr 12/12/17/2 + TE
34 20gr 12/12/17/2 + TE + 15gr kieserite
36 20gr 12/12/17/2 + TE
38 25gr 12/12/17/2 + TE
40 25gr 12/12/17/2 + TE
42 30gr 12/12/17/2 + TE + 20gr kieserite
44 30gr 12/12/17/2 + TE
46 30gr 12/12/17/2 + TE
48 30gr 12/12/17/2 + TE
C. PENANAMAN
1. Pola Tanam
Pola tanam biasanya berbentuk segitiga sama sisi. Panjang sisi (jarak tanam) harus
dibuat se-optimal mungkin, sehingga setiap individu tanaman mendapat ruang lingkungan
yang memadai dan seragam untuk mendapatkan produksi per hektar yang maksimal selama
satu siklus hidup.
Jarak tanam tergantung dari:
1) Iklim/ lingkungan sekitar : jenis tanah, topografi, cahaya matahari dan air. Kekurangan salah
satunya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi.
2) Jenis bibit : leaf area index akan menentukan populasi pohon. Jenis Avros tidak dapat
ditanam dengan kerapatan tinggi karena lebar daunnya hampir 5-6 m. Berbeda dengan
compact clone ASD dapat ditanam dengan populasi 170-200 per hektar karena panjang
pelepah daunnya kurang dari 5 m.
3) Kebijakan manajemen : kebijakan sistem tanaman, pemupukan dan praktek agronomi
banyak mempengaruhi tumbuhan dan produksi.
Dari pengalaman umum pada penanaman kelapa sawit :
1) Tanaman segitiga adalah sistem terbaik untuk sawit.
2) Jarak antara pohon seharusnya horizontal.
3) Angka optimal pohon per hektar bervariasi pada asal/ keturunan bibit, umur dan lingkungan.
4) Kompetisi antara pohon memulai berbeda umur dengan environment (lingkungan) yang
berbeda.
5) Produksi yang stabil dicapai pada umur 10 tahun sesudah tanam.
6) Umumnya untuk tanah mineral, posisi tanaman yang optimal 136-148 pokok/ha (makin
subur tanah makin rendah populasi per ha). Untuk tanah gambut populasi tanaman sekitar
160 pokok/ha.
Panjang sisi (jarak tanam) ditentukan dengan rumus :
S= 107,46/ populasi/ ha
Dimana :
S : panjang sisi segitiga sama sisi
Pop/ha : jumlah pokok kelapa sawit/ ha
2. Memancang
1. Tujuan memancang
a. Memberikan tanda - tanda untuk pembuatan lubang tanam, sesuai populasi yang
direncanakan.
b. Sebagai pedoman untuk pembuatan sarana (jalan), parit, teras/tapak kuda, menanam
kacangan.
2. Organisasi memancang
Setiap tim pancang terdiri dari 5 orang, yaitu :
a. 1 orang tukang teropong.
b. 2 orang tukang pancang.
c. 2 orang tukang tarik tali.
3. Bahan dan alat
Berikut ini ialah peralatan yang dibutuhkan:
a. Kompas.
b. Abney level/ clinometer.
c. Kayu pancang (pancang induk dan anak pancang).
d. Tali rami/ bambu atau kawat.
4. Teknis memancang
a. Areal perluasan/konversi : pekerjaan memancang dilaksanakan setelah rumpukan kayu dan
membuat blok, tetapi sebelum penanaman kacangan.
b. Areal peremajaan : pekerjaan memancang dilaksanakan sebelum pokok dibongkar.
5. Pemancangan areal datar
a. Jarak tanam dibuat sesuai table
b. Arah barisan tanaman adalah Barat – Timur
c. Buat pancang kepala setinggi 2,5 meter dan bagian atasnya (± 30 cm ) dicat putih.
d. Tentukan batas-batas daerah/ blok yang akan dipancang dan tetapkan sebuah titik sebagai
patokan untuk memancang. Usahakan titik tersebut adalah salah satu titik pertemuan
collecting road dan main road.
e. Dari titik tersebut ditarik garis lurus Utara – Selatan (0 - 180º), lalu dipasang pancang kepala,
dengan jarak antar pancang 8 m (untuk populasi 136 pokok/ ha), hingga areal/ blok yang
hendak dipancang.
f. Dari titik yang sama dibuat garis tegak lurus arah Timur- Barat (90º - 270º), pancang kepala
dipasang dengan jarak antar pancang 100 meter. Jadi untuk blok yang lebarnya 300 meter
terdapat 4 buah titik (A, B, C, D) dan pancang-pancang tersebut dipakai sebagai patokan
untuk memasang pancang kepala arah Utara – Selatan, seperti diatas.
g. Tali/bambu sepanjang 100 meter yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak panjang sisi
segitiga/ jarak tanam yang dikehendaki, ditarik dari pancang kepala A ke B kearah Timur
Barat (skema pemancangan dapat dilihat pada gambar di halaman 4 - 7).
6. Pemancangan areal bergelombang
Terdapat 2 cara untuk pemancangan areal bergelombang, yaitu :
a. Cara biasa
Pemancangan dilakukan sama seperti pada areal datar. Jarak antar barisan dan jarak
pokok dalam barisan merupakan proyeksi dari jarak tanam pada areal datar. Perlu
diperhatikan setiap penarikan tali pancang harus selalu timbang air atau rata. Pada areal
bergelombang yang dipancang dengan cara ini perlu dibuat tapak kuda (teras individu).
b. Cara Kontur
Pada pemancangan cara ini, jarak antar kontur dibuat sesuai dengan proyeksi jarak
antar barisan pada pemancangan areal datar, sedangkan jarak pokok dalam kontur diusahakan
sama dengan jarak pokok pada areal datar. Buat pancang tanam di kontur pertama, pancang
kedua pada kontur yang sama berjarak sama dengan jarak antar dua pokok dalam barisan
pada areal datar. Pancang ketiga dan seterusnya dibuat dengan cara yang sama. Pancang pada
kontur kedua dibuat dengan cara membuat segitiga proyeksi yang menghubungkan dua
pokok di kontur pertama dengan satu pokok di kontur kedua. Kemudian seperti cara diatas
dilakukan pemancangan untuk semua kontur dan seterusnya dikerjakan hingga kontur
terakhir.
3. Melubang
1. Tujuan :
a. Memberikan media tumbuh yang baik bagi akar tanaman pada saat awal penanaman.
b. Mempermudah peresapan pupuk ke dalam tanah sehingga mempercepat tanaman menyerap
pupuk tersebut.
2. Peralatan :
a. Cangkul
b. Alat pengukur/ tongkat (mal/ patron) dengan ukuran 60 cm dan 90 cm.
3. Teknis Lubang
a. Lubang tanaman telah dipersiapkan sebelum tanam.
b. Pancang tidak boleh diangkat sebelum pola lubang digambar di atas permukaan tanah
sehingga pancang tepat berada di tengah-tengah pola tersebut.
c. Ukuran lubang adalah 60 cm x 60 cm x 40 cm.
d. Tanah hasil galian dipisahkan antara topsoil dan subsoil, topsoil diletakkan di sebelah Selatan
dan subsoil di sebelah utara secara teratur dan seragam (lihat gambar) setelah lubang selesai,
pancang dikembalikan ke posisi semula.
e. Untuk menjamin keseragaman ukuran lubang tanam, setiap pekerja di lengkapi dengan mal/
patron yang berukuran 60 cm dan 40 cm.
f. Dinding lubang tanaman harus tegak lurus dan tidak boleh berbentuk lain. Pada saat
penanaman, yang terlebih dahulu ditimbunkan adalah top soil dengan kedalaman ± 25 cm
dari dasar lubang dan kemudian subsoil pada kedalaman sisanya.
4. Memupuk lubang
a. Jenis pupuk
1) Tanah mineral : Hanya diberikan 300 gram TSP untuk setiap lubang tanaman.
2) Tanah gambut : Untuk setiap lubang diberi 300 gram campuran yang mengandung Lime 230
gram + Rock Phosphate 40 gram + Copper Sulphate 15 gram + Zinc Sulphate 15 gram.
Dan sesudah tanam, diaplikasi 2.000 gram campuran yang mengandung Lime 1.550
gram + Rock Phosphate 250 gram + Copper Sulphate 100 gram + 100gram Zinc Sulphate
dalam lingkaran pelepah.
b. Teknis memupuk
1) Tanah galian, terutama topsoil dimasukkan ke dalam lubang tanaman hingga ketinggian 20 –
25 cm.
2) Pupuk untuk lubang ditabur secara merata ke dalam lubang tanam.
3) Pemberian pupuk dilakukan dengan takaran yang telah distandardisasi.
4. Menanam
Penanaman harus dilakukan pada permulaan musim hujan dan perlu diawasi langsung
oleh mandor dan asisten Afdeling. Yang lebih dipentingkan ialah kualitas (mutu) penanaman
daripada kuantitas (jumlah) pohon yang ditanam.
1. Persiapan di pembibitan
Bibit yang diseleksi untuk ditanam tidak kurang dari umur 12 bulan. Persiapan di
pembibitan yang perlu mendapat perhatian ialah:
a. Dua minggu sebelum dipindahkan bibit tersebut dikumpulkan per masing-masing jenis
persilangan dan sekaligus dilakukan seleksi bibit yang tidak dipakai (afkir dan abnormal).
b. Sebelum diangkut bibit harus disiram dengan air sehingga jenuh.
c. Waktu tanaman dalam polybag dimuat ke truk, jangan sekali-kali memegang bagian
tanaman.
d. Bibit diangkut dalam posisi tegak lurus.
e. Pengangkutan tiap hari harus disesuaikan dengan kemampuan menanam, sehingga bibit
dapat ditanam pada hari yang sama.
f. Bibit yang diangkut dengan truk harus disusun sehingga bibit berdiri satu per satu dan tidak
boleh saling tindih menindih.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman bibit :
a. Kualitas bibit (genetika dan kesehatannya) adalah faktor utama yang menentukan produksi
per ha.
b. Investasi yang sebenarnya dari perusahaan perkebunan adalah bibit yang ditanam di
lapangan, yaitu pokok yang ditanam sekarang akan menentukan produksi selama satu
generasi yang akan datang (25-30 tahun).
c. Oleh karena itu, untuk menjamin produksi yang akan didapat, seleksi bibit di pre dan main
nursery harus dilaksanakan dengan sistematis dan ketat.
d. Bibit dengan genetik terbaik sekalipun, tetap tidak akan memberikan hasil yang baik
terutama bila perawatan di bibitan tidak penuh perhatian.
5. Administrasi dan Transportasi Bibit
a.) Kecepatan pengangkutan bibit ke lapangan disesuaikan dengan laju penanaman.
b.) Asisten Divisi mengajukan surat permintaan bibit melalui kantor besar kebun.
c.) Setelah disetujui Estate Manager atau staff yang ditunjuk untuk itu, maka dibuat surat
perintah pengeluaran bibit (DO) rangkap 4.
d.) DO diserahkan ke bagian transportasi untuk pengambilan, pengangkutan, dan penyerahan
bibit ke lapangan.
e.) Pengangkutan bibit sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam DO. Dalam hal ini
pengawasan pengangkatan bibit ke dalam alat angkut harus diawasi secara ketat.
f.) Setelah bibit sampai di tempat tujuan, DO harus disahkan oleh penerima bibit
(Asisten/Manager) dimana bibit tersebut akan ditanam.
g.) DO yang telah disahkan didistribusikan kepada pejabat (Asisten) dimana bibit ditanam,
kantor besar asal bibit, Mantri Bibitan dan bagian transport.
a. Pengangkatan bibit setelah di lapangan (ecer bibit)
1) Pengangkatan harus dilakukan pada bola tanahnya secara hati-hati agar tidak terjadi
kerusakan bibit. Jangan diangkat pada leher akarnya.
2) Bibit harus diangkat dalam keadaan berdiri dan bagian bawah ditopang dengan bahu. Saat
meletakkan bibit di sisi lubang harus hati-hati, jangan dibanting.
b. Penanaman
1) Pelepasan large polybag dari bola tanah dilakukan dengan cara mengoyaknya, lalu bibit
diletakkan hati-hati ke dalam lubang yang telah diberi pupuk dan ditimbun dengan top soil.
2) Permukaan atas bola tanah harus sejajar dengan permukaan tanah asli. Jika belum sesuai
maka penimbunan pertama perlu dikurangi atau ditambah.
3) Berdirinya bibit harus benar-benar tegak. Letak bibit di dalam barisan harus benar. Untuk
mengontrol hal ini dapat diteropong ke tiga jurusan (sistem mata lima).
4) Penimbunan dilakukan dengan memasukkan tanah galian sedikit demi sedikit ke dalam
lubang sambil dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan menginjak tanah timbunan di sisi
bola tanah. Jangan sampai menginjak bola tanah.
5) Penimbunan dilakukan hingga tanah hasil timbunan padat dan sejajar dengan permukaan
bola tanah dan permuka
c. Penyisipan
Penyisipan adalah suatu pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit,
karena :
a. Untuk mendapatkan produksi per hektar yang maksimal.
b. Menekan pertumbuhan lalang dan gulma lainnya.
Penyisipan harus dilakukan sedini mungkin. Penyisipan yang terlambat akan menjadi
sia-sia karena tanaman sisipan tersebut tidak dapat mengejar pertumbuhan tanaman awal.
1. Tanaman Sisipan
Prinsip pelaksanaan teknis (bibit dan tanam) sama dengan pekerjaan penanaman. Akan
tetapi perencanaan, persiapan dan penguasaan teknisnya perlu lebih mendetail, karena
pekerjaan ini mempunyai resiko kegagalan yang fatal. Untuk merealisasi tanaman yang
homogen, sisipan perlu dituntas dalam waktu 12 bulan selepas mulai tanam.
Sisipan sebenarnya merupakan dana investasi ulangan akibat kegagalan pekerjaan awal
penanaman. Oleh karena itu perlu dipertegas bahwa sisipan yang dilaksanakan harus
menjamin kelangsungan hidup tanaman untuk diproduksi. Pekerjaan awal sisipan yang
terpenting adalah sensus dan identifikasi pokok.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penyisipan, antara lain:
a. Penyisipan pengganti pokok-pokok abnormal sebaiknya dilakukan pada saat TBM, sedang
pada TM penyisipan dilakukan bila keadaan memungkinkan dan pertumbuhan tanaman baru
tidak dibatasi oleh tanaman asli (lama).
b. Penanaman pokok sisipan didasarkan pada umur tanaman asli, yaitu :
1) Umur 0-3 tahun, setiap tanaman abnormal dan non-valuer yang dibongkar dapat seluruhnya
disisip.
2) Umur +/- 5 tahun, bila pokok abnormal tersebar merata satu-satu, penyisipan tidak
dilakukan.
E. PANEN
Segala usaha yang dilakukan semenjak membuka lahan, mulai persiapan bibit, LC,
Tanam kacangan, membuka Jalan & Parit, Perawatan, Pemeliharaan Tanaman Sawit
semuanya dengan tujuan untuk :
a. Memulai panen lebih awal (mengurangi jangka waktu TBM) 24-26 bulan mulai tanam
dilapangan.
b. Mencapai produksi tertinggi lebih awal (10-12 ton TBS/hektar).
c. Mencapai kumulatif produksi yang tertinggi (>26 ton TBS per hektar).
d. Memberi ROI (Return on Investment) lebih awal.
Jika ini menjadi sasaran, persiapan di lapangan harus terfokus ke arah :
a. Persiapan bibit yang berkualitas, tumbuhan homogen dan segar dan semuanya 12-14 bulan
sewaktu tanam di lapangan. (Tanaman bibit berumur di bawah 12 bulan maupun bibit lebih
umur dihindari).
b. Persiapan lahan dan tanaman kacangan semuanya pada tepat waktu.
c. Jarak tanam dan penanaman sesuai standard.
d. Pemeliharaan dilaksanakan pada waktu tepat. Pekerjaan perawatan di jalan dengan
pengawasan baik.
e. Menjamin tanaman segar dengan jadwal pemupukan dilaksanakan pada bulan yang
dijadwalkan dengan dosis yang tepat dan diapplikasi dengan pengawasan yang ketat.
f. Pemeliharaan dengan baik dengan kepastian populasi per hektar tetap sesuai tanaman awal
dan juga semua pohon berproduktif. (Dilakukan non-produktif palm sensus).
g. Serangan hama dan penyakit terkontrol.
h. Kastrasi dan sanitasi dilakukan pada waktu tepat.
i. Menentukan populasi serangga Elaeidobius kamerunicus cukup untuk sebukan sempurna).
j. Pasar pikul, titi panen, jalan dan jembatan menyambung untuk langsiran dan trasportasi TBS
lengkap.
k. TPH sudah disedia.
l. Enam bulan sesudah kastrasi awal dimonitor perkembangan produksi dan matangan buah.
m. Memberi training dan mempersiapkan mandor, karyawan panen, kerani buah, kerani muat
cukup keperluan
n. Standard Kematangan Buah
o. Tersedia alat dan perlengkapan.
p. Tanda jalur tanaman untuk memudahkan identifikasi dan pasang patok blok.
Tujuan panen adalah memanen semua buah dengan kematangan optimal untuk
memastikan rendimen yang tertinggi. Buah yang mengkal dan kurang kematangan lebih
cenderung kehilangan rendimen dan juga mempengaruhi proses rebusan dan treshing. Maka
ini perlu dielakkan. Sebaliknya panen buah yang terlalu matang oleh karena terlambat
pusingan panen menaikan biaya panen dan pengaruhi qualitas dan mutu kandungan minyak.
Buah kelapa sawit biasanya sudah matang selama 51/2 – 61/2 bulan setelah penyerbukan.
Secara praktis proses pemasakan tandan sawit mula-mula dapat dilihat dari perubahan warna
buah sawit sebagai berikut :
a. Mula-mula buah kelapa sawit berwarna hijau oleh karena zat chlorophyll.
b. Kemudian berubah menjadi hitam oleh karena zat warna anthocyanin.
c. Akhirnya merah/orange oleh karena dipengaruhi zat warna beta-carotene.
1. Organisasi Panen :
a. Standar Kematangan Tandan
Syarat-syarat tandan yang boleh dipanen jika jumlah berondolan telah jatuh sebanyak 1
brondolan/berat tandan rata rata dengan artinya jika berat tandan rata rata 10 kg maka jumlah
brondolan yang jatuh minimum 10 butir. Berat janjang setelah dipotong adalah merupakan
suatu ketentuan bahwa tidak boleh ada janjang dibawah ketentuan standar buah yang panen.
Bagi karyawan ketentuan seperti ini agak sulit untuk mengerti. Maka managemen dilapangan
perlu membuat satu ketentuan yang mudah dimengerti oleh para karyawan.
Misalnya : Tanaman tahun 2003. Berat Janjang rata rata 10 kg.
Asal ada 5 berondol di piring janjang ini dapat dipanen. Ini dengan ketentuan apabila
janjang ini dipanen dan jatuh dari atas pohon kebawah tetap akan berondol lagi dengan
impact jatuh dari atas dengan memenuhi kriteria.
b. Tugas Pemanen :
1. Memotong semua tandan yang matang sesuai standard kematangan yang ditentukan.
2. Pemotongan pelepah dilakukan sesuai ketentuan standar. Ini dilakukan semepet mungkin ke
batang pohon dan harus ditinggalkan dua (2) lingkaran pelepah dibawah tandan yang
terbawah.
3. Pelepah daun bekas pemotongan harus diatur rapi sesuai ketentuan.
4. Gagang tandan dipotong sependek mungkin.
5. Berondol yang tersangkut disela batang pelepah semua dikeluarkan.
6. Mengumpulkan semua tandan yang dipanen, disusun rapi di TPH dan diberi nomor sesuai
nomor pemanen, nomor ancak dan jumlah janjang.
c. Tugas Tukang Berondol :
Panen harus diorganisir sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok akan
menjadi kelompok yang kompak baik untuk memudahkan pengawasan maupun untuk
effisienci pengangkutan TBS.
Ancak ditentukan ancak tetap tetapi ancak giring. Apabila musim puncak dengan
kerapatan buah tinggi pengawasan terfokus kepada jumlah janjang yang dipanen. Sebaliknya
pada musim trek karyawan wajip kerja minimal 7 jam dinas maka untuk mengcover areal,
karyawan harus panen semaximal mungkin untuk mencari basis borong.
3.
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Setelah praktik lapangan yang dilakukan di PT. SAMUKTI KARYA LESTARI
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
2. SARAN
Berdasarkan praktek kerja lapangan yang dilakukan di PT SAMUKTI KARYA
LESTARI penulis menyarankan untuk segera membangun PKS di areal perkebunan agar
kandungan ALB dalam buah sawit tidak meningkat akibat bermalam dalam perjalanan yang
menempuh perjalanan hingga lama 14 jam menuju unit PKS di kebun CISADANE SAWIT
RAYA ditambah dengan waktu muat angkut setelah panen dan setelah sampai di PKS.
Penulis menyarankan hal ini didukung dengan areal yang telah siap panen mencapai luasan
2675.05 Ha dari total luasan yang ditanami yakni 7292.17 Ha dan luasan HGU 10425.30 Ha.
DAFTAR PUSTAKA
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari
Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Labels
laporan pkl
Label: laporan pkl
Reaksi:
Comments
KONSISTENSI TANAH
Oleh Unknown February 15, 2014
https://btcclicks.com/?r=80a97562
Post a Comment
Read more
Archive
Labels
Report Abuse
Powered by Blogger