Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PARASITOLOGI

Brugia Malayi

Disusun oleh :

1. Ajeng Pebri Ningrum (P3.73.34.1.19.003)


2. Andriani Putri Pratiwi (P3.73.34.1.19.005)

Pembimbing :

Dewi Inderiati,S.Si, M.Biomed


Ni Putu Aryadnyani, S.S.T, M.Biomed.

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

DIII TEKNIK LABORATURIUM MEDIS

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok
kami dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi dengan
bahan kajian tentang Brugia Malayi.

Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan
makalah ini, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
membimbing kami menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan
makalah ini. Demikian pula halnya, kami juga mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya
dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Seberapapun sederhana makalah ini, kami harapkan mempunyai suatu manfaat
bagi semua pihak.

Bekasi, 14 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4

C. TUJUAN....................................................................................................................................5

D. METODE PENELITIAN...........................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.............................................................................................................................6

A. Pengertian...................................................................................................................................6

B. Hospes dan Nama penyakit........................................................................................................6

C. Morfologi...................................................................................................................................6

D. Siklus hidup................................................................................................................................7

E. Epidemiologi..............................................................................................................................8

F. Patologi dan gejala klinik...........................................................................................................8

G. Diagnosis....................................................................................................................................9

H. Pengobatan...............................................................................................................................10

BAB III..........................................................................................................................................11

PENUTUP.....................................................................................................................................11

Kesimpulan....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Brugia malayi pertama kali diakui oleh Lichentenstein dan brug sebagai
pathogen yang berbeda pada tahun 1927. Mereka melaporkan terjadinya suatu
spesies filariae manusia di Sumatera Utara baik fisiologis dan morfologis yang
berbeda dari W. bancrofti microfilaria umumnya ditemukan di Jakarta dan
bernama pathogen Filaria malayi. Namun demikian, meskipun studi epidemiologi
mengidentifikasi malayi Filaria di India, Sri Lanka, Cina, Vietnam Utara, dan
Malaysia pada tahun 1930 an, hipotesis Lichentensten dan Brug tidak diterima
sampai 1940 an, ketika Rao dan Mapelston mengidentifikasi cacing dewasa di
India.

Berdasarkan kesamaan dengan W. bancrofti, Rao dan Mapelstone


mengusulkan untuk menyebutnya parasit Wuchereria malayi pada tahun 1960,
bagaimanapun Buckley mengusulkan untuk membagi genus tua Wuchereria dan
nama Filaria malayi brugia malayi sebagai hasilnya. Wuchereria W. bancrofti,
yang sejauh ini hanya ditemukan menginfeksi manusia dan hewan, serta spesies
zoonosis lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Brugia malayi?
2. Apa itu hospes dan nama penyakit yang ditimbulkan oleh Brugia malayi?
3. Bagaimana morfologi Brugia malayi?
4. Bagaimana siklus hidup Brugia malayi ?
5. Apa itu epidemiologi Brugia malayi ?
6. Bagaimana patologi dan gejala klinis yang ditimbulkan oleh Brugia
malayi?
7. Apa diagnosis yang harus dilakukan dalam penanganan Brugia malayi ?
8. Bagaimana cara pengobatan penyakit akibat Brugia malayi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui klasifikasi Brugia malayi
2. Untuk mengetahui hospes dan nama penyakit yang ditimbulkan oleh
Brugia malayi
3. Untuk mengetahui morfologi Brugia malayi
4. Untuk mengetahui siklus hidup Brugia malayi
5. Untuk mengetahui epidemiologi Brugia malayi
6. Untuk mengetahui patologi dan gejala klinis yang ditimbulkan oleh
Brugia malayi
7. Untuk menngetahui diagnosis yang harus dilakukan dalam penanganan
Brugia malayi
8. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit akibat Brugia malayi

D. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu mendeskripsikan

masalah yang dibahas dan kajian pustaka dilakukan dengan mencari literatur

di buku-buku panduan dan Internet


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Brugia malayi adalah Nematoda Jaringan (cacing gelang), salah satu dari tiga
agen penyebab filariasis limfatik pada manusia. Filariasis limfatik, juga dikenal
sebagai kaki gajah, adalah kondisi yang ditandai oleh pembengkakan pada
tungkai bawah. Dua penyebab filaria lain dari filariasis limfatik adalah
Wuchereria bancrofti dan Brugia timori , yang berbeda dari B. Malayi morfologis,
gejalanya, dan dalam batas geografis.

B. Hospes dan Nama penyakit


Brugia malayi dapat dibagi dalam dua varian: yang hidup pada manusia dan
yang hidup pada manusia dan hewan, misalnya kucing, kera, dan lain-lain.
Penyakit yang disebabkan oleh brugia malayi disebut filariasis malayi dan
kadang-kadang disebut sebagai filariasis brugia.

C. Morfologi
. Pada umunya siklus hidup B. malayi sama dengan W. bancrofti, yang
membedakan hanya morfologinya. Pada bagian ekor B. malayi mempunyai 2 inti
terminal yang secara jelas terpisah dari inti lainnya. Inti terminal yang terakhir
cukup kecil dan terletak di ujung ekor. Cacing betina mempunyai panjang 55 mm
diameter 0,16 mm sedangkan jantan 22-23 mm dengan diameter 0,09 mm.
Sementara ukuran mikrofilaria mencapai 200-260 mikron. B. malayi yang hidup
pada manusia ditularkan lewat gigitan nyamuk Anopheles barbirostris dan yang
hidup pada manusia dan hewan oleh Mansonia. Siklus hidup B. malayi lebih
pendek dibandingkan W.bacrofti. Masa pertumbuhan di dalam tubuh nyamuk
kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh
nyamuk parasit tersebut juga mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang
dari larva I menjadi larva 11,111, menyerupai pertumbuhan parasit W. bancrofti
demikian juga perkembangannya di dalam tubuh manusia.
Ciri-ciri mikrofilaria Brugia malayi :

 ukuran : panjang 170 – 260 μm dan lebar ± 6 μm


 mempunyai sarung / sheath
 ujung anterior membulat / tumpul dengan 2 buah stylet (alat pengebor)
 ujung posterior runcing
 cephalic space → panjang : lebar = 2 : 1
 inti tubur kasar, tersusun tidak teratur sampai ujung posterior dengan 2 buah
nukleus terminalis

D. Siklus hidup

Biasanya, vektor yang umum berperan dalam penyebaran B. malayi adalah


nyamuk yang berasal dari genera Mansonia dan Aedes. Ketika nyamuk menghisap
darah manusia, nyamuk yang terinfeksi B. malayi menyelipkan larva B. malayi ke
dalam inang manusia. Di dalam tubuh manusia, larva B. malayi berkembang
menjadi cacing dewasa yang biasanya menetap di dalam pembuluh limfa. Cacing
dewasa dapat memproduksi mikrofilaria yang dapat menyebar hingga
mencapai darah tepi. Ketika nyamuk menggigit manusia yang telah terinfeksi,
mikrofilaria dapat terhisap bersamaan dengan darah kedalam perut nyamuk.

Setelah masuk kedalam tubuh nyamuk, mikrofilaria menanggalkan


selubungnya. Mikrofilaria kemudian berenang melalui dinding
proventikulus dan porsi kardiak (bagian dalam perut nyamuk), hingga
mencapai otot toraksis (otot dada). Di dalam otot toraksis, larva filaria
berkembang menjadi larva tahap akhir. Lava tahap akhir berenang
melalui homocoel (rongga tubuh) hingga sampai pada prosbosis (sungut)
nyamuk. Ketika tiba di dalam probosis nyamuk, cacing tersebut siap menginfeksi
inang manusia yang selanjutnya.

E. Epidemiologi

infeksi B. malayi terbatas pada wilayah Asia. Beberapa negara yang mempunyai


prevalensi B. malayi antara lain adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, dan India.
Pada tahun 2008, Korea Selatan dan Tiongkok telah dinyatakan bebas dari infeksi
cacing filariasis. Tidak seperti Wuchereria brancofti, B. malayi dapat hidup pada
inang primata atau kucing.

Terdapat dua bentuk B. malayi yang dapat dibedakan bedasarkan


periodisitas mikrofilarianya pada darah tepi.Bentuk yang pertama, bentuk
periodis nokturnal, hanya dapat ditemukan pada darah tepi pada malam hari.
[4]
 Bentuk yang kedua, bentuk subperiodis, dapat ditemukan pada darah tepi setiap
saat, hanya saja jumlah mikrofilaria terbanyak ditemukan di malam hari.

F. Patologi dan gejala klinik


Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran dan
kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya mengenai
kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering timbul setelah penderita
bekerja berat di ladang atau di sawah. Limfadenitis biasanya berlangsung 2-5 hari dan
dapat sembuh dengan sendirinya. Kadang perandangan limfe ini dapat menjalar ke
bawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograd, yang bersifat
khas pada filariasis. Peradangan pada saluran limfe ini dapat terlihat sebagai garis
merah yang menjalar ke bawah dan peradangan ini dapat pula menjalar ke jaringan
sekitarnya, menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada stadium ini tungkai
bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfedema. Limfadenitis
biasanya berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal paha
ini bila sembuh meninggalkan bekas sebagai jaringan parut. Dan tanda ini merupakan
salah satu gejala obyektif filariasis limfatik. Limfadenitis dengan gejala
komplikasinya dapat berlangsung beberapa minggu sampai tiga bulan lamanya.
Pada filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena, lambat laun
pembengkakan tungkai tidak menghilang pada saat gejala peradangan sudah sembuh,
akhirnya timbullah elefantiasis. Kecuali kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe lain di
bagian medial tungkai, di ketiak dan di bagian medial lengan juga sering terkena.
Pada filariasis brugia, elefantiasis hanaya mengenai tungkai bawah, di bawah lutut,
atau kadang-kadang lengan bawah di bawah siku. Alat kelamin dan payudara tidak
pernah terkena, kecuali di daerah filariasis brugia yang bersamaan dengan filariasis
bankrofti. Kiluria bukan merupakan gejala klinis filariasis brugia.

G. Diagnosis

Deteksi mikrofilaria di dalam darah atau di dalam cairan limfatik akan


memastikan keberadaan infeksi B. malayi di dalam tubuh. Pemeriksaan mikroskopis
untuk mendeteksi morfologi B. malayi dapat membantu diagnosis. Pewarnaan
Giemsa, secara khusus, dapat mewarnai selubung B. malayi dengan warna merah
muda. Akan tetapi, karena sifat nokturnal yang dimiliki oleh beberapa galur B.
malayi, pewarnaan darah utuk diagnosis tergolong menyulitkan.

Esai berbasis reaksi polimerase berantai (polymerase chain reaction atau PCR)


dapat mendeteksi infeksi B. malayi dengan sensitivitas tinggi. Lebih jauh lagi, uji
tersebut dapat digunakan untuk mengamati infeksi pada inang manusia maupun
vektor nyamuk.

Beberapa uji serologis dapat digunakan untuk mendeteksi kadar IgE yang naik


pada tubuh pasien. Diagnosis serologis tersebut dapat didukung oleh perhitungan
kadar eosinofil dalam darah pasien.
H. Pengobatan dan Pencegahan
Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang dipakai
dibeberapa Negara Asia berbeda-beda. Di Indonesi dosis yang dianjurkan adalah 5
mg/kg berat badan/ hari selama 10 hari. Efek samping DEC pada pengobatan
filariasis brugia jauh lebih berat, bila dibandingkan dengan yang terdapat pada
pengobatan filariasis bancrofti. Untuk pengobatan masal pemberian dosis standard
an dosis tunggal tidak dianjurkan. Yang dianjurkan adalah pemberian dosis rendah
jangka panjang ( 100 mg/minggu selama 40 minggu ) atau garam DEC 0,2 – 0,4 %
Selma 9 – 12 bulan. Pengobatan dengan Infermektin sama dengan pada filariasis
bancrofti. Untuk mendapatkan hasil pemyembuhan yang sempurna, perlu
pengobatan ini diulang beberpa kali. Stadium mikrofilaremia, gejala peradangan
dan limfedema dapat disembuhkan dengan pengobatan DEC. kadang-kadang
elefantiasis dini dan beberapa kasus elefantiasis lanjut, dapat pula diobati dengan
DEC.

Untuk program pengobatan pemberantasan filariasis,pengobatan yang


dianjurkan adalah kombinasi DEC 6 mg/kg BB dengan albendazol 400 mg yang
diberikan sekali setahunsecara massal pada penduduk di daerah endemis selama
minimal 5 tahun.

Mencegah gigitan nyamuk menggunakan obat nyamuk, kelambu disaat tidur,


atau pakaian berlengan panjang dapat menurunkan risiko infeksi B. malayi
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan ini yaitu cacing Brugia
Malayi merupakan jenis parasit yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles dan
nyamuk Mansonia yang dapat menyebabkan penyakit filaris.

Filariasis limfatik, juga dikenal sebagai kaki gajah, adalah kondisi yang ditandai
oleh pembengkakan pada tungkai bawah
Mencegah gigitan nyamuk menggunakan obat nyamuk, kelambu disaat tidur, atau
pakaian berlengan panjang dapat menurunkan risiko infeksi B. malayi.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Brugia_malayi

https://medlab.id/brugia-malayi/

https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/FILARIASIS.pdf

file:///C:/Users/ASUS%20X452E/Downloads/712-Article%20Text-5149-
1-10-20181101.PDF

Anda mungkin juga menyukai