Anda di halaman 1dari 10

Protozoa pada darah

Dosen Pengampu : Wiya Elsa Fitri M.Si

Mata Kuliah : Biomedik

Disusun Oleh :

Muhammad Nurul Fuadi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA

PROGRAM STUDI

KESEHATAN MASYARAKAT

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “BABESIOSIS” ini tepat
pada waktunya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Wiya Elsa Fitri M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah biomedik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 22 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................1
1.3 Rumusan masalah........................................................................................................................1
1.4 Manfaat........................................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian....................................................................................................................................3
2.2 Morfologi.....................................................................................................................................3
2.3 epidemiologi................................................................................................................................4
2.4 Pencegahan dan pengobatan babesiosis.......................................................................................5
2.5 Diagnosa babesiosis.....................................................................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................................6
PENUTUP.....................................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................6
3.2 saran..................................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protozoa adalah binatang satu sel, yang berukuran beberapa mikron sampai dengan 130
mikron. Meskipun sebagian besar dari organisme ini hidup bebas di alam, beberapa spesies
hidup parasitit dalam tubuh manusia dan menyebabkan penyakit. Sebagian Protozoa juga dapat
hidup pada hewan ternak yang merupakan persediaan makanan bagi manusia. Keberadaannya
pada hewan-hewan tersebut dapat menyebabkan sakit dan mengganggu pertumbuhannya
sehingga mempunyai dampak yang besar dalam bidang ekonomi. Sebagian diantara Protozoa
yang hidup pada hewan-hewan ini dapat menular kepadamanusia. Penyakit yang disebabkan oleh
penularan parasit atau kuman lain yang berasal dari hewan ini disebut penyakit zoonosis.
Keberadaan penyakit-penyakit zoonosis ini menjadi indikator kesehatan dan tingkat higiene serta
sanitasi masyarakat.

Disini saya akan menjelaskan bahaya babesiosis bagi kesehatan masyarakat. Babesiosis adalah
sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kutu. Kutu biasanya membawa organisme
mikrosopis bernama Babesia. Karena parasit Babesia menginfeksi dan menghancurkan sel darah
merah, babesiosis bisa menyebabkan jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik.
Anemia jenis ini bisa menyebabkan jaundice (menguningnya kulit) dan urin jadi berwarna gelap.

1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tentang morfologi parasit babesiosis
2. Untuk Mengetahui karakteristik pada babesiosis
3. Untuk Mengetahui ciri morfologi parasit babesiosis
4. Untuk mengetahui gambar parasit babesiosis
5. Untuk mengetahui gambar yang di infeksi babesiosis
6. Untuk mengetahui epidemiologi pada babesiosis
7. Untuk mengetahui diagnosa pada babesiosis
8. Untuk mengetahui tindakan pencegahan(promotif dan prefentiv) yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan

1.3 Rumusan masalah

1. Apa saja morfologi parasit babesiosis?


2. Apa saja karakteristik pada babesiosis?
3. Apa saja ciri morfologi parasit babesiosis?
4. Apa saja gambar bagian yang di infeksi oleh babesiosis?
5. Apa saja epidemiologi pada babesiosis?
6. Apa saja epidemiologi pada babesiosis?
7. Apa saja diaknosa pada babesiosis?
8. Apa saja tindakan yang dilakukan pada babesiosis?

1
1.4 Manfaat

Agar mahasiswa dan mayarakat dapat mengerti dan paham akan bahaya leishmaniasis
bagi kesehatan . makalah ini menjelaskan tentang masalah dan bahaya yang ditimbulkan oleh
parasit leishmaniasis. Sangat bermanfaat bagi kehidupan dan kesehatan masyarakat. Masyarakat
dapat waspada dengan apa yang terjadi, masyarakat dapat mengetahui gejala dan bisa
mengatsinya setelah membaca makalah ini. Agar mahasiswa dan mayarakat dapat mengerti dan
paham akan bahaya leishmaniasis bagi kesehatan . makalah ini menjelaskan tentang masalah dan
bahaya yang ditimbulkan oleh parasit leishmaniasis. Sangat bermanfaat bagi kehidupan dan
kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat waspada dengan apa yang terjadi, masyarakat dapat
mengetahui gejala dan bisa mengatsinya setelah membaca makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Babesiosis adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kutu. Kutu biasanya membawa
organisme mikrosopis bernama. Karena parasit Babesia menginfeksi dan menghancurkan sel
darah merah, babesiosis bisa menyebabkan jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik.
Anemia jenis ini bisa menyebabkan jaundice (menguningnya kulit) dan urin jadi berwarna gelap

2.2 Morfologi
Babesia inefektif ditularkan oleh beberapa spesies sengkenit dimna terjadi siklus pembelahan
seksual. Apabila sengkenit menggigit dan menghisap darah manusia, maka organisme tersebut
akan. Masuk ke dalam sel darah merah untuk pertumbuhannya mencapai tingkat lebih dewasa,
sehingga manusia tertular dan menderita babesiosis. Selanjutnya di dalam sel darah merah,
parasit mencapai fase tropozit, yang bentuknya mirip tropozit muda(bentuk cincin) dari parasit
malaria, terutama plasmodium falciparum,. Babesia berukuran 1-5 M, sel darah merah tidak
membesar atau pucat, sel tidak berisi binti binti dan pigmen tidak pernah terlihat. Stadium muda
berisi sedikit sitoplasma dengan inti yang sangat kecil. Pada bentuk matang, mungkin terlihat
dua atau lebih titik kromatin.

3
2.3 epidemiologi
Babesiosis endemik di daerah timur laut wilayah barat Amerika dan bagian utara Amerika
Serikat. Penyakit ini banyak terjadi pada anak-anak,denganpersentase sebanyak 50%, dan 20%
pada orang dewasa. Infestasi Babesia sp. pada sumsum tulang dapat mengakibatkan destruksi
eritrosit sehingga menimbulkan gejala anemia hemolitik pada penderita. Gejala lain yang
ditemukan pada penderita babesiosis kurang spesifik, meliputi demam (91%), kelelahan, malaise,
kelemahan (91%), dan menggigil (77%). Diagnosis babesiosis ditegakkan melalui pemeriksaan
polymerase chain reaction (PCR), tes serologis, dan hapusan darah. Gambaran parasit dalam
eritrosit tampak seperti ring (cincin) trofozoit Plasmodium malariae, tetapi pada babesiosis tidak
terlihat adanya pigmen hemozoin dan gametosit. Pengobatan untuk babesiosis dengan infestasi
sedang sesuai dengan rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC), yaitu
atovaquone ditambah dengan azitromisin per oral selama 7-10 hari. Apabila parasit lebih dari

4
10% maka pemberiannya manusia. Di Indonesia, umumnya kasus babesiosis disebabkan oleh
B.bovis dan B.bigemina. selama enam minggu.

2.4 Pencegahan dan pengobatan babesiosis


Pencegahan

-memberi tahu kepada masyarakat menghindari gigitan sengkenit, misalnya dengan


menggunakan obat anti serangga gosok, apabila timbul gejala gejala setelah digigit sangkenit
harus berkonsultasi dengan dokter.

-memberi tahu kepada masyarakat untuk menghindari penularan melalui transfusi darah, setiap
donor harus diperiksa terutama pada penderita babesia yang parasitemia rendah,

Pengobatan

Pengobatan untuk babesiosis dengan infestasi sedang sesuai dengan Centers


for Disease Control and Prevention yaitu atovaquone ditambah dengan azitromisin
per oral selama 7-10 hari. Selain itu juga bisa diberikan chloroquine atau quinine
dengan dosis 650 mg 3 kali sehari, bisa dikombinasikan dengan clindamycin 600
mg 3 kali sehari per oral atau secara intravena 120 mg 2 kali sehari selama 7-10
hari. Efek samping yang sering ditemukan ialah tinitus. Pengobatan tersebut
menunjukkan hasil yang baik pada pasien immunocompromised dan pasien dengan
dekompensasi yang berat. Dosis tinggi diberikan pada pasien
immunocompromised. Apabila parasit lebih dari 10% maka diberikan azitromisin
ditambah dengan atovaquone per oral selama enam minggu dan transplantasi
ginjal.
2.5 Diagnosa babesiosis
Diagnosis babesiosis juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis
hapusan darah tipis atau tebal dengan pewarnaan Giemsa atau Wright pada apusan
darah tepi melalui visualisasi parasit intraeritrositik. Gambaran parasit dalam
eritrosit tampak seperti ring (cincin) trofozoit P. malariae, tetapi pada babesiosis
tidak terlihat adanya pigmen. Teknisi laboratorium di sebagian besar rumah sakit
tidak dapat mengidentifikasi Babesia sp. karena mirip dengan P. malariae. Kasus
yang sering terjadi terutama di China ialah salah diagnosis. Maka dari itu,
diagnosis babesiosis harus dipertimbangkan pada pasien yang datang dengan gejala
mirip malaria, terutama bagi penderita yang memiliki riwayat terpapar vektor
tungau Ixodes dan tidak memiliki riwayat paparan di daerah endemis malaria.
Perbedaan Babesia sp. dan Plasmodium sp. ialah tidak adanya hemozoin dan
gametosit yang dapat diidentifikasi pada Babesia sp

5
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Babesiosis merupakan penyakit yang disesbab kan oleh parasit babesia babesia berukuran 1-5
M, sel darah merah tidak membesar atau pucat, sel tidak berisi binti binti dan pigmen tidak
pernah terlihat. Stadium muda berisi sedikit sitoplasma dengan inti yang sangat kecil. Pada
bentuk matang, mungkin terlihat dua atau lebih titik kromatin. Cara pencegahan babesiosis
adalah memberi tahu kepada masyarakat menghindari gigitan sengkenit, misalnya dengan
menggunakan obat anti serangga gosok, apabila timbul gejala gejala setelah digigit sangkenit
harus berkonsultasi dengan dokter.memberi tahu kepada masyarakat untuk menghindari
penularan melalui transfusi darah, setiap donor harus diperiksa terutama pada penderita babesia
yang parasitemia rendah.

3.2 saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam apa yang penulis tulis, baca,
dan pahami. Oleh karena itu untuk menjadikan makalah yang penulis sajikan ini lebih baik,
penulis memerlukan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sebagai salah satu
tanggung jawab ilmiah penulis. Semoga apa yang penulis tulis bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan. Amin.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sehatq.com/penyakit/babesiosis

https://www.researchgate.net/publication/
323960677_Manifestasi_Babesiosis_pada_Manusia

file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/1208-Article%20Text-8530-1-10-20190117.pdf

Anda mungkin juga menyukai