Frisma Dan Retno Kelompok 1
Frisma Dan Retno Kelompok 1
Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat
menyusun dan menyajikan tugas makalah ini dengan judul “Akuntansi Transaksi
Pembiayaan Sistem Jual Beli (Murabahah)” ini dengan tepat waktu. Tugas makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Syariah dengan dosen
pengampu Dr. Agung Budi Sulistiyo, S.E, M.Si, Ak.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi dan pikirannya dengan
harapan penulis, semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca dan dapat dikaji ulang.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan tugas ini terdapat kesalahan
pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud
penulis. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaan dari tugas ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
STATEMENT OF AUTHORSHIP........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Akad Murabahah......................................................................... 3
B. Karakteristik Akad Murabahah.................................................................. 4
C. Jenis – Jenis Akad Murabahah ................................................................. 5
D. Dasar Syariah Akad Murabahah................................................................ 6
E. Perlakuan Akuntansi Murabahab (PSAK 102).......................................... 8
F. Ilustrasi Akuntansi..................................................................................... 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang berkaitan
dengan berbagai macam kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sudah seharusnya
manusia bekerja dengan mengolah segala yang telah disediakan di alam semesta dengan
hasil kebutuhan manusia dapat terpenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia juga mempunyai hak dan kewajiban yang
sama antara satu dengan yang lainnya, seseorang tidak menyalahgunakan hak dan
kewajiban orang lain dengan hawa nafsu, ketamakan, dan keserakahan. Bentuk-bentuk
penyalahgunaan antara lain adanya riba, penimbunan harta, tidak memberikan upah kerja
yang selayaknya, memanipulasi harga, dan monopoli.
Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,
pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul karena manusia ditugaskan oleh
Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah. Sehingga akuntansi sesungguhnya
adalah alat pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta dan sesama makhluk yang
digunakan oleh manusia untuk mencapai kodratnya sebagai khalifah.
Salah satu pembiayaan yang berlandaskan syariah adalah pembiayaan sistem jual beli
atau murabahah, pembiayaan murabahah salah satu produk pembiayaan di perbankan
syariah yang paling mendominasi dan banyak diminati oleh masyarakat indonesia. Hal ini
tampak pada Statistik Perbankan Syariah Indonesia Mei 2018 yang dipublikasikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan. Nilai transaksi murabahah berada di peringkat pertama dengan
jumlah 203,72 trilliun rupiah kemudian disusul oleh akad musyarakah dengan jumlah
64,52 trilliun rupiah dan mudharabah dengan jumlah 14,86 trilliun rupiah (Otoritas jasa
keuangan, 2018). Statistik ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat tertarik
pada produk murabahah yang ditawarkan oleh Bank Syariah di Indonesia.
Dalam pembiayaan sistem jual beli atau murabahah diperlukan adanya perlakuan
sistem akuntansi untuk melihat bagaimana proses pencatatan terhadap produk pembiayaan
yang memakai sistem jual beli dari pihak-pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang
dipakai lembaga keuangan syariah. Sedangkan manfaat dari perlakuan akuntansi akan
berdampak pada laporan keuangan syariah yang disajikan sesuai dengan PSAK No. 101
yang digunakan untuk mengukur kinerja penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
dan berguna untuk pengambilan keputusan.
Namun kenyataannya perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah belum di imbangi
dengan perlakuan akuntansi yang baik, buktinya masih banyak entitas atau bank syariah
yang masih melanggar ketentuan yang ada di PSAK No 102. Berikut penelitian yang
terkait dengan perlakuan akuntansi murabahah yang mengungkapkan bahwa penjual masih
salah dalam penerapannya: Novan (2013), Nurdiani (2014) dan Usyaqi (2014). Meneliti
diperbankan syariah dan Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi
murabahah tidak mematuhi PSAK 102 Tahun 2007 dan PSAK 102 Revisi Tahun 2013.
karena memberikan pembiayaan kepada nasabah untuk memperoleh persediaan murabahah
dan mengukur keuntungan murabahah menggunakan metode anuitas adalah dua perlakuan
akuntansi yang diatur PSAK 55. Sedangkan dari segi pencatatan pada perlakuan akuntansi
1
murabahah belum sesuai dengan PSAK No 102 dan pencatatan jurnal pada saat
perhitungan tunggakan berdasarkan PSAK No 102.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi akad murabahah?
2. Karakteristik Akaf murabahah
3. Apa saja jenis–jenis akad murabahah?
4. Apa saja dasar syariah akad murabahah?
5. Bagaimana perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas. maka tujuan dari penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi akad murabahah.
2. Untuk mengetahui Karakteristik akad murabahah
3. Untuk mengetahui jenis–jenis akad murabahah.
4. Untuk mengetahui dasar syariah akad murabahah.
5. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan dari penulisan makalah ini maka terdapat manfaat yaitu:
1. Bagi penulis, Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang
akad murabahah, serta dapat memperoleh nilai tugas untuk mata kuliah seminar
akuntansi syariah.
2. Bagi pihak lain, Makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta untuk bahan referensi dalam melakukan penelitian
ilmiah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 KARAKTERISTIK AKAD MURABAHAH
1. Proses pengadaan barang murabahah (aktiva murabahah) harus dilakukan oleh
penjual Jika penjual hendak mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang menjadi milik penjual
2. Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti
keseriusannya ingin membeli barang tersebut. Uang muka menjadi bagian
pelunasan piutang murabahah jika akad murabahah disepakati.
3. Jika penjual mendapat diskon sebelum akad maka diskon tersebut menjadi hak
pembeli. Apabila diskon diberikan setelah akad, maka diskon yang didapat akan
menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan kesepakatan mereka di awal
akad. Jika akad tidak mengatur, maka diskon tersebut menjadi hak penjual. Diskon
yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi (PSAK No. 102 par
11):
(a) diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang;
(b) diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian
barang;
(c) komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.
4. Cara Pembayaran dapat dilakukan tunai atau tangguh Untuk Murabahah tangguh,
pembayaran dilakukan secara tangguh. Jika pembeli melunasi tepat waktu atau
lebih cepat dari periode yang telah ditetapkan, maka penjual boleh memberikan
potongan. Tetapi, besarnya potongan ini tidak boleh diperjanjikan diawal akad.
Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan waktu yang
ditetapkan, pembeli tidak boleh didenda atas keterlambatan Kecuali pembeli
tersebut tidak membayar karena lalai.
5. Apabila pembeli mengalami kesulitan keuangan, maka penjual hendaknya
memberi keringanan. Keringanan dapat berupa menghapus sisa tagihan, membantu
menjualkan obyek murabahah pada pihak lain atau melakukan restrukturisasi
piutang.
6. Restrukturisasi piutang bisa dalam bentuk: Memberi potongan sisa tagihan,
sehingga jumlah angsuran menjadi lebih kecil. melakukan penjadualan ulang
(rescheduling), dimana jumlah tagihan yang tersisa tetap (tidak boleh ditambah)
dan perpanjangan masa pembayaran disesuaikan dengan kesepakatan kedua pihak
sehingga besarnya angsuran menjadi lebih kecil. mengkonversi akad murabahah,
dengan cara menjual obyek murabahah kepada penjual sesuai dengan nilai pasar,
kemudian dari uang yang ada digunakan untuk melunasi sisa tagihan.
Kelebihannya (bila ada) digunakan sebagai uang muka akad ijarah atau sebagai
bagian modal dari akad mudharabah musytarakah atau musyarakah. Sebaliknya,
kekurangannya tetap menjadi utang pembeli yang cara pembayarannya disepakati
bersama.
7. Sebaiknya, penjualan tidak tunai (tangguh) dibuatkan kontrak/perjanjiannya secara
tertulis dan dihadiri saksi-saksi. Kontrak memuat antara lain besarnya utang
pembeli, jangka waktu akad, besarnya angsuran setiap periode, jaminan, siapa
yang berhak atas diskon pembelian barang setelah akad dan lain sebagainya.
Untuk menghindari resiko, penjual dapat meminta jaminan.
4
2.3 JENIS-JENIS AKAD MURABAHAH
1. Murabahah dengan Pesanan (Murabahah to The Purchase Order)
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pesanan dari pembeli. Pada bank syariah, bank baru akan melakukan transaksi murabahah
atau jual beli apa bila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru
di lakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau
terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut. Murabahah dengan
pesanan dapat bersifat mengikat dan tidak mengikat pembeli untuk membeli barang
pesananya jika bersifat mengikat maka pembeli harus membeli barang pesanannya dan
tidak dapat membatalkan pesananya dan jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual
dalam murabahah pesanan mengikat, mangalami penurunan nilai sebelum diserahkan
kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan
mengurangi nilai akad.
Keterangan :
(1) Melakukan akad murabahah
(2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
(3) Barang diserahkan dari produsen
(4) Barang diserahkan kepada pembeli
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
5
Keterangan :
(1) Melakukan akad murabahah
(2) Barang diserahkan kepada pembeli
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
b) Al – Hadist
Dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli
itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut
Ibnu Hibban).
Rasulullah saw bersabda, ” Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib).
”Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli
serta di dalam menagih haknya” (Dari Abu Hurairah).
”orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya
selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR Muslim).
”Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga
diri dan pemberian sangsi kepadanya” (HR Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad).
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman.”
(HR Bukhari & Muslim).
”Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya” (HR
Al Bukhari).
c) Al-Ijma
Transaksi ini sudah dipraktekkan di berbagai kurun dan tempat tanpa ada yang
mengingkarinya, ini berarti para ulama menyetujuinya (Ash-Shawy, 1990., hal. 200).
d) Kaidah Fiqih, yang menyatakan:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
e) Fatwa Dewan Syariah Nasonal Majelis Ulama Indonesia No.04/DSN-
MUI/IV/2000, tentang Murabahah.
6
2. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah
1. Pelaku
Adanya penjual dan pembeli, Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat
membedakan), sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual
beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.
3. Ijab kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka
kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan
7
menjadi halal. Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli
kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab dan
qabul yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat
ijab dan qabul yaitu:
a. Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual buku ini
seharga Rp. 15.000,-".
b. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.
Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat, maka jurnalnya
(D) Kerugian penurunan nilai xxx
(K) Aset murabahah xxx
3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka :
a. akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum
akad murabahah, Jurnal:
(D) Aset Murabahah (net) xxx
(K)Kas xxx
b. menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
(D) Kas xxx
(K) Utang xxx
c. menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah
dan seusai akad menjadi hak penjual.
(D) Kas xxx
(K) Keuntungan Murabahah xxx
d. pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad
8
(D) Kas xxx
(K) Pendapatan Operasional lain xxx
4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan
tereliminasi pada saat :
a. dilakukan pembayaran kepada pembeli, Jurnal:
(D) Utang xxx
(K) Kas xxx
b. akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual :
(D) Utang xxx
(K) Kas xxx
(D) Dana kebajikan – kas xxx
(K) Dana Kebajikan-
Pendapatan denda xxx
5. Pengakuan keuntungan murabahah:
a. Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa,
angsuran murabahah tidak melebihi 1 periode laporan keuangan, maka murabahah
diakui pada saat terjadinya akad murabahah:
(D) Kas xxx
(D) Piutang Murabahah xxx
(K) Aset Murabahah xxx
(K) Keuntungan xxx
b. Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah
sebagai berikut:
- keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila
resiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a.
- keutungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil
ditagih dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana ada resiko piutang tidak tertagih relatif besar dan /
beban untuk mengelolah dan menagih piutang yang re;latif besar, maka
jurnalnya:
(D) Piutang Murabahah xxx
(K) aset murabahah xxx
(K) Keuntungan tangguhan xxx
c. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, metode ini
digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak
9
tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.
Pencatatanya sama dengan poin 2, hanya saja jurnal pengakuan keuntungan dibuat
saat seluruh piutang telah salesai ditagih.
6. Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah
dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan akuntansi konvensional,
Yaitu: saldo piutang – penyisihan kerugian piutang. Jurnal untuk penyisihan piutang
tak tertagih:
10
- Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual.
Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka:
a. Penerimaan uang muka dari pembeli:
(D) Kas xxx
(K) Utang lain-uang muka murabahah xxx
b. Apabila murabahah jadi dilaksanakan
(D) Utang lain-uang muka murabahah xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
Sehingga untuk penentuan marjin keuntungan diberdasarkan atas nilai
piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka).
10. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon pembeli.
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
(K) Kas /Utang xxx
Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil
daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk
membayarkan kekurangannya kekurangannya
(D) Kas/Piutang xxx
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
Pesanan dibatalkan, dan perusahaan menanggung kekurangan nya atau uang muka
sama dengan beban yang dikeluarkan:
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
11. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan: saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
12. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada:
(a) harga perolehan aset murabahah
(b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanansebagai kewajiban atau
bukan; dan
(c) pengungkapan diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah
11
b. Akuntansi untuk pembeli
1. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai.
(D) Aset xxx
(K) Kas xxx
Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang murabahah
sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan), aset dicatat sebesar
biaya perolehan tunai dan selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya
perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
(D) Aset xxx
(D) Beban Murabahah
Tangguhan xxx
(K) Utang murabahah xxx
2. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan utang murabahah.
(D) Utang murabahah xxx
(K) Kas xxx
(D) Beban xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan xxx
3. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, diperlakukan sebagai
pengurang beban murabahah tangguhan.
Jurnal Diskon pembelian yg diterima setelah akadMurabahah
(D) Kas xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan xxx
Jurnal potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah:
(D) Utang Murabahah xxx
(D) Beban Murabahah xxx
(K) Kas xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan xxx
4. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad
diakui sebagai kerugian.
(D) Kerugian xxx
(K) Kas/Utang xxx
5. Uang muka
Pembeli membayarkan uang muka.
(D) Uang muka xxx
(K) Kas xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang jurnalnya:
(D) Aset xxx
(D) Beban murabahah tangguhan xxx
(K) Uang muka xxx
(K) Utang murabahah xxx
Jika pembeli membatalkan dan dikenakan biaya, maka diakui sebagai kerugian. Apabila
biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang muka, maka jurnalnya:
(D) Kas xxx
12
(D) Kerugian xxx
(K) Uang muka xxx
Sedangkan biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka, maka jurnalnya:
(D) Kerugian xxx
(K) Uang muka xxx
(K) Kas atau uatang xxx
Pengakuan dan pengukuran urbun(uang muka) adalah sebagai berikut:
a. Urbun diakui sebagai uang muka pembeli sebesar jumlah yang diterima bank pada
saat diterima.
b. Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah maka urbun diakui sebagai pembayaran
piutang.
c. Jika barang batal dibeli oleh nasabah maka urbun dikembalikan kepada nasabah
setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh bank.
6. Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang
murabahah.
7. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada:
(a) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
(b) jangka waktu murabahah tangguh
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
13
1 juni 2016 Kas 115.000 Pendapatan Aset Kas
Penjual sesuai akad Margin 115.000 115.000
menyerahkan barang kepada Murabahah
pembeli dengan nilai 20.000
Rp115.000
Aset murabahah
95.000
2. Non-Tunai
Tidak Menggunakan Akun Penjualan dan Harga Pokok Penjualan Ketika Barang
Diserahkan (biasa digunakan dalam lembaga keuangan)
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
1 januari 2016 Aset Kas/Utang
Penjual dan pembeli Murabahah 200.000
melakukan akad murabahah 200.000
pesanan mengikat. Penjual
membeli dari pihak lainbarang
yang akan dijual kepada
pembeli.
Penjual membeli persediaan
dari pihak lain dengan harga
Rp200.000 dan akan
diserahkan pada 1 juni 2016
akan dibayarkan dalam dua
kali angsuran.
1 juni 2016 Piutang Margin Aset Utang
Penjualan sesuai akad Murabahah Murabahah 200.000 250.000
menyerahkan barang kepada 250.000 Tangguhan
pembeli dengan nilai 50.000 Beban
Rp250.000 secara tidak tunai Murabahah
dan akan dibayar selama 2 Aset Ditangguhk
tahun. Nilai tunai dari aset Murabahah an
Rp200.000. dengan 2 kali 200.000 50.000
15
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
angsuran. (Margin murabahah (beban murabahah
tangguhan akan ditangguhkan akan
diamortisasi sepanjang diamortasi sepanjang
akad) akad)
1 juni 2017 Kas125.00 Piutang Utang Beban
Pembayaran sebesar 0 Murabahah Murabahah Murabaha
Rp125.000 125.000 125.000 h
Margin Ditangguh
Murabahah Pendapata BebanMura kan
Tangguhan Margin bahah 25.000
25.000 Murabahah 25.000
25.000 Kas
125.000
17
Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk Pemberian
Potongan Tagihan Murabahah
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
Apabila penjual memberi Margin Piutang Utang Beban
potongan tagihan sebesar Murabahah Murabaha Murabaha Murabaha
Rp75.000 sehingga saldo Tangguhan 75.000 75.000 Tangguhan
piutang/utang menjadi 75.000 75.000
Rp550.000 (625.000-75.000).
Angsuran keenam dan Kas Piutang Utang Beban
seterusnya Rp 110.000 110.000 Murabahah Murabahah Murabahah
(550.000/5) 110.000 110.000 Tangguhan
Margin 10.000
Murabahah Pendapatan Beban
Tangguhan Margin Murabahah Kas
10.000 Murabahah 10.000 110.000
10.000
Apabila penjual memberi Margin Piutang Utang Beban
potongan tagihan sebesar Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah
Rp175.000 sehingga saldo Tangggungan 175.000 175.000 Tangguhan
piutang/utang menjadi 125.000 125.000
Rp450.000 (625.000-175.000)
Kerugian Keuntunga
Restrukturisasi n
50.000 Restrukturi
sasi
50.000
Angsuran keenam dan Kas Piutang Utang Kas
seterunya Rp 90.000 90.000 Murabahah Murabahah 90.000
(450.000/5); saldo keuntungan 90.000 90.000
tangguhan dan beban
tangguhan sudah Rp 0.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan dari isi makalah maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan asal kata dan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa akad
murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di mana penjual memberi tahu kepada
pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan
harga pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai
dengan kesepakatan.
2. Jenis–jenis akad murabahah ada 2 yaitu, murabahah dengan pesanan dan murabahah
tanpa pesanan. Murabahah dengan pesanan adalah penjual tidak melakukan pembelian
barang sebelum adanya akad murabahah. Murabahah tanpa pesanan adalah penjual
memiliki persediaan barang dagang/murabahah.
3. Dasar hukum akad murabahah terdiri dari alqur’an, as-sunnah, ijma, kaidah syariah
dan fatwa DSN MUI.
4. Perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102 adalah bagaimana proses
pencataan terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihak-
pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai di lembaga syariah.Terdiri
dari akuntansi untuk penjual dan pembeli mulai dari perolehan sampai pada
pengungkapan.
3.2 Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.
Apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan dimaklumi karena penulis tak luput dari
salah,khilaf dan lupa.
21
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hadis.
Al-Qur’an.
Ardha, Novan Bastian Dwi. 2014. Analisis Pelakuan Akuntansi Murabahah pada PT. Bank
Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Malang. Universitas Brawijaya. Malang.
Nurdiani Sabila. 2014. Analisis Penerapan PSAK 102 Atas Murabahah Pada Bank BRI
Syariah, Tbk. http://publication.gunadarma.ac.id/handle/123456789/11454, diakses
pada selasa, 02 April 2019, 13:20 WIB.
Usyaqi Afthon. 2014. Aplikasi Akad Murabahah Dalam Produk Pembiayaan Murabahah di
BPRS PNM Binama Semarang. http://eprints.walisongo.ac.id/2795/ diakses pada
selasa, 02 April 2019, 13:20 WIB.
22