Anda di halaman 1dari 26

Makalah

“Akuntansi Transaksi Pembiayaan Sistem Jual Beli (Murabahah)”

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi Syariah


Dosen Pengampu: Dr. Agung Budi Sulistiyo, S.E, M.Si, Ak.

Oleh:

1. Frisma Novela Arisandy 180820301007


2. Retno Cahyaningati 180820301008
Magister Akuntansi B
Kelompok 1

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2019
STATEMENT OF AUTHORSHIP

“Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir


adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan
tanpa menyebut sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas
pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagarisme.”
Nama NIM Tanda Tangan
Frisma Novela Arisandy 180820301007
Retno Cahyaningati 180820301008
Mata Kuliah : Seminar Akuntansi Syariah
Judul Makalah : Akuntansi Transaksi Pembiayaan Sistem Jual Beli (Murabahah)
Hari, Tanggal : Sabtu, 06 April 2019
Dosen : Dr. Agung Budi Sulistiyo, S.E, M.Si, Ak.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat
menyusun dan menyajikan tugas makalah ini dengan judul “Akuntansi Transaksi
Pembiayaan Sistem Jual Beli (Murabahah)” ini dengan tepat waktu. Tugas makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Syariah dengan dosen
pengampu Dr. Agung Budi Sulistiyo, S.E, M.Si, Ak.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi dan pikirannya dengan
harapan penulis, semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca dan dapat dikaji ulang.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan tugas ini terdapat kesalahan
pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud
penulis. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaan dari tugas ini.

Jember, 02 April 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

STATEMENT OF AUTHORSHIP........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Akad Murabahah......................................................................... 3
B. Karakteristik Akad Murabahah.................................................................. 4
C. Jenis – Jenis Akad Murabahah ................................................................. 5
D. Dasar Syariah Akad Murabahah................................................................ 6
E. Perlakuan Akuntansi Murabahab (PSAK 102).......................................... 8
F. Ilustrasi Akuntansi..................................................................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................ 21
B. Saran.......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang berkaitan
dengan berbagai macam kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sudah seharusnya
manusia bekerja dengan mengolah segala yang telah disediakan di alam semesta dengan
hasil kebutuhan manusia dapat terpenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia juga mempunyai hak dan kewajiban yang
sama antara satu dengan yang lainnya, seseorang tidak menyalahgunakan hak dan
kewajiban orang lain dengan hawa nafsu, ketamakan, dan keserakahan. Bentuk-bentuk
penyalahgunaan antara lain adanya riba, penimbunan harta, tidak memberikan upah kerja
yang selayaknya, memanipulasi harga, dan monopoli.
Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis membantu
manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,
pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul karena manusia ditugaskan oleh
Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah. Sehingga akuntansi sesungguhnya
adalah alat pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta dan sesama makhluk yang
digunakan oleh manusia untuk mencapai kodratnya sebagai khalifah.
Salah satu pembiayaan yang berlandaskan syariah adalah pembiayaan sistem jual beli
atau murabahah, pembiayaan murabahah salah satu produk pembiayaan di perbankan
syariah yang paling mendominasi dan banyak diminati oleh masyarakat indonesia. Hal ini
tampak pada Statistik Perbankan Syariah Indonesia Mei 2018 yang dipublikasikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan. Nilai transaksi murabahah berada di peringkat pertama dengan
jumlah 203,72 trilliun rupiah kemudian disusul oleh akad musyarakah dengan jumlah
64,52 trilliun rupiah dan mudharabah dengan jumlah 14,86 trilliun rupiah (Otoritas jasa
keuangan, 2018). Statistik ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat tertarik
pada produk murabahah yang ditawarkan oleh Bank Syariah di Indonesia.
Dalam pembiayaan sistem jual beli atau murabahah diperlukan adanya perlakuan
sistem akuntansi untuk melihat bagaimana proses pencatatan terhadap produk pembiayaan
yang memakai sistem jual beli dari pihak-pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang
dipakai lembaga keuangan syariah. Sedangkan manfaat dari perlakuan akuntansi akan
berdampak pada laporan keuangan syariah yang disajikan sesuai dengan PSAK No. 101
yang digunakan untuk mengukur kinerja penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
dan berguna untuk pengambilan keputusan.
Namun kenyataannya perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah belum di imbangi
dengan perlakuan akuntansi yang baik, buktinya masih banyak entitas atau bank syariah
yang masih melanggar ketentuan yang ada di PSAK No 102. Berikut penelitian yang
terkait dengan perlakuan akuntansi murabahah yang mengungkapkan bahwa penjual masih
salah dalam penerapannya: Novan (2013), Nurdiani (2014) dan Usyaqi (2014). Meneliti
diperbankan syariah dan Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi
murabahah tidak mematuhi PSAK 102 Tahun 2007 dan PSAK 102 Revisi Tahun 2013.
karena memberikan pembiayaan kepada nasabah untuk memperoleh persediaan murabahah
dan mengukur keuntungan murabahah menggunakan metode anuitas adalah dua perlakuan
akuntansi yang diatur PSAK 55. Sedangkan dari segi pencatatan pada perlakuan akuntansi

1
murabahah belum sesuai dengan PSAK No 102 dan pencatatan jurnal pada saat
perhitungan tunggakan berdasarkan PSAK No 102.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi akad murabahah?
2. Karakteristik Akaf murabahah
3. Apa saja jenis–jenis akad murabahah?
4. Apa saja dasar syariah akad murabahah?
5. Bagaimana perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas. maka tujuan dari penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi akad murabahah.
2. Untuk mengetahui Karakteristik akad murabahah
3. Untuk mengetahui jenis–jenis akad murabahah.
4. Untuk mengetahui dasar syariah akad murabahah.
5. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan dari penulisan makalah ini maka terdapat manfaat yaitu:
1. Bagi penulis, Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang
akad murabahah, serta dapat memperoleh nilai tugas untuk mata kuliah seminar
akuntansi syariah.
2. Bagi pihak lain, Makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta untuk bahan referensi dalam melakukan penelitian
ilmiah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI AKAD MURABAHAH


Secara luas jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela,
menurut (sabiq 2008) jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat
dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang
dengan barang (barter) atau pertukaran uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata
uang dengan yen.
Muslim harus mengetahui jual beli yang diperbolehkan dalam syariah, agar harta yang
dimiliki halal dan baik. Seperti kita ketahui, jual beli adalah salah satu aspek dalam muamalah
(hubungan manusia dengan manusia), dengan kaidah dasar semua boleh kecuali ada dalil
yang melarang. Kalau belum tahu mana yang di bolehkan dalam syariah, atau belum
mengetahui suatu ilmu tertentu, kita wajib mencari tahu sebagaimana sabda rasulullah:
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah).
Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti kelebihan
dan tambahan (keuntungan), atau murabahah juga berarti Al-Irbaah karena salah satu dari dua
orang yang bertransaksi memberikan keuntungan kepada yang lain (Ibnu Al-Mandzur: 443)
sedangkan secara istilah, Bai’ul murabahah adalah jual beli dengan harga awal disertai dengan
tambahan keuntungan (Azzuhaili, 1997:3765). Menurut PSAK 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah paragraf 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli. Menurut Para ahli hukum Islam mendefinisikan bai’ al-murabahah yaitu:
Abd ar-Rahman al-Jaziri, mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai menjual barang dengan
harga pokok beserta keuntungan dengan syarat-syarat tertentu. Ibn Rusyd, filosof dan ahli
hukum Maliki mendefinisikan sebagai jual-beli di mana penjual menjelaskan kepada pembeli
harga pokok barang yang dibelinya dan meminta suatu margin keuntungan kepada pembeli.
Al-Qur’an juga telah menjelaskan akad murabahah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 275
yang berbunyi bahwa Allah SWT menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Hadis
Riwayat Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban juga menyebutkan dalam
kegiatan jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. Sehingga sesungguhnya akad
murabahah sudah mempunyai dasar syariah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan jual-beli murabahah adalah suatu bentuk jual
beli di mana penjual memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan
pembeli membelinya berdasarkan harga pokok tersebut kemudian memberikan margin
keuntungan kepada penjual sesuai dengan kesepakatan beserta dengan syarat–syarat tertentu
tentang “keuntungan yang disepakati” penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga
pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.
Yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual
secara jelas memberitahu pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa keuntungan
yang di inginkannya.

3
2.2 KARAKTERISTIK AKAD MURABAHAH
1. Proses pengadaan barang murabahah (aktiva murabahah) harus dilakukan oleh
penjual Jika penjual hendak mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang menjadi milik penjual
2. Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti
keseriusannya ingin membeli barang tersebut. Uang muka menjadi bagian
pelunasan piutang murabahah jika akad murabahah disepakati.
3. Jika penjual mendapat diskon sebelum akad maka diskon tersebut menjadi hak
pembeli. Apabila diskon diberikan setelah akad, maka diskon yang didapat akan
menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan kesepakatan mereka di awal
akad. Jika akad tidak mengatur, maka diskon tersebut menjadi hak penjual. Diskon
yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi (PSAK No. 102 par
11):
(a) diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang;
(b) diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian
barang;
(c) komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.
4. Cara Pembayaran dapat dilakukan tunai atau tangguh Untuk Murabahah tangguh,
pembayaran dilakukan secara tangguh. Jika pembeli melunasi tepat waktu atau
lebih cepat dari periode yang telah ditetapkan, maka penjual boleh memberikan
potongan. Tetapi, besarnya potongan ini tidak boleh diperjanjikan diawal akad.
Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan waktu yang
ditetapkan, pembeli tidak boleh didenda atas keterlambatan Kecuali pembeli
tersebut tidak membayar karena lalai.
5. Apabila pembeli mengalami kesulitan keuangan, maka penjual hendaknya
memberi keringanan. Keringanan dapat berupa menghapus sisa tagihan, membantu
menjualkan obyek murabahah pada pihak lain atau melakukan restrukturisasi
piutang.
6. Restrukturisasi piutang bisa dalam bentuk: Memberi potongan sisa tagihan,
sehingga jumlah angsuran menjadi lebih kecil. melakukan penjadualan ulang
(rescheduling), dimana jumlah tagihan yang tersisa tetap (tidak boleh ditambah)
dan perpanjangan masa pembayaran disesuaikan dengan kesepakatan kedua pihak
sehingga besarnya angsuran menjadi lebih kecil. mengkonversi akad murabahah,
dengan cara menjual obyek murabahah kepada penjual sesuai dengan nilai pasar,
kemudian dari uang yang ada digunakan untuk melunasi sisa tagihan.
Kelebihannya (bila ada) digunakan sebagai uang muka akad ijarah atau sebagai
bagian modal dari akad mudharabah musytarakah atau musyarakah. Sebaliknya,
kekurangannya tetap menjadi utang pembeli yang cara pembayarannya disepakati
bersama.
7. Sebaiknya, penjualan tidak tunai (tangguh) dibuatkan kontrak/perjanjiannya secara
tertulis dan dihadiri saksi-saksi. Kontrak memuat antara lain besarnya utang
pembeli, jangka waktu akad, besarnya angsuran setiap periode, jaminan, siapa
yang berhak atas diskon pembelian barang setelah akad dan lain sebagainya.
Untuk menghindari resiko, penjual dapat meminta jaminan.

4
2.3 JENIS-JENIS AKAD MURABAHAH
1. Murabahah dengan Pesanan (Murabahah to The Purchase Order)
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pesanan dari pembeli. Pada bank syariah, bank baru akan melakukan transaksi murabahah
atau jual beli apa bila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru
di lakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau
terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut. Murabahah dengan
pesanan dapat bersifat mengikat dan tidak mengikat pembeli untuk membeli barang
pesananya jika bersifat mengikat maka pembeli harus membeli barang pesanannya dan
tidak dapat membatalkan pesananya dan jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual
dalam murabahah pesanan mengikat, mangalami penurunan nilai sebelum diserahkan
kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan
mengurangi nilai akad.

Keterangan :
(1) Melakukan akad murabahah
(2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
(3) Barang diserahkan dari produsen
(4) Barang diserahkan kepada pembeli
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

2. Murabahah Tanpa Pesanan


Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat, dimana pembeli langsung membeli
barang dagang yang telah tersedia untuk dijual oleh si penjual. Pada bank syariah barang
yang di sediakan oleh pihak bank adalah menjadi tanggung jawab dari pihak bank itu
sendiri sebagai penjual. Dimana bank syariah menyediakan barang ataupun persediaan
barang yang akan diperjual belikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang
membeli atau tidak. Sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi jual
beli murabahah dilakukan.

5
Keterangan :
(1) Melakukan akad murabahah
(2) Barang diserahkan kepada pembeli
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

2.4 DASAR SYARIAH AKAD MURABAHAH


1. Sumber Hukum Akad Murabahah
a) Al-Quran
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamu” (QS. 4:29).
“Hai orang – orang yang beriman penuhilah akad – akad itu” (QS. 5:1).
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. 2:275).
“...dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia
berkelapangan.” (QS 5:2).
“...dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa...” (QS. 5:2).
“Hai orang yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka
waktu yang ditentukan, tuliskanlah...” (QS 2:282).

b) Al – Hadist
Dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli
itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut
Ibnu Hibban).
Rasulullah saw bersabda, ” Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib).
”Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli
serta di dalam menagih haknya” (Dari Abu Hurairah).
”orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya
selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR Muslim).
”Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga
diri dan pemberian sangsi kepadanya” (HR Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad).
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman.”
(HR Bukhari & Muslim).
”Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya” (HR
Al Bukhari).
c) Al-Ijma
Transaksi ini sudah dipraktekkan di berbagai kurun dan tempat tanpa ada yang
mengingkarinya, ini berarti para ulama menyetujuinya (Ash-Shawy, 1990., hal. 200).
d) Kaidah Fiqih, yang menyatakan:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
e) Fatwa Dewan Syariah Nasonal Majelis Ulama Indonesia No.04/DSN-
MUI/IV/2000, tentang Murabahah.

6
2. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah
1. Pelaku
Adanya penjual dan pembeli, Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat
membedakan), sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual
beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.

2. Objek Jual Beli, harus memenuhi:


a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal. Maka semua barang yang
diharamkan oleh Allah, tidak dapat di jadikan sebagai objek jual beli, kareana
barang tersebut dapat menyebabkan manusia bermaksiat/melanggar larangan
Allah. Hal ini sesuai dengan hadis berikut: “Sesungguhnya Allah apabila
mengharamkan sesuatu juga mengharamkan harganya.” (HR. Bukhari Muslim).
b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai,
dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang di perjualbelikan, misalnya:
jual beli barang yang kadaluwarsa.
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual. Jual beli atas barang yang tidak di mkiliki
oleh penjual adalah tidak sah karena bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan
kepemilikan barang kepada orang lain atas barang yang bukan miliknya. Jual beli
oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan sah apabila mendapat izin dari
pemilik barang.Misalnya: seorang suami menjual harta milik istrinya, sepanjang si
istri mengizinkan maka sah akadnya. Contoh lain, jual beli barang curian adalah
tidak sah karena status kepemilikan barang tersebut tetap pada si pemilik harta.
“Tidak sah jual beli selain mengenai barang yang dimiliki.” (HR. Abu Daud dan
Tirmizi).
d. Barang tersebut dapat di serahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di
masa depan. Barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah,
karena dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat
merugikan salah satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan
pearsengketaan. Misalnya: saya jual mobil avanzaku yang hilang dengan harga
Rp. 40.000.000 si pembeli berharap mobil itu akan ditemukan. Demikian juga jual
beli atas barang yang sedang di gadaikan atau telah diwakafkan.
e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian).
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnsysa dengan jelas, sehingga
tidak ada gharar.
g. Harga barang tersebut jelas. Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui
oleh pembeli dan penjual berikut cara pembayarannya tunai atau tangguh(tidak
tunai) sehingga jelas.
h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual.

3. Ijab kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka
kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan

7
menjadi halal. Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli
kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab dan
qabul yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat
ijab dan qabul yaitu:
a. Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual buku ini
seharga Rp. 15.000,-".
b. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.

2.5 PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH (PSAK 102)


PSAK No.102 merupakan sistem akuntansi yang melihat bagaimana proses pencataan
terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihak-pihak yang terkait
menjadi sistem akuntansi yang dipakai di lembaga syariah.
1. Akuntansi untuk penjual
1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan
(D) Aset Murabahah xxx
(K) Kas xxx

2. Untuk murabahah pesanan meningkat, pengukuran aset murabahah setelah perolehan


adalah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan nilai aset karena
usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai
terebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Jika terjadi penurunan nilai
untuk murabahah pesanan mengikat, maka jurnalnya:
(D) Beban penurunan nilai xxx
(K) Aset Murabahah xxx

Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat, maka jurnalnya
(D) Kerugian penurunan nilai xxx
(K) Aset murabahah xxx
3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka :
a. akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum
akad murabahah, Jurnal:
(D) Aset Murabahah (net) xxx
(K)Kas xxx
b. menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
(D) Kas xxx
(K) Utang xxx
c. menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah
dan seusai akad menjadi hak penjual.
(D) Kas xxx
(K) Keuntungan Murabahah xxx
d. pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad

8
(D) Kas xxx
(K) Pendapatan Operasional lain xxx
4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan
tereliminasi pada saat :
a. dilakukan pembayaran kepada pembeli, Jurnal:
(D) Utang xxx
(K) Kas xxx
b. akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual :
(D) Utang xxx
(K) Kas xxx
(D) Dana kebajikan – kas xxx
(K) Dana Kebajikan-
Pendapatan denda xxx
5. Pengakuan keuntungan murabahah:
a. Jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa,
angsuran murabahah tidak melebihi 1 periode laporan keuangan, maka murabahah
diakui pada saat terjadinya akad murabahah:
(D) Kas xxx
(D) Piutang Murabahah xxx
(K) Aset Murabahah xxx
(K) Keuntungan xxx

b. Namun apabila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah
sebagai berikut:
- keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila
resiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a.
- keutungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil
ditagih dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana ada resiko piutang tidak tertagih relatif besar dan /
beban untuk mengelolah dan menagih piutang yang re;latif besar, maka
jurnalnya:
(D) Piutang Murabahah xxx
(K) aset murabahah xxx
(K) Keuntungan tangguhan xxx

Pada saat penerimaan angsuran:


(D) Kas xxx
(K) Piutang Murabahah xxx

(D) Keuntungan tangguhan xxx


(K) Keuntungan xxx

c. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, metode ini
digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak

9
tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.
Pencatatanya sama dengan poin 2, hanya saja jurnal pengakuan keuntungan dibuat
saat seluruh piutang telah salesai ditagih.
6. Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah
dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan akuntansi konvensional,
Yaitu: saldo piutang – penyisihan kerugian piutang. Jurnal untuk penyisihan piutang
tak tertagih:

(D) Beban Piutang tak tertagih xxx


(K) Penyisihan piutang tak tertagih xxx
7. Potongan pelunasan piutang murabahah diberikan pada saat pelunasan, diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah dan dapat dilakukan dengan cara:
a. Diberikan pada saat pelunasan, jurnal:
(D) Kas xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(K) Keuntungan murabahah xxx
(net setelah dikurangi potongan pelunasan)
b. (memberikan setelah pelunasan (penjual menerima pelunasan dan
membayarkan potongan kepada pembeli). Jurnal:
Pada saat penerimaan piutang dari pembeli:
(D) Kas xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(K) Keuntungan murabahah xxx
Pada saat pengembalian kepada pembeli:
(D) Keuntungan murabahah xxx
(K) Kas xxx
Jika potongan diberikan karena adanya penurunan kemampuan pembayaran
pembeli diakui sebagai beban.
(D) Kas xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan xxx
(D) Beban xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(K) Keuntungan Murabahah xxx
8. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda yang
diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
(D) Dana Kebajikan-Kas xxx
(K) Dana Kebajikan-
Pendapatan denda xxx
9. Pengakuan dan pengukuran uang muka :
- uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima;
- pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian pokok)

10
- Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual.
Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka:
a. Penerimaan uang muka dari pembeli:
(D) Kas xxx
(K) Utang lain-uang muka murabahah xxx
b. Apabila murabahah jadi dilaksanakan
(D) Utang lain-uang muka murabahah xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
Sehingga untuk penentuan marjin keuntungan diberdasarkan atas nilai
piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka).
10. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon pembeli.
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
(K) Kas /Utang xxx
Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil
daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk
membayarkan kekurangannya kekurangannya
(D) Kas/Piutang xxx
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
Pesanan dibatalkan, dan perusahaan menanggung kekurangan nya atau uang muka
sama dengan beban yang dikeluarkan:
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
11. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan: saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
12. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada:
(a) harga perolehan aset murabahah
(b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanansebagai kewajiban atau
bukan; dan
(c) pengungkapan diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah

11
b. Akuntansi untuk pembeli
1. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai.
(D) Aset xxx
(K) Kas xxx
Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang murabahah
sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan), aset dicatat sebesar
biaya perolehan tunai dan selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya
perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
(D) Aset xxx
(D) Beban Murabahah
Tangguhan xxx
(K) Utang murabahah xxx
2. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan utang murabahah.
(D) Utang murabahah xxx
(K) Kas xxx
(D) Beban xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan xxx
3. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, diperlakukan sebagai
pengurang beban murabahah tangguhan.
Jurnal Diskon pembelian yg diterima setelah akadMurabahah
(D) Kas xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan xxx
Jurnal potongan pelunasan dan potongan hutang murabahah:
(D) Utang Murabahah xxx
(D) Beban Murabahah xxx
(K) Kas xxx
(K) Beban Murabahah Tangguhan xxx
4. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad
diakui sebagai kerugian.
(D) Kerugian xxx
(K) Kas/Utang xxx
5. Uang muka
Pembeli membayarkan uang muka.
(D) Uang muka xxx
(K) Kas xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang jurnalnya:
(D) Aset xxx
(D) Beban murabahah tangguhan xxx
(K) Uang muka xxx
(K) Utang murabahah xxx
Jika pembeli membatalkan dan dikenakan biaya, maka diakui sebagai kerugian. Apabila
biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang muka, maka jurnalnya:
(D) Kas xxx

12
(D) Kerugian xxx
(K) Uang muka xxx
Sedangkan biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka, maka jurnalnya:
(D) Kerugian xxx
(K) Uang muka xxx
(K) Kas atau uatang xxx
Pengakuan dan pengukuran urbun(uang muka) adalah sebagai berikut:
a. Urbun diakui sebagai uang muka pembeli sebesar jumlah yang diterima bank pada
saat diterima.
b. Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah maka urbun diakui sebagai pembayaran
piutang.
c. Jika barang batal dibeli oleh nasabah maka urbun dikembalikan kepada nasabah
setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh bank.
6. Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang
murabahah.
7. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada:
(a) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
(b) jangka waktu murabahah tangguh
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

2.6 ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD MURABAHAH


1.      Tunai
Transaksi Murabahah Tunai Dengan Pesanan
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
1 januari 2016 Aset Kas / Utang
Penjual dan pembeli Murabahah 100.000
melakukan akad murabahah. 100.000
penjual membeli dari pihak
lain barang  yang  akan dijual
kepada pembeli. Penjual
membeli persediaan dari
pihak lain dengan harga
Rp100.000 dan akan
diserahkan pada 1 juni 2016.
Pesanan meningkat.
1 maret 2016 Beban Aset Murabahah
Jika terjadi penurunan nilai Penurunan Nilai 5.000
sebelum barang pesanan 5.000
diserahkan kepada pembeli
sebesar Rp5.000

13
1 juni 2016 Kas 115.000 Pendapatan Aset Kas
Penjual sesuai akad Margin 115.000 115.000
menyerahkan barang kepada Murabahah
pembeli dengan nilai 20.000
Rp115.000
Aset murabahah
95.000

Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Tidak Mengikat


Transaksi (dalam Penjual Pembeli
ribuan rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
1 Januari 2016 Aset Kas / Utang
Jika penjual memperoleh Murabahah 100.000
aset murabahah dengan 100.000
harga
belisebesar  Rp100.000
1 Maret 2016 Kerugian Aset
Jika terjadi penurunan Penurunan Murabahah
nilai sebelum barang Nilai 5.000
pesanan diserahkan 5.000
kepada pembeli sebesar
Rp5.000. Pesanan tidak
mngikat.
15 Maret 2016 Kas Pendapatan Aset Kas
Penjual sesuai akad 115.000 Margin 115.00 115.000
menyerahkan barang Murabahah 0
kepada pembeli dengan 20.000
nilai Rp115.000. Secara
tunai. Aset
Murabahah
95.000
1 April 2016
Apabila diskon diberikan
oleh pihak ketiga setelah
akad ditandatangani oleh
pembeli dan penjual,
sebesar Rp5.000 dan biaya
pengembalian diskon
Rp1.000.
Pada saat menerima diskon
dari pihak ketiga
Jika merupakan hak
pembeli :
Saat diskon diterima Kas Utang
4.000 4.000
Saat diskon dibayarkan Utang Kas Kas Aset
14
Transaksi (dalam Penjual Pembeli
ribuan rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
kepada pembeli 4.000 4.000 4.000 4.000
Saat diskon tidak dapat Dana Dana
dibayarkan kepada pembeli Kebajikan- Kebajikan-
karena pembeli tidak Kas Denda
diketahui secara pasti 4.000 4.000
keberadaanya
Jika merupakan hak
penjual :
Saat diskon diterima Kas Pendapatan
dan diperjanjikan 4.000 Margin
dalam akad Murabahah
4.000
Jika tidak dijanjikan Kas Pendapatan
dalam akad 4.000 Operasional
Lain
4.000

2.      Non-Tunai
Tidak Menggunakan Akun Penjualan dan Harga Pokok Penjualan Ketika Barang
Diserahkan (biasa digunakan dalam lembaga keuangan)
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
1 januari 2016 Aset Kas/Utang
Penjual dan pembeli Murabahah 200.000
melakukan akad murabahah 200.000
pesanan mengikat. Penjual
membeli dari pihak lainbarang
yang akan dijual kepada
pembeli.
Penjual membeli persediaan
dari pihak lain dengan harga
Rp200.000 dan akan
diserahkan pada 1 juni 2016
akan dibayarkan dalam dua
kali angsuran.
1 juni 2016 Piutang Margin Aset Utang
Penjualan sesuai akad Murabahah Murabahah 200.000 250.000
menyerahkan barang kepada 250.000 Tangguhan
pembeli dengan nilai 50.000 Beban
Rp250.000 secara tidak tunai Murabahah
dan akan dibayar selama 2 Aset Ditangguhk
tahun. Nilai tunai dari aset Murabahah an
Rp200.000. dengan 2 kali 200.000 50.000         
15
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
angsuran. (Margin murabahah (beban murabahah
tangguhan akan ditangguhkan akan
diamortisasi sepanjang diamortasi sepanjang
akad) akad)
1 juni 2017 Kas125.00 Piutang Utang Beban
Pembayaran sebesar 0 Murabahah Murabahah  Murabaha
Rp125.000 125.000 125.000 h
Margin Ditangguh
Murabahah Pendapata BebanMura kan
Tangguhan Margin bahah 25.000
25.000 Murabahah 25.000
25.000 Kas
125.000

1 juni 2018 Kas Piutang Utang BebanM


Pembayaran sesuai Rp125.000 125.000 Murabahah Murabahah urabahah
125.000 125.000 Ditanggu
MarginMura hkan
bahahTangg Pendapatan Beban 25.000
uhan  Margin Murabahah
25.000 Murabahah 25.000 Kas
25.000 125.000

Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah Restrukturisasi Utang Piutang


Penjual Pembeli
Transaksi (dalam ribuan rupiah)
Debit Kredit Debit Kredit
12 Mei 2018 Aset         Kas/utang  
penjual dan pembelimelakukan 1.000.000  
akad murabahah. Penjual membeli 1.000.000
dari pihak lain barang yang akan
dijual kepada pembeli dengan
harga  Rp1.000.000. barang akan
diserahkan pada pembeli tanggal 1
juni 2018
1 juni 2018 Piutang Margin Aset           Utang        
penjual menyerahkan barang Murabaha Murabaha 1.000.000 1.250.000
kepada pembeli dengan nilai h h
Rp1.250.000. secara tidak tunai 1.250.000 Tangguha Beban
dan akan dibayar selama 10 x n 250.000 Murabahah
angsuran. Tangguhan 
Aset           250.000
1.000.000
16
Penjual Pembeli
Transaksi (dalam ribuan rupiah)
Debit Kredit Debit Kredit

Margin Murabahah Beban Murabahah


Tangguhan akan Tangguhan akan
diamortisasi sepanjang diamortisasi sepanjang akad
akad proporsional proporsional dengan utang
dengan piutang yang yang dilunasi
dilunasi
Jurnal setiap pembayaran angsuran Kas            Piutang Utang Beban
125.000 Murabaha Murabahah  Murabahah
h   125.000 Tangguhan 
Margin 125.000 25.000
Murabaha Beban
h Pendapata Murabahah  Kas             
Tangguha n Margin 25.000 125.000
n 25.000 Murabaha
h
25.000
Sampai dengan angsuranke-5, Piutang murabahah Utang murabahah
pembeli dapat membayarangsuran 625.000 625.000
dengan baik. Untuk angsuran Margin Murabhah Beban Murabahah
berikutnya pembeli mengalami Tangguhan  Tangguhan
penurunan kemampuan bayar, (125.000) (125.000)
sehingga penjual memutuskan 500.000 500.000
akan melakukan rekstrukturisasi
utang murabahahnya. Posisi
terakhir dari akun terkait dengan
utang piutang murabahah adalah:

17
Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk Pemberian
Potongan Tagihan Murabahah
Transaksi (dalam ribuan Penjual Pembeli
rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
Apabila penjual memberi Margin Piutang Utang Beban
potongan tagihan sebesar Murabahah Murabaha Murabaha Murabaha
Rp75.000 sehingga saldo Tangguhan 75.000 75.000 Tangguhan
piutang/utang menjadi 75.000 75.000
Rp550.000 (625.000-75.000).
Angsuran keenam dan Kas Piutang Utang Beban
seterusnya Rp 110.000 110.000 Murabahah Murabahah Murabahah
(550.000/5) 110.000 110.000 Tangguhan
Margin 10.000
Murabahah Pendapatan Beban
Tangguhan Margin Murabahah Kas
10.000 Murabahah 10.000 110.000
10.000
Apabila penjual memberi Margin Piutang Utang Beban
potongan tagihan sebesar Murabahah Murabahah Murabahah Murabahah
Rp175.000 sehingga saldo Tangggungan 175.000 175.000 Tangguhan
piutang/utang menjadi 125.000 125.000
Rp450.000 (625.000-175.000)
Kerugian Keuntunga
Restrukturisasi n
50.000 Restrukturi
sasi
50.000
Angsuran keenam dan Kas Piutang Utang Kas
seterunya Rp 90.000 90.000 Murabahah Murabahah 90.000
(450.000/5); saldo keuntungan 90.000 90.000
tangguhan dan beban
tangguhan sudah Rp 0.

Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk


Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah
Transaksi (dalam ribuan
Penjual Pembeli
rupiah)
Debit Kredit Debit Kredit
Apabila penjual memberi Kas Piutang Utang Beban
perpanjangan waktu, di mna 62.000 Murabahah Murabaha Muraba
seharusnya pembeli harus 62.500 h hah
melunasi 5 angsuran lagi Margin 62.500 Tangguh
(angsuran ke-6 sampai ke-10) Murabahah Pendapata an
menjaadi 10 kali angsuran Tangguhan Margin Beban 12.500
untuk saldo utang/piutang 12.500 Murabahah Murabaha
yang ada, maka besarnya 12.500 h Kas
18
Transaksi (dalam ribuan
Penjual Pembeli
rupiah)
Debit Kredit Debit Kredit
angsuran menjadi lebih kecil 12.500 62.500
yaitu Rp 62.500 (625.000/10)
Untuk setiap kali angsuran

Jika Rekstrukturisasi Utang Piutang Murabahah Bermasalah dalam Bentuk KonversiAkad


Transaksi (dalam Penjual Pembeli
ribuan rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
Apabila Aset pembeli dijual Aset Kas Kas Aset
kepada penjual dengan nilai 800.000 800.000 800.000 800.000
pasar Rp 800.000.
Pelunasan Utang Piutang Margin Pendapatan Utang Beban
Murabahah Margin Murabahah Murabaha
Tangguhan Murabahah 625.000 h
125.000 125.000 Tangguha
Piutang Beban n 125.000
Kas Murabahah Murabahah
625.000 625.000 125.000 Kas
625.000
Kemudian selisih nilai jual aset Kas Dana Investasi Kas
dengan utang dapat digunakan 175.000 Syirkah Musyarakah 175.000
sebagai uang muka IMBT, Temporer /Beban
bagian modal mudharabah 175.000 Sewa
musyarakah atau musyarakah 175.000
menurun. Perlakuan
akuntansinya mengikuti
masing-masing jenis akad
tersebut
Apabila aset pembeli dijual ke Aset Kas Kas Aset
penjual dengan nilai pasar 550.000 550.000 550.000 550.000
Rp550.000 Margin Pendapatan Utang Beban
Murabahah Margin Murabahah Murabaha
Tangguhan Murabahah 625.000 h
125.000 125.000 Tangguha
Beban n 125.000
Kas Piutang Murabahah
550.000 Murabahah 125.000 Kas
625.000 550.000
Piutang lain-lain
75.000 Utang
lain-lain
75.000
Apabila debitur melunasi Kas Piutang Utang Kas
sisanya 75.000 Lain-lain Lain-lain 75.000
19
Transaksi (dalam Penjual Pembeli
ribuan rupiah) Debit Kredit Debit Kredit
75.000 75.000
Apabila debitur membebaskan Kerugian Piutang Utang Keuntung
sisa utang debitur Restrukturisasi 75.000 75.000 an
75.000 Restruktu
risasi
75.000

20
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan dari isi makalah maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan asal kata dan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa akad
murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di mana penjual memberi tahu kepada
pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan
harga pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai
dengan kesepakatan.
2. Jenis–jenis akad murabahah ada 2 yaitu, murabahah dengan pesanan dan murabahah
tanpa pesanan. Murabahah dengan pesanan adalah penjual tidak melakukan pembelian
barang sebelum adanya akad murabahah. Murabahah tanpa pesanan adalah penjual
memiliki persediaan barang dagang/murabahah.
3. Dasar hukum akad murabahah terdiri dari alqur’an, as-sunnah, ijma, kaidah syariah
dan fatwa DSN MUI.
4. Perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102 adalah bagaimana proses
pencataan terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihak-
pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai di lembaga syariah.Terdiri
dari akuntansi untuk penjual dan pembeli mulai dari perolehan sampai pada
pengungkapan.

3.2 Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.
Apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan dimaklumi karena penulis tak luput dari
salah,khilaf dan lupa.

21
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hadis.
Al-Qur’an.
Ardha, Novan Bastian Dwi. 2014. Analisis Pelakuan Akuntansi Murabahah pada PT. Bank
Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Malang. Universitas Brawijaya. Malang.

Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 102 Akuntansi


Murabahah. Jakarta: Salemba Empat.

Nurdiani Sabila. 2014. Analisis Penerapan PSAK 102 Atas Murabahah Pada Bank BRI
Syariah, Tbk. http://publication.gunadarma.ac.id/handle/123456789/11454, diakses
pada selasa, 02 April 2019, 13:20 WIB.

Usyaqi Afthon. 2014. Aplikasi Akad Murabahah Dalam Produk Pembiayaan Murabahah di
BPRS PNM Binama Semarang. http://eprints.walisongo.ac.id/2795/ diakses pada
selasa, 02 April 2019, 13:20 WIB.

Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai