Terapi Komplementer
Terapi Komplementer
Disusn Oleh:
Kelompok 4
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................3
BAB III........................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh
yaitu American HolisticNursing Association (AHNA), Nurse HealerProfesional
Associates (NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula National Center
forComplementary/Alternative Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998
(Snyder & Lindquis, 2002).
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi
sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk
klien dalam memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi
langsung. Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian
(evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan
yang lebih baik.
I.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun
2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani
pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-
konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari
mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media.
3
II.2 Tujuan Terapi Komplementer
4
Jenis – jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No:
1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain:
1. Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan
juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan
mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai
komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah
pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 –
3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer),
5
lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien
boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada
telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik
Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian
maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah
melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap
keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal
ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya
efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa
dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik
serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan
untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan
pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya
tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan
umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare,
meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping
yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah,
fatigue (kelelahan) dan neuropati.
1. Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah
memiliki kompetensi.
2. Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk
sediaan farmasi.
6
3. Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah
mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan
dilakukan pemantauan terus – menerus
1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan
praktisi terapi.
2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam
fungsinya secara holistik dengan memberikan advocate dalam hal
keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada pasien.
7
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Akupuntur
2. Terapi hiperbarik
3. Terapi herbal medik
8
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H.
(1999). Nurse’s handbook of alternative and complementary therapies.
Pennsylvania: Springhouse
Widyatuti, W. 2008. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan.
jki.ui.ac.id/index.php / jki/ articledownload /200/pdf_65. Diakses tanggal 20
Februari 2015.
Hadibroto dan Alam, S. (2006). Seluk Beluk Pengobatan Komplementer.
Jakarta: Buana Ilmu Populer
Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar.
Salemba Medika : Jakarta.