Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dinda Ayu Putri Septiani

NIM : 11000219410099

Mata Kuliah : Hukum Kepailitan

Kelas : A2

1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dan Cermati Oleh Notaris Apabila


Kurator Akan Menjual Boedel Pailitnya.

Yang dimaksud dengan Budel Pailit adalah bankrupt estate yaitu harta
kekayaan seseorang atau badan yang telah dinyatakan pailit yang dikuasai
oleh balai harta peninggalan. Sedangkan dalam UU Kepailitan disebutkan,
bahwa yang dimaksud dengan Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau
orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan
membereskan harta Debitor Pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas”.
Kurator mempunyai kewajiban untuk melakukan tugas pengurusan dan/atau
pemberesan harta pailit sesuai dengan Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang
kepailitan. Dalam melakukan pemberesan harta pailit kurator harus
mempertimbangkan hal-hal berikut dalam melakukan penjualan harta pailit :

a. Pertimbangan Yuridis, agar pihak kurator tidak disalahkan dalam


menjual harta pailit adalah harus memperhatikan persyaratan
yuridis terhadap tindakan tersebut, misalnya kapan dia harus
menjualnya, bagaimana prosedur menjualnya, apakah memerlukan
izin tertentu, undang-undang dan pasal mana yang mengaturnya
dan aturan aturan lainnya yang berkaitan dengan pemberesan harta
pailit.
b. Pertimbangan Bisnis, selain pertimbangan yuridis, kurator yang
menjual aset debitor juga harus memperhatikan pertimbangan
bisnis, jika perlu bisa menggunakan para ahli untuk memberikan
masukan-masukan sebagai bahan pertimbangan bagi kurator.

Dalam UUK-PKPU mengatur tata cara kurator melakukan penjualan harta


pailit yaitu dengan cara menjualan harta pailit di depan umum hal ini
dilakukan di depan kantor lelang sebagaimana mestinya, kemudian yang
kedua dilakukan dengan cara dibawah tangan, bisa dengan menggunakan
berbagai cara seperti negoisasi, tender baik secara bebas dan terbatas, iklan di
surat kabar, dan sebagainya. Penjualan dibawah tangan ini diperlukan izin
hakim pengawas, penjualan di bawah tangan boleh dilakukan apabila
penjualan lewat lelang gagal dilakukan. Yang perlu dicermati Notaris pada
saat kurator menjual boedel pailitnya terutama jika penjualan boedel pailit
dilakukan di bawah tangan, hal ini secara langsung akan melibatkan Notaris
ataupun PPAT . dalam hal boedel pailitnya adalah saham Notaris harus teliti
dalam hal dokumen berita acara rapat umum pemegang saham Perusahaan
yang akan dijual. Selain itu Notaris juga harus cermat dan mengetahui
identitas kurator, putusan pernyataan pailit yang dikeluarkan oleh Pengadilan
Niaga termasuk pengangkatannya sebagai kurator serta penetapan izin
pengawas.

Sedangkan dalam hal objek boedel pailit berupa tanah berdasarkan pasal
185 ayat (2) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yaitu penghadap Kurator
selaku penjual berhak memindahkan hak atas tanah milik debitor berdasarkan
penetapan putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga termasuk
penetapannya sebagai Kurator. Kaitannya dengan pasal 185 ayat (2) UU
Kepailitan dan PKPU adalah dalam hal penjualan dibawah tangan berdasarkan
izin hakim pengawas berupa penetapan kurator berwenang dalam jual beli
tersebut. Penjualan dibawah tangan terhadap tanah dan pemindahan hak atas
tanah harus dilakukan dihadapan PPAT yang dibuat secara resmi berupa akta
otentik.

2. Pengertian Sederhana Dalam Pasal 8 Ayat (4) UU No 37 Tahun 2004 Dan


Kaitannya Dengan Pasal 225 Ayat (3) UU No 37 Tahun 2004.

Di dalam pasal 8 ayat (4) UU no 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan


PKPU berbunyi “ Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila
terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan
untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah
dipenuhi” , yang dimaksud dengan kata “Sederhana” dalam pasal 8 ayat (4)
yaitu bahwa adanya fakta dua atau lebih Kreditor dan fakta utang yang telah
jatuh waktu dan tidak dibayar. Sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang
yang didalihkan oleh pemohon pailit dan termohon pailit tidak menghalangi
dijatuhkannya putusan pernyataan pailit. Pembuktian sederhana merupakan
suatu syarat absolut yang membatasi kewenangan dari pengadilan niaga dalam
upaya membuktikan apakah seorang debitor yang dimohonkan pailit tersebut
terbukti mempunyai sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih, serta tidak dapatnya debitortersebut untuk melunasi utangnya yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih tersebut.

Sedangkan pada Pasal 225 ayat (3) UU No 37 Tahun 2004 menyebutkan


bahwa “ Dalam hal permohonan diajukan oleh Kreditor, Pengadilan dalam
waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari sejak tanggal didaftarkannya surat
permohonan, harus mengabulkan permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang sementara dan harus menunjuk Hakim Pengawas dari
hakim pengadilan serta mengangkat 1 (satu) atau lebih pengurus yang bersama
dengan Debitor mengurus harta Debitor”. Ketentuan Pasal 8 ayat (4) Jo Pasal
2 ayat (1) UU KPKPU juga berlaku terhadap permohonan PKPU, hal ini
disebutkan dalam Bab III PKPU terdapat pasal yang menegaskan bahwa
ketentuan Bab II Kepailitan juga berlaku terhadap ketentuan PKPU
diantaranya pada Pasal 245 tentang pembayaran piutang masing-masing
kreditor yang harus tunduk pada Pasal 185 ayat (3), Pasal 246 yang
menyatakan ketentuan Pasal 56, Pasal 57 dan Pasal 58 berlaku mutatis
mutandis terhadap pelaksanaan kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal
55 ayat (1), Pasal 248 ayat (3) yang menyatakan Pasal 53 dan Pasal 54 berlaku
bagi perjumpaan utang pada PKPU, Pasal 256 yang menyatakan Pasal 11,
Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 berlaku mutatis mutandis terhadap putusan
pernyataan pailit sebagai akibat putusan pengakhiran PKPU, dan namun tidak
terdapat ketentuan perihal pembuktian utang sederhana dalam kepailitan pada
Pasal 8 ayat (4) jo Pasal 2 ayat (1) juga berlaku terhadap PKPU.

Anda mungkin juga menyukai