Anda di halaman 1dari 16

PERANAN DAN FUNGSI NOTARIS

DALAM PROSES PEMBERESAN


HARTA PAILIT
OLEH:
ALI SUMALI NUGROHO S.H., S.Sos
Advokat, Kurator & Pengurus
Kepailitan:
Adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas
Pasal 1 angka 1 UUK

Kurator:
Adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang
diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta
Debitor Pailit di bawah pengawasan Hakim
Pasal 1 angka 5 UUK
Peranan dan Fungsi Kurator
dalam Kepailitan:

1. Pengurusan Harta Pailit, dan


2. Pemberesan Harta Pailit
(Pasal 1, Pasal 16, Pasal 69, Pasal 72, Pasal 178
UUK)
Pengurusan Harta Pailit:
A. MENGAMANKAN HARTA PAILIT
Menyimpan: Surat,dokumen, uang, perhiasan, efek, surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima;
Penyegelan melalui bantuan panitera pengadilan;
Membuat pencatatan keadaan harta pailit, paling lambat 2 hari setelah menerima putusan Pengangkatan
Kurator;
Membuat daftar catatan mengenai sifat & jumlah piutang dan utang, nama & alamat kreditor dari debitor pailit
(verifikasi piutang).
 
B. MENINGKATKAN HARTA PAILIT
Meminta Pembatalan Perbuatan Hukum Debitur (Actiopauliana) yang merugikan harta pailit;
Melakukan Pinjaman kepada Pihak Ketiga;
Melanjutkan Usaha Debitor Pailit;
Merawat Harta Pailit;
Mengajukan Tuntutan Hak kepada Pihak Ketiga.
Pemberesan Harta Pailit

Yang dimaksud dengan "pemberesan" adalah penguangan aktiva


untuk membayar atau melunasi utang.
(Penjelasan pasal 16 (1) UUK)
 

Kapan saat dilakukannya Pemberesan Harta Pailit??

Dalam UU tidak diatur secara tegas mengenai kapan dimulainya


Pemberesan Harta Pailit, namun dari ketentuan pasal 178 (1), Pasal
57 (1) Pasal 59 (1) UUK didalamnya mengatur kondisi “Insolvensi”
dari debitor pailit menjadi dasar dapat dilakukannya Pemberesan
Harta Pailit.
 APAKAH INSOLVENSI???
"insolvensi" adalah keadaan tidak mampu membayar.
 
 (Penjelasan Pasal 57 Ayat (1) UUK)

Apakah syarat-syarat debitor pailit dinyatakan insolvensi???


 
1. Debitor tidak mengajukan rencana perdamaian;
2. rencana perdamaian yang diajukan debitor tidak diterima kreditor;
3. terjadi perdamaian anatara debitor pailit dan para kreditor namun ditolak
pengadilan berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
 
Mekanisme Pemberesan Harta Pailit :

1. Penjualan di muka umum sesuai dengan tata cara


yang ditentukan dalam peraturan
perundang‑undangan; dan

2. penjualan di bawah tangan dapat dilakukan dengan


izin Hakim Pengawas

(Pasal 185 UUK)


Penjualan di muka umum

Dalam UUK tidak dijelaskan secara definitif apa itu


Penjualan di muka umum, namun merujuk pada pasal
178 (1) yang mensyaratkan Penjualan di muka umum
sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan
perundang‑undangan, maka dapat disimpulkan sebagai
kegiatan “lelang eksekusi” terhadap harta milik debitor
pailit yang diselenggarakan oleh Negara.
(Pasal 185 ayat (1) UUK)
Dasar Hukum Lelang
Peraturan Lelang (Vendu Reglement) Stbl. 1908 No.189
Instruksi Lelang (Vendu Instructie) Stbl. 1908 No.190
PP No. 44 Tahun 2003 (Jenis dan Tarif PNBP Departemen Keuangan)
Peraturan Pelaksanaannya:
PMK No. 93/PMK.06/2010 (Juklak Lelang)
PMK No. 174/PMK.06/2010 (PL Kelas I)
PMK No. 175/PMK.06/2010 (PL Kelas II)
PMK No. 176/PMK.06/2010 (Balai Lelang)
PerDirjen No. 03/PL/2010 (Juknis Pelaksanaan Lelang)

Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait:


UU Perbendaharaan
KUH Acara Perdata (HIR dan RBg) dan KUH Acara Pidana
UU Hak Tanggungan
UU Fidusia
UU Kepailitan
UU Perbankan, dll.
Dari Ketentuan-ketentuan tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa definisi lelang adalah
 
1. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum
dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang
semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga
tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.

2. Setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau


dihadapan Pejabat Lelang kecuali ditentukan lain oleh
Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah.
PENJUALAN DI BAWAH TANGAN

dalam UUK tidak dijelaskan secara tegas mengenai


pengertian penjualan di bawah tangan, namun apabila
mengacu pada UU HT dan UU Fidusia yang mengatur juga
ketentuan mengenai penjualan di bawah tangan, maka
dapat diartikan sebagai proses eksekusi (Penjualan) harta
milik debitor (Pailit) yang tidak melalui prosedur kantor
lelang negara, namun dilakukan secara langsung oleh
kurator kepada pihak ketiga (pembeli).
(Pasal 185 ayat (2) UUK)
Syarat-syarat yang harus di penuhi untuk
melakukan penjualan di bawah tangan:
1. Harta Pailit pernah dilakukan penjualan di muka
umum (Lelang), namun tidak terjual;

2. Harus mendapat izin dari hakim pengawas.


Perbedaan penjualan di bawah tangan
menurut UU HT&Fidusia dan menurut UUK:

1. Dalam UU HT & Fidusia mengatur penjualan


berdasarkan kesepakatan pemegang hak jaminan dengan
Debitor;

2. Dalam UUK mengatur penjual adalah Kurator dengan


persetujuan Hakim Pengawas.
 
FUNGSI DAN PERANAN NOTARIS/PPAT DALAM PROSES PEMBERESAN
HARTA PAILIT
Bahwa dalam praktek, Kurator dalam melakukan pemberesan aset/harta pailit biasanya terdiri dari:
1. barang bergerak, dan
2. barang tidak bergerak.
 
Untuk penjualan harta tidak bergerak, maka untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai peralihan hak atas tanah dan bangunan, maka kurator memerlukan kewenangan PPAT untuk
menerbitkan Akta Jual Beli yang nantinya dapat dijadikan oleh pihak ketiga (pembeli) dalam proses balik nama.
 
Sedangkan untuk penjualan harta bergerak, dapat dilakukan secara akta notariil antara kurator dengan pihak
ketiga (pembeli)
 
Berdasarkan hal tersebut, maka Notaris/PPAT memiliki fungsi dan peranan yang penting bagi Kurator untuk
melengkapi dan memenuhi persyaratan hukum dalam proses pemberesan harta pailit khususnya dalam proses
penjualan di bawah tangan baik atas harta tidak bergerak maupun harta bergerak.

Akta Notariil atau AJB PPAT memberikan pembuktian yang kuat kepada Pihak ketiga (pembeli) sebagai bukti
otentik, dimana apabila kepailitan telah berakhir dan kewenangan kurator telah dicabut, maka dengan Akta
Notariil atau AJB PPAT memberikan kedudukan yang kuat dan tidak terbantahkan lagi secara hukum untuk
mempertahankan kepemilikan aset-aset eks harta pailit terhadap debitor maupun pihak lainnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Notaris/PPAT dalam hal proses
penerbitan akta yang berhubungan dengan penjualan bawah tangan dalam
kepailitan, antara lain:
 
1. Kurator yang mewakili Penjual harus berdasarkan Putusan Pailit yang
sudah berkekuatan hukum tetap;
2. SK Izin Kurator dari DepHuk&HAM masih berlaku;
3. Objek Jual beli sudah pernah dilakukan Lelang Umum oleh Kantor Lelang
Negara;
4. Harus ada Penetapan Izin Jual Bawah Tangan dari Hakim Pengawas;
5. Harga jual beli harus sesuai dengan Penetapan Izin Jual Bawah Tangan dari
Hakim Pengawas yang didasarkan pada laporan appraiser tersumpah;
6. Untuk tanah dan bangunan diperlukan cek sertifikat di Kantor Pertanahan
setempat; dan
7. Dokumen-dokumen lainnya.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai