Anda di halaman 1dari 3

Majalah Biomorfologi Volume 27 No.

2 Juli 2014

PRE-IMPLANTATION GENETIC DIAGNOSIS

Kusuma Eko Purwantari, Ni Wajan Tirthaningsih


Departemen Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga

ABSTRACT
Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD) is a genetic analysis of the reproductive health that has evolved
from the substantial advances in the Assisted Reproductive Tehnologies (ART), in which the embrio created
in Vitro Fertilization (IVF) methods. PGD is mainly used at couples, where one or both parents have a
genetic disorder, as a career, or is suspected of having a genetic disorder. PGD is a non-invasive prenatal
diagnostics are more advantageous than others examination techniques, such as amniocentesis and
Chorionic Villus Sampling (CVS), as to avoid the risk of abortion or termination of pregnancy if the results
is known to have genetic abnormalities in embryos. The biopsy was made during embryonic cells 3 days
after fertilization or cleavage-stage biopsy before implantation into the uterus. Application of this
examination is intended to include a single gene disorder genetic disorder (X-linked disorder) and
chromosomal translocations. Writing this paper, to determine the benefits of PGD in IVF embryos generated
so that the quality is better or avoid genetic disorders before implantation.
Keywords: Preimplantation genetic diagnosis, in vitro fertilization, genetic disorder

ABSTRAK
Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD) merupakan pemeriksaan genetik pada bidang kesehatan
reproduksi seperti pada Assisted Reproductive Tehnologies (ART) untuk embrio dengan metode In Vitro
Fertilization (IVF). PGD terutama ditujukan kepada pasangan, dimana salah satu atau kedua orang tuanya
memiliki kelainan genetik, sebagai karier, atau diduga memiliki kelainan genetik. PGD merupakan salah satu
pemeriksaan prenatal diagnostic non invasif yang lebih menguntungkan dibandingkan tehnik pemeriksaan
lain, misalnya amniosentesis dan Chorionic Villus Sampling (CVS), karena terhindar dari resiko abortus
ataupun tindakan terminasi kehamilan jika diketahui ada kelainan genetik pada embrio. Pengambilan sel
embrio dilakukan pada saat 3 hari setelah fertilisasi atau cleavage-stage biopsy sebelum dilakukan
implantasi ke uterus. Penerapan pemeriksaan ini antara lain ditujukan untuk kelainan genetik single gene
disorder (X-linked disorder) dan translokasi kromosom. Penulisan makalah ini, untuk mengetahui manfaat
dilakukan PGD pada IVF sehingga kualitas embrio yang dihasilkan lebih baik atau terhindar dari kelainan
genetik sebelum dilakukan implantasi.
Kata kunci: Preimplantation genetic diagnosis, fertilisasi in vitro, kelainan genetik

Korespondensi: Kusuma Eko Purwantari, Departemen Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Airlangga, Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60131, Jawa Timur, telp. 031-5053804,
fax. 031-5022075, email: tariqrb@ymail.com.

Latar belakang & Saleh, 2012). Preimplantation Genetic


Setiap pasangan menginginkan mempunyai Diagnosis (PGD) merupakan salah satu
keturunan yang sehat, salah satu usaha yang pemeriksaan prenatal yang mulai dikenalkan sejak
dilakukan adalah pemeriksaan prenatal. Terdapat tahun 1990 an di Inggris (Wilton, 2002). Pertama
beberapa pemeriksaan prenatal dengan prosedur kali diterapkan pada pasien dengan kelainan karier
berbeda, yang mempunyai aspek keuntungan dan X-Linked yang setiap anaknya mempunyai
kerugian yang berbeda pula. Pemeriksaan prenatal kemungkinan sakit sebesar 0.25 persen
dapat dilakukan saat kehamilan antara lain: (Handyside, et al., 1990).
Ultrasound, Chorionic Villus Sampling (CVS), Pemeriksaan preimplantasi prenatal,
Amniocentesis, Cordocentesis dikenal sebagai dikelompokkan menjadi dua yaitu,
prenatal diagnosis dan pemeriksaan prenatal yang Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD) dan
dilakukan sebelum kehamilan yaitu PGD (Stewart Preimplantation Genetic Diagnosis-Aneuploidy

38
Purwantari, Tirthaningsih Diagnosis genetika pre-implantasi

Screening (PGD-AS). PGD-AS dilakukan untuk polar pertama terdiri 23 kromosom maternal yang
skrining terhadap adanya kelainan jumlah dapat dibedakan dan diambil strukturnya untuk
kromosom, sedangkan PGD bertujuan selain pemeriksaan skrining aneuploidi sebelum
mengetahui kelainan jumlah, juga bisa diketahui fertilisasi (Rechitsky, et al., 1999). Keuntungan
adanya kelainan struktur kromosom. Keduanya biopsi ini adalah material sampel berada di luar
dilakukan sebelum terjadi implantasi pada tehnik embrio sehingga tidak mempengaruhi
In Vitro Fertilitation (IVF), sehingga terminasi perkembangan janin dan lebih mudah lolos pada
kehamilan beserta resiko kesehatan ibu terhadap uji etiknya. Kekurangannya informasi genetik yang
keguguran dan terminasi bisa dihindari (Hansen, diperoleh hanya dari komponen maternal
2005). Penulisan makalah ini untuk mengetahui sedangkan jika kelainan genetik berasal dari
tahap pelaksanaan PGD beserta manfaat yang bisa paternal maka tidak dapat terdeteksi (Braude,
didapatkan. 2002). Cleavage stage biopsy, biopsi dilakukan
pada hari ketiga setelah fertilisasi dengan jumlah
Diskusi sel 8-16, dan mengalami pemadatan dimana tight
PGD terutama diindikasikan pada 2 kelompok junction terbentuk. Pada saat ini biopsi akan
individu, kelompok pertama yaitu kelompok yang berhasil sehingga banyak pusat PGD yang
mempunyai resiko tinggi memiliki anak dengan menggunakan stadium ini untuk biopsi embrio
kelainan genetik, misal monogenic disease dan (Braude, 2002). Biopsi dilakukan setelah zona
kelainan struktur kromosom, misalnya translokasi, pelusida dirusak dengan larutan asam atau dengan
serta individu yang mempunyai keyakinan dan tehnologi laser. Jumlah sel blastomer yang diambil
penolakan terhadap aborsi. Kelompok kedua masih diteliti meskipun biopsi satu sel tidak
adalah individu yang akan menjalani terapi In memberi kerugian lebih kecil daripada biopsi dua
Vitro Fertilization (IVF) yang mempunyai resiko sel (Sermon, 2004). Blastocyst biopsy, stadium
rendah adanya kalinan genetik tetapi ingin skrining terakhir dari embrio yang masih dapat dibiopsi
kelainan kromorom aneuploidi, untuk melihat dengan keuntungan jumlah sel yang didapat lebih
kemungkinan bisa melanjutkan kehamilan besar tetapi hanya 36% embrio matur dan tersisa
(Sermon, 2004). sedikit waktu untuk diagnosa (Verheyen, et al.,
Prosedur pelaksanaan PGD meliputi beberapa 2003).
tahap, yaitu perangsangan ovulasi sampai Pemeriksaan genetik embrio
fertilisasi in vitro, biopsi embrio, pemeriksaan Pemeriksaan terhadap sel yang didapat meliputi
genetik embrio, dan transfer embrio pada uterus. Polimerase chain Reaction (PCR), FISH,
Perangsangan ovulasi sampai fertilisasi in vitro Comparative Genomic Hybridisation. PCR
Tindakan ini dilakukan dengan memberikan digunakan untuk menggandakan DNA yang
hormon eksogen gonadotropin sehingga ovarium kurang dari sel yang diperoleh untuk mendiagnosa
dapat menghasilkan beberapa folikel primer monogenic disease (Sermon, 2004). FISH lebih
sebagai cikal bakal oosit dan dapat dimonitoring sering digunakan untuk menganalisis pasangan
oleh ultrasonografi pelvis (Khalaf, 2000). Setelah kromosom blastomer, sel yang dikumpulkan
ukuran dan jumlah folikel sesuai maka oosit disebar di atas objek glas mikroskop dan dilabel
maturasi karena induksi hormonal dapat dengan probe berfluorokrom khusus (Braude,
dikumpulkan melalui tehnik aspirasi pada cairan 2002). Jumlah dan jenis probe tergantung indikasi,
folikel dengan panduan ultrasonografi misalnya untuk jenis kelamin dibutuhkan 2 probe,
transvaginal, kemudian oosit ditransfer ke medium untuk kromosom X dan Y, sekaligus untuk
kultur yang sesuai untuk inseminasi in vitro, atau kromosom autosom maka perlu ditambahkan
bisa dengan injeksi langsung satu sperma ke dalam probe lagi, analisis aneuploidi. Analisis bisa
oosit matur melalui tehnik Intracytoplasmic Sperm dilanjutkan simultan sesuai indikasi dan
Injection (ICSI) (Palermo, et al., 2002). penambahan probe yang dibutuhkan (Sermon,
Biopsi embrio 2004).
Biopsi embrio dapat dilakukan pada stadium yang Transfer embrio pada uterus
berbeda, antara lain: Polar Body Biopsi, cleavage Setelah dilakukan PGD, biasanya dipilih satu
stage biopsy dan blastocyst biopsy. Polar Body embrio yang baik kualitas genetiknya dan akan
Biopsi dilakukan pada saat sel oosit matur, badan ditransplantasikan ke rahim ibu, untuk

39
Majalah Biomorfologi Volume 27 No. 2 Juli 2014

menghindari kehamilan kembar (Stewart & Saleh, Genetics Education. Fact sheet 18. Diunduh:
2012). Embrio lain yang juga berkualitas baik akan 11 Juli 2013 dari www.genetics.edu.au.
dilakukan cryopreservasi yang bisa digunakan Wilton, L., 2002. Preimplantation genetic
sebagai cadangan untuk tindakan selanjutnya jika diagnosis for aneuploidy screening in early
IVF pertama gagal (Sermon, 2004). human embryos. prenatal diagnosis. N Engl
J Med., 22, hal.312-18.
Simpulan Verheyen, G. et al., 2003. Different embryo
PGD merupakan pilihan pemeriksaan prenatal developmental patterns in different
yang akurat untuk menentukan ada tidaknya sequential media appear to result in similar
kelainan genetik pada embrio hasil fertilisasi in pregnancy rates. Hum Reprod., 18 (1),
vitro, dengan keuntungan bisa dihindarinya hal.37-45.
kelahiran bayi dengan kelainan genetik, terminasi
kehamilan ataupun terjadinya abortus saat
kehamilan sehingga gangguan kesehatan ibu
setelah abortus dapat dihindari. Pasangan dengan
abortus berulang bisa dilakukan pemeriksaan ini,
sehingga pasangan tersebut mengetahui presentase
kesempatan kehamilan berikutnya (pada
aneuploidi sering terjadi abortus). Pertimbangan
pemilihan PGD adalah biaya yang mahal dan
belum banyaknya pusat pelayanan IVF yang
menyediakan pelayanan PGD.

Daftar pustaka
Braude, P., 2002. Preimplantation Genetic
Diagnosis. Nature Review. 3, hal.941-953.
Handyside, et al., 1990. Pregnancies from byopsi
human preimplantation embrio sexed by Y-
specific DNA amplification. Nature, 344,
768-70.
Hansen, M., 2005. Reproductive tehnologies and
the risk of birth defects. Human
Reproductive. Feb., 20, 2.
Khalaf, Y., 2000. Low estradiol concentrations
after five days of controlled ovarian
hyperstimulation for IVF are associated with
poor outcome Taylor. Fertil steril. 74,
hal.63-66.
Palermo, G. et al, 2002. Pregnancies after
intracytoplasmic injection of single
spermatozoon into an oocyte. Lancet, 340,
hal.17–18.
Rechitsky, S. et al., 1999. Accuracy of
preimplantation diagnosis of single-gene
disorders by polar body analysis of oocytes.
J Assist Reprod Genet., 16, 192–198.
Sermon, K., 2004. Preimplantation genetic
diagnosis. The Lancet. 363, hal.1633-1641.
Stewart, K.B. & Saleh M., 2012. Preimplantation
genetic diagnosis (PGD). Centre for

40

Anda mungkin juga menyukai