“POTENSIOMETRI”
OLEH
NAMA : NUR FATIMA
NPM/NIM : 123XXXX
KELAS :
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
tanpa halangan suatu apapun. Tidak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya
makalah ini.
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran untuk perbaikannya sangat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ……………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. iii
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………………. 4
A. Latar Belakang ……………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah ………………………………………… 4
BAB II
PEMBAHASAN …………………………………………………… 5
A. Definisi potensiometri ……………………………………... 5
B. Potensiometri Langsung (direct potensiometry) ………… 8
C. Elektoda potensiometri …………………………………… 12
D. Titrasi potensiometri ……………………………………… 15
E. Instrumentasi potensiometri ……………………………… 17
F. Penentuan Titik Akhir Titrasi ……………………………. 18
G. Keuntungan dan Kekurangan Metode Potensiometri ….. 20
BAB III
KESIMPULAN ……………………………………………………... 22
A. Keseimpulan ………………………………………………… 22
B. Saran ………………………………………………………… 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
- Untuk mengetahui pengertian dari potensiometri.
- Untuk mengetahui elemen-elemen yang digunakan pada potensiometri.
- Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan pada potensiometri.
B. Rumusan Masalah
- Apakah potensiometri itu?
- Elemen-elemen apa saja yang digunakan pada potensiometri?
- Metode-metode apa saja yang digunakan pada potensiometri?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi potensiometri
Potensiometri adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari pengukuran
perubahan potensial dari elektroda untuk mengetahui konsentrasi dari suatu
larutan. Notasi yang digunakan pada sel potensiometri adalah elektroda
acuan│jembatan garam│larutan yang dianalisis│elektroda indikator.
5
Di mana x = konsenrasi KCl. Konsentrasi KCl jenuh lebih mudah
dibuat dan lebih sering digunakan, tetapi mudah terpengaruh oleh
suhu. Reaksi yang terjadi pada elektroda Calomel:
Hg2Cl2(s) +2e ↔ 2 Hg(l) + 2Cl-(aq)
b. Elektroda Ag/AgCl
Notasi : Ag│AgCl (jenuh), KCl(jenuh)║
Reaksi Redoks: Ag+ + e ↔ Ag
AgCl + e ↔ Ag + Cl-
Logam perak sebagai elektroda yang dicelup dalam KCl jenuh dan
pasta AgCl. Potensialnya pada 25oC adalah 0,199 V.
6
yang bertukar elektron dengan permukaan logam. Elektroda ini
bekerja sebagai elektroda referensi tetapi memberikan respon
ketika suatu elektroda indikator berubah nilai ax-nya (misalnya
KCl jenuh berarti x=Cl). Misalnya pada elektroda perak-perak
klorida. Kesetimbangan reaksi:
AgCl + e Ag+ + Cl- Eo = + 0,22 V
E = +0,22 – 0,0592 log a cr- = +0,22 + 0,0592 pCl
c. Elektroda jenis ketiga
Elektroda jenis ini dipergunakan sebagai elektroda indikator dalam
titrasi-titrasi EDTA potensiometrik dari 29 ion logam.
Elektrodanya sendiri berupa suatu tetesan atau genangan kecil
raksa dalam suatu cangkir pada bagian ujung tabung-J dengan
suatu kawat ke sirkuit luar. Sejumlah kecil dari selat raksa-EDTA,
HgY2- ditambahkan ke larutan yang mengandung Y4-, setengah
reaksi yang terjadi dalam katode:
HgY2- + 2e Hg(l) + Y4- Eo = +0,21 V
E = 0 ,21 - 0,059/2 log aY / a HgY2-
4-
- Elektroda inert
Elektroda inert merupakan elektroda yang tidak masuk ke dalam reaksi.
Salah satu contohnya adalah platina. Elektroda ini bekerja baik sebagai
elektroda indikator untuk pasangan redoks seperti:
Fe3+ + e ↔ F2+
Fungsi logam Pt adalah untuk membangkitkan kecenderungan sistem
tersebut dalam mengambil atau melepaskan elektron, sedangkan logam
itu tidak ikut secara nyata dalam reaksi redoks.
- Elektroda membran
Pada elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau
kepada membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran
membiarkan ion-ion jenis tertentu menembusnya, namun melarang ion-
ion lain sehingga elektroda ini sering disebut sebagai elektroda ion
selektif (ISE). Setiap ISE terdiri dari elektroda referensi yang
dicelupkan dalam larutan referensi yang terdapat materi tidak reaktif
seperti kaca atau plastik. Membran dalam suatu ISE membran dapat
berupa cairan ataupun kristal. Elektroda membran cair dalam bidang
biologi terapan, biasanya elektroda ion selektif (ISE) etidium (Eth+).
d. Elektroda kaca
Elektroda kaca atau elektroda gelas adalah sensor potensiometrik
yang terbuat dari selaput kaca dengan komposisi tertentu.
Gelas/kaca ini bertindak sebagai suatu tempat pertukaran kation.
7
B. Potensiometri Langsung (direct potensiometry)
Prinsip Dasar metode potensiometri adalah membuat sel elektrik
dari analat suatu larutan sehingga perbedaan potensial sel tersebut
berkaitan dengan konsentrasi larutan. (Rouessac 2007)
Metode potensiometri langsung digunakan dalam bidang
pengawasan mutu (quality control) di berbagai industri atau laboratorium
pengawasan mutu.pengukuran pH, misalnya di bidang farmasi diperlukan
untuk memastikan stabilitas larutan obat dalam rentang pH tertentu atau
menentukan pH dari media yang cocok bagi pertumbuhan mikroba pada
uji mikrobiologi.
Potensial yang stabil, pada pengukuran umumnya dicapai dalam
waktu singkat sehingga metode potensiometri langusng, dapat digunakan
untuk memonitor secara kontinyu kualitas hasil produksi.
Sistem elektrode sensistif molekul (molecular-sensitive electrode
system) atau dikenal dengan sensor banyak digunakan untuk pemeriksaan
darah atau urin dalam analisis klinik. Ada dua jenis sensor selektif yang
telah dikembangkan untuk penetapan kadar metabolit tertentu dalam
sampel biomedik, yaitu: Gas-Sensinng Probes dan Enzyme-Based
Biosensor.
Metode potensiometri memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya antara lain: inventasi maupun biaya
operasional relatif murah, mudah digunakan, cocok untuk pengujian di
lapangan, non-destruktif, dan tersedia berbagai elektrode atau sensor untuk
ion maupun molekul.
Beberapa kelemahan dari metoda ini antara lain: kurang sensitif,
kurang akurat karena: kemungkinan kesalahan karena variasi junction
potensial, karena tersumbatnya pori jembatan garam, potensial larutan
lebih ditentukan oleh aktivitas ion sedangkan yang ditetapkan adalah
konsentrasi, dan kemungkinan kesalahan karena ion-ion pengganggu atau
8
matrix effect, kesalahan kalibrasi karena perbedaan matrik antara sampel
dengan larutan standar, hasil pengukkuran tergantung dari suhu.
Elektrode pembanding yang umum digunakan pada metode ini
adlah elektrode kallomel (SCE) atau elektrode Ag-AgCl. Elektroda
indikator yang digunakan adalah elektroda yang sensitif terhadap ion
analit (ISE) atau molekul (Gas-Sensing Probes atau Enzyme-Based
Biosensor).
Elektroda jenis selektif ion (ion selective electrode) yaitu:
elektrode kaca, elektrode membran kristal (solid stateelectrode) dan
elektrode membran cair.
Gas-sensing probes adalah sel elektrokimia yang terdiri dari
elektrrode ion selektif dan elektrode pembanding yang tercelup dalam
larutan internal yang ditahan dengan film berupa lapisan tipis larutan
internal dan membran tembus gas (gas-permeable membrane) diluarnya.
Enzyme-Based Biosensor terdiri dari lapisan immobilized enzyme
pada ujung elektroda selektif ion (ISE) dengan membran pelindung di
bagian luar enzim tersebut.
Pengukuran pada potensiometri langsung dapat dilakukan secara
sederhana dan cepat yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran
langsung terhadap sampel dengan hasil pengukuran dari satu atau lebih
larutan standar. Perhitungan pada metode ppenetapan kadar dengan
potensiometri langsung dapat dilakukan dengan metode: kalibrasi
elektrode, kurva kalibrasi, dan metode adisi standar (Standard Addition
Method).
9
Kelebihan elektroda kaca:
Larutan uji tidak terkontaminasi
Zat-zat yang tidak mudah teroksidasi & tereduksi tidak
berinteferensi
Elektroda ini bisa dibuat cukup kecil untuk disisipkan dalam
volume larutan yang sangat kecil.
Tidak ada permukaan katalitis yang kehilangan aktivitasnya oleh
kontaminasi seperti platina pada elektroda hidrogen.
Keterbatasan elektroda kaca:
Pada kondisi pH yang sangat tinggi (misal NaOH 0,1M dengan pH
= 13) berakibat
spesifisitas untuk H+ hilang
Ketergatungan tegangan pH berkurang
Potensial menjadi tergantung pada aNa+
3. Jembatan garam
4. Larutan yang dianalisis
Terdapat beberapa metode yang digunakan pada potensiometri,
diantaranya yaitu:
1. Potensiometri langsung
Teknik ini hanya memerlukan pengukuran potensial sebuah indikator
elektron ketika dicelupkan dalam larutan yang mengandung konsentrasi
yang tidak diketahui & diketahui dari sebuah analit. Elektroda indikator
selalu dianggap sebagai katoda dan elektroda referensi sebagai anoda.
Untuk pengukuran potensiometri langsung, potensial sel dapat
10
diekspresikan sebagai perkembangan potensial oleh elektroda indikator,
elektroda referensi, dan potensial jungsi.
2. Adisi standar
Teknik ini biasanya digunakan pada instrumentasi analisis seperti dalam
atomic absorption spectroscopy and gas chromatography untuk mencari
nilai konsentrasi substansi (analit) dalam sampel yang tidak diketahui
dengan perbandingan untuk susunan sampel yang diketahui
konsentrasinya.
3. Adisi sampel
Hampir sama dengan metoda adisi standar kecuali pada sejumlah kecil
volume sampel. Pengukuran dibuat pada kekuatan ion standar dan slop
elektroda yang dihasilkan lebih sesuai dibanding adisi standar. Baik
digunakan pada saat jumlah sampel hanya sedikit, atau untuk sampel
dengan konsentrasi yang besar, atau juga yang memiliki matriks
kompleks.
Kelebihan Metode Adisi Standar & Sampel Dibanding Potensiometri
Langsung:
- Kalibrasi dan pengukuran sampel dilakukan secara bersamaan sehingga
perbedaan kekuatan ion dan temperatur standar dan sampel tidak terlalu
signifikan.
- Selama proses, elektroda tetap tercelup dalam larutan sehingga hanya
terdapat sedikit perubahan pada junction potential larutan
- Pengukuran slop sangat mendekati konsentrasi sampel menunjukkan
metode ini dapat menghasilkan hasil yang lebih akurat pada range non-
linear dan dapat digunakan dengan elektroda tua atau lama yang range-
nya tidak linear selama kemiringan stabil.
Kekurangan Metoda Adisi Standar dan Adisi Sampel:
- Diperlukan pencampuran yang akurat dari volume standar maupun
sampel yang akan diukur.
- Diperlukan perhitungan yang lebih rumit dibandingkan dengan
potensiometri langsung.
- Konsentrasi sampel juga harus diketahui sebelum memulai analisis
untuk menentukan konsentrasi standar dan volume yang sesuai untuk
kedua larutan.
4. Titrasi potensiometri
Pada metoda ini dilakukan proses titrasi terhadap larutan asam oleh larutan
bersifat basa atau sebaliknya. Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan
pengukuran potensiometri. Reaksinya harus meliputi penambahan atau
pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodenya.
Potensial diukur setelah penambahan sejumlah kecil volume titran secara
11
kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan el
konsentrasi.
C. Elektoda potensiometri
1. Elektode Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu
elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga
potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak
peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki. Pasangan elektrode
pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working electrode) yang
potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang dianaisis.
Syaratnya adalah:
1. Mematuhi persamaan Nersnt bersifat reversible
2. Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
3. Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang
kecil
4. Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
5. Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal
12
Elektroda pembanding ada beberapa macam, diantaranya :
13
c. Elektrode Indikator (Indicator Elektrode)
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang
potensial elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit
yang diukur. Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat
antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap
konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan
tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan
persamaan Nernst. Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari
konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan tegangan.
14
dahulu dalam larutan air tanpa interfensi dari pelarutnya, tetapi
karena H+e = ½ Hkek2 dikatalis oleh platina, keuntungan
kinetik ini mungkin hilang.
Contoh potensial elektroda platina di dalam larutan yang
mengandung ion-ion Ce3+dan Ce4+ adalah,
E = E0 – 0,059 log [Ce3+]/[Ce4+].
Dengan demikian elektroda platina dapat bertindak sebagai
elektroda indikator di dalam titrasi cerimetri.
D. Titrasi potensiometri
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva
titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap
volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di
sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi.
Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk
menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila
daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir
titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan
menetapkan volume dimana terjadi perubahan potensial yang relatif besar
ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur
setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan
digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh
suatu kurva titrasi.
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi
potensiometri yaitu reaksi pembentukan kompleks, reaksi netralisasi dan
pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan
pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari
larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam
dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa
dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi
15
harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau
elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO 4,
K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan
dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
16
E. Instrumentasi potensiometri
1. Ph Meter
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada
potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat
didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan
larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal
ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi
dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda
gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen
atau diistilahkan dengan potential of hidrogen.
2. Elektroda
17
(2) elektroda indikator ( indicator electrode )
(3) alat pengukur potensial
18
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan
menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar
ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah
penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada
suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi.
19
digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan
dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks
(Khopkar, 1990).
20
Tidak ada indikator yang sesuai
Daerah titik equivalen sangat pendek
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nanti Kamu Isi sendir Imagooooo
B. Saran
Nanti Kamu Isi sendir Imagooooo
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/10956547/MAKALAH_ANALISIS_INSTRUMEN
TAL_potensiometri
https://id.scribd.com/document/343416727/makalah-gaya-gerak-listrik
https://www.academia.edu/12017126/makalah_analisis_kimia_potensiometri
http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com/2015/03/jenis-jenis-elektroda-
electrode.html?m=1
23