Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“POTENSIOMETRI”

OLEH
NAMA : NUR FATIMA
NPM/NIM : 123XXXX
KELAS :

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS
JURUSAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya

tanpa halangan suatu apapun. Tidak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Dalam

penyusunan makalah ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya

makalah ini.

Akhirnya, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran untuk perbaikannya sangat

diharapkan dan sebelumnya penulis  tak lupa mengucapkan terima kasih. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 11 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ……………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. iii
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………………. 4
A. Latar Belakang ……………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah ………………………………………… 4
BAB II
PEMBAHASAN …………………………………………………… 5
A. Definisi potensiometri ……………………………………... 5
B. Potensiometri Langsung (direct potensiometry) ………… 8
C. Elektoda potensiometri …………………………………… 12
D. Titrasi potensiometri ……………………………………… 15
E. Instrumentasi potensiometri ……………………………… 17
F. Penentuan Titik Akhir Titrasi ……………………………. 18
G. Keuntungan dan Kekurangan Metode Potensiometri ….. 20

BAB III
KESIMPULAN ……………………………………………………... 22
A. Keseimpulan ………………………………………………… 22
B. Saran ………………………………………………………… 22

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….. 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
- Untuk mengetahui pengertian dari potensiometri.
- Untuk mengetahui elemen-elemen yang digunakan pada potensiometri.
- Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan pada potensiometri.

B. Rumusan Masalah
- Apakah potensiometri itu?
- Elemen-elemen apa saja yang digunakan pada potensiometri?
- Metode-metode apa saja yang digunakan pada potensiometri?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi potensiometri
Potensiometri adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari pengukuran
perubahan potensial dari elektroda untuk mengetahui konsentrasi dari suatu
larutan. Notasi yang digunakan pada sel potensiometri adalah elektroda
acuan│jembatan garam│larutan yang dianalisis│elektroda indikator.

Pada potensiometri, terdapat 4 elemen yang digunakan yaitu:


1. Elekroda acuan
- Adalah elektroda yang potensial standarnya diketahui, konstan,
mengikuti persamaan Nernst.
Ecell = Eind – Eref + Ej
Persamaan Nernst: Eº = 0,0591/n log K
Keterangan:
Ecell : Potensial sel
Eind : Potensial elektroda indikator
Eref : Potensial elektroda acuan
Ej : Potensial sambungan cair (liquid junction
potential)
- GGL hanya mencerminkan repons elektroda indikator teradap analit.
Terdapat beberapa jenis elektroda acuan, yaitu:
a. Elektroda Calomel
Notasi : Hg│Hg2Cl2 (jenuh), KCl (x M)║

5
Di mana x = konsenrasi KCl. Konsentrasi KCl jenuh lebih mudah
dibuat dan lebih sering digunakan, tetapi mudah terpengaruh oleh
suhu. Reaksi yang terjadi pada elektroda Calomel:
Hg2Cl2(s) +2e ↔ 2 Hg(l) + 2Cl-(aq)
b. Elektroda Ag/AgCl
Notasi : Ag│AgCl (jenuh), KCl(jenuh)║
Reaksi Redoks: Ag+ + e ↔ Ag
AgCl + e ↔ Ag + Cl-
Logam perak sebagai elektroda yang dicelup dalam KCl jenuh dan
pasta AgCl. Potensialnya pada 25oC adalah 0,199 V.

Jenis elektroda dalam sel


2. Elektroda indikator
- Elektroda logam
a. Elektroda jenis pertama
Pada elektroda ini, ion analit berpartisipasi langsung dengan
logamnya dalam suatu reaksi paruh yang dapat balik.Beberapa
logam seperti Ag, Hg, Cu dan Pb dapat bertindak sebagai
elektroda indikator bila bersentuhan dengan ion mereka.
Contoh:
Ag++ e  Ag E0 = +0,80 V
Pada reaksi sebelumnya, potensial sel berubah-ubah menurut
besarnya aktivitas ion perak (Ag+). Sesuai dengan persamaan
Nernst:

Karena Ag merupakan padatan, maka aktivitasnya = 1.


b. Elektroda jenis kedua
Ion-ion dalam larutan tidak bertukar elektron dengan elektroda
logam secara langsung, melainkan mengatur konsentrasi ion logam

6
yang bertukar elektron dengan permukaan logam. Elektroda ini
bekerja sebagai elektroda referensi tetapi memberikan respon
ketika suatu elektroda indikator berubah nilai ax-nya (misalnya
KCl jenuh berarti x=Cl). Misalnya pada elektroda perak-perak
klorida. Kesetimbangan reaksi:
AgCl + e  Ag+ + Cl- Eo = + 0,22 V
E = +0,22 – 0,0592 log a cr- = +0,22 + 0,0592 pCl
c. Elektroda jenis ketiga
Elektroda jenis ini dipergunakan sebagai elektroda indikator dalam
titrasi-titrasi EDTA potensiometrik dari 29 ion logam.
Elektrodanya sendiri berupa suatu tetesan atau genangan kecil
raksa dalam suatu cangkir pada bagian ujung tabung-J dengan
suatu kawat ke sirkuit luar. Sejumlah kecil dari selat raksa-EDTA,
HgY2- ditambahkan ke larutan yang mengandung Y4-, setengah
reaksi yang terjadi dalam katode:
HgY2- + 2e Hg(l) + Y4- Eo = +0,21 V
E = 0 ,21 - 0,059/2 log aY / a HgY2-
4-

- Elektroda inert
Elektroda inert merupakan elektroda yang tidak masuk ke dalam reaksi.
Salah satu contohnya adalah platina. Elektroda ini bekerja baik sebagai
elektroda indikator untuk pasangan redoks seperti:
Fe3+ + e ↔ F2+
Fungsi logam Pt adalah untuk membangkitkan kecenderungan sistem
tersebut dalam mengambil atau melepaskan elektron, sedangkan logam
itu tidak ikut secara nyata dalam reaksi redoks.
- Elektroda membran
Pada elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau
kepada membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran
membiarkan ion-ion jenis tertentu menembusnya, namun melarang ion-
ion lain sehingga elektroda ini sering disebut sebagai elektroda ion
selektif (ISE). Setiap ISE terdiri dari elektroda referensi yang
dicelupkan dalam larutan referensi yang terdapat materi tidak reaktif
seperti kaca atau plastik. Membran dalam suatu ISE membran dapat
berupa cairan ataupun kristal. Elektroda membran cair dalam bidang
biologi terapan, biasanya elektroda ion selektif (ISE) etidium (Eth+).
d. Elektroda kaca
Elektroda kaca atau elektroda gelas adalah sensor potensiometrik
yang terbuat dari selaput kaca dengan komposisi tertentu.
Gelas/kaca ini bertindak sebagai suatu tempat pertukaran kation.

7
B. Potensiometri Langsung (direct potensiometry)
Prinsip Dasar metode potensiometri adalah membuat sel elektrik
dari analat suatu larutan sehingga perbedaan potensial sel tersebut
berkaitan dengan konsentrasi larutan. (Rouessac 2007)
Metode potensiometri langsung digunakan dalam bidang
pengawasan mutu (quality control) di berbagai industri atau laboratorium
pengawasan mutu.pengukuran pH, misalnya di bidang farmasi diperlukan
untuk memastikan stabilitas larutan obat dalam rentang pH tertentu atau
menentukan pH dari media yang cocok bagi pertumbuhan mikroba pada
uji mikrobiologi.
Potensial yang stabil, pada pengukuran umumnya dicapai dalam
waktu singkat sehingga metode potensiometri langusng, dapat digunakan
untuk memonitor secara kontinyu kualitas hasil produksi.
Sistem elektrode sensistif molekul (molecular-sensitive electrode
system) atau dikenal dengan sensor banyak digunakan untuk pemeriksaan
darah atau urin dalam analisis klinik. Ada dua jenis sensor selektif yang
telah dikembangkan untuk penetapan kadar metabolit tertentu dalam
sampel biomedik, yaitu: Gas-Sensinng Probes dan Enzyme-Based
Biosensor.
Metode potensiometri memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya antara lain: inventasi maupun biaya
operasional relatif murah, mudah digunakan, cocok untuk pengujian di
lapangan, non-destruktif, dan tersedia berbagai elektrode atau sensor untuk
ion maupun molekul.
Beberapa kelemahan dari metoda ini antara lain: kurang sensitif,
kurang akurat karena: kemungkinan kesalahan karena variasi junction
potensial, karena tersumbatnya pori jembatan garam, potensial larutan
lebih ditentukan oleh aktivitas ion sedangkan yang ditetapkan adalah
konsentrasi, dan kemungkinan kesalahan karena ion-ion pengganggu atau

8
matrix effect, kesalahan kalibrasi karena perbedaan matrik antara sampel
dengan larutan standar, hasil pengukkuran tergantung dari suhu.
Elektrode pembanding yang umum digunakan pada metode ini
adlah elektrode kallomel (SCE) atau elektrode Ag-AgCl. Elektroda
indikator yang digunakan adalah elektroda yang sensitif terhadap ion
analit (ISE) atau molekul (Gas-Sensing Probes atau Enzyme-Based
Biosensor).
Elektroda jenis selektif ion (ion selective electrode) yaitu:
elektrode kaca, elektrode membran kristal (solid stateelectrode) dan
elektrode membran cair.
Gas-sensing probes adalah sel elektrokimia yang terdiri dari
elektrrode ion selektif dan elektrode pembanding yang tercelup dalam
larutan internal yang ditahan dengan film berupa lapisan tipis larutan
internal dan membran tembus gas (gas-permeable membrane) diluarnya.
Enzyme-Based Biosensor terdiri dari lapisan immobilized enzyme
pada ujung elektroda selektif ion (ISE) dengan membran pelindung di
bagian luar enzim tersebut.
Pengukuran pada potensiometri langsung dapat dilakukan secara
sederhana dan cepat yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran
langsung terhadap sampel dengan hasil pengukuran dari satu atau lebih
larutan standar. Perhitungan pada metode ppenetapan kadar dengan
potensiometri langsung dapat dilakukan dengan metode: kalibrasi
elektrode, kurva kalibrasi, dan metode adisi standar (Standard Addition
Method).

9
Kelebihan elektroda kaca:
 Larutan uji tidak terkontaminasi
 Zat-zat yang tidak mudah teroksidasi & tereduksi tidak
berinteferensi
 Elektroda ini bisa dibuat cukup kecil untuk disisipkan dalam
volume larutan yang sangat kecil.
 Tidak ada permukaan katalitis yang kehilangan aktivitasnya oleh
kontaminasi seperti platina pada elektroda hidrogen.
Keterbatasan elektroda kaca:
Pada kondisi pH yang sangat tinggi (misal NaOH 0,1M dengan pH
= 13) berakibat
 spesifisitas untuk H+ hilang
 Ketergatungan tegangan pH berkurang
 Potensial menjadi tergantung pada aNa+
3. Jembatan garam
4. Larutan yang dianalisis
Terdapat beberapa metode yang digunakan pada potensiometri,
diantaranya yaitu:
1. Potensiometri langsung
Teknik ini hanya memerlukan pengukuran potensial sebuah indikator
elektron ketika dicelupkan dalam larutan yang mengandung konsentrasi
yang tidak diketahui & diketahui dari sebuah analit. Elektroda indikator
selalu dianggap sebagai katoda dan elektroda referensi sebagai anoda.
Untuk pengukuran potensiometri langsung, potensial sel dapat

10
diekspresikan sebagai perkembangan potensial oleh elektroda indikator,
elektroda referensi, dan potensial jungsi.
2. Adisi standar
Teknik ini biasanya digunakan pada instrumentasi analisis seperti dalam
atomic absorption spectroscopy and gas chromatography untuk mencari
nilai konsentrasi substansi (analit) dalam sampel yang tidak diketahui
dengan perbandingan untuk susunan sampel yang diketahui
konsentrasinya.
3. Adisi sampel
Hampir sama dengan metoda adisi standar kecuali pada sejumlah kecil
volume sampel. Pengukuran dibuat pada kekuatan ion standar dan slop
elektroda yang dihasilkan lebih sesuai dibanding adisi standar. Baik
digunakan pada saat jumlah sampel hanya sedikit, atau untuk sampel
dengan konsentrasi yang besar, atau juga yang memiliki matriks
kompleks.
Kelebihan Metode Adisi Standar & Sampel Dibanding Potensiometri
Langsung:
- Kalibrasi dan pengukuran sampel dilakukan secara bersamaan sehingga
perbedaan kekuatan ion dan temperatur standar dan sampel tidak terlalu
signifikan.
- Selama proses, elektroda tetap tercelup dalam larutan sehingga hanya
terdapat sedikit perubahan pada junction potential larutan
- Pengukuran slop sangat mendekati konsentrasi sampel menunjukkan
metode ini dapat menghasilkan hasil yang lebih akurat pada range non-
linear dan dapat digunakan dengan elektroda tua atau lama yang range-
nya tidak linear selama kemiringan stabil.
Kekurangan Metoda Adisi Standar dan Adisi Sampel:
- Diperlukan pencampuran yang akurat dari volume standar maupun
sampel yang akan diukur.
- Diperlukan perhitungan yang lebih rumit dibandingkan dengan
potensiometri langsung.
- Konsentrasi sampel juga harus diketahui sebelum memulai analisis
untuk menentukan konsentrasi standar dan volume yang sesuai untuk
kedua larutan.
4. Titrasi potensiometri
Pada metoda ini dilakukan proses titrasi terhadap larutan asam oleh larutan
bersifat basa atau sebaliknya. Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan
pengukuran potensiometri. Reaksinya harus meliputi penambahan atau
pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodenya.
Potensial diukur setelah penambahan sejumlah kecil volume titran secara

11
kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan el
konsentrasi.

Jenis reaksi titrasi potensiometri:


- Reaksi netralisasi
Titrasi asam-basa dapat dikuti dengan elektroda indikatornya elektroda
gelas.
- Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan

C. Elektoda potensiometri
1. Elektode Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu
elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga
potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak
peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki. Pasangan elektrode
pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working electrode) yang
potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang dianaisis.
Syaratnya adalah:
1. Mematuhi persamaan Nersnt bersifat reversible
2. Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
3. Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang
kecil
4. Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
5. Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal

12
Elektroda pembanding ada beberapa macam, diantaranya :

a. Elektroda Kalomel (Saturated Calomel Electrode)


Elektroda Kalomel merupakan elektrode yang terdiri dari lapisan Hg
yang ditutupi dengan pasta Merkuri (Hg), Merkuri Klorida /Komel
(Hg2Cl2) dan kalium klorida (KCl). Setengah sel elektrode kalomel
dapat ditunjukan sebagai berikut:
KCl || Hg2Cl2 (sat’d), KCI (x M) | Hg
Dengan x menunjukkan konsentrasi KCl didalam larutan. Reaksi
elektroda dapat dituliskan sebagai:
Hg 2CI2 (s) + 2 e¯ è 2 Hg (l) + 2 CI ¯
Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x (pada
kalomel yang tidak jenuh), dan harga konsentrasi ini harus dituliskan
untuk menjelaskan elektroda. Elektroda kalomel terbuat dari tabung
gelas atau plastik dengan panjang 5 – 15 cm dan garis tengah 0,5 – 1
cm. Pasta Hg/HgCI terdapat di dalam tabung yang lebih dalam,
dihubungkan dengan larutan KCI jenuh melalui lubang kecil. Kontak
elektroda ini dengan larutan dari setengah sel lainnya melalui penyekat
yang terbuat dari porselen atau asbes berpori.
b. Elektroda perak / perak klorida
Elektroda perak / perak klorida merupakan electrode yang terdiri
dari suatu elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan KCI yang
dijenuhkan dengan AgCI. Setengah sel elektroda perak dapat ditulis :
            KCl | | AgCI (sat’d), KCI (xM) | Ag
Reaksi setengah selnya adalah
AgCI (s) + e- è Ag (s) + CI-
Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh atau 3,5 M KCI
yang harga potensialnya dalah 0,199 V (jenuh) dan 0.205 V (3,5M)
pada 250 C. Kelebihan elektroda ini dapat digunakan pada suhu yang
lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak.

13
c. Elektrode Indikator (Indicator Elektrode)
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang
potensial elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit
yang diukur. Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat
antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap
konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan
tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan
persamaan Nernst. Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari
konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan tegangan.

Elektroda indikator secara umum dikelompokkan menjadi 2 bagian


yaitu :
 Elektroda indikator logam
Elektroda logam adalah elektroda yang dibuat dengan
menggunakan lempengan logam atau kawat yang dicelupkan
ke dalam larutan elektrolit.
 Elektroda redoks ( inert )
Logam mulia seperti platina, emas, dan paladium bertindak
sebagai elektroda indikator pada reaksi redoks. Fungsi logam
semata-mata untuk membangkitkan kecenderungan system
tersebut dalam mengambil atau melepaskan electron; logam itu
sendiri tidak ikut serta secara nyata dalam reaksi redoks,
potensialnya merupakan fungsi Nersnt dari rasio
aktivasi aFe2+/aFe3+. Tentu saja, inert merupakan ukuran relatif,
dan platina tidak kebal dari serangan-seranga oksidator kuat,
terutama dalam larutan dimana kompleksasi bias menstabilkan
Pt(II) melalui pembentukan spesies. Platina juga bisa
menimbulkan masalah dengan reduktor-reduktor yang sangat
kuat: reduksi H+ (atau H2O) kadang-kadang berlangsung
sedemikian lambat sehingga analit-analit bias direduksi lebih

14
dahulu dalam larutan air tanpa interfensi dari pelarutnya, tetapi
karena H+e = ½ Hkek2 dikatalis oleh platina, keuntungan
kinetik ini mungkin hilang.
Contoh potensial elektroda platina di dalam larutan yang
mengandung ion-ion Ce3+dan Ce4+ adalah,
              E = E0 – 0,059 log [Ce3+]/[Ce4+].
Dengan demikian elektroda platina dapat bertindak sebagai
elektroda indikator di dalam titrasi cerimetri.
D. Titrasi potensiometri
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva
titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap
volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di
sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi.
Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk
menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila
daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir
titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan
menetapkan volume dimana terjadi perubahan potensial yang relatif besar
ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur
setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan
digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh
suatu kurva titrasi.
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi
potensiometri yaitu reaksi pembentukan kompleks, reaksi netralisasi dan
pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan
pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari
larutan.  Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam
dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa
dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi  

15
harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau
elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO 4,
K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan
dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).

Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu


elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan.
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara
pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka
perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan
(Rivai, 1995).

Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan


sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi.
Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan
bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi
asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu
elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida
dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda
perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan
kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).

16
E. Instrumentasi potensiometri

1. Ph Meter
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada
potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat
didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan
larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal
ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi
dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda
gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen
atau diistilahkan dengan potential of hidrogen.
2. Elektroda

(1) elektrode pembanding (refference electrode)

17
(2) elektroda indikator ( indicator electrode )
(3) alat pengukur potensial

F. Penentuan Titik Akhir Titrasi


Dalam titrasi potensiometri titik akhir dideteksi dengan menetapkan
volume pada saat terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika
ditambahkan titran. Berbagai reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran
potensiometri, reaksi meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion
yang sesuai dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan
sedikit volume titran secara kontinyu.

Pada percobaan di laboratorium, elektroda-elektroda acuan lebih praktis


digunakan untuk mengukur potensial-potensial dari setengah sel lainnya.
Elektroda acuan yang umum digunakan adalah elektroda kalomel.

Titrasi potensiometri dapat diukur dengan menggunakan dua metode


yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap
potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan
dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi
dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel, diukur
sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu potensial
sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel,
pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia. Kurva
titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap
volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar
titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara
potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk
menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila
daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir
titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

18
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan
menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar
ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah
penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada
suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi.

Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri


yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan
reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan
yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Umumnya
digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi
dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti
dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang
dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert
dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7,
Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibnebaskan dengan
reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).

Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu


elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan.
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara
pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka
perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan
(Rivai,1995). Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah
penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara
kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel
konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri
tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi
untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda
hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi
pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan

19
digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan
dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks
(Khopkar, 1990).

Penentuan titik ekivalen titrasi dapat dilakukan dengan cara

1.        Membuat grafik ∆E/∆V versus ∆V, kemudian dari grafik tersebut


dicari harga maksimum dan minimunya.

2.        Membuat grafik ∆2E/∆2V versus ∆V atau ∆2pH/∆2V versus ∆V,


kemudian dicari harga nolnya. 

G. Keuntungan dan Kekurangan Metode Potensiometri


Keuntungan motode potensiometri
1. Bisa dilakukan untuk semua titrasi
2. Kurva titrasi berhubungan antara potensial terhadap volume titran
3. Digunakan bila :

20
 Tidak ada indikator yang sesuai
 Daerah titik equivalen sangat pendek

Kekurangan metode potensiometri:

1. diperlukan pencampuran yang akurat dari volume standar maupun


sampel yang akan diukur.
2. diperlukan perhitungan yang lebih rumit.
3. konsentrasi sampel harus diketahui.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nanti Kamu Isi sendir Imagooooo
B. Saran
Nanti Kamu Isi sendir Imagooooo

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10956547/MAKALAH_ANALISIS_INSTRUMEN
TAL_potensiometri

https://id.scribd.com/document/343416727/makalah-gaya-gerak-listrik

https://www.academia.edu/12017126/makalah_analisis_kimia_potensiometri

http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com/2015/03/jenis-jenis-elektroda-
electrode.html?m=1

23

Anda mungkin juga menyukai