475 858 1 PB PDF
475 858 1 PB PDF
Endah Nawangsih
Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116
e-mail : nawangsihendah@yahoo.com
Abstract
Anywhere in the world, natural disasters events cause loss of life, moreover a deep sorrow
and fear for the victims. They were in a state of very uneasy, very scared, never-ending
anxiety, and become prone to panic. These conditions called post-traumatic stress disorder
(PTSD) as a continuous maladaptive reaction to a traumatic experience. In contrast to
adults, children are in a state highly vulnerable to the impact caused by a traumatic event.
Children with PTSD may show confusion or agitation. This condition brings suffering
prolonged, if not given proper treatment. It required a specific intervention design for
children with PTSD namely Play Therapy techniques. This intervention is one way that can
be used to understand the world of children through playing, so that when used in the right
circumstances can be meaningful as physical activity as well as therapy.
Abstrak
Peristiwa-peristiwa bencana alam di belahan dunia mana pun tidak saja menimbulkan
korban jiwa, tetapi duka yang mendalam, serta ketakutan yang mendalam. Para korban
merasa berada pada kondisi yang sangat tidak tenang, merasa sangat takut, kegelisahan
yang tidak berkesudahan, dan menjadi mudah mengalami panik.
Kondisi-kondisi tersebut merupakan gangguan pasca trauma (Post traumatic stress
disorder/PTSD) yaitu reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap pengalaman traumatis.
Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak berada dalam kondisi sangat rentan terhadap
dampak yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa yang menimbulkan trauma.
Anak-anak dengan PTSD kemungkinan menunjukkan kebingungan atau agitasi. Kondisi ini
membawa penderitaan yang berkepanjangan, apabila tidak diberikan penanganan yang
tepat. Diperlukan rancangan intervensi khusus bagi anak-anak yang mengalami PTSD
yakni teknik Play Therapy. Intervensi ini adalah salah satu cara yang dapat digunakan
dalam memahami dunia anak-anak melalui permainan, sehingga bila digunakan pada
situasi dan kondisi yang tepat dapat bermakna sebagai kegiatan fisik sekaligus sebagai
terapi.
164
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)
165
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178
atau mati rasa dalam responsivitas. yang berkelanjutan terhadap suatu penga-
Seseorang yang mengalami trauma laman traumatis. Berlawanan dengan ASD,
menghindari untuk berpikir tentang PTSD kemungkinan berlangsung ber-
trauma atau tentang stimulus yang bulan-bulan, bertahun-tahun, dan mungkin
mengingatkan pada kejadian tersebut. baru muncul setelah beberapa tahun sete-
Mati rasa adalah menurunnya keter- lah adanya pemaparan terhadap peristiwa-
tarikan pada orang lain, suatu rasa ke- peristiwa traumatis. Kedua tipe gangguan
terpisahan, dan ketidakmampuan un- ini terdapat pada orang-orang yang telah
tuk merasakan berbagai emosi positif. menjadi saksi dari hancurnya rumah-
3. Ketegangan yang meningkat, ditun- rumah dan lingkungan hidup mereka oleh
jukkan dengan susah tidur atau mem- bencana alam, seperti banjir, gempa bumi,
pertahankan tidur, mudah marah atau tornado, dan sebagainya.
tidak dapat mengendalikan marah, Pada ASD dan PTSD peristiwa
sulit berkonsentrasi, kewaspadaan traumatis tersebut melibatkan kematian
yang berlebih, respon kejut yang ber- atau ancaman kematian atau cedera fisik
lebihan atas segala sesuatu (Nevid, yang serius, atau ancaman terhadap kese-
2005) lamatan diri sendiri atau orang lain. Res-
pon terhadap ancaman tersebut mencakup
KAJIAN TEORI
perasaan takut yang intens, perasaan tidak
1. Kriteria Diagnostik PTSD berdaya, atau perasaan resa ngeri (horor).
Beberapa peristiwa besar yang Anak-anak dengan PTSD kemungkinan
terjadi atau yang dialami dalam kehidupan mengalami ancaman ini dengan cara lain,
seseorang, baik peristiwa yang me- misalnya dengan menunjukkan kebingung-
nyenangkan maupun yang menimbulkan an atau agitasi. Meskipun kebanyakan
perasaan yang tidak menyenangkan, akan orang yang mempunyai pengalaman trau-
memberikan perubahan pada kehidupan matis sampai pada taraf tertentu menga-
individu sebagai akibat yang dialaminya. lami distres psikologis, tidak semua kor-
Perubahan-perubahan tersebut dapat me- ban trauma mengembangkan ASD atau
nimbulkan stres. Stres yang dialami dapat PTSD.
menimbulkan adanya tekanan atau Ciri-ciri reaksi stres ASD dan
tuntutan yang dialami individu agar ia PTSD mempunyai banyak ciri dan simtom
beradaptasi atau menyesuaikan diri. Stres yang sama, beberapa ciri yang sama adalah
berimplikasi secara luas pada masalah- mengalami kembali peristiwa traumatis,
masalah fisik maupun psikologis. menghindari petunjuk atau stimuli yang
Efek dari stres dapat menimbulkan diasosiasikan dengan peristiwa tersebut,
gangguan penyesuaian yang menyangkut mati rasa dalam responsivitas secara
reaksi maladaptif terhadap stres. Pada umum atau dalam segi emosional, gang-
gangguan penyesuaian, individu mem- guan fungsi atau distres emosional yang
punyai kesulitan untuk menyesuaikan diri penting. Sedangkan perbedaan utama
dengan stresor dalam hidup, seperti antara kedua gangguan tersebut adalah
masalah pekerjaan, perceraian, penyakit pada ASD penekanannya ada pada
kronis, atau rasa duka cita yang mendalam disosiasi, yaitu perasaan asing terhadap
setelah mengalami kehilangan. Kondisi diri sendiri atau terhadap lingkungannya.
tersebut dapat menimbulkan gangguan Individu yang mengalami gangguan stres
stres akut (acute stress disorder/ASD). akut mungkin merasakan dunia ini seolah-
ASD adalah suatu reaksi maladaptif yang olah sebagai suatu tempat dalam mimpi
terjadi pada bulan pertama sesudah atau suatu tempat yang tidak nyata. Dalam
pengalaman traumatis. Sedangkan ganggu- gangguan stres akut (ASD), individu
an stres pascatrauma (post traumatic stress mungkin juga tidak dapat melaksanakan
disorder/PTSD) adalah reaksi maladaptif tugas-tugas yang perlu, seperti misalnya
166
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)
167
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178
168
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)
169
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178
170
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)
171
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178
172
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)
173
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178
174
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)
175
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178
176
Play Therapy Untuk Anak-Anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD) (Endah
Nawangsih)
anak, maka permainan adalah bahasa langkah berikutnya yang perlu mendapat
simbolik yang lebih tepat. perhatian, mengingat kondisi anak sedang
Pada tahap ini perlu kiranya dalam situasi yang tertekan, yaitu :
diperhatikan beberapa langkah yang 1. Gunakan permainan yang me-
dipersiapkan dalam membentuk kelompok, mungkinkan bagi konselor untuk
yaitu : banyak berdialog dengan anak,
1. Sebelum konseling dimulai, konselor misalnya menggambar, permainan alat
perlu berdiskusi terlebih dahulu dengan bongkar-pasang, boneka tangan, dan
orang tua, atau pengasuh anak atau sebagainya.
pihak-pihak lain yang mempunyai 2. Tentukan pilihan permainan dengan
kedekatan emosional dengan anak melibatkan anak.
untuk mendapatkan beberapa informasi 3. Sambil bermain bersama, konselor
yang terkait dengan karakteristik anak. dapat menyampaikan beberapa
2. Disarankan konselor anak memiliki pertanyaan yang kira-kira bisa
ruangan khusus yang didesain sebagai mengungkap perasaan apa yang sedang
kamar bermain dan memenuhi standar dirasakan anak. Informasi yang
keamanan bagi anak-anak diperoleh melalui orang tua atau
3. Plihlah permainan yang disukai anak- pengasuh dapat pula dijadikan referensi.
anak (hal ini bisa ditanyakan terlebih 4. Membuat catatan-catatan hasil dialog
dahulu pada anak tersebut) konselor dengan anak untuk dijadikan
4. Ajaklah anak-anak tersebut bermain, sebagai alat untuk mengidentifikasikan
dalam hal ini konselor harus proaktif apa saja kelebihan-kelebihan yang
dan menunjukkan kesan bersungguh- dimiliki anak, permasalahan yang
sungguh serta melakukan observasi dialami anak.
terhadap seluruh kejadian yang 5. Setelah konselor dapat meng-
berlangsung. Melalui permainan identifikasikan masalah yang dialami
suasana kelompok akan lebih mudah anak, konselor dapat masuk pada fase
lebur, sehingga akan mudah menjalin berikutnya, yaitu mengatasi
kedekatan atau keakraban. Dengan permasalahan anak.
demikian konselor perlu kemahiran
dalam merancang permainan kelompok. PENUTUP
5. Lakukan percakapan yang ringan,
Sebagaimana hal yang telah
dengan tujuan untuk menarik anak-anak
diungkapkan pada awal tulisan ini, bahwa
memiliki kedekatan emosional dengan penanganan yang diperlukan bagi korban
konselor. bencana yang mengalami PTSD baik bagi
6. Berupaya agar bisa dianggap oleh anak- orang dewasa maupun anak-anak memiliki
anak sebagai sahabat yang cara pendekatan yang berbeda. Bagi anak-
menyenangkan, sebagai tempat untuk
anak yang mengalami PTSD teknik yang
berlindung bagi mereka. sesuai untuk mengatasi kondisi trauma
7. Ketika sudah merasakan bahwa anak-
adalah dengan menggunakan teknik Play
anak sudah dekat dengan konselor, Therapy. Masa anak-anak adalah masa
maka konselor dapat melanjutkan pada usia bermain, maka aspek ini menjadi
fase berikutnya, yaitu mengeksplorasi salah satu faktor pertimbangan bagi
perasaan dan persoalan yang sedang konselor didalam merancang teknik
dihadapi anak. Pada langkah ini konseling yang digunakan. Permainan
memudahkan bagi konselor untuk pada situasi dan kondisi yang tepat dapat
menegakkan diagnosis suatu ganggun
bermakna sebagai kegiatan fisik sekaligus
yang dialami anak. sebagai terapi. Selain itu, pada masa anak-
Bila sudah terbangun pembentukan anak, bermain dalam kelompok merupakan
struktur kelompok, terdapat beberapa
kegiatan yang diminati anak-anak, se-
177
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178
hingga kelompok pun dapat berfungsi Brammer, Lawrence M. 1979. The Helping
untuk mengembangkan keterampilan so- Relationship, second edition,
sial pada anak-anak. Prentice-Hall, Inc., englewood
Setelah anak-anak korban bencana Cliffs, New Jersey.
mengikuti sesi konseling, tentu saja Corey, Gerad, Teori dan Praktek
diharapkan anak yang mengalami trauma Konseling dan Psikoterapi, Penerbit
menunjukkan perubahan yang ke arah Refika Aditama, 2003.
positif setelah mengikuti konseling. Ketika Davidson, Gerald. C, Psikologi Abnormal,
anak telah menunjukkan perubahan edisi ke-9, PT. Rajawali Press, 2006.
perilaku ke arah yang positif, konselor Geldard, David, 1993. Basic Personal
dapat mengakhiri permainan dan apabila Counseling : a training manual for
diperlukan konselor dapat membuat janji counselors, second edition. Prentice-
untuk mengikuti sesi konseling berikutnya. Hall of Australia Pty Ltd, Australia.
Orang tua atau pengasuh dapat tetap Ivey, Allen,E.1980. Counseling and
dilibatkan pada upaya penanganan Psychotherapy : Skills, Theories, and
permasalahan anak, dengan selalu mem- Practice. Prentice-Hall, Inc.,
berikan permainan yang serupa kepada Englewood Cliffs, New Jersey.
anak, selain itu agar orang tua atau Kurnanto M. Edi, Situs Konseling STAIN
pengasuh dapat terus mendampingi ketika Pontianak, Play Therapy Intervensi
anak sedang bermain dengan cara Konseling yang tepat untuk anak.
memberikan berbagai stimulasi yang sudah Nevid, Jeffrey, S. (penerjemah Tim
diberikan contohnya oleh konselor. Fakultas Psikologi Indonesia),
Sebagai tindak lanjut dari proses Psikologi Abnormal, 2003, Penerbit
konseling tersebut, konselor dapat Erlangga, Jakarta.
memberikan pemahaman pada orang tua Paterson, Cecil Holden., 1986, Theories Of
atau pengasuh, diantaranya : Counseling and Psychotherapy, 4th-
1. Orang tua atau pengasuh memberikan ed, Harper & Row, Publisher, New
perhatian pada anak dengan cara York
mendampingi aktifitas bermain anak Yalom, ID., 1985, The Theory and
sehari-hari. Practice of Group Psychotherapy,
2. Buatlah kesan yang mendalam agar 4th ed, New York : Basic Book, Inc
anak merindukan kebersamaannya W. Yurika F., Lestari W. Gangguan Stres
dengan orang tua atau peng-asuhnya. Pasca Trauma Pada Korban
3. Orang tua dapat mengulangi sesi pelecehan Seksual dan Perkosaan,
bermain dengan permainan yang Pusat Penelitian dan Pengembangan
berbeda, tetapi memberikan stimulasi Sistem dan Kebijakan Kesehatan,
pada wilayah perkembangan yang sama Surabaya, 2003.
(yang sesuai dengan permasalahan
anak).
DAFTAR PUSTAKA
178