Anda di halaman 1dari 18

TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR KIMIA ANALISIS
Disusun Oleh

Kelompok III

Anggota : 1. Dede Kurniawan (F1B019005)

2. Anita Purnamasari (F1B019009)

3. Duwena Delianti (F1B019031)

4. Alif Mayasari (F1B019045)

Hari/tanggal : Senin, 24 Februari 2020

Dosen Pengampu : Drs.Nesbah, M.S

Asisten Dosen : 1.Libertina Ersinalsari (F1B016027)

2.Elvi Anggreini (F1B016045)

3.Neneng Purnama Sari (F1B016048)


4.Sri Wahyu Kurnia Putri (F1B016053)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu analitik untuk menganalisa suatu komponen kimia terdiri atas
beberapa analisa yaitu analisa gravimetric dan analisa volumetri. Analisa volumetri
adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat yang luas penggunaannya. Cara ini
sangat menguntungkan karena pelaksanaan yang mudah dan cukup cepat, ketelitian
dan ketepatan yang cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menentukan berbagai
kadar zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Metode volumetri secara garis
besar dapat diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu asam basa yang meliputi
hamper semua jenis titrasi baik asam basa maupun titrasi oksidasi reduksi. Pada
praktikum kali ini praktikan akan menentukan kadar konsentrasi dari senyawa asam
klorida (HCl).

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
Titran asam basa berdasarkan reaksi penetralan, kadar lautan asam di tentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran di tambakan titer sedikit
demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant
dan titer tepat habis bereaksi). Titrasi asam basa juga di sebut aidmetri-alkalimetri,
asidimetri diartikan sebagai pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan
garam ( yang diukur jumlah asam atau garam). Tentu saja ii membingungkan, namun
usaha untuk mendapatkan arti nama yang hars dipakai tidak berhasil, maka asidimetri
dan alkalimetri sebaliknya diartikan umum saja, yaitu titrasi yang menyangkut asam
dan basa.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka perlu dilakukan praktikum


mengenai analisa volumetri (titrasi asam basa). Guna mengetahui metode atau cara
menitrasi suatu larutan yang bersifat basa maupun asam, selain itu juga dapat
menyelaraskan antara praktikum dan teori asam basa.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan praktikum ini yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan konsentrasi basa (NaOH) dengan larutan standard primer asam

oksalat

2. Menentukan konsentrasi asam (HCl) dengan larutan standard sekunder basa

(NaOH).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses


penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah
ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi
dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada
titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari
suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri, 1999).

Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator


berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pasda titrasi asam basa, dikenal istilah titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika
asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan
digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi
(Sukmariah, 1990).

Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal


sebagai standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan
menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan
tepat, dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal
ini hanya sedikit, disebut standar primer (Sukmariah, 1990).

Zat yang digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi


persyaratan berikut:

1.Mudah diperoleh dalam bentuk murni maupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.

2.Harus stabil.

3.Zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis , sehingga tidak menyerap uap air,
tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).

Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan


mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitatif. Kuantitas
zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, dimana volume itu diukur dengan teliti,
dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini:

Mol = liter x konsentrasi molar

atau:
Mmol = ml x konsentrasi molar

Perhitungan-perhitungan stokiometri yang melibatkan larutaan yang diketahui


molaritasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan devinisi bobot ekuivalen, dua
larutan akan bereaksi dengan tepat satu sama lain bila keduanya mengandung gram
ekuivalen yang sama. Dalam hubungan ini, kedua normalitas harus dinyatakan
dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volume (Brady, 1990).

Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif memberikan informasi mengenai apa saja yang
menjadi komponen penyusun dalam suatu sampel, sedangkan analisis kuantitatif
memberikan informasi mengenai beberapa banyak komposisi suatu komponen dalam
sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan jumlah atau banyaknya
senyawa dalam sampel. Analisis kuantitatif konvensional yang paling sering
diterapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi
suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga
tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya
reaksi asam basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidi
alkalimetri. Apabila larutan standar yang digunakan adalah suatu larutan yang bersifat
asam maka analisis yang dilakukan adalahh analisis asidimetri. Sebaliknya jika
digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai
analisis alkalimetri. Konsentrasi larutan asam basa sering menggunakan satuan
kemolaran (M), maka rumusan itu dapat diubah. Konversi dari suatu kemolaran ke
normalitasan adalah mengalikan valensi (n) asam atau basa dengan kemolaran.
Sebaliknya dari suatu kenormalan ke satuan kemolaran adalah membagi kemolaran
dengan valensi asam atau basa. Konversi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dengan rumus :

VA . MA . nA = VB . MB . nB

Keterangan :

VA = Volume sebelum pengenceran

MA = Molaritas sebelum pengenceran

VB = Volume setelah pengenceran

MB = Molaritas setelah pengenceran

nA = Valensi asam
nB = Valensi basa (Keenan, 1991).

Analisis kimiawi menetapkan komposisi kuantitatif dan kualitatif suatu


materi. Konstituen-konstituen yang akan didereksi ataupun ditentukan jumlahnya
adalah unsur, rasikal, gugus fungsi, senyawaan atau fase. Analisis kimia menyangkut
aspek analisis yang lebih sempit. Analisis pada umumnya terdiri atas analisis
kualitatif dilakukan sebelum analisis kuantitatif. Tahapan penentuan analisis
kuantitatif adalah dengan usaha mendapatkan sampel, mengubahnya menjadi
keadaan yang dapat terukur, pengukuran konstituen yang dikehendaki, dan yang
terakhir perhitungan dan interprestasi data numerik (Khopkar, 1990).

Istilah analisis titrametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang


dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui
dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat
yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat
itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume
standar yang digunakan dan hukum-hukum stokiometri yang diketahui. Dahulu
digunakan orang analisis volumetri, tetapi sekarang telah diganti dengan analisiss
titrimetri, karena yang terakhir ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi,
sedangkan yang disebut terdahulu dapat dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran
volume, seperti yang melibatkan gas-gas. Reagensia dengan konsentrasi yang
diketahui itu disebut titran, dan zat yang sedang dititrasi disebut titrat (Khopkar,
1990).

Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi
persyaratan berikut:

1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu

yang tidak terlalu lama.

2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan

yang pasti dalam reaktan.

3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.

4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar (Sukmariah, 1990).

Untuk analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekuivalen (larutan
normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekuivalen dari zat yang dititrasi = jumlah
ekuivalen zat penitrasi. Berat ekuivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya,
tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat dibagi menjadi:
1. Asidi dan alkalimetri

2. Oksidimetri

3. Argentometri

(Sukamariah, 1990).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Erlenmeyer 2. Buret 3. Statif dan Klem

4. Pipet Gondok 5. Corong 6. Bola Hisab

3.1.2 Bahan

1.Indikator 2. Asam Oksalat 0,1 N 3. NaOH 0,1 N


Phenolphetalein 1%

4.Aquades 5. HCl 0,1 N


3.2 Prosedur Kerja

1. Pembuatan Larutan

 Membuat 50 ml larutan HCl 0,1 N

Larutan HCl pekat 37 %

 Dipipet sebanyak 0,40 ml


 Dilarutkan dalam labu ukur
50 ml sampai tanda batas

 Membuat 50 ml larutan asam oksalat 0,1 N

Asam oksalat 0,1 N

 Ditimbang 0,3151 gr asam


oksalat
 Dilarutkan dalam labu ukur
50 ml sampai tanda batas

 Membuat 50 ml larutan NaOH 0,1 N

NaOH 0,1 N
 Ditimbang 0,2 gr NaOH
 Dilarutkan dalam labu ukur
sampai tanda batas

2. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N

Larutan asam oksalat 0,1 N

 Dipipet sebanyak 10 ml
 Dimasukkan dalam Erlenmeyer
 Ditambahkan indikator PP sebanyak 3
tetes
 Dititrasi dengan larutan NaOH sampai
terbentuk larutan berwarna merah mudah

Larutan berwarna merah mudah

 Dicatat volume NaOH yang


digunakan
 Dihitung molaritas larutan
NaOH

 Dilakukan hal yang sama untuk Erlenmeyer yang ke II


 Hitunglah rata-rata dari kedua hasil

3. Penentuan konsentrasi HCl

Larutan HCl 0,1 N

 Ditambahkan 10 ml hcl 0,1 m kedalam erlenmeyer


 Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes
 Dititrasi dengan larutan NaOH sampai terbentuk
larutan berwarna merah mudah
Larutan berwarna merah mudah

 Dicatat volume NaOH yang


digunakan
 Dihitung molaritas larutan NaOH

 Dilakukan hal yang sama untuk Erlenmeyer yang ke II


 Hitunglah rata-rata dari kedua hasil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

 Standarisasi NaOH dengan lautan asam oksalat

No Prosedur Ulangan Rata-rata


I II
1. Volume asam 10 ml 10 ml 10 ml
oksalat 0,1 N
2. Volume NaOH 16,8 ml 14,9 ml 15,85 ml
Terpakai
3. Molaritas (M) 0,00059 M 0,00067 M 0,00063 M
NaOH

 Standarisasi HCl dengan larutan NaOH

No Prosedur Ulangan Rata-rata


I II
1. Volume HCl 10 ml 10 ml 10 ml
0,1 N
2. Volume NaOH 16,2 ml 15,9 ml 16,05
terpakai
3. Molaritas ( M ) 0,00061 M 0,00062 M 0,00061 M
HCl

 Hitung konsentrasi
NaOH dengan menggunakan rumus V1.N1 = V2.N2

Diketahui :
Volume NaOH rata-rata saat titrasi = 15,85 ml
Volume asam oksalat saat titrasi = 10 ml
Normalitas asam oksalat = 0,1 N
Ditanya :
Normalitas NaOH yang dititrasi = …………..?
Pada saat titik ekivalen titrasi
Jumlah ekuivalen asam = Jumlah ekuivalen basa
(V. N)asam = (V. N)basa
Voksalat . Noksalat = VNaOH . NNaOH
10 ml . 0,1 N = NNaOH . 15,85 ml
1
NNaOH =
15,85
NNaOH = 0,063 N
Jadi Normalitas larutan NaOH rata-rata adalah 0,063 N.

HCl dengan menggunakan rumus V2.N2=V3.N3

Diketahui :
Volume NaOH rata-rata saat titrasi = 16,05 ml
Volume HCl saat titrasi = 10 ml
Normalitas NaOH = 0,1 N
Ditanya :
Normalitas NaOH yang dititrasi = …………..?
Pada saat titik ekivalen titrasi
Jumlah ekuivalen asam = Jumlah ekuivalen basa
(V.N)asam = (V.N)basa
VHCl . NHCl = VNaOH . NNaOH
10 ml. NHCl =16,05 ml . 0,1 N
1, 605
NNaOH =
10
NNaOH = 0,1605 N
Jadi Normalitas larutan HCl rata-rata adalah 0,1605 N.

4.2 Pembahasan
Pada percobaan pertama dilakukan dua kali
pengamatan pada pengamatan pertama volume
NaOH yang digunakan yaitu 16,8 ml dan pengamatan
kedua volume NaOH yang digunakan yaitu 14,9
ml dalam titrasi ini.
Reaksi asam oksalat dengan NaOH adalah :
2NaOH(aq) + H2C2O4(aq) → Na2C2O49(aq)+ 2H2O
Asam Oksalat pada percobaan titrasi ini
sebagai larutan standar primer karena konsentrasinya dihitung berdasarkan
penimbangannya. Sedangkan NaOH sebagai larutan standar sekunder karena
konsentrasinya dihitung berdasarkan larutan standar primer.
Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer (John Kenkel, 2003).
Pada standarisasi NaOH terhadap asam oksalat indikator yang digunakan
adalah fenolftalein atau PP sebanyak 3 tetes, pada saat indikator ditambahkan warna
larutan tetap bening, setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak rata-rata 15,85 ml
larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda.
Fenolptalin (pp) yang memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan
tidak berwarna dalam lingkungan asam, indikator pp memiliki trayek pH : 8,0 – 9,6
(Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, 1998 : 229).
Pada proses terjadinya warna pink pada titrasi, larutan standar atau titran yang
digunakan adalah basa,karena pada proses ini yang menjadi sebagai titer (larutan
yang dititrasi) adalah larutan yang bersifat asam dan yang menjadi titran (larutan
yang menitrasi) adalah larutan yang bersifat basa. Untuk titer, berikan sedikit
indikator pp untuk mengetahui apakah senyawa tersebut memiliki sifat asam atau
basa.
Berdasarkan hasil perhitungan konsentrasi NaOH menggunakan rumus :
V1 . N1 = V2 . N2
Konsentrasi NaOH 0,063 N.
Pada percobaan kedua dilakukan dua kali
pengamatan pada pengamatan pertama volume
NaOH yang digunakan yaitu 16,2 ml dan pengamatan
kedua volume NaOH yang digunakan yaitu 15,9
ml dalam titrasi ini. Reaksi netralisasi HCl dengan
NaOH adalah :
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
(Chang, 2004)
Pada standarisasi NaOH terhadap asam oksalat indikator yang digunakan
adalah fenolftalein atau PP sebanyak 3 tetes, pada saat indikator ditambahkan warna
larutan tetap bening, setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak rata-rata 16,05 ml
larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda.
Berdasarkan hasil perhitungan pada standarisasi NaOH dengan HCl diperoleh
normalitas pada HCl sebesar 0,1605 N. Disertai dengan penambahan indikator
phenolphthalein pada HCl. Titrasi ini juga dilakukan sampai warna larutan menjadi
warna merah muda. Pada percobaan ini juga dilakukan dua kali pengamatan. Pada
titrasi pertama volume NaOH yangdiperlukan yaitu 16,2 ml dan pada titrasi kedua
volume NaOH yang diperlukan yaitu 15,9 ml. Adapun reaksi netralisasi HCl dengan
NaOH adalah :
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O (Chang, 2004)
Fungsi indikator dalam proses titrasi adalah untuk menentukan titik ekivalen
ketika dua larutan telah mencapai netralisasi (Hisham, 2019).
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titran, volume dan  konsentrasi titer maka bisa dihitung
konsentrasi titran tersebut (Umi L Baroroh :2004 ).
Berdasarkan hasil perhitungan konsentrasi NaOH menggunakan rumus :
V2 . N2 = V3 . N3
Konsentrasi HCl 0,062 N.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkanlah kesimpulan berikut :


1) Titrasi adalah suatu cara penentuan kadar suatu larutan dengan menambahkan
larutan penguji yang dapat bereaksi dengan larutan, yang ingin ditentukan
kadarnya
2) Asam adalah senyawa yang melepaskan ion H (Hidrogen) dalam larutannya
3) Basa adalah senyawa yang melepaskan ion hisroksida (OH ) dalam
larutannya.
4) Titik ekivalen adalah dimana suatu titik antara larutan asam dan basa tepat
habisbereaksi

Indikator adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengetahui titik titrasi
BAB VI
TUGAS PROMBLEMA
1. Apa yang dimaksud dengan asam,basa,titik ekivalen,titik akhir titrasi dan indikator
asam/basa?
Jawab :
Asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion
dalam larutannya.
Basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air,terionisasi menghasilkan ion
dalam larutannya.
Titik ekivalen yaitu pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen
atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi
Titik akhir titrasi yaitu terjadi bila indikator berubah warna.
Indikator asam/basa adalah suatu asam atau basa organik lemah yang
menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk
terionisasinya.

2. Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen,bagaimana caranya?dan bagaimana


pula pengamatannya untuk titrasi ini?
Jawab :
Dengan cara pemilihan indikator yang tepat,karena indikator yang tepat dapat
membuat titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen untuk itu harus dipilih indikator
untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam
titrasi(dengan kata lain apakah mereka kuat atau lemah).
Untuk pengamatannya pada saat NaOH dialirkan sedikit demi sedikit melalui
buret pada erlenmeyer yang berisi larutan HCl ,diamati pada saat erlenmeyer
digoncang bila terjadi perubahan warna ,berarti titik akhir titrasi sudah mendekati titk
ekivalen.
3.Tulis dengan lengkap reaksi yang terjadi pada percobaan diatas!
Reaksi standarisasi NaOH dengan
2NaOH(aq) + H2C2O4(aq) → Na2C2O49(aq)+ 2H2O
Reaksi konsentrasi HCl dengan NaOH
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O
4. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer dan sekunder?
Jawab :
Larutan standar primer adalah larutan yang konsentrasinya dibuat berdasarkan
penimbangan.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dihitung
berdasarkan larutan standar sekunder.
5. Sebutkan syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi?
Jawab :
1.Reaksi harus berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas.
2. Reaksi harus cepat dan reversible. Bila tidak cepat ,titrasi akan memakan waktu
terlalu banyak apalagi menjelang titik akhir reaksi. Bila reaksi tidak revesible,
penentuan akhir titrasi tidak tegas.
3. Harus ada penunjuk akhir reaksi (indikator).
4. Larutan baku yang direaksikandengan analit harus mudah dibuat dan sedehana
penanganannya serta harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah.
DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I.Banjarbaru.Universitas Lambung


Mangkurat
Brady, J. E. 1990. Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1. Jakarta ; Erlangga
John Kenkel, (2003). Analytical Chemistry for Technicians. Washington, Lewis
Publishers
Keenan, Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta; Erlangga
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta ; Universitas Indonesia
Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, (1998). Contemporary in Analytical
Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons
Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2.Jakarta ; Binarupa Aksara
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung; ITB-Press

Anda mungkin juga menyukai