Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

ALKALIMETRI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kimia Dasar

Nama : DANIA AGISNAWATI AKBAR

NPM : 23420047

Grup : 1K3

Kelompok : 1

Dosen/Asisten Dosen Pengampun :

1. Octianne D., M.T


2. Lestari W., S.Pd., M.Tr
3. Asiyah Nurrahmajanti., M.Si

POLITEKNIK STTT BANDUNG

KIMIA TEKSTIL

2023
PEMBUATAN LARUTAN ASAM OKSALAT DAN STANDARISASI NaOH

Pembuatan standarisasi Larutan Asam Oksalat dan Standarisasi NaOH pada tanggal 4 Oktober 2023.

I. Maksud & Tujuan


Maksud :
A. Membuat larutan standarisasi primer asam oksalat
B. Melakukan Standarisasi NaOH menggunakan asam oksalat

Tujuan :

A. Membuat larutan standar primer asam oksalat 0,1 N


B. Melakukan standarisasi NaOH dengan menggunakan larutan asam oksalat yang telah
dibuat
II. Dasar Teori

III. Asidi dan alkalimetri


adalah analisis
kuantitatif volumetri
IV. berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya
dibedakan berdasarkan
larutan
V.standardnya. Pada
asidimetri digunakan asam
sebagai larutan
standardnya
VI. (Anonim ,2014).
VII. Asidi dan alkalimetri
adalah analisis
kuantitatif volumetri
VIII. berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya
dibedakan berdasarkan
larutan
IX. standardnya. Pada
asidimetri digunakan asam
sebagai larutan
standardnya
X.(Anonim ,2014).
XI. Asidi dan alkalimetri
adalah analisis
kuantitatif volumetri
XII. berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya
dibedakan berdasarkan
larutan
XIII. standardnya. Pada
asidimetri digunakan asam
sebagai larutan
standardnya
XIV. (Anonim ,2014).
XV. Asidi dan alkalimetri
adalah analisis
kuantitatif volumetri
XVI. berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya
dibedakan berdasarkan
larutan
XVII. standardnya. Pada
asidimetri digunakan asam
sebagai larutan
standardnya
XVIII. (Anonim ,2014)
XIX. Asidi dan alkalimetri
adalah analisis
kuantitatif volumetri
XX. berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya
dibedakan berdasarkan
larutan
XXI. standardnya. Pada
asidimetri digunakan asam
sebagai larutan
standardnya
XXII. (Anonim ,2014)
XXIII. Asidi dan
alkalimetri adalah
analisis kuantitatif
volumetri
XXIV. berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya
dibedakan berdasarkan
larutan
XXV.standardnya. Pada
asidimetri digunakan asam
sebagai larutan
standardnya
XXVI. (Anonim ,2014)
XXVII. Asidi dan
alkalimetri adalah
analisis kuantitatif
volumetri
XXVIII.berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya
dibedakan berdasarkan
larutan
XXIX. standardnya. Pada
asidimetri digunakan asam
sebagai larutan
standardnya
XXX.(Anonim ,2014)
Asidi dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi
netralisasi. Keduanya dibedakan berdasarkan larutan standardnya. Pada asidimetri
digunakan asam sebagai larutan standardnya (Anonim ,2014).

Reaksi netralisasi yakni reaksi


antara ion hidrogen yang
berasal dari
asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi
dapat juga dikatakan sebagai
reaksi antara
pemberi proton (asam) dengan
penerima proton (basa)
(Shochichah, 2010).
Reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi
dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton
(basa) (Shochichah, 2010).
Asidimetri merupakan
penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang
bersifat basa dengan
menggunakan baku asam.
Sebaliknya alkalimetri
merupakan penetapan kadar
senyawa-senyawa
yang bersifat asam dengan
menggunakan baku basa
(Shochichah, 2010).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa
yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri
merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan
menggunakan baku basa (Shochichah, 2010).
Titrasi asam basa
melibatkan asam maupun
basa sebagai titer
ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi
penetralan. Kadar
larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer
sedikit demi sedikit sampai
mencapai keadaan
ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titrant dan titer
tepat habis bereaksi).
Keadaan ini disebut sebagai
“titik ekuivalen”. Pada saat
titik ekuivalent ini
maka proses titrasi dihentikan,
kemudian kita mencatat
volume titer yang
diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data
volume titrant, volume dan
konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung
kadar titrant (Shochichah,
2010).Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer maupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer
tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik
ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant,
volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant (Shochichah, 2010).

Ada dua cara umum untuk


menentukan titik ekuivalen
pada titrasi
asam basa. Yaitu yang
pertama dengan cara
memakai pH meter untuk
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa. Yaitu
yang pertama dengan cara memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH
selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant
untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalent”. Yang kedua dengan memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan
pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan (Shochichah,2010).

Untuk memperoleh
ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi
dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini
dapat dilakukan
dengan memilih indicator yang
tepat dan sesuai dengan titrasi
yang akan
dilakukan. Keadaan dimana
titrasi dihentikan dengan
cara melihat
perubahan warna indicator
disebut sebagai “titik akhir
titrasi”
(Shochichah, 2010).
Titrasi asam-basa dapat
memberikan titik akhir yang
cukup tajam
dan untuk itu digunakan
pengamatan dengan indicator
bila pH pada titi
ekivalen antara 4-10.
Demikian juga titik akhir
titrasi akan tajam pada
titrasi asam atau basa lemah
jika pentitrasian adalah basa
atau asam kuat
dengan perbandingan tetapan
disosiasi asam lebih besar dari
10. Selama
titrasi asam-basa , pH larutan
berubah secara khas. pH
berubah secara
dratis bila volume titrasinya
mencapai titik ekivalen
(Shochichah, 2010).
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator
yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik
akhir titrasi” (Shochichah, 2010).

Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik ekivalen antara 4-10. Demikian
juga titik akhir titrasi akan tajam padatitrasi asam atau basa lemah jika pentitrasian
adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari
10. Selama titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara
dratis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen (Shochichah, 2010).

Analisa titrimetri atau analisa


volumetric adalah analisis
kuantitatif
dengan mereaksikan suatu
zat yang dianalisis dengan
larutan baku
(standar) yang telah
diketahui konsentrasinya
secara teliti, dan reaksi
antara zat yang dianalisis dan
larutan standar tersebut
berlangsung secara
kuantitatif. Larutan baku
(standar) adalah larutan
yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti,
dan konsentrasinya biasa
dinyatakan dalam
satuan N (normalitas) atau M
(molaritas) (Shochichah,
2010).
Larutan baku ada dua yaitu
larutan baku primer dan
larutan baku
sekunder. Larutan baku primer
adalah larutan baku yang
konsentrasinya
dapat ditentukan dengan
jalan menghitung dari berat
zat terlarut yang
dilarutkan dengan tepat.
Larutan baku primer harus
dibuat dengan
Analisa titrimetri atau analisa volumetri adalah analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan
larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah
larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa
dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas) (Shochichah, 2010).

Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan
baku primer adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan jalan
menghitung dari berat zat terlarut yang dilarutkan dengan tepat. Larutan baku
primer harus dibuat dengan penimbangan dengan teliti menggunakan neraca analitik
dan dilarutkan dalam labu ukur (RhacaRhiatra,2013).

Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan membuat larutan standar primer
harus benar-benar dalam keadaan murni, stabil secara kimiawi, mudah
dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis, serta memiliki berat ekivalen besar,
sehingga meminimalkan kesalahan akibat penimbangan (RhacaRhiatra, 2013).

Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku primer adalah
H2C2O4. 2H2O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat padat , halus, putih,
larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya
selalu sampai terbentuk garam normalnya, berat ekivalen asam oksalat adalah 63
(RhacaRhiatra, 2013).

Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus


ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan kali ini
larutan yang digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah NaOH. Larutan NaOH
tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida
(NaOH), juga dikenal sebagai sodakaustik, adalah sejenis basa logam kaustik.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke
dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair
dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut
dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini
lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non
polar lainnya (RhacaRhiatra, 2013).

Indikator adalah zat yang


ditambahkan untuk
menunjukkan titik
akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indicator yang
digunakan adalah
indicator azo dengan warna
yang spesifik pada berbagai
perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik
dimana terjadi kesetaraan
reaksi secara
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi
telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna
yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana
terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan
standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada
indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan
dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhirtitrasi sangat
mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa .(Shochichah, 2010).

III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Buret 50 mL Asam Oksalat
Erlemenyer 250 mL Aquades
Pipet Volume 10 mL NaOH
Gelas Piala 100 mL Indikator PP
Pipit tetes
Bulb piller
Neraca Analitik
Batang Pengaduk
Gelas Piala
Klem
Kaca Arloji

IV. Langkah Kerja


A. Pembuatan larutan standar primer asam oksalat
Langkah kerja:
1. Timbang tepat H2C2O4.2H2O sebesar 0.6300 gram dengan kertas timbang
2. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
3. Tambahkan aquades hingga batas garis
4. Kocok 12 kali untuk menghomogenkan larutan
B. Standarisasi larutan natrium hidroksida dengan larutan standar asam oksalat
Langkah kerja:
1. Bersihkan buret dan bilas dengan aquades
2. Bilasi buret dengan larutan NaOH 0,1 N
3. 10 ml larutan asam oksalat 0,1000 N dipipet ke dalam Erlemeyer
4. Tambahkan 2 tetes indikator PP (phenolftalein) ke dalam Erlemeyer.
5. Titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH 0,1 N hingga
berwarna merah muda seulas (mms).
6. Hitung Normalitas larutan NaOH

V. Data dan Perhitungan


Data Pengamatan :

Berat H2C2O4.2H2O yang ditimbang : 0,6305 gram


Bentuk H2C2O4.2H2O : Serbuk
Warna H2C2O4.2H2O : Putih
Data Titrasi Ke - 1 : 9,20 mL
Data Titrasi Ke - 2 : 9,25 mL
Rata – Rata Titrasi : 9,225 mL

Perhitungan :
BM H2C2O4.2H2O
Ar H : 1
Ar C : 12
Ar O : 16
BM H2C2O4.2H2O = (2 x Ar H) + (2 x Ar C) + (4 x Ar O) + 2 x (Ar H + Ar O)
= (2 x 1) + (2 x 16) + (4 x 16) + 2 x (2 (1) + 16 )
= 2 + 32 + 64 + 36
= 126
BM
BE H2C2O4.2H2O =
2
126
=
2

= 63
Perhitungan massa yang dibutuhkan
mL = 100
BE = 63
N = 0,1
gr 100 gr mL
N= x = xN
BE mL BE 1000
mL
gr = x N x BE
1000
100
= 1000 x 0,1 x 63

= 0,6300 gram
Standarisasi NaOH
VH2C2O4 x N H2C2O4 = VNaOH x NNaOH
V H 2 C 2 O 4 x N H 2C 2O 4
NNaOH =
V NaOH
10 x 0,1000
NNaOH =
9,225
N

= 0,1084 N
PENETAPAN KADAR CH3COOH

Penetepan kadar CH3COOH pada tanggal 11 Oktober 2023.

I. Maksud dan Tujuan


Maksud
 Untuk menentukan kadar asam asetat (CH3COOH) dengan NaOH

Tujuan

 Menetapkan kadar Asam Asetat (CH3COOH) dengan menggunakan normalitas


NaOH yang sudah diketahui
II. Teori Dasar
Suatu senyawa yang bersifat sensitif dan mudah bereaksi dengan udara memiliki
kestabilan yang rendah di dalam suatu pelarut. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya
konsentrasi sebenarnya suatu senyawa di dalam pelarut tersebut. Adanya pengukuran
secara volumetrik akan memudahkan proses analisis untuk menentukan konsentrasi
sebenarnya suatu senyawa. Analisis volumetrik atau lebih dikenal dengan
sebagai titrimetri merupakan metode analisis di mana suatu zat akan dibiarkan bereaksi
dengan zat lain yang konsentrasinya sudah diketahui dan dialirkan dari buret dalam
bentuk larutan dan diakhiri dengan adanya perubahan warna dari indikator yang
digunakan (Khopkar 2014).
Reaksi penetralan asam basa dapat di!unakan untuk menentukan kadar larutanasam
atau larutan basa. 0alam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi den!an larutan
basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basa tepat habis
bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas
larutan yang satu lagi dapat ditentukan. (Michael, 1997).
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya
jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang
menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut
kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada titik tengahnya merupakan titik
ekuivalen. (Michael, 1997).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian juga
titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah, jika penitrasian adalah
basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10 4 pH
berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari
satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H 3O. Reaksi
asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempegaruhi titrasi asam basa, pH dan
perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperature. (Khopkar,
S.M. 1990)
Pada kedua titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu fenoftalen (PP)
dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena jika menggunakan indikator yang
lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen.
(Harjadi, W. 1990)
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan. Sedangkan sebagai “titik
akhir titrasi”. Titik akhir ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi
melewati titik ekuivalen. (Esdi, 2011).
III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Buret 50 mL Asam Asetat
Erlemenyer 250 mL Aquades
Pipet Volume 10 mL NaOH
Labu ukur 100 mL Indikator PP
Klem
Statif

IV. Langkah Kerja


Pembuatan Kadar Asam Asetat
1. Menyiapkan buret
 Bilas buret menggunakan aquades
 Bilas buret menggunakan larutan NaOH 0,1084 N
 Isi buret dengan larutan NaOH 0,1084 N sampai tepat skala
nol dan pastikan bagian bawah buret terisi penuh dan tidak
ada gelembung
 Simpan buret pada statif, pastikan buret tegak dan lurus
 Buret siap digunakan
2. Mengencerkan larutan asam asetat
 Pipet larutan asam asetat sebanyak 10 ml menggunakan pipet
volume
 Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
 Tambahkan aquades sampai garis miniskus
 Homogenkan/kocok larutan sebanyak 12x
 Larutan asam asetat encer siap digunakan
3. Menyiapkan larutan pada labu Erlenmeyer
 Pipet larutan asam asetat encer sebanyak 10 ml
menggunakan pipet volume
 Tambahkan indikator phenoftalein 1-2 tetes
 Larutan siap untuk dititrasi
V. Data Perhitungan
Data Pegamatan :
Warna CH3COOH : Tidak Berwarna
Data Titrasi Ke - 1 : 6,75 mL
Data Titrasi Ke - 2 : 6,90 mL
Rata – Rata Titrasi : 6,825 mL
Hitungan :
BM CH3COOH
Ar C = 12
Ar O = 16
Ar H = 1
BM CH3COOH = 2C + 4H + 2O
= 2 (12) + 4 (1) + 2 (16)
= 24 + 4 + 32
= 60

BM
BE CH3COOH =
1
60
=
1

= 60
Menghitung Faktor Pengencenran (P)
1000 100
P= x = 400
25 10
mL Titrasi x N NaoH x BE CH 3 COOH
Kadar CH3COOH =
mL pipet CH 3 COOH
6,825 x 0,1084 x 60
=
10
= 4,4390 g/l
g/l
Kadar (%) = x 100 %
1000 x bj
4,4390
= x 100 %
1000 x 1
= 0,44 %
LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

ASIDIMETRI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Kimia Dasar

Nama : DANIA AGISNAWATI AKBAR

NPM : 23420047

Grup : 1K3

Kelompok : 1

Dosen/Asisten Dosen Pengampun :

1. Octianne D., M.T


2. Lestari W., S.Pd., M.Tr
3. Asiyah Nurrahmajanti., M.Si

POLITEKNIK STTT BANDUNG

KIMIA TEKSTIL

2023
Pembuatan larutan baku primer boraks dan standarisasi HCL

Pembuatan larutan baku primer boraks dan standarisasi HCL pada 18 Oktober 2023

I. Maksud dan Tujuan


Maksud :
- Membuat larutan baku primer boraks dan menggunakannya untuk standarisasi HCL

Tujuan :

- Membuat larutan standar primer boraks konsentrasi 0,1000 N sebanyak 100 mL


- Melakukan standarisasi HCL dengan menggunakan larutan Boraks yang telah dibuat
II. Dasar Teori
Analisa volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar dan komposisi
dari sampel ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (volume diketahui) yang
ditambahkan ke dalam larutan zat uji, hingga komponen yang ditetapkan bereaksi
secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses ini dikenal dengan titrasi.
Oleh karena itu, Analisa volumetri disebut juga analisa titrimetri. Suatu reaksi
dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi persyaratan
berikut: reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu
yang tidak terlalu lama; reaksi harus sederhana dandiketahui dengan pasti,
sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan; reaksi harus berlangsung
sempurna. Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan
baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat zat baku yang
ditimbang secara seksama atau dengan penetapan yang dikenal dengan pembakuan.
Tujuan cara volumetri ini ialah menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam
dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Maka dasar
reaksi asam + basa. Basa dapat dititrasi dengan larutan baku asam. Proses ini
disebut asidimetri. Sebaliknya,asam yang dititrasi dengan larutan baku basa disebut
alkalimetri.
Dalam volumetri dikenal 2 macam larutan baku, yaitu baku primer dan baku
sekunder. Baku primer yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung,
karena diperoleh dari hasil penimbangan. Pada umumnya kadarnya dapat dinyatakan
dalam N (mol.Equivalen/L) atau M (mol/L). Contoh larutan baku primer adalah : NaCl,
asam oksalat, Natrium Oksalat. Baku sekunder yaitu larutan dimana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan pembekuan, dengan larutan baku primer atau dengan metode
gravimetri yang tepat. Contoh : NaOH (dibakukan dengan primer asam oksalat). Syarat-
syarat suatu bahan baku adalah: Susunan kimianya diketahui dengan pasti, harus murni
dan mudah dimurnikan, dapat dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis, stabil baik
dalam keadaan murni maupun dalam larutannya, dapat larut dalam pelarut yang cocok
dan dapat bereaksi secara stokiometri dengan larutan yang akan dibakukan atau dengan
zat yang akan ditentukan kadarnya, bobot ekivalennya besar agar pengaruh kesalahan
penimbangan dapat diperkecil.
Dalam analisis volumetri, ada beberapa istilah yang harus dipahami. Berat ekivalen
dari satu unsur adalah umumnya berat kombinasi unsur itu dengan satu jumlah standar
dari komponen reaktan. Parameternya didasari seluruhnya pada sifat alami dari suatu
reaksi tertentu. Titrasi menunjuk ke proses dari tambahan dari bahan reaksi standar
secara berangsur-angsur, sedangkan titer dari satu solusi adalah berat dari satu unsur yang
secara kimiawi ekivalen terhadap 1 ml dari larutannya. Terakhir yaitu kenormalan yang
dapat diekspresikan dengan angka dari miliekivalen dari zat terlarut yang terkandung
pada 1 ml dari larutan.
Untuk mengetahui kesempurnaan berlangsungnya reaksi antara larutan baku dan
larutan yang dititrasi digunakan suatu zat kimia yang dikenal sebagai indikator, yang
dapat membantu dalam menentukan kapan penambahan titran harus dihentikan. Bila
reaksi antara larutan yang dititrasi dengan larutan baku telah berlangsung sempurna, maka
indikator harus memberikan perubahan visual yang jelas pada larutan (misalnya dengan
adanya perubahan warna atau pembentukan endapan).
III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Buret 50 mL HCL
Erlemenyer 250 mL Aquades
Pipet Volume 10 mL Boraks 0,1 N
Labu ukur 100 mL Indikator MO
Klem
Statif
Corong gelas
Neraca analitik
IV. Alur Kerja
 Cara kerja Pembuatan Larutan Standar Primer Boraks
1. Timbang teliti Na2B4O7.10H2O sebanyak 1,91 gram
2. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
3. Tambahkan aquades hingga batas garis/meniscus
4. Kocok 12 kali untuk menghomogenkan larutan
5. Larutan Na2B4O7.10H2O 0,1000 N telah selesai dibuat
 Cara kerja Standarisasi larutan Asam Klorida (HCl) denga menggunakan
larutan boraks
1. Menyiapkan buret
a. Bilas buret menggunakan aquades
b. Bilas buret menggunakan larutan HCL
c. Isi buret dengan larutan HCl sampai tepat skala nol dan
pastikan
d. bagian bawah buret terisi penuh dan tidak ada
gelembung
e. Simpan buret pada statif, pastikan buret tegak dan
lurus
f. Buret siap digunakan

2. Menyiapkan larutan boraks pada labu erlenmeyer


a. Pipet larutan boraks sebanyak 25 ml
menggunakan pipet gondok
b. Tambahkan indikator metil orange 2-3 tetes
c. Larutan siap untuk dititrasi

3. Proses titrasi

a. Posisikan labu erlenmeyer berisi boraks di


bawah buret
b. Lakukan proses titrasi hingga terjadi perubahan
warna dari lartan
c. kuning menjadi larutan orange muda, lakukan
titrasi sebanyak 2x (duplo)
d. Catat volume HCl yang terpakai
e. Hitung normalitas HCl
V. Data Perhitungan
Data Pengamatan :
Warna boraks : Putih
Data Titrasi Ke - 1 : 12,40 mL
Data Titrasi Ke - 2 : 12,45 mL
Rata – Rata Titrasi : 12,43 mL

Perhitungan :

BM Na2B4O7.10H2O

Ar Na = 23
Ar B = 11

Ar O = 16

Ar H = 1

BM Na2B4O7.10H2O = (2 x Ar NA) + (4 x Ar B) + (7 x Ar O) + 10 (2 x Ar H + Ar O)

= (2 x 23) + (4 x 11) + (7 x 16) + 10 (2(1) + 16)

= 46 + 44 + 112 + 180

= 382

BM
BE Na2B4O7.10H2O =
2

382
=
2

= 191

mL
Gram = x N x BE
1000

100
= x 0,1 x 191
1000

1910
= 1000

= 1,91 gram

Normalitas Na2B4O7.10H2O setelah ditimbang

m 1000
N= x
BE v

1,9160 1000
N= x
191 100

N = 0, 1003 N

Normalitas HCL

V 1 x N 1 = V 2 x N2
V1xN1
N2 =
V2
10 x 0 , 1003
N2 =
12, 43
N

= 0,0807 N
Penetapan Kadar NaHCO3

Penetapan Kadar NaHCO3 pada 25 Oktober 2023

I. Maksud dan Tujuan

Maksud :

- Mengetahui kadar Natrium Bikarbonat (NaHCO3)


- Mengetahui dan memahami cara dan proses titrasi NaHCO3 dengan HCL

Tujuan :

- Menetapkan dan menentukan kadar Natrium Bikarbonat dengan menggunakan


normalitas HCL yang sudah diketahui

II. Dasar Teori

volumetri adalah analisis kuantitatif dimana kadar dan komposisi dari sampel ditetapkan
berdasarkan volume pereaksi (volume yang diketahui) yang ditambahkan ke dalam
harga bahan, hingga komponen yang ditentukan dengan pereaksi tersebut. Tujuan
utama dari analisis volumetri adalah untuk mengetahui kuantitas dari setiap
komponen yang menyusun analit, analisis volumetri menghasilkan data numerik yang
memiliki satuan tertentu. Data hasil analisis volumetria umumnya dinyatakan dalam
satuan volume, satuan berat,maupun satuan konsentrasi dengan menggunakan metode
analisis tertentu. Hal yang dibahas pada analisis volumetri meliputi titrasi asam
basa, titrasi pengendapan dan titrasi redoks. Konsep-konsep yang dibahas pada materi
analisis volumetri berupa konsep abstrak, konsep terdefinisi dan konsep
berdasarkan proses (Fardani dkk, 2017).

Titrasi yaitu suatu metode dalam menentukan kadar suatuzat dalam suatu sampel
yang sudah diketahui konsentrasinya untuk melakukan pengujian analisis kuantitatif.
Jenis reaksi yang dilakukan pada proses titrasi, biasanya sering dibedakan berbeda-
beda. Dalam reaksi asam basa maka titrasi ini disebut dengan titrasi asam basa, untuk titrasi
yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi disebut titrasi redoks, untuk titrasi yang
melibatkan pembentukan reaksi kompleks disebut titrasi komplesometri, dan
sebagainya. Titran adalah jenis larutan yang diletakan pada Erlenmeyer yang ingin
ditentukan kadarnya. Sedangkan titrat adalah larutan yang diletakan pada buret (Hestidkk,
2016).

Titrasi asam basa bertujuan untuk mengetahui sifat asam suatu sampel secara kualitatif.
Titrasi ini menggunakan larutannatrium hidroksida sebagai titran dan larutan uji asam
oksalat sebagai titrat. Hasil titrasi asam basa dari larutan sampel uji menggunakan
larutan natrium hidroksida menunjukkan perubahan warna merah muda pada larutan
sampel uji, yang mana hal ini menunjukkan bahwa sampel uji bersifat asam (Irwanda dkk,
2017)

Dalam titrasi asam-basa, Indikator digunakan untuk menentukan titik akhir


(titik ekivalen). Indikator menunjukkan perubahan warna yang tajam sehubungan
dengan perubahan pH. Indikator yang umum digunakan untuk titrasi asam-basa
adalah sintetik. Setiap indikator menunjukkan berbagai warna yang berbeda pada
nilai pH yang berbeda (Vadivel, 2016).

Asidimetri adalah salah satu proses dalam titrasi. Titrasi asidimetri adalah metode
mengukur kandungan dasar suatu zat dengan menggunakan larutan asam sebagai standar.
Titrasi adalah proses mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekuivalen dengan titrat. Titik ekuivalen yang sulit diamati,karena hanya titik akhir teoritis
(Septianingsih, 2018)

III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Buret 50 mL NaHCO3
Erlemenyer 250 mL HCL
Pipet Volume 10 mL Air suling bebas
CO2
Labu ukur 100 mL Indikator MO
Klem
Statif
Corong gelas
Piala gelas

IV. Langkah Kerja

 Cara menetapkan kadar Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dengan menggunakan


normalitas HCL yang sudah diketahui
1. Menyiapkan buret
a) Bilas buret menggunakan aquades
b) Bilas buret menggunakan larutan HCl 0,0807 N
c) si buret dengan larutan HCl 0,0807 N sampai tepat skala nol dan
pastikan bagian bawah buret terisi penuh dan tidak ada gelembung
d) Simpan buret pada statif, pastikan buret tegak dan lurus
e) Buret siap digunakan
2. Proses Titrasi
a) Posisikan labu erlenmeyer berisi Natrium Bikarbonat (NaHCO3) encer
di bawah buret
b) Lakukan proses titrasi hingga terjadi perubahan warna dari larutan
berwarna kuning menjadi larutan berwarna orange, lakukan titrasi
sebanyak 2x
c) Catat volume HCL yang digunakan
d) Hitung kadar Natrium Bikarbonat

IV. Data dan Perhitungan

Data Pengamatan :
Larutan NaHCO3 berwarna : Tidak berwarna
Data Titrasi Ke - 1 : 2,4 mL
Data Titrasi Ke - 2 : 2,4 mL
Rata – Rata Titrasi : 2,4 mL

Perhitungan :

BM NaHCO3

Ar Na = 23

Ar H = 1

Ar C = 12

Ar O = 16

BM NaHCO3 = 23 + 1 + 12 + (3 x 16)

= 36 + 48

= 84

Menghitung Faktor Pengencenran (P)


1000 100
P= x = 400
25 10
mL Titrasi x N HCL x BE NaHCO 3
Kadar NaHCO3 =
mL pipet NaHCO 3
2 , 4 x 0 , 0807 x 84
=
10
= 1,6269 g/l
g/l
Kadar (%) = x 100 %
1000 x bj
1,6269
= x 100 %
1000 x 1
= 0,16 %

. Langkah Kerja. Langkah Kerja. Langkah Kerja

2010).

Anda mungkin juga menyukai