Anda di halaman 1dari 4

Nama : Melly Alfaen Hadiri Putri

NIM : 20190430048
Prodi : Farmasi

Keseringan Meminum Minuman Beralkohol


Mengakibatkan Fatty Liver atau Perlemakan Hati
Fatty liver adalah adanya penumpukan lemak, seperti trigliserida, di sel hati.
Kondisi ini dapat menimbulkan reaksi peradangan, yang bila berlanjut dapat
berakibat pada kerusakan sel hati.

Hati merupakan organ terbesar kedua di tubuh manusia, hati juga


merupakan salah satu organ terkompleks selain otak. Hati berfungsi untuk
memproses apa yang kita makan atau minum, dan menyaring zat racun yang
beredar dalam darah, mengatur metabolisme gula, dan membantu melawan
infeksi. Proses ini dapat terganggu apabila terlalu banyak lemak dalam hati.
Dalam kondisi normal lemak dapat ditemukan dalam hati, namun apabila
jumlah lemak dalam hati sudah mencapai 5-10% maka fungsi hati dapat
terganggu.

Hati merupakan organ yang bisa memperbaiki dan meregenerasi sel baru
apabila terdapat kerusakan, tetapi kebiasaan buruk yang terus menerus dan
kronis seperti konsumsi alkohol dapat menyebabkan kemampuan regenerasi hati
terganggu sehingga dapat timbul kerusakan hati yang parah. Perlemakan hati
alias fatty liver adalah kondisi yang sering ditemukan, namun gejala perlemakan
hati ini biasanya baru timbul ketika penyakit mulai memberat.

Banyak orang saat mabuk bisa jadi momen yang memalukan, seseorang
bisa muntah, bisa berjoget tanpa kendali, hingga mengeluarkan ucapan-ucapan
tak pantas yang tak disadari.

Saat seseorang meminum minuman beralkohol, cairan akan masuk ke dalam


aliran darah. Kemudian, dicerna di hati agar tidak membahayakan organ lain.
Saat mencerna alkohol, ada sebagian sel hati yang rusak dan mati. Keseringan
meminum alkohol yg kronis menyebabkan kerusakan hati, akibatnya hati tidak
bisa melakukan fungsinya, salah satunya yaitu mencerna lemak, sehingga lemak
menumpuk dalam hati dan timbullah fatty liver.

Tubuh manusia tak bisa menyimpan alkohol. Cairan alkohol yang terkandung
dalam minuman tak semuanya bisa diserap dalam tubuh. Alkohol akan diolah
melalui hati, lalu akan diolah menjadi acetaldehyde, senyawa yang beracun bagi
tubuh manusia.

Namun acetaldehyde akan diolah kembali menjadi acetate, kandungan yang


tidak berbahaya bagi tubuh manusia. Senyawa acetate akan diolah kembali
menjadi karbon dioksida dan air. Sebanyak apapun alkohol yang dikonsumsi
oleh seseorang, ada sekitar 90% - 95% alkohol yang diminum diolah oleh hati,
sisanya akan dikeluarkan melalui urin, napas, dan keringat.
 Berlebihan dalam minum alkohol juga mengakibatkan efek pelambatan
yang lebih nyata. Misalnya ketidakmampuan untuk merasa sakit, keracunan
yang membuat tubuh memuntahkan racun, dan berakhir dengan ketidaksadaran,
atau yang lebih buruk, koma atau meninggal karena overdosis racun. Reaksi-
reaksi ini tergantung pada jumlah dan kecepatan konsumsinya.

Alkohol sendiri ada beberapa jenis, antara lain Etil alkohol (etanol) satu-satunya
zat alkohol yang digunakan dalam minuman, dihasilkan dari fermentasi padi-
padian dan buah-buahan. Fermentasi adalah proses kimia di mana ragi
mengolah bahan-bahan tertentu di dalam bahan makanan di atas dan
memproduksi alkohol.

Sthepen Braun menyebut bahwa setiap manusia punya kemampuan berbeda


untuk mengelola alkohol dalam tubuh. Misalnya jenis kelamin, usia, dan berat
badan seseorang. Orang yang memiliki badan besar akan berbeda dengan
berbadan kecil dalam hal daya tahan terhadap alkohol.

Ini karena orang yang gemuk memiliki cairan lebih banyak, akibatnya alkohol
butuh waktu untuk diserap. Sementara perempuan lebih mudah mabuk daripada
laki-laki, tapi ini juga masih sebatas teori, karena bisa sangat berbeda antara
perempuan Rusia dengan pria di Asia. Bila seseorang minum minuman
beralkohol dalam jumlah banyak selama waktu yang cepat, maka pengaruh
alkohol juga akan lebih cepat bekerja.
Dalam 1 botol bir atau 4 gelas wine, terkandung 12 g alkohol. Ambang
batas konsumsi alkohol sebagai faktor risiko fatty liver adalah lebih dari 60-80 g
per hari selama sepuluh tahun bagi laki-laki, dan 20-40 g per hari bagi
perempuan. Konsumsi hingga 160 g per hari dapat menimbulkan risiko sirosis
hati hingga 25 kali lipat.
Gejala fatty liver atau perlemakan hati yang sudah parah

Pada tahap awal, gejala perlemakan hati biasanya tidak khas, seperti perasaan
tidak enak badan, nyeri perut, diare, penurunan nafsu makan, dan lemas. Seiring
perjalanan penyakit yang bertambah parah, bisa timbul gejala lain:

 Tampak kuning pada mata dan kulit


 Pembengkakan di perut dan kaki
 Demam, bisa sampai menggigil
 Penurunan berat badan dan massa otot
 Gangguan pembekuan darah
 Muntah darah
 Koma

SOLUSI : Salah satu cara buat bantu melunturkan lemak di liver  dan
mengembalikan fungsi liver yang terganggu adalah dengan memenuhi Nutrisi.
Aku mulai dengan rutin Detox 1 hari tiap minggu biar vitamin mineral dari
sayur buah bantu membuang lemak dan toksin yang menumpuk dalam Liver
supaya Fatty Liver bisa lebih membaik.

Apalagi yang punya Kolesterol tinggi, jangan sampe remehin Fatty Liver ya
karena kalau didiemin bisa jadi Hepatitis bahkan Kanker Hati.

DAFTAR PUSTAKA

Ferri, Fred. Ferri’s Netter Patient Advisor. Philadelphia, PA: Saunders /

Elsevier, 2012. Print. Page 289

Mayo Clinic. Nonalcoholic fatty liver desease.

2016. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/nonalcoholic-fatty-liver-

disease/basics/prevention/con-20027761 Accessed December 28th, 2015

Porter, R. S., Kaplan, J. L., Homeier, B. P., & Albert, R. K. (2009). The Merck

manual home health handbook. Whitehouse Station, NJ, Merck Research

Laboratories. Page 221


https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3435768/badan-lemas-sudah-pasti-
gejala-fatty-liver

https://www.nakedpress.co/blogs/stories/uchy-tupang-fatty-liver-bisa-sembuh-
gak-sih

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOM RI.


PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
UJI KLINIK OBAT HERBAL.
Bent, S. NCBI (2008). Herbal Medicine in the United States: Review of
Efficacy, Safety, and Regulation. Journal of General Internal
Medicine,23(6),pp.854-859.
Karimi, et al. NCBI (2015). Herbal versus synthetic drugs; beliefs and facts.
Journal of Nephropharmacology,4(1),27-30.
Ehrlich, S. University of Maryland Medical Center (2015). Herbal Medicine.
Cancer Research UK (2015). Herbal medicine.
Mayo Clinic (2017). Healthy Lifestyle. How do you know if herbal
supplements' claims are true?
Collins, S. & Martin, L. WebMD (2011). 5 Risky Herbal Supplements.
WebMD. Find a Vitamin or Supplement – Ginkgo.
WebMD. Find a Vitamin or Supplement – Andrographis.
WebMD. Find a Vitamin or Supplement – Gotu Kola.

Anda mungkin juga menyukai