Anda di halaman 1dari 19

KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)

BATASAN
Keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG)

KLASIFIKASI
KEP ringan : Berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS
dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median
WHO-NCHS
KEP sedang : BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku
median WHO-NCHS
KEP berat : BB/U < 60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB < 70% baku median
WHO-NCHS
KEP berat secara klinis terdapat dalam 3 tipe : Kwashiorkor, marasmus dan
marasmik-kwashiorkor Tanpa melihat BB bila disertai edema yang bukan
karena penyakit lain adalah KEP berat tipe kwashiorkor

KEP nyata : Istilah yang digunakan di lapangan yang meliputi KEP sedang dan berat, yang
pada KMS berada di bawah garis merah (tidak ada garis pemisah antara KEP sedang dan
berat pada KMS)
KEP total : Jumlah KEP ringan, sedang dan berat

ETIOLOGI
Primer : Kekurangan konsumsi karena tidak tersedianya bahan makanan
Sekunder : Kekurangan kalori-protein akibat penyakit (misal penyakit ginjal, hati, jantung,
paru dll)

KRITERIA DIAGNOSIS
• Anamnesis makanan
• Klinis, termasuk antropometri
• Laboratorium

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah : Hb, leukosit, eritrosit, nilai absolut eritrosit, hematokrit (Ht), apus darah tepi,
albumin, protein total, ureum, kreatinin, kolesterol, HDL, trigliserida, Fe, TIBC,
transthyretin serum, elektrolit, glukosa, bilirubin, indeks protrombin dan biakan
Urin : Kultur, urea N, hidroksiprolin
Apus rektal

PENYULIT
Mudah terserang infeksi
Diare
Hipotermia
Hipoglikemia
Anemia

TERAPI
KEP I (KEP ringan)
• Penyuluhan gizi/nasehat pemberian makanan dirumah (bilamana penderita rawat jalan)
• Dianjurkan memberikan ASI eksklusif (bayi < 4 bl) dan terus memberikan ASI sampai 2
th

1
• Bila dirawat inap untuk penyakit lain → makanan sesuai dengan penyakitnya agar tidak
jatuh menjadi KEP sedang/berat dan untuk meningkatkan status gizi

KEP II (KEP sedang)


• Rawat jalan : Nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI, selalu
dipantau kenaikan BB
• Tidak rawat jalan : Dapat dirujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah gizi
• Rawat inap : Makanan tinggi energi dan protein dengan kebutuhan energi 20-50% diatas
AKG. Diet sesuai dengan penyakitnya dan dipantau berat badannya setiap hari, beri
vitamin dan penyuluhan gizi. Setelah penderita sembuh dari penyakitnya, tapi masih
menderita KEP ringan atau sedang rujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah
gizinya

KEP III (KEP berat)


Pada tatalaksana rawat inap KEP berat di rumah sakit terdapat 5 aspek penting yang
perlu diperhatikan
Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat (10 langkah utama)
Pengobatan penyakit penyerta
Kegagalan pengobatan
Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
Tindakan pada kegawatan

• Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat (10 langkah utama)


Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Koreksi defisiensi nutrien mikro
8. Fasilitas tumbuh-kejar (catch up growth)
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10.Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

Pengobatan terdiri dari 3 fase : Stabilisasi, transisi dan rehabilitasi. Petugas


kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase
Tata laksana ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus maupun
marasmik-kwashiorkor
Bagan dan jadwal pengobatan sbb.

Tabel 8. Bagan dan Jadwal Pengobatan KEP Berat


No Fase Stabilisasi Transisi Rehabilitasi
Hari ke-1-2 Hari ke-2-7 Mgg ke-2 Mgg ke-3-7
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 Pemberian makanan
7 Tumbuh kejar/
peningkatan
pemberian makanan
tanpa Fe dengan Fe

2
8 Mikronutrien
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut

• Pengobatan penyakit penyerta


Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat, yaitu
Defisiensi vitamin A
Bila terdapat tanda defisiensi vitamin A pada mata → vitamin A pada hari ke-1, 2
dan 14 p.o. dengan dosis
Umur > 1 th : 200.000 SI/kali
6-12 bl : 100.000 SI/kali
0-5 bl : 50.000 SI/kali
Bila terdapat ulserasi pada mata → tambahkan perawatan lokal untuk mencegah
prolaps lensa berupa :
Tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin setiap 2-3 jam selama 7-
10 hari
Tetes mata atropin, 1 tetes, 3 kali sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
Dermatosis (ditandai hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi/kulit mengelupas, lesi ulserasi
eksudatif yang menyerupai luka bakar dan sering disertai infeksi sekunder a.l. oleh
kandida; umumnya terdapat defisiensi Zn)
Setelah suplementasi Zn dan dermatosis membaik → penyembuhan akan lebih
cepat bila
Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4 (K-permanganat) 1%
selama 10 menit
Salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
Usahakan daerah perineum tetap kering
Parasit/cacing
Mebendazol 100 mg p.o., 2 kali sehari, selama 3 hari
Diare berlanjut (diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Intoleransi laktosa tidak
jarang sebagai penyebab diare. Diobati hanya bila diare berlanjut dan tidak ada
perbaikan keadaan umum)
Berikan formula bebas/rendah laktosa
Metronidazol 7,5 mg/kgBB p.o. setiap 8 jam, selama 7 hari
Sering kerusakan mukosa usus dan giardiasis merupakan penyebab lain
berlanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik
Tuberkulosis (TB)
Bila ada dugaan kuat menderita tuberkulosis, lakukan tes tuberkulin/Mantoux
(seringkali anergi) dan foto toraks
Bila (+) atau sangat mungkin TB → obati sesuai pedoman pengobatan TB
• Kegagalan pengobatan (kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan
kenaikan BB)
Perhatikan saat terjadi kematian
Dalam 24 jam pertama : Kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis yang
terlambat atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi kurang tepat
Dalam 72 jam : Periksa apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan formula
tidak tepat
Malam hari : Kemungkinan hipotermia karena selimut kurang memadai, tidak diberi
makan, atau perubahan konsentrasi formula terlalu cepat
Kenaikan BB tidak adekuat pada fase rehabilitasi
Penilaian kenaikan BB
Baik : > 10 g/kgBB/hari
Sedang : 5-10 g/kgBB/hari

3
Kurang : < 5 g/kgBB/hari
Penyebab kenaikan BB < 5 g/kgBB/hari
Pemberian makanan tidak adekuat
Defisiensi nutrien tertentu
Infeksi yang tidak terdeteksi, sehingga tidak diobati (HIV/AIDS)
Masalah psikologik
• Penanganan penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
Rehabilitasi dianggap lengkap dan anak siap dipulangkan bila BB/U > 80% atau BB/TB >
90%. Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, dirumah harus terus
diberi makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6 g/kgBB/hari)
Beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein), minimal 5 kali sehari
Beri makanan selingan diantara makanan utama
Upayakan makanan selalu dihabiskan
Beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
ASI teruskan
• Tindakan pada kegawatan
Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit dibedakan
secara klinis. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian
cairan i.v sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap overhidrasi
Pedoman pemberian cairan
Berikan cairan dekstrosa 5% : NaCl 0,9% (1:1) atau Ringer-dekstrosa 5% (1:1) →
15 ml/kgBB dalam 1 jam pertama
Evaluasi setelah 1 jam :
Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi, dan pernafasan) dan
status hidrasi → syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti
diatas untuk 1 jam berikutnya dengan cairan p.o. atau nasogastrik → cairan
rehydration solution for malnutrition (resomal) 10 ml/kgBB/jam sampai 10 jam,
selanjutnya beri formula khusus (F-75/pengganti)
Bila tidak ada perbaikan klinis → anak menderita syok septik → berikan cairan
rumat 4 ml/kgBB/jam dan transfusi darah 10 ml/kgBB perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulai berikan formula (F-75/pengganti)

Anemia berat
Transfusi darah segar 10ml/kgBB dalam 3 jam, bila
Hb < 4 g/dl atau
Hb 4-6 g/dl disertai distres pernafasan
Bila ada tanda gagal jantung → packed red cells dengan jumlah yang sama
Furosemid 1 mg/kgBB i.v. pada saat transfusi dimulai
Amati reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok)
Anak dengan distres pernafasan setelah transfusi, Hb tetap < 4 g/dl atau 4-6 g/dl
→ jangan ulangi

SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA TATA LAKSANA KEP BERAT

Langkah ke-1 : Pengobatan/Pencegahan Hipoglikemia


Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama, sebagai tanda adanya infeksi.
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu ketiak < 360C/suhu dubur < 360C).
Pemberian makanan yang sering penting untuk mencegah kedua kondisi tersebut
Bila kadar gula darah dibawah 50mg/dl, berikan
50 ml bolus (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% ( 1 sdt gula
dalam 5 sdm air ) p.o. atau pipa naso-gastrik
Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼
bagian dari jatah untuk 2 jam)

4
Berikan antibiotik (lihat langkah 5)
Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah 6)
Pemantauan
Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah dari
ujung jari atau tumit setelah 2 jam
Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit
Bila gula darah turun lagi sampai < 50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml (bolus) larutan
glukosa 10% atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap 30 menit sampai stabil
Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila < 360C dan/atau
kesadaran menurun
Pencegahan
Mulai segera pemberian makanan setiap 2 jam (langkah 6), sesudah dehidrasi yang ada
dikoreksi
Selalu memberikan makanan sepanjang malam

Catatan
Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP berat
menderita hipoglikemia dan atasi segera

Langkah ke-2 : Pengobatan/Pencegahan Hipotermia


Bila suhu ketiak < 360C, periksalah suhu rektal dengan menggunakan termometer suhu
rendah. Bila tidak tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada
pemeriksaan dengan termometer biasa, anggap anak menderita hipotermia
Bila suhu dubur < 360C
Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan dekat
lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dada ibu,
selimuti
Berikan antibiotik (lihat langkah 5)

Pemantauan
Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai > 36,50C, bila memakai
pemanas ukur setiap 30 menit
Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam hari
Raba suhu anak
Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia

Pencegahan
Segera beri makan/formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6)
Sepanjang malam selalu beri makan
Selalu selimuti dan hindari basah
Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu lama)

Langkah ke-3 : Pengobatan/Pencegahan Dehidrasi


Jangan menggunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali pada keadaan syok/renjatan.
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan perlahan-lahan untuk menghindari
beban sirkulasi dan jantung (lihat penanganan kegawatan)
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak Na dan kurang K untuk
penderita KEP berat. Sebagai pengganti, berikan larutan garam khusus yaitu Resomal atau
penggantinya (lihat lampiran tentang cairan Resomal)
Tidaklah mudah untuk memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat dengan
menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP berat dengan diare
encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi
Cairan Resomal/pengganti sebanyak 5 ml/kgBB setiap 30 menit selama 2 jam p.o. atau
lewat pipa nasogastrik

5
Selanjutnya beri 5-10 ml/kgBB/jam untuk 4-10 jam berikutnya ; jumlah tepat yang harus
diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan banyaknya kehilangan
cairan melalui tinja dan muntah
Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus
sejumlah yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil
Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6)
Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan anak mulai
kencing
Pemantauan
Penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½-1 jam selama 2 jam pertama → tiap
jam untuk 6-12 jam, dengan memantau
Denyut nadi
Pernafasan
Frekuensi kencing
Frekuensi diare/muntah
Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang berkurang,
perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa rehidrasi telah berlangsung, tetapi pada
KEP berat perubahan ini sering kali tidak terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai
Pernafasan dan denyut nadi yang cepat dan menetap selama rehidrasi menunjukan
adanya infeksi atau kelebihan cairan
Tanda kelebihan cairan : Frekuensi pernafasan dan nadi meningkat, edema dan
pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut, hentikan segera
pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam

Pencegahan
Bila diare encer berlanjut
Teruskan pemberian formula khusus (langkah 6)
Ganti cairan yang hilang dengan Resomal/pengganti (jumlah lk sama) sebagai pedoman,
berikan Resomal/pengganti sebanyak 50-100 ml setiap kali buang air besar cair
Bila masih mendapat ASI teruskan

Langkah ke-4 : Koreksi Gangguan Keseimbangan Elektrolit


Pada semua KEP berat terjadi kelebihan Na tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah
Defisiensi K dan Mg sering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan
Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan dalam terjadinya edema (jangan obati edema
dengan pemberian diuretikum). Berikan
K 2-4 mEq/kgBB/hari (150-300 mg KCl/kgBB/hari)
Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (7,5-15 mg MgCl2/kgBB/hari)
Untuk rehidrasi, beri cairan rendah Na (Resomal/pengganti)
Siapkan makanan tanpa diberi garam
Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang ditambahkan langsung
pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter formula, dapat memenuhi kebutuhan
K dan Mg (lihat lampiran untuk cara pembuatan larutan)

Langkah ke-5 : Pengobatan dan Pencegahan Infeksi


Pada KEP berat, tanda yang biasanya menunjukan adanya infeksi seperti demam seringkali
tidak tampak, karenanya pada semua KEP berat beri secara rutin
Antibiotik spektrum luas
Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bl dan belum pernah diimunisasi (bila keadaan
anak sudah memungkinkan, paling lambat sebelum anak dipulangkan)
Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik
Beberapa ahli memberikan metronidazol (7,5 mg/kgBB, setiap 8 jam selama 7 hari)
sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan mukosa
usus dan mengurangi risiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat pertumbuhan
bakteri anaerob dalam usus halus

6
Pilihan antibiotik spektrum luas
Bila tanpa penyulit
Kotrimoksasol 5 ml suspensi pediatri p.o. 2x/hari selama 5 hari (2,5 ml bila berat
badan < 4 kg)
Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada penyulit (hipoglikemia, hipotermia, infeksi
kulit, saluran nafas atau saluran kencing), berikan
Ampisilin 50 mg/kgBB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian p.o. amoksisilin
15 mg/kgBB setiap 8 jam, selama 5 hari
Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam p.o.
dan
Gentamisin 7,5 mg/kg/BB/i.m./i.v. sekali sehari, selama 7 hari
Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25
mg/kg/BB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hari
Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang
sesuai. Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria positif
Bila anoreksia menetap setelah 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian
hingga 10 hari. Bila masih tetap ada, nilai kembali keadaan anak secara lengkap,
termasuk lokasi infeksi, kemungkinan adanya organisme yang resisten serta apakah
vitamin dan mineral telah diberikan dengan benar

Langkah ke-6 : Mulai Pemberian Makanan


Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-hati karena keadaan faali
anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus
dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan
protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja
Formula khusus seperti F WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus
disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas (tabel pemberian diet
dan cairan) :
Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan dengan sendok/pipet
Pada anak dengan selera makan baik tanpa edema, jadwal pemberian makanan pada fase
stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari untuk setiap tahap). Bila
masukan makanan < 80 Kkal/kgBB/hari, berikan sisa formula nasogastrik. Jangan
memberikan makanan lebih dari 100 Kkal/kg BB/hari pada fase stabilisasi ini
Pantau dan catat
Jumlah yang diberikan dan sisanya
Muntah
Frekuensi buang air besar dan konsistensi tinja
BB (harian)
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik, tetapi pada
penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan dengan menghilangnya
edema, baru kemudian BB mulai naik. Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun
pemberian nutrisi sudah berhati-hati, lihat bab diare persisten

Langkah ke-7 : Perhatikan Tumbuh Kejar


Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai
masukan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan > 10 g/kgBB/hari. Awal fase
rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1-2 minggu setelah dirawat
Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung yang dapat
terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak
Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula khusus
awal ke formula khusus lanjutan
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0,9-1,0 g per 100 ml)dengan
formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2,9 g per 100 ml) dalam jangka
waktu 48 jam
Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi
dan protein yang sama

7
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (= 200 ml/kgBB/hari)
Pemantauan pada masa transisi
Frekuensi nafas
Frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5x/menit dan denyut nadi > 25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturut-turut, kurangi volume pemberian formula
Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi
Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering
Energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari
Protein 4-6 g/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena energi dan
protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar
Pemantauan setelah periode transisi
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan
Timbang anak setiap pagi sebelum anak diberi makan
Setiap minggu kenaikan BB dihitung (g/kgBB/hari)
Bila kenaikan BB
Kurang (< 5 g/kgBB/hari), perlu re-evaluasi menyeluruh
Sedang (5-10 g/kgBB/hari), evaluasi apakah masukan makanan mencapai target
atau apakah infeksi telah dapat diatasi
Langkah ke-8 : Koreksi Defisiensi Nutrien-mikro
Semua KEP berat, menderita kekurangan vitamin dan mineral
Walaupun anemia biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe),
tetapi tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya setelah
minggu ke-2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan infeksinya
Berikan setiap hari
Multivitamin
Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama)
Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
Tembaga (Cu) 0,2 mg/kgBB/hari
Bila BB mulai naik : Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferosus 10 mg /kgBB/hari
Vitamin A oral pada hari ke-1
Anak > 1 th : 200.000 SI
6-12 bl : 100.000 SI
0-5 bl : 50.000 SI (jangan berikan bila pasti sebelumnya anak sudah
mendapat vitamin A)

Langkah ke-9 : Berikan Stimulasi Sensorik dan Dukung Emosional


Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, berikan
Kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari
Aktivitas fisik segera setelah sembuh
Keterlibatan ibu (memberikan makan, memandikan, bermain dsb)

Langkah ke-10 : Tindak Lanjut Dirumah


Bila BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak sembuh
Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah
penderita dipulangkan
Peragakan kepada orangtua
Pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
Terapi bermain terstruktur
Sarankan
Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur.

8
Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
Pemberian vitamin A setiap 6 bl

Tata Laksana Diet pada Balita KEP Berat


Tata laksana diet pada balita KEP berat ditujukan untuk memberikan makanan tinggi energi,
tinggi protein dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal
Ada 4 kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu pemberian diet, pemantauan dan
evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut

• Pemberian diet
Pemberian diet pada KEP berat harus memenuhi syarat sbb.
Melalui 3 fase yaitu fase stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi
Kebutuhan energi mulai dari 100-200 kalori/kgBB/hari
Kebutuhan protein mulai dari 1-6 g/kgBB/hari
Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau pemberian
bahan makanan sumber mineral tertentu, sbb.
Sumber Zn : Daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam
Sumber Cu : Tiram, daging, hati
Sumber Mn : Beras, kacang tanah, kedelai
Sumber Mg : Daun seledri, bubuk coklat, kacang-kacangan,
bayam
Sumber K : Jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang,
apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak
Jumlah cairan 150-200 ml/kgBB/hari, bila edema dikurangi
Cara pemberian : p.o. atau lewat pipa nasogastrik
Porsi makanan kecil dan frekuensi sering
Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar dan rendah laktosa dan rendah serat,
lihat tabel formula WHO dan modifikasi
Terus memberikan ASI
Jenis makanan → berdasarkan berat badan
BB < 7 kg diberikan kembali makanan bayi
BB > 7 kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap (lihat tabel
tentang fase pemberian diet dan cairan)
Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi (lihat lampiran tentang catatan pola
makan)

• Evaluasi dan pemantauan pemberian diet


BB sekali seminggu : Bila tidak naik, kaji penyebab al : Masukan zat gizi tidak
adekuat, defisiensi zat gizi tertentu, mis. : Iodium, ada infeksi, ada masalah psikologis
Pemeriksaan laboratorium : Hb, gula darah, feses (adanya cacing) dan urin
Masukan zat gizi : Bila kurang, modifikasi diet sesuai selera
Kejadian diare : Gunakan formula rendah atau bebas laktosa dan hipoosmolar, mis. :
Susu rendah laktosa, tempe dan tepung-tepungan
Kejadian hipoglikemia : Beri minum air gula atau makan setiap 2 jam

• Penyuluhan gizi di rumah sakit


Menggunakan leaflet khusus yang berisi : Jumlah, jenis dan frekuensi pemberian
bahan makanan
Selalu memberikan contoh menu (lihat lampiran contoh menu)
Mempromosikan ASI

9
Memperhatikan riwayat gizi (lampiran tentang anamnesis dan catatan pola makan)
Mempertimbangkan sosial ekonomi keluarga
Memberikan demonstrasi/praktek memasak makanan balita untuk ibu

• Tindak lanjut
Merujuk ke Puskesmas
Merencanakan dan mengikuti kunjungan rumah
Merencanakan pemberdayaan keluarga

Tabel 9. Formula WHO dan Modifikasi

Bahan Per 1000 ml F75 F100 F135


Formula WHO
Susu skim bubuk g 25 85 90
Gula pasir g 100 50 65
Minyak g 30 60 75
kelapa/kacang
Larutan elektrolit ml 20 20 27
Tambahan air ml 1000 1000 1000
sampai dengan
Nilai gizi per 100 ml
Energi kalori 75 100 135
Protein g 0,9 2,9 3,3
Laktosa g 1,3 4,2 4,8
K mmol 3,6 5,9 6,3
Na mmol 0,6 1,9 2,2
Mg mmol 0,43 0,73 0,8

10
Zn mg 2,0 2,3 3,0
Cu mg 0,25 0,25 0,34
% energi protein - 5 12 10
% energi lemak - 36 53 57
Osmolalitas mosm/l 413 419 508
Modifikasi Modifikasi Modifikasi Modifikasi
Formula WHO F75 F100 F135
Susu full cream g 35 110 25
Gula pasir g 100 50 75
Tepung g - - 50
beras/tapioka
Tepung tempe g - - 150
Minyak g 20 30 60
kelapa/kacang
Larutan elektrolit ml 20 20 27
Nilai gizi per 100 ml
Energi Kalori 75 109.8 132,8
Protein g 0,9 3,0 3,8
laktosa g 1,3 5,2 1,3
% energi protein - 5 12 11
% energi lemak - 36 53 48
Osmolalitas mosm/l 413 419 508
Keterangan
1. Fase stabilisasi diberikan formula WHO F 75 atau modifikasi
2. Fase transisi diberikan formula WHO F75 sampai F100 atau modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian
formula WHO F 135 sampai makanan biasa

Tabel 10. Formulir Anamnesis Riwayat Gizi


Riwayat Gizi Penderita
Nama anak : No rekam medik :
Umur/tanggal lahir : Saat lahir :
Tinggi Badan : cm Berat Badan : kg

Jenis kelamin : Pria/wanita Tinggi Badan : cm Berat Badan : kg


Nama ayah : Nama ibu :
Alamat :

Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama : Daerah asal :
Riwayat makanan : Alergi/suka/tak suka :

Ada penurunan nafsu makan : Ya/tidak, mulai kapan :

Tabel 11. Fase Pemberian Diet/Cairan Balita KEP Berat di Rumah Sakit

Fase Macam Uraian diet Lama diet


Diet Makanan Cairan
I. Stabilisasi
1. BB < 7kg Makanan ASI 130-150 ml/kgBB/hari
Bayi Susu bayi/susu rendah 100 ml/kgBB/hari bila
laktosa edema

11
Energi 100 Kkal/kgBB/hari Frekuensi 1 sdm/2jam 1-2 hari
Protein 1-1,5 g/kgBB/hari Frekuensi 2 sdm/3jam 2 hari
Formula WHO 75 Frekuensi 3 sdm/4jam 3 hari

2. BB > 7kg Makanan Susu/susu rendah laktosa Idem.I.1 Idem


Anak Energi dan protein idem I.1

II.Rehabilitasi/ Makanan a) ASI dan susu bayi/susu 150-200 ml/kgBB/hari 1-2 hari
Pemulihan/ Bayi rendah laktosa (ditingkatkan 10 ml Seterusnya
Tumbuh Energi 150-200 setiap kali minum) sampai 80%
Kejar Kkal/kgBB/hari BB/U standar
1. BB < 7kg Protein 2-3 g/kgBB/hari WHO-NCHS
(Formula WHO 100)

b) ASI dan Formula WHO Tak terbatas Idem


130 + makanan lumat +
makanan lembek

2. BB > 7kg Makanan • Idem II.1 Idem II.1


Anak • Formula 135 + makanan Idem II.1
saring/lunak

CONTOH MENU
1. Bayi ( BB < 7 kg )
a. Makanan lumat
Pukul 06.00 Formula modifikasi WHO
Pukul 08.00 Bubur tepung beras/sagu/terigu + santan
Telur rebus
Pukul 10.00 Formula WHO/modifikasi
Sari tomat
Pukul 12.00 Bubur tepung beras + santan
Sup tahu + wortel parut + kaldu
Pukul 14.00 Formula WHO/modifikasi
Pukul 16.00 Formula WHO/modifikasi
Sari pepaya
Bubur tepung beras
Pepes ayam + bayam (cincang)
Pukul 20.00 Formula WHO/modifikasi
Pukul 22.00 Formula WHO/modifikasi

b. Resep bubur preda untuk diare kronik


Cara membuat bubur ayam untuk diare (untuk 1 resep )
Bahan
15 g tepung beras
15 g tepung maizena
50 g daging ayam tanpa lemak (dada/paha)
1 sdt minyak kelapa
1 sdt minyak kacang/jagung/kedelai
Garam dan daun seledri secukupnya
Tambahan : 1 tablet vitamin B kompleks
25 mg vitamin C
Cara membuat
Daging ayam direbus sampai empuk, lalu dipotong kecil-kecil
Daging ayam kuahnya sebanyak 200 ml diblender bersama minyak kelapa dan minyak
kacang/jagung/kedelai sampai tercampur rata

12
Campuran tersebut dibuat bubur bersama tepung beras dan tepung maizena sampai
masak
Tambahkan garam dan daun seledri, kemudian angkat dari api
Untuk menambah warna, daun seledri bisa diblender bersama ayam
Nilai gizi
Energi = 277 Kkal
Protein = 10,2 g
Lemak = 14,5 g
Karbohidrat = 25 g

2. BB > 7 kg
Waktu Menu ke-I Menu ke-ll
06.00 Formula WHO/modifikasi Formula WHO/modifikasi
08.00 Bubur kaldu ayam Sawut singkong+kelapa muda parut
Tahu bacem Tempe kripik
Minum manis Minum manis
10.00 Kue talam manis Nagasari
12.00 Bubur nasi Bubur Manado (beras+ikan+bayam)
Pisang Pepaya
15.00 Getuk ubi merah Cendol
18.00 Bubur beras Frikadel jagung (jagung+terigu telur)
Pepes teri
Tumis kangkung Sup wortel + buncis
21.00 Formula WHO/modifikasi Formula WHO/modifikasi

CAIRAN RESOMAL TERDIRI DARI


Air 2 liter
Bubuk WHO-ORH untuk 1 liter (*) 1 pak
Gula pasir 50 gram
Larutan elektrolit/mineral (**) 40 gram

Setiap 1 liter cairan Resomal ini mengandung 45 mEq Na, 40 mEq K dan 1,5 mEq Mg
(*) : Bubur WHO-ORS untuk 1 liter mengandung 3,5 g NaCl,
2,9 g trisodium citrat dihidrat 1,5 g KCL dan 20 g glukosa
(**) : Larutan elektrolit mineral terdiri atas :
KCl 224 g
Tripottassium citrat 81 g
MgCl2 6H20 76 g
Zn asetat 2H20 8,2 g
CuSO4 5H20 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml

Bila tidak memungkinkan untuk membuat larutan elektrolit/mineral seperti diatas, sebagai
alternatif atau pengganti Resomal dapat dibuat larutan sbb. :
Air 2 liter
Bubuk WHO-ORS untuk 1 liter (*) 1 pak
Gula pasir 50 g
Bubuk KCl 4 g
Atau bila sudah ada WHO-ORS yang siap pakai (sudah dilarutkan), dapat dibuat larutan
pengganti sbb. :

13
Larutan WHO-ORS 1 liter
Air 1 liter
Gula pasir 50 g
Bubuk HCl 4 g
Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka berikan makanan
yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 50% i.m. 1x dengan
dosis 0,3 ml/kgBB (maks. 2 ml)

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil penataran petugas kesehatan dalam rangka pelayan gizi
buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit. BLK Cimacan: Oktober 1981; 1-28.
Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku bagan manajemen terpadu balita sakit
(MTBS). Indonesia: Jakarta, 1997; 7,18.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman penanggulangan
kekurangan energi protein (KEP) dan petunjuk pelaksanaan PMT pada balita. Jakarta, 1997; 11-
36.
London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary management of PEM (Not
Published, 1998); 10-15.
WHO. Guidelines for the inpatient treatment of severely malnourished children, WHO Searo,
1998; 1-13.
Waterlow JC. Protein energy malnutrition. London: Edward Arnold, 1992; 164-77.
Departemen kesehatan RI. Petunjuk teknis bagi bidan desa program jaring pengaman sosial
bidang kesehatan (JPS-BK).

DEFISIENSI VITAMIN A (XEROFTALMIA)

BATASAN
Berbagai macam manifestasi akibat defisiensi vitamin A, khususnya kelainan pada mata
(xeroftalmia)
Klasifikasi xeroftalmia (WHO, 1981)
XN : Rabun senja
XIA : Xerosis konjungtiva
XIB : Bercak bitot
X2 : Xerosis kornea
X3A : Ulkus kornea/keratomalasia < 1/3 permukaan kornea
X3B : Ulkus kornea/keratomalasia < 1/3 permukaan kornea
XS : Jaringan parut pada kornea
XF : Xeroftalmia fundus

KRITERIA DIAGNOSIS
• Pemeriksaan fisis (xeroftalmia)
• Gejala defisiensi pada mata
Berkurangnya penglihatan di waktu senja (rabun senja)
Mata bersisik, silau, keluar cairan dan sakit mata
• Gejala lain
Malabsorpsi lemak, diare menahun, penyakit hati menahun
Kelainan kulit berupa hiperkeratosis folikuralis (biasanya pada bagian lateral lengan,
tungkai bawah dan bokong)

TERAPI
• Umur > 1 th

14
Hari ke-1 : Vit. A 200.000 IU p.o.
Hari ke-2 : Vit. A 200.000 IU p.o.
Saat dipulangkan : Vit. A 200.000 IU p.o.
• Umur < 1 th → 1/2 dosis di atas

KONSULTASI
Bagian Mata, untuk kasus X2 dan seterusnya
Bagian Kulit (bila perlu)

NUTRISI PADA PENYAKIT AKUT

PENYAKIT AKUT
• Untuk 2-3 hari pertama tidak perlu dikhawatirkan kekurangan masukan kalori
• Kebutuhan kalori meningkat 10% untuk setiap kenaikan 10C
• Anak sakit berat atau pasca operasi perlu penambahan kalori sebanyak 20-30%
• Kebutuhan protein dinaikkan sampai 3x kebutuhan baku pada keadaan metabolisme
jaringan berlebihan
• Vitamin dan mineral diberikan setiap hari sesuai dengan kebutuhan

PENYAKIT GINJAL
• Bila disertai edema/hipertensi → diet rendah garam (maks. 1 g/hari)
• Pada sindroma nefrotik → diet tinggi protein (2-3 g/kgBB/hari)
• Pada keadaan oliguria → pembatasan cairan

PENYAKIT JANTUNG
• Diet small & frequent feedings, bila edema (+) → diet rendah garam (maks. 1 g/hari)

RAWAT GABUNG

Syarat utama rawat gabung penuh : Bayi yang kuat menghisap dan ibu yang tidak sakit
berat sedangkan pelaksanaannya tergantung pada kondisi dan situasi rumah sakit
setempat. Rawat gabung parsial dapat dilakukan pada bayi yang memerlukan observasi
atau pengawasan seperti bayi dengan berat lahir rendah, bayi lahir dengan tindakan dll
Kebutuhan minimum untuk sarana pelaksanaan rawat gabung yang ideal tercantum pada
pelaksanaan rawat gabung di rumah sakit
Rawat gabung dapat dilakukan sesuai dengan tujuannya, hal-hal yang dilakukan berkenaan
dengan pelaksanaan rawat gabung adalah sbb :

Di Unit Rawat Jalan Kebidanan


• Melaksanakan komunikasi informasi edukasi (KIE) dengan pesan antara lain tentang
manfaat ASI dan rawat gabung
• Melaksanakan KIE dengan pesan antara lain tentang perawatan payudara dan makanan
ibu hamil
• Melaksanakan KIE tentang KB, imunisasi dan kebersihan

15
• Mengatasi masalah pada payudara ibu, kalau perlu dirujuk ke klinik laktasi
• Menyelenggarakan senam hamil

Di Ruang Bersalin
• Segera setelah bayi dilahirkan, bayi dibawa kepada ibunya agar mulut bayi ditempelkan
pada payudara ibu (walaupun mungkin saja ASI belum keluar) untuk mulai mengisap
payudara ibu agar merangsang pengeluaran ASI
• Untuk ibu yang mendapat narkose umum, bayi disusukan setelah ibunya sadar

Di Ruang Rawat Gabung


• Bayi diletakkan dekat ibunya
• Paramedis di ruang rawat gabung, harus mengawasi agar bayi disusukan minimal 8 kali
dalam 24 jam tanpa perlu dilakukan penjadwalan (sesuai keinginan dan kebutuhan bayi
on demand feeding). Setiap kali menyusukan, bayi harus mendapatkan susu dari ke-2
payudara secara bergantian
• Pada hari ke-1 bayi tidak boleh diberi prelacteal feeding (larutan gula, madu, air putih).
Bayi harus segera mendapatkan ASI dari ibunya, bila pada hari berikutnya ASI belum
keluar dan bayi rewel, boleh diberi minum akan tetapi harus diberikan dengan sendok.
Bila bayi tidak rewel tetap diberikan ASI saja
• Memberi KIE tentang perawatan payudara/tali pusat, cara
mempertahankan/memperbanyak produksi ASI, cara memberi ASI pada ibu bekerja,
makanan ibu menyusui, KB, cara memandikan bayi, imunisasi dan penanggulangan
diare
• Memotivasi ibu pada saat pulang dari rumah sakit tentang manfaat klinik laktasi

Di Klinik Laktasi
Tempat konsultasi, dan dilakukan kegiatan
• Memantau kesehatan ibu nifas dan bayi
• Memberi KIE dengan pesan gizi ibu, mengatasi kesulitan proses laktasi, dan menjaga
kelangsungan proses menyusui
• Melakukan demonstrasi perawatan bayi

Peran Dokter Dalam Rawat Gabung


• Menggariskan kebijaksanaan dan tata tertib rawat gabung
• Melaksanakan perawatan ibu dan anak
• Merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan KIE kepada ibu dan keluarganya
tentang laktasi dan gizi ibu

Peran Paramedis Dalam Rawat Gabung


Pada rawat gabung ibu dapat berperan sbb.
• Mempraktekkan hal-hal yang diajarkan petugas kesehatan, misalnya tentang merawat
payudara, menyusui bayinya, merawat tali pusat, dll
• Mengamati hal-hal yang tidak bisa (kelainan) yang terjadi pada bayi atau pada dirinya
dan melaporkan pada petugas

Persyaratan Rawat Gabung yang Ideal


Bayi
• Ditempatkan dalam boks tersendiri dekat tempat tidur ibu sehingga mudah dijangkau dan
dilihat oleh ibu
• Bila tidak terdapat tempat tidur bayi, bayi boleh diletakkan ditempat tidur ibu
• Agar mengurangi bahaya bayi jatuh dari tempat tidur, sebaiknya dua tempat tidur ibu
didekatkan
• Tesedianya pakaian bayi

16
Ibu
• Tempat tidur ibu diusahakan rendah untuk memudahkan naik/turun
• Tersedia perlengkapan nifas
Ruangan
• Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m2
• Ruang unit ibu/bayi yang masih memerlukan perawatan harus dekat dengan ruang
petugas
Sarana
• Lemari pakaian (ibu dan anak)
• Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
• Tempat cuci tangan ibu (air mengalir)
• Setiap ruangan mempunyai kamar mandi tersendiri bagi ibu
• Sarana penghubung (bel/intercom)
• Petunjuk/sarana perawatan payudara, perawatan bayi, makanan ibu menyusui, dan nifas
dengan bahasa yang sederhana (buku pintar)
• Perlengkapan perawatan bayi
Petugas
• Satu orang petugas untuk 6 pasang ibu dan bayi
• Mempunyai kemampuan dan keterampilan pelaksanaan rawat gabung
Lain-lain
Perlengkapan lain sesuai dengan kelas perawatan rumah sakit pendidikan
• Tersedianya sarana audivisual mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rawat gabung
• Tersedianya buku yang berkaitan dengan
Perawatan ibu hamil, melahirkan, nifas, menyusui dan perawatan bayi
Gizi ibu dan bayi
KB
Imunisasi
• Sistem pencatatan dan pelaporan
Catatan medis diperlukan untuk mencatat keadaan bayi dan ibu setiap hari

SEPULUH LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI

17
Setiap fasilitas yang menyediakan pelayanan persalinan dan perawatan bayi baru lahir
seyogyanya
1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui yang secara rutin
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan untuk
menerapkan dan melaksanakan kebijaksanaan tersebut
3. Menjelaskan kepada seluruh ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui
4. Membantu ibu untuk mulai menyusui bayinya dalam waktu ½ jam setelah melahirkan.
5. Memperlihatkan kepada ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan
pelaksanaannya sekalipun pada saat ibu harus berpisah dengan bayinya
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir,
kecuali bila ada indikasi medis
7. Melaksanakan/memungkinkan/mengizinkan rawat gabung ibu dan anak untuk selalu
bersama selama 24 jam
8. Mendukung ibu agar memberi ASI sesuai dengan keinginan dan kebutuhan bayi on demand
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang sedang menyusu
10. Membentuk kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu yang pulang dari rumah
sakit atau klinik untuk selalu berhubungan kelompok tersebut
(Dikutip dari Protecting, Promoting and Supporting Breast – feeding
The special role of maternity service, WHO. 1989)

NASIHAT UNTUK IBU


PEMECAHAN MASALAH YANG PALING SERING DIJUMPAI

------------------------------------------------------------------------------------------------------
Masalah : Puting susu yang tertarik ke dalam, mengerut dan datar
Penyebab : Invaginasi lekukan payudara yang persisten/menetap
Sekunder terhadap proses patologis intra mammae (jarang,
misalnya : Duktus ektasi, papiloma intraduktal)
Perawatan : Hoffman’s exercises, yaitu kedua ibu jari mengurut puting susu secara sentrifugal
Memompa payudara
Memakai penarik puting susu dari plastik (alat khusus)
Perawatan payudara
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Masalah : Puting susu yang sakit, pecah-pecah ataupun lecet
Penyebab : Tehnik dan posisi menyusui yang salah
Bendungan

18
Adanya iritasi oleh bahan seperti sabun, lotion, dll
Monilia/jamur
Bayi dengan frenulum pendek (jarang)
Perawatan : Posisi menyusui yang tepat
Cegahlah bendungan dengan lebih sering menyusui
Jangan ditutup dan biarkan kering di udara
Salep lanolin atau minyak vitamin E
Pemberian nistatin bila ada indikasi
Rangsanglah bayi sebelum menyusui agar refleks letdown sempurna
Mulailah setiap kali menyusui pada payudara yang paling sedikit terkena
Pemakaian analgetik ringan
Memakai penutup puting susu dari plastik
Terakhir (bila sakit sekali) berhenti menyusui untuk 24-36 jam, tapi ASI harus
diperas keluar untuk tidak mengganggu produksi

Masalah : Bendungan
Penyebab : Pengeluaran ASI yang kurang (tidak adekuat) atau kurang sering menyusui
Perawatan : Kompres dengan air hangat atau disiram air hangat
Diurut dan diperas atau dipompa untuk mengurangi bendungan alveolar
Lebih sering menyusui
Memakai analgetik yang ringan

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku bagan manajemen terpadu balita sakit
(MTBS). Indonesia: Jakarta, 1997; 7-18.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman tatalaksana
kekurangan energi protein pada anak di rumah sakit kabupaten/kodya. Jakarta, 1998; 1-25.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman penanggulangan
kekurangan energi protein (KEP) dan petunjuk pelaksanaan PMT pada balita. Jakarta, 1997; 11-
36.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil penataran petugas kesehatan dalam rangka pelayan gizi
buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit. BLK Cimacan: Oktober 1991; 1-28.
London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary management of PEM (Not
Published, 1998); 10-15.
Waterlow JC. Protein energy malnutrition. London: Edward Arnold, 1992; 164-77.
WHO. Guidelines for the inpatient treatment of severely malnourished children, WHO Searo,
1998; 1-13.

19

Anda mungkin juga menyukai