Anda di halaman 1dari 7

TITIK DIDIH DAN TITIK BEKU LARUTAN

Jefryanto Hutasoit1, Wilandre Ibasta Ginting2, Yessy May Pradilla3

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian INTIPER Yogyakarta

ABSTRAK

Titik didih dan titik beku larutan ditentukan oleh jenis solute, solute yang mengion menyebabkan perubahan
titik didih dan titik beku yang lebih besar dibandingkan dengan solute yang tidak mengion. Solute yang mengion
menyebabkan kenaikkan jumlah partikel dalam larutan sebanding dengan jumlah ion yang terbentuk dalam satu
mol tersebut. Titik didih merupakan tekanan uap zat cair atau tekanan udara di sekitar, sedangkan titik beku
larutan adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap pada tanah. Tujuan dari acara ini yaitu
untuk mempelajari titik didih larutan dari solute yang molekulnya mengion dan tidak mengion, bahan yang
digunakan yaitu KCl, glukosa, H2O, dan es batu, ada dua kali percobaan yaitu titik didih dan titik beku dengan
larutan glukosa dan KCl, dalam pembahasan di buat dua jenis tabel yaitu tabel untuk titik didih dan titik beku.

Kata kunci: titik didih, titik beku, larutan, solute, ion.

1. PENDAHULUAN

Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat dalam komposisi
yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut.
Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka campuran
tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian[7]. Sifat-sifat suatu larutan sangat
dipengaruhi oleh susunan komposisinya. Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka
digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut[4]. Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap larutan, maka dibutuhkan
energi panas yang berbeda pula, yang nantinya akan mempengaruhi titik didih larutan tersebut.
Titik didih suatu larutan merupakan suhu larutan pada saat tekanan uap jenuh larutan itu sama
dengan tekanan udara luar (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan[9]. Suhu dan energi
kalor merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Suhu adalah suatu besaran yang
menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Energi kalor adalah sesuatu yang
mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah, dan sesuatu
itu menyebabkan benda yang bersuhu rendah tadi meningkat atau suhu benda tetap tetapi
mengalami peubahan wujud[1].

Air adalah suatu zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai
saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air merupakan bahan pelarut yang universal, sehingga
air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia misalnya
seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organic[9].
Garam adalah suatu senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam. Garam (NaCl)
tidak dikonsumsi pada proses elektro kimia, oleh karena itu untuk membuat konsentrasi elektrolit
konstan perlu ditambahkan larutan dalam hal ini adalah H2O atau aquades. Konsentrasi yang
semakin tinggi yaitu gabungan antara NaCl dan H2O akan menyebabkan kadar hidrogen dan
asam yang terbentuk semakin tinggi[2]. Semakin banyak jenis zat terlarut yang dicampurkan
maka semakin tinggi pula titik didih larutannya. Jadi semakin besar konsentrasi larutan maka
energi yang digunakan juga semakin besar maka waktu yang diperlukan juga akan semakin kecil.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memutuskan untuk mengambil judul Pengaruh
Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan[3]. Yang menyebabkan kenaikkan
jumlah partikel adalah solut yang mengion dan ini juga menyebabkan perubahan titik didih
maupun titik beku. Larutan murni (air) memiliki sifat titik beku, titik didih, dan tekanan uap. Bila
zat non elektrolit seperti gula, urea, dan gliserol dimasukkan ke dalam pelarut murni, maka akan
mengubah sifatsifat larutan tersebut. Perubahan tersebut meliputi penurunan titik beku, kenaikan
titik didih, penurunan tekanan uap, dan menimbulkan tekanan osmosis[8].

Apabila suatu senyawa non-elektrolit terlarut di dalam pelarut, sifat-sifat pelarut murni
berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik didih, titik beku, tekanan uap
berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan ini bergantung pada jumlah partikel-partikel
pelarut yang terdapat di dalam larutan. Jumlah partikel terlarut sebenarnya sebanding dengan
berat jenis larutannya, maka akan terdapat hubungan, jika berat jenis bertambah maka akan
menurunkan titik beku dan kenaikan titik didih dari pelarut murninya[6].

2. MATERIAL DAN METODE

2.1 Material

Bahan-bahan yang digunakan dalam pratikum ini yaitu KCL, glukosa, H2O, dan es batu.

2.2 Alat/Instrumen

Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini yaitu pemanas, gelas beker, termometer,
timbangan analitik, dan gelas ukur.

2.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerjanya pada pratikum ini yaitu:


a. Titik didih:
Buatlah larutan KCl dan glukosa dan menimbang 0 gr, 25 gr, dan 50 gr, dan di
tambahkan dengan 100 ml menggunakan aquades hingga homogen, masing-masing
larutan dididihkan dan yang terakhir amati temperatur yang terjadi ketika masing-masing
larutan mendidih.
b. Titik beku:
Buatlah larutan KCl dan glukosa dan menimbang 0 gr, 25 gr, dan 50 gr, dan di
tambahkan dengan 100 ml menggunakan aquades hingga homogen, masing-masing
larutan di bekukan menggunakan es batu, kemudian amati temperatur yang terjadi ketika
masing-masing larutan dibekukan.

3. HASIL PEMBAHASAN

a. Titik Didih KCl

Tabel 1. Hasil pengamatan Titik didih KCl


Konsentrasi(gr) ∆ Tb Tpraktis Tteoritis
0 0℃ 95℃ 92 ℃
25 3,51℃ 97℃ 98,51℃
50 7,03℃ 97℃ 104,04℃
Tabel 1 Dalam percobaan titik didih KCL ini kita dapat kan hasil sebagai berikut pada
kosentrasi 0 gr didapatkan ∆ tb 00C dan Tpraktis 950C DAN Tteoritis 920C, kemudian pada
konsentrasi 25 gr didapatkan hasil ∆ tb 3,51 oc , Tpraktis 95oC dan Tteoritis, selanjutnya pada
konsentrasi 50 gr didapatkan data ∆ tb 7,03 , pada Tpraktis 97oC dan Tteoritis 104,04oC
b. Titik Beku KCl

Tabel 2. Hasil pengamatan Titik beku KCl


Konsentrasi(gr) ∆ Tb Tpraktis Tteoritis
0 0℃ 6℃ 6℃
25 12,276℃ 4℃ 16,276℃
50 25,11℃ 10℃ 35,11℃
Tabel 2 Pada konsentrasi 0 gram dengan ∆ tb 00C dan Tpraktis 60C serta Tteoritis 60C serta
kssentrasi 25∆ tb 12,2760C dan Tpraktis 40C dan Tteoritis 16,2760C dan pada konsentrasi 50
∆ tb 25,110C dan Tpraktis 100C dan Tteortis 35,110C

105

100

95

90

85
0 25 50
Gambar grafik 1. Titik didih KCl
Grafik 1 menggambarkan hasil penelitian dari titik didih KCl yang di mana pada grafik
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi juga ∆ Tb yang di
peroleh
40

35

30

25

20

15

10

0
0 25 50
Gambar grafik 2. Titik beku KCl
Grafik 2 menggambarkan hasil penelitian dari titik didih KCl yang di mana pada grafik
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 25 ∆ Tb mengalami grafik menurun sehingga hasil
yang di peroleh peroleh seperti di atas

a. Titik Didih Glukosa

Tabel 1. Hasil pengamatan Titik didih glukosa


Konsentrasi(gr ∆ Tb Tpraktis Tteoritis
)
0 0℃ 94℃ 94℃
25 0,68℃ 97℃ 97,68℃
50 1,45℃ 98℃ 99,45 ℃
Tabel 1 Bedasarkan hasil pengamatan titik didih glukosa dengan konsentrasi 0 dan ∆ Tb 00C
Tpraktis 940C dan Tteoritis 940C dan pada konsentrasi 25 ∆ Tb 0,680C dan Tpraktis 970C dan
Tteoritis 99,680C dan pada konsentrasi 50 ∆ Tb 1,400C dan Tpraktis 980C dan Tteoritis
99,450C

b. Titik Beku Glukosa

Tabel 2. Hasil pengamatan Titik beku glukosa


Konsentrasi(gr) ∆ Tb Tpraktis Tteoritis
0 0℃ 7℃ 7℃
25 2,42 ℃ 8℃ 10,42 ℃
50 5,17℃ 10℃ 15,17℃
Tabel 2 Bedasarkan hasil pengamatan titik didih glukosa dengan konsentrasi 0 dan ∆ Tb 00C
Tpraktis 70C dan Tteoritis 70C dan pada konsentrasi 25 ∆ Tb 2,420C dan Tpraktis 80C dan
Tteoritis 10,420C dan pada konsentrasi 50 ∆ Tb 5,170C dan Tpraktis 100C dan Tteoritis
15,170C
120

100

80

60

40

20

0
0 25 50
Gambar grafik 3. Titik didih glukosa
Grafik 3 pada gambar di atas hasil penelitian titik didih glukosa dengan hasil Tpraktis dan
Tteoritis yang tidak beda jauh

16

14

12

10

0
0 25 50
Gambar 4. Titik beku glukosa
Grafik 4 hasil penelitian dari tiik beku glukosa dapat di lihat pada konsentrasi 0 sampai 25
memiliki grafik naik dan pada konsentrasi 50 grafik menurun
4. KESIMPULAN

Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat dalam komposisi
yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut,
Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap larutan, maka dibutuhkan energi panas yang
berbeda pula, yang nantinya akan mempengaruhi titik didih larutan tersebut. Titik didih suatu
larutan merupakan suhu larutan pada saat tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan tekanan
udara luar (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan), Titik beku adalah temperatur pada
saat tekanan uap cairan sama (setimbang) dengan tekanan uap padatannya. Titik beku
dilambangkan dengan simbol Tf. Air murni membeku pada temperatur 0°C dan tekanan 1 atm.
Temperatur itu dinamakan titik beku normal air. Temperatur dimana zat cair membeku pada
tekanan 1 atm adalah titik beku normal zat cair tersebut. Titik beku suatu larutan pasti selalu lebih
rendah daripada titik beku pelarut murninya (air). Semakin banyak jenis zat terlarut yang
dicampurkan maka semakin tinggi pula titik didih larutannya. Jadi semakin besar konsentrasi
larutan maka energi yang digunakan juga semakin besar maka waktu yang diperlukan juga akan
semakin kecil.
REFERENSI

[1] Ansar. 2011. Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara Terhadap Perubahan Mutu Tablet Effervescen
Sari Buah Selam Penyimpanan. Vol. 22 (1) : 73-77. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.
[2] Budiman A. 2012. Studi Eksperimental Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Pelepasan
Material Pada Proses Electrochemical Mechining. Vol.1 (1) : 1-5. Jurnal Teknik Pomits.
[3] Fitriana N, Irwaninda F. Semarang :Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia
[4] Khikmah N. 2015. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir pada Penentuan Kreatinin Dalam Urin
Secara Sequential Injection Analysis. Vol.1 (1) : 613-615. Kimia Student Journal.
[5] Parning, Horale, Tiopan. 2007. Kimia 3 SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira
[6] Pemi P. 2015. Studi Pendahuluan Fenomena Sifat Koligatif pada Larutan NaCl dan Air Laut ditinjau
dari Penurunan Titik Beku. Vol. 4 (1) Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
[7] Putri L M A, prihandono.T. supriadi.B. pengaruh konsentrasi larutan terhadap laju kenaikkan suhu
larutan.
[8] Rusdiani S. Suhendar D. Sudiarti T. 2017. perbandingan sifat koligatif campuran larutan garam
dengan air zamzam berdasarkan berat jenisnya. Vol. 4 (1) :9-16.Bandung: UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
[9] Styarini L W. 2012. Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula
Menggunakan Metode Difraksi. Vol.1 (1) : 1-5. Jurnal Teknik Pomits.
[10]Utomo S. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai Inhibitor Terhadap Laju Korosi Besi
dalam Media Air Laut. Vol.7 (2) : 93-103. Jurnal Teknologi.
[11]Wahyuni S. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
[12] Wolke R L. 2003. Einstein Aja Gak Tau!. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Yogyakarta, 22 Maret 2020


Mengetahui,
Co.Ass Praktikan

(Rahmanto) (Wilandre Ibasta Ginting)

Anda mungkin juga menyukai