Anda di halaman 1dari 23

Tugas : Makalah

Mata kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Perencanaan Keluarga

Nama Dosen : Nurul Fitri Sugiarti Syam, S.ST, M.Kes

DISUSUN OLEH:
NAMA : LISANI ABDURASID
NIM : 183145106060
KELAS : B

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA RESKY MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGATAR

Alhamdulillahirabbil a’lamin, puji syukur saya ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa,

yang telah memberikan saya kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya dalam

keadaan sehat wal’afiat.

Saya penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu saya

dalam penyusunan makalah ini. Selain itu juga saya meminta maaf, apabila dalam penulisan

terdapat banyak kesalahan, sehingga menjadi kekurangan dalam makalah saya. Dan semua

kekurangan itu datangnya dari saya, sebagai mahkluk- Nya yang tidak sempurna.

saya penulis berharap makalah saya ini dapat menjadi sarana informasi bagi para

pembaca, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan saya. Dan dengan meningkatnya

pengetahuan saya tersebut, insyaallah meningkat pula derajat saya di mata Sang Pencipta, amin.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. 2

DAFATAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................... 5

B. Rumusan masalah................................................................................................................ 6

C. Tujuan.................................................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Penjelasan Isu-isu Kesehatan Perempuan............................................................................ 7

1. Perkosaan........................................................................................................................ 7

2. Pelecehan Seksual........................................................................................................... 7

3. Single Parent................................................................................................................... 7

4. Perkawinan Usia Muda Dan Tua.................................................................................... 8

5. Perempuan Ditempat Kerja............................................................................................. 9

6. Incest............................................................................................................................... 9

7. Home Less...................................................................................................................... 9

8. Perempuan Dipusat Rehabilitas......................................................................................10

9. Pekerja Sexs Komersial..................................................................................................10

10. Drug Abuse...................................................................................................................11

11. Pendidikan....................................................................................................................11

12. Upah.............................................................................................................................12

B. Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi................................................................12

1. Infertilitas.....................................................................................................................12

3
2. PMS (penyakit menular sexsual)..................................................................................13

3. Gangguan haid pre........................................................................................................13

4. Pelvic inflammatory disease.........................................................................................14

5. Unwanted pregnancy dan aborsi..................................................................................15

6. Hormone replacement therapy (HRT)..........................................................................15

C. Skrining Untuk Keganasan Sistemik...................................................................................16

D. Asuhan Kebidanan yang Berkaitan Dangan Kesehatan Reproduksi Dalam Perspektif

Gender.................................................................................................................................16

1. Seksualitas dan Gender.................................................................................................16

2. Budaya yang Berpengaruh Terhadap Gender...............................................................17

3. Diskriminasi Gender.....................................................................................................19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................................20

B. Saran....................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan di Indonesia adalah salah satu hak yang harus dimiliki oleh tiap warga

negara. Didalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Pembangunan kesehatan ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Di samping itu pula dilakukan perbaikan dan

peningkatan sistem pembiayaan kesehatan sehingga menjadi lebih jelas, sarana dan

prasarana juga perlu diperhatikan mutunya, agar masyarakat mendapatkan pelayanan

kesehatan yang maksimal.

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan

bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan

dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya. Oleh karena itu,

kesehatan reproduksi berarti orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan

aman, dan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk

menentukan apakah mereka ingin melakukannya.

5
B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini

adalah “Mampu menjelaskan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada perempuan”

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui asuhan kebidanan kesehatan resproduksi pada perempuan.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada kesehatan reproduksi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penjelasan Isu-isu Kesehatan Perempuan

1. Perkosaan

Adalah hubungan seksual tanpa kehendak bersama, yang dipaksakan oleh satu

pihak kepada pihak lain, yang juga dapat merupakan tindak pseudo seksual yaitu perilaku

seksual yang tidak selalu di motivasi dorongan seksual sebagai motivasi primer,

melainkan berhubungan dengan penguasaan dan dominan, agresi dan perendahan pada

satu pihak (korban) oleh pihak lainnya (pelaku).

2. Pelecehan Seksual

Adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu, melecehkan dan tidak diundang

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap pihak lain, yang

berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang diganggunya dan dirasakan

menurunkan martabat dan harga diri orang yang diganggunya.

3. Single Parent

Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal, hanya

ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada keluarga sah secara hukum

maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama maupun hukum

pemerintah.

7
4. Perkawinan Usia Muda Dan Tua

a. Perakawinan usia muda

Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diij

inkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun

pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang

ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang enyebutkan bahwa pemerintah

menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya resiko

kehamilan kurang dari perkawinan diij inkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan

perempi mn berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan

yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun.

Penanganan Perkawinan Usia Muda :

1. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga

kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.

2. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam

menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan

pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.

3. Dukungan keluarga. Peran kelu arga sangat banyak mernbantu kell 1,grga

muda baik clukungan berupa material maupun non material untuk

kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatanhambatan yang

ada.

4. Peningkatan kesehatan dengan pening katan pengetahuan kesehata n, perbaikan

gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

8
b. Perkawinan usia tua

Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.

5. Perempuan Ditempat Kerja

Menurut Kardamo adalah wanita yang kerja mengandalkan kemampuan dan

keahlian untuk menghasilkan uang agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.

6. Incest

Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota

keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan pertalian

darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah adalah cucu, batas

kesamping adalah keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest. Pelaku biasanya

adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak adalah anak-anak.

Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua, cucu oleh kakeknya.

7. Home Less

Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup dalam

keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak mempunyai

tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum. Home less

banyak terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke kota besar tanpa didukung

oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Biasanya mereka tinggal di empeeran

toko, kolong jembatan, kolong jalan layang, gerobak tempat barang bekas, sekitar rel

9
kereta api, di taman, di tempat umum lainnya. Pekerjaan mereka sebagai pengamen,

pengemis, pemulung sampah.

8. Perempuan Dipusat Rehabilitas

Wanita pemakai atau pecandu narkoba biasanya terganggu atau menderita secara

fisik (penyakit), mental (perilaku salah), spiritual (kekacauan nilai2 luhur) dan social

(rusak komunikasi. Pusat rehabilitasi : tempat atau sarana yg digunakan untuk proses

pemulihan atau perbaikan untuk kembali seperti semula missal ketergantungan narkoba,

penyandang cacat baik fisik atau mental dan masalah yg lain.

Pusat rehabilitasi wanita meliputi :

a. Maslah sosial, contohnya PSK.

b. Masalah psikologis, misalnya trauma pada korban kekerasan.

c. Masalah drug abuse.

Rehabilitasi bagi para PSK dilakukan :

a. Di luar panti ditempat lokalisasi.

b. Di dalam panti.

9. Pekerja Sexs Komersial

Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan

menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Akibatnya

semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks

komersial dengan penyakit menular seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya

10
penyakit menular seksual ini diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan dirinya terhadap

pasangan kencan yang berganti-ganti tanpa menggunakan pengaman sseperti kondom.

10. Drug Abuse

Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk tujuan

mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau mencapai

kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.

A. Narkoba : pada dasarnya merupakan obat2an yang apabila pemakaiannya

disalhgunakan dapat menimbulkan ketergantung

B. Narkotika : zat atau obat yang berasal dr tanaman atau bukan tanaman yg dapat

menyebabkan penurunan / perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan

C. Psikotropika : zat atau obat baik alamiah atau sintetik bukan narkotika yg berkhasiat

psikoaktif melalui susunan syaraf pusat yg menyebabkan perubahan khas pd aktivitas

mental dan prilaku.

D. Zat adiktif lainnya adalah ; minuman berakohol bersifat sedative (penenang), hipnotik,

depresan, rokok.

11. Pendidikan

Pendidikan berpengaruh kepada sikap wanita terhadap kesehatan, rendahnya

pendidikan membuat wanita kurang peduli terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal

bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga

walaupun sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal

11
karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki. Kualitas sumber daya manusia sangat

tergantun g pada kualitas pendidikan, dengan demikian program pendidikan mempunyai

andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa.

12. Upah

Penghasilan perempuan meningkat, maka pola pemenuhan kebutuhan akan

bergeser dari pemenuhan kebutuhan pokok saja, menjadi pemenuhan kebutuhan lain,

khususnya peningkatan kesehatan perempuan. Penghasilan berkaitan dengan status sosial

ekonomi, dimana sering kali status ekonomi menjadi penyebab terjadinya masalah

kesehat an pada wanita. Misalnya banyak kejadian anemia defisiensi fe pada wanita usia

subur yang sering kali disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang.

Anemia pada ibu hamil akan lebih memberikan dampak yang bias mengancam

keselamatan ibu.

B. Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi

1. Infertilitas

Infertilitas  adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untu

mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama

satu tahun (Sarwono,497).

Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan

menghasilkan keturunan (Elizbeth, 639).

Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum

mampu memiliki anak walaupun  telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali

12
seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis

apapun (Djuwantono,2008, hal: 1).

Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Infertile primer

Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah

satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan

alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.

b. Infertile sekunder

Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat

ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual

sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi

jenis apapun.

2. PMS (penyakit menular sexsual)

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui

hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan

hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

3. Gangguan haid pre

Gangguan haid merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh

wanita, tujuh puluh lima persen pada wanita tahap remaja akhir mengalami

gangguan yang terkait dengan haid terutama pada usia remaja. Lamanya siklus haid,

haid yang tertunda, haid yang tidak teratur merupakan keluhan tersering yang

13
menyebabkan remaja wanita menemui dokter (Sianipar dkk, 2009). Dalam

penelitian Yassin (2012) di Alexandria, persentasi remaja putri yang mengalami

polimenorea 6,8%, oligomenorea 8,4%. Di Indonesia pada hasil penelitian Serly

(2014) diketahui bahwa, remaja yang mengalami siklus haid tidak normal pada siswa

SMU sebanyak (61,8%), sedangkan yang mengalami haid normal sebanyak (38,2%)

(Yassin, 2012; Serly, 2014). Wanita yang mengalami gangguan reproduksi berkaitan

dengan peristiwa haid, ditentukan oleh proses somato-psikis, sifatnya kompleks meliputi

unsur-unsur hormonal, biokimiawi dan psikososial, disertai dengan gangguan fisik

dan mental yang disebabkan oleh pikiran, kecemasan, dan stres. Perempuan dewasa

yang stres juga dapatmengakibatkan terlambatnya haid, memperpanjang atau

memperpendek siklus haid. Stres bisa membuat siklus haid terhenti. Adanya

gangguan hormon maupun faktor psikis dapat mempengaruhi kerja hormon,

dapat menyebabkan ketidakteraturan haid. Gangguan ini sering merupakan sumber

kecemasan bagi wanita (Wulandari, 2010; Mulastin, 2013; Bisma dkk, 2013).

4. Pelvic inflammatory disease

Pelvic Inflammatory Disease (PID) atau dalam bahasa Indonesia-nya adalah

penyakit radang panggul yaitu istilah untuk radang rahim, saluran tuba atau ovarium

yang berkembang menjadi luka parut dengan perlengketan jaringan atau organ

didekatnya. PID dapat disebabkan oleh virus, jamur dan parasit, namun kasus yang paling

banyak ditemui adalah disebabkan oleh infeksi bakteri. PID hanya menyerang pada kaum

wanita, dan dapat menyebabkan kemandulan. Gejala yang umum terjadi adalah

keputihan, rasa nyeri saat BAK, nyeri perut atau panggul, sakit saat hubungan seksual

14
atau pendarahan pada siklus menstruasi. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan

antibiotik. Segera periksa ke dokter jika anda menemukan gejala itu. Pengobatan yang

tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi termasuk kerusakan permanen pada organ

reproduksi wanita.

5. Unwanted pregnancy dan aborsi

Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan

merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran

dari suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan akibat suatu prilaku

seksual/hubungan seksual baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan atau biasa disebut keguguran, kehamilan yang tidak diinginkan sebagian besar

diselesaikan dengan aborsi. Meskipun ada sebagian besar yang melanjutan

kehamilannnya perdebatan tentang aborsi pada umumnya didasari anggapan bahwa

aborsi adalah identik dengan pembunuhan karena janin dianggap sebagaiu makhluk yang

bernyawa.

6. Hormone replacement therapy (HRT)

Hormone Replacement Therapy (HRT) atau Terapi Sulih Hormon (TSH) adalah

perawatan medis yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan setelah

menopause untuk menggantikan hormone yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi

secukupnya lagi akibat kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormone.

15
C. Skrining Untuk Keganasan Sistemik

Skrining, dalam pengobatan, adalah strategi yang digunakan dalam suatu populasi

untuk mendeteksi suatu penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu.

Tidak seperti apa yang biasanya terjadi dalam kedokteran, tes skrining yang dilakukan pada

orang tanpa tanda-tanda klinis penyakit.

Skrining sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup

pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit

untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik

D. Asuhan Kebidanan yang Berkaitan Dangan Kesehatan Reproduksi Dalam Perspektif

Gender

1. Seksualitas dan Gender

a. Menurut Kantor Menneg PP, PBKBN, UNFPA  (2001), Seksualitas

(seks) adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara

biologis yang secara fisik melekat pada masing-masing jenis

kelamin, laki-laki dan perempuan.

b. Menurut Dep Kes RI, 2002;2, seksualitas/ jenis kelamin adalah

karakteristik biologis-anatomis 9 khususnya system reproduksi dan

hormonal ), diikuti dengan karakteristik fisiologi tubuh, yang

menentukan seseorang adalah perempuan atau laki-laki.

c. Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat,2003. Seksualitas/ jenis

kelamin adalah perbedaan fisik biologis, yang mudah dilihat melalui

16
ciri fisik primer dan sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan

perempuan.

d. Menurut Hindayani , 2002:4. Seksualitas/ Jenis Kelamin adalah

pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat

pada jenis kelamin tertentu

e. Menurut WHO, 1998, Seks adalah karakteristik genetic/ fisiologis

atau biologis seseorang yang menunjukkan apakah dia seorang

laki-laki atau perempuan.

2. Budaya yang Berpengaruh Terhadap Gender

Kondisi yang diciptakan atau direkayasa oleh norma adat-istiadat yang

Membedakan peran dan fungsi laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan

kemampuan. Adapun beberapa contoh budaya yang berpengaruh terhadap gender

misalnya :

a. Masyarakat di Indonesia khususnya di Jawamenganut budaya patriaki, dimana

seorang kepala keluarga adalah laki-laki sehingga budaya laki-laki dicap sebagai

orang yang berkuasa di keluarga. Budaya patriaki bisa berakibat anggapan bahwa

kesehatan reproduksi adalah masalah perempuan sehingga berdampak kurangnya

pertisipasi, kepedulian laki- laki dalam kesehatan reproduksi.

b. Di Jawa ada pepatah yang mengatakan bahwa perempuan di dalam rumah tangga

sebagai kasur, sumur, dapur. Sehingga perempuan di dalam keluarga hanyalah

melayani suami, kedudujannya lebih rendah dari laki- laki. Universitas Sumatera

Utara.

17
c. Perlakuan orang tua kepada anaknya sejak bayi dibedakan antara laki-laki dan

perempuan dengan memberikan perlengkapan bayi warna biru untuk laki-laki,

perlengkapan bayi warna pink untuk perempuan.

d. Pengaruh pengasuhan. Ibu banyak mengurus hal yang berkaitan fisik anak sedangkan

ayah cenderung pada interaksi yang bersifat permainan dan diberi tanggung jawab

untuk menjamin bahwa anak laki-laki dan anak perempuan menyesuaikan dengan

budaya yang ada. Ayah lebih banyak terlibat dalam sosialisasi dengan anak laki-laki

dari pada perempuan. Banyak orang tua membedakan permainan bagi anak laki-laki

dan perempuan. Permainan anak laki-laki cenderung agresif. Pada masa remaja orang

tua lebih mengijinkan anak laki-laki mereka cenderung lebih bebas dari pada anak

perempuan dengan mengijinkan mereka pergi jauh dari rumah.

e. Pengaruh teman sebaya. Anak-anak yang melakukan kegiatan-kegiatan dengan

teman sebaya lebih cenderung dihargai oleh sesama jenis teman mereka. Begitu pula

anak perempuan. Sedang anak perempuan yang ‘tomboi’ dapat bergabung dengan

teman laki-laki, tetapi tidak berlaku bagi anak laki-laki yang bergabung dengan

teman perempuan. Ini mencerminkan tekanan penggolongan jenis kelamin yang lebih

besar oleh masyarakat kita pada anak laki-laki.

f. Pengaruh sekolah dan guru. Banyak buku-buku di sekolah yang bias gender. Guru

membedakan membimbing antara murid laki-laki dan perempuan. Buku-buku

pelajaran memberi gambaran pekerjaan perempuan di rumah, sedang laki-laki

sebagai pekerja kantoran. Universitas Sumatera Utara.

g. Pengaruh media. Pesan-pesa di media tentang apa yang dilakukan laki-laki dan

perempuan banyak yang bias gender. Banyak media mengekspose ibu rumah

18
mengurus anak dan rumah tangga, sedangkan ayah bekerja di kantor. Banyak iklan

oleh perempuan tentang kosmetik, kebersihan, mencuci. Sedangkan laki-laki

mengiklankan mobil, direktur, eksekutif mudah. Pengaruh kognitif. Teori

perkembangan kognitif. Penentuan gender gender typing pada anak-anak terjadi

setelah mereka mengembangkan suatu konsep tentang gender. Sekali mereka secara

konsisten menyadari diri mereka sebagai anak laki-laki atau perempuan, anak-anak

sering mengorganisasikan diri mereka atas dasar gender Widyastuti, et al. 2009.

3. Diskriminasi Gender

Diskriminasi gender adalah suatu perbedaan, pembatasan atau pengecualian yang

dibuat berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksikan secara social yang

bertujuan untuk mencegah seseorang menikmati hak asasi manusia secara penuh.

(Nurrobikha dan Asmawati Burhan : 2018).

Diskriminasi gender adalah bentuk ketidak adilan gender yang merupakan akibat

dan adanya system struktur social dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki ataupun

perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi dikarenakan adanya kenyakinan serta

pembenaran yang ditanamkan sepanajang peradaban sejarah manusia dalam berbagai

bentuk dan cara yang menimpah kedua belah pihak. Walaupun pada kenyataannya dalam

kehidupan sehari-hari lebih banyak di alami oleh perempuan.(Ida fauziyah: 2015).

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pemahaman akan kesehatan

reproduksi yang cukup, masih cukup banyak ditemukan. Terutama di kalangan remaja yang

merupakan golongan yang paling rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi.

Kesehatan reproduksi merupakan hal penting dalam kehidupan. Islam memerintahkan

semua umatnya untuk mencapai kebahagiaan hidup yang diawali dari kesehatan. Baik

kesehatan fisik, maupun non fisik, kesehatan jasmani maupun rohani salah satunya

kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah amanah dari Allah untuk melahirkan

generasi yang berkualitas dan sehat. Persoalan kesehatan reproduksi bisanya terjadi pada

usia awal, yaitu remaja. Masa ini menjadi masa yang berisiko pada masalah kesehatan

reproduksi seperti seks bebas, seks di luar pernikahan, kehamilan yang tidak diinginkan,

aborsi, kekerasan seksual, bahkan sampai pada kematian ibu dan anak. Banyak remaja yang

terjebak pada persoalan ini, yang dibuktikan dengan semakin meningkatnya kasus

pemerkosaan, hamil diluar nikah, aborsi, kekerasan seksual dan kematian ibu dan anak

karena ketidak siapan ramin pada waktu hamil pertama. Remaja umumnya memiliki

informasi yang rendah, serta pemahaman yang kurang mengenai kesehatan reproduksi. Hal

ini karena banyak anggapan bahwa mengetahui masalah seksualitas masih dianggap tabu

20
dan jorok. Maka para remaja membutuhkan pendidikan dan informasi mengenai kesehatan

reproduksi agar memiliki pengetahuan yang cukup mengenai reproduksi, bagaimana fungsi-

fungsi organ bekerja, bagaimana kehamilan, dan dampak yang ditimbulkannya.

B. Saran

1. Bagi penulis untuk penulis selanjutnya lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan

yang sudah di terima dalam masa perkulihahan.

2. Bagi tenaga kesehatan bidan, yaitu meningkatkan pengetahuan para perempuan tentanng

kesehatan reproduksinya membutuhkan peran serta dari berbagai pihak.

3. Bagi tenaga kesehatan, memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi kepada

perempuan akan membentuk pribadi perempuan serta melindungi perempuan dari sikap

seksual yang berbahaya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Permasalahan Kesehatan Wanita Dalam Dimensi Sosial Dan Upaya Mengatasinya . 9 Februari

2010. Http://Lenteraimpian.Wordpress.Com/2010/02/09/Permasalahan- Kesehatan-Wanita-

Dalam-Dimensi-Sosial-Dan-Upaya-Mengatasinya/ Dikutip pada tanggal 18 Mei 2013-05-18

Dimensi Sosial Wanita Dan Permasalahannya. 5 April 2012.

Http://Jurnalbidandiah.Blogspot.Com/2012/05/Dimensi-Sosial-Wanita-Dan.Html Dikutip pada

tanggal 18 Mei 2013-05-18

Permasalahan Kesehatan Wanita Dalam Dimensi Social Dan Upaya Mengatasinya. Sabtu 21

Agustus 2010, Http://Endahpurnasari.Blogspot.Com/2010/08/ Dikutip pada tanggal 18 Mei

2013-05-18

Masalah Sosial Masyarakat. 5 Mei 2012.

Http://Masalahsosialmasyarakat.Wordpress.Com/2012/05/05/Cara-Mengatasi- Pelecehan-

Seksual/ Dikutip pada tanggal 18 Mei 2013-05-18

Permasalahan Kesehatan Wanita Dalam Dimensi Sosial Yang Mencakup Pendidikan, Wanita Di

Tempat Kerja, Dan Upah . Rabu, 1 Februari 2012

Http://Princeskalem.Blogspot.Com/2012/02/Permasalahan-Kesehatan-Wanita- Dalam.Html

Dikutip pada tanggal 18 Mei 2013-05-18

Makalah Upaya Promotif Dan Preventif Menurut Leavel Dan Clark . 10 November 2011.

Http://Amazingbiges.Blogspot.Com/2011/11/Makalah-Upaya-Promotif- Dan-Preventif.Html

Dikutip pada tanggal 18 Mei 2013-05-18

22
Widyastuti, et al. 2009

Nurrobikha dan Asmawati Burhan : 2018

Ida fauziyah: 2015

23

Anda mungkin juga menyukai