Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia menjamin kemajuan pengembangan dan pemeliharaan


kebudayaan daerah yang menjadi kekayaan kebudayaan nasional. Hal ini dapat dilihat
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Ayat 1 dinyatakan bahwa, Negara
mewujudkan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya. Hutan sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang
nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial
budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu hutan harus diurus
dan dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi
kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik generasi sekarang maupun yang akan
datang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2011: “Taman Hutan Raya


adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang
alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi”. Dengan dimanfaatkanya Taman Hutan
Raya sebagai industri pariwisata diharapkan dapat lebih menyadarkan masyarakat
terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam. Dalam pariwisata, pengelolaan suatu
objek wisata sangat diperlukan agar tetap terawat dan terjaga keberlangsungannya.
Sehingga dapat diwariskan ke generasi berikutnya dan tetap menjaga keseimbangan
alam. Maka dari itu sesuai dengan fungsinya Taman Hutan Raya dapat dimanfaatkan
untuk berbagai tujuan diantaranya sebagai wahana penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan serta pendidikan bagi masyarakat terutama mengenai flora dan fauna,
pengembangan ktivitas wisata di taman hutan raya IR.H.DJUANDA BANDUNG ,
Jawa Barat, pengelolaan kawasan konservasi taman hutan raya SULTAN SYARIF
HASYIM di Kec.Minas Kab.Siak Provinsi RIAU, potensi dan strategi pengembangan
Hutan raya gunung Tumpa Manado, Sulawesi Utara dalam upaya konservasi
keanekaragaman hayati Sub Kawasan Wallacea dan penataan zona taman hutan raya
Gunung Kunci Di kawasan perkotaan Sumedang .Taman Hutan Raya memiliki

1
potensi flora dan fauna yang sangat beraneka ragam baik dari jenis yang asli dari
kawasan asal maupun yang didatangkan dari luar kawasan Taman Hutan Raya.

Dalam pengelolaannya objek wisata Taman Hutan Raya memiliki berbagai


permasalahan. Berdasarkan sumber hasil penelitian penulis dengan pengelola objek
wisata, tidak semua perencanaan objek wisata dapat dilaksanakan karena pergantian-
pergantian kepengurusan menjadi hambatan dalam pelaksanaannya. Permasalahan
lain yang tampak oleh penulis pada saat observasi adalah pembagian kerja pada setiap
pengelola yang berada di objek wisata Taman Hutan Raya yang masih bersifat umum.
Hal ini mengakibatkan tugas dan tanggung jawab pengelola yang ada di objek wisata
menjadi terlalu luas, sehingga sulit untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai target yang
diharapkan pada awalnya. Selain hal di atas masalah lemahnya pengawasan
dikawasan hutan lindung Taman Hutan Raya menyebabkan para penebang kayu dan
pemburu satwa liar leluasa di kawasan ini.

Berdasarkan permasalahan di atas maka yang melatar belakangi makalah ini


maka penulis tertarik ingin mengetahui bagaimana pengelolaan objek wisata taman
hutan raya dalam melakukan pengelolaan.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengelolaan objek wisata taman hutan raya


2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Pengelolaan Kawasan
Konservasi Taman Hutan Raya.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Pengelolaan Kawasan
Konservasi Taman Hutan Raya.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Penelitian Secara subjektif, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan


menulis karya ilmiah dalam mengalisis permasalahan dilapangan.
2. Secara praktis, sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam rangka
mengelola kawasan konservasi Taman Hutan Raya
3. Bagi masyarakat dapat sebagai bahan informasi untuk mengetahui Pengelolaan
Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Hutan Raya (TAHURA)

Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk


tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli
dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Adapun kreiteria pertunjukan dan penataan sebagai kawasan taman hutan


raya
:
(a) Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada
kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang
ekosistemnya sudah berubah;
(b) Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam; dan

(c) Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk


pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan
atau bukan asli

Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya. Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu
rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis,
ekonomis dan sosial budaya (UPT Taman Hutan Raya Raden Soerjo, 2010).
Rencana pengelolaan taman hutan raya sekurang-kurangnya memuat
tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan kawasan.
Upaya pengawetan kawasan taman hutan raya dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan :
(d) Perlindungan dan pengamanan

(e) Inventarisasi potensi kawasan


4
(f) Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan

(g) Pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan atau satwa. Pembinaan


dan pengembangan bertujuan untuk koleksi.
Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan
taman hutan raya adalah :

1. Merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem

2. Merusak keindahan dan gejala alam

3. Mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan

4. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana


pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang.

Sesuatu kegiatan yang dapat dianggap sebagai tindakan permulaan


melakukan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan fungsi kawasan adalah :
- Memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas kawasan

- Membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, menangkap,


berburu, menebang, merusak, memusnahkan dan mengangkut sumberdaya
alam ke dan dari dalam kawasan.
Sesuai dengan fungsinya, taman hutan raya dapat dimanfaatkan untuk :
- Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian
dasar dan penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut).
- Ilmu pengetahuan

- Pendidikan

- Kegiatan penunjang budidaya

- Pariwisata alam dan rekreasi

- Pelestarian budaya (Yudha, 2010)

5
B. Bentuk Penyebaran atau Distribusi Tumbuhan

Penyebaran atau distribusi tumbuhan dalam suatu populasi bisa bermacam-


macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu
a. Penyebaran secara acak , jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya
terjadi apabila faktor lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah
dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok
dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ
tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompkan tumbuhan.

b. Penyebaran secara merata, umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran


semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individu-
individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan
untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
c. Penyebaran secara berkelompok, adalah yang paling umum di alam,
terutama untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal:
a. Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara local
b. Respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat
dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi (Maulana, 2010).
Pola adalah distribusi menurut ruang. Data pola penyebaran tumbuhan
dapat memberi nilai tambah pada data densitas dari suatu spesies tumbuhan. Pola
penyebaran tumbuhan dalam suatu wilayah dapat dikelompokan menjadi tiga
yaitu:
a. Acak : Pola peneyebaran secara acak dapat dilihat jika jarak , lokasi,
sembarang tumbuhan tidak mempunyai arah dan posisi terhadap lokasi
spesies yang sama.

b. Mengelompok : Pola penyebaran mengelompok (Agregated atau

undispersed), menunjukan bahwa hadirnya suatu tumbuhan akan


memberikan indikasi untuk menemukan tumbuhan yang sejenis. Anggota
tumbuhan yang ditemukan lebih banyak ditemukan secara mengelompok
dikarenakan ada beberapa alasan :

- Reproduksi tumbuhan yang menggunkan ruuner atau rimpang.

6
- Reproduksi tumbuhan yang menggunakan biji cenderung jatuh Di
sekitar induk.
Lingkungan / habitat mikro pada tiap spesies yang mempunyai
kesamanan pada anggota spesies. Habitat dikatakan homogen pada lingkungan
makro, namun pada lingkungan mikro sangat berbeda. Mikrositus yang paling
cocok untuk suatu spesies cenderung ditempati lebih padat untuk spsies yang
sama.
c. Teratur Pola penyebaran teratur jika secara reguler dapat ditemui pada
perkebunan, agricultur yang lebih diutamakan efektifitas dan efisiensi lahan
(Anonymous, 2012)

C. Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana Miq.)

Klasifikasi:

Kingdom Plantae

Divisio Magnoliophyta

Classis Magnoliopsida

Ordo Casuarinales

Familia Casuarinaceae

Genus Casuarina

Species Casuarina junghuniana Miq. (J.R & G. Forst.).

Deskripsi Tanaman

a. Habitus
Tanaman cemara gunung merupakan habitus perdu dengan tinggi kira-kira 15-20m.

b. Morfologi Secara Umum

Daun (Follium) : Daun pada cemara gunung seperti menjari


segitiga, dan memiliki warna hijau tua pekat. Pada permukaan daun
seperti terdapat serat lilin,sehingga ketika daun cemara gunung ini
7
terkena air seperti tidak basah namun basah pada seluruh daunnya.
Kemudian daun juga memiliki klorofil a dan b yang memberi warna
hijau peka pada daun cemara gunung.

- Batang (Caullis) : Batang pada kelompok atau sub kelas dari


casuarina Junghuhniana. Miq. memiliki sifat kasar bersisik. Batang
cemara gunung tegak dan berkayu. Meliki percabangan dan memiliki
tingggi yang tak terbatas namun rata-rata tinggi cemara ini sangat
menjulang.

- Akar : Akar kelompok casuarina juga mampu menahan arah


pertumbuhan dan perkembangan tubuh atau badan pohon,hingga ke
arah miring.seprti pada pegunungan hutan tropis yang mampu merekat
pada bebatuan dan tanah kerikil. Akar kelompok casuarina beitu kuat
hingga mampu bertahan.

- Bunga : Bunga berkelamin tunggal. Silinder atau sedikit clavate Jantan


perbungaan spike, 3-8 cm, ditanggung pada puncak dari branchlet
gugur; selubung bracts luar berbulu. Betina3 perbungaan di axil daun
skala pada permanen tunas, berbentuk kerucut, ellipsoid, truncate, 1-2
cm, kemerahan; bracts 18–20 bersambung, luas obtriangular;
bracteoles lonjong – obovate, bulat atau sangat tumpul, tebal, 5-6 x 2,5
– 3 mm. Infructescence struktur kayu conelike. Buah abu-abu atau
kuning-coklat bersayap kacang (Samara), kecil, dan 4-5 mm lebar 2-3
mm termasuk sayap. (Irwanto, 2006).

c. Manfaat

Manfaat dari kelompok C. junghuhniana. Miq. atau cemara gunung ini antara

lain sebagai tanaman hias yang biasanya d tanam di depan rumah atau sebagai
penghias tata kota,agar terlihat hijau terkadang di gunakan sebagai perayaan besar
seperti hari natal yang digunakan sebagai pohon natal bagi umat kristiani. cemara
gunung termasuk yang tertinggi di antara spesies kayu bakar. Serat: kayu adalah
bahan baku yang cocok untuk pulp kraft. Kayu: Sangat keras, coklat kemerahan

8
kayu, rentan terhadap pemisahan. Di Thailand, itu adalah sumber populer dari
tumpukan konstruksi dan untuk perangkap ikan (Pratiwi dkk, 2012).

D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persebaran Tumbuhan

Keanekaragaman flora di suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi


di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim
tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan hanya dapat tumbuh di
daerah yang dingin dan lembab. Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap
keberadaan flora berupa faktor fisik (abiotik). Yang termasuk faktor fisik (abiotik)
adalah iklim (suhu, kelembaban udara, angin), air, tanah, dan ketinggian.

a. Iklim

Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara dan


angin sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap mahluk di
dunia. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap berlangsungnya proses
pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan bagi
tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa. Kelembaban udara berpengaruh
pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna
untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang berbeda-beda pada suatu
wilayah menyebabkan jenis tumbuhan berbeda. Tanaman di daerah tropis,
banyak jenisnya, subur dan selalu hijau sepanjang tahun karena
bermodalkan curah hujan yang tinggi dan cukup sinar matahari. Berbeda
dengan tanaman di daerah yang beriklim sedang, ragam tumbuhannya
tidak sebanyak di daerah tropis yang kaya sinar matahari, di sana banyak
ditemui pohon berkayu keras dan berdaun jarum. Daerah Gurun yang
beriklim panas dan kurang curah hujan, hanya sedikit tumbuhan yang
dapat menyesuaikan diri, seperti misalnya pohon Kaktus dapat tumbuh
subur, karena mempunyai persediaan air dalam batangnya.

b. Tanah

Tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi


pertumbuhan flora di dunia. Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat
9
kesuburan tanah. Keadaan struktur tanah berpengaruh terhadap sirkulasi
udara di dalam tanah sehingga memungkinkan akar tanaman dapat
bernafas dengan baik. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap
tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar
serta kondisi air di dalam tanah. Komposisi tanah umumnya terdiri dari
bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%), udara dan
air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor tanah
bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan
perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu
wilayah.

c. Air
Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan
karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi
tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan
curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan.
Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah
hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah hujannya
keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di
daerah yang banyak curah hujannya.

d. Tinggi rendahnya permukaan bumi

Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari


ketinggiannya dari permukaan laut (elevasi), misalnya ketinggian tempat
1500 m berarti tempat tersebut berada pada 1500 m di atas permukaan
laut. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut.
Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah
tersebut lebih panas. Setiap naik 100 meter suhu udara rata-rata turun
sekitar 0,5 derajat Celcius. Jadi semakin rendah suatu daerah semakin
panas daerah tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi suatu daerah semakin
dingin daerah tersebut. Oleh sebab itu, ketinggian permukaan bumi besar
pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu
udaranya lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada
daerah yang suhunya panas dan kering (Christanto, 2009).

10
E. KONSEP TEORI

1. Program
Merupakan serangkaian kegiatan yang memiliki durasi waktu tertentu serta
dibuat untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Program disusun
untuk mencapai sasaran. Sebagai sebuah aktivitas yang memiliki durasi
waktu tertentu, program memiliki waktu mulai dan waktu selesai. Program
merupakan unsur utama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan.
Didalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa didalam program
dijelaskan mengenai :

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

c. Aturan yang dipegang dan prosedur yang dibuat.

d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

e. Strategi pelaksanaan.

Dalam menggambarkan dan menganalisis program terdapat bagian-bagian


pokok yang harus ada yaitu masukan, komponen, implementasi kerja
dilapangan.Sebagaimana diketahui bahwa program dapat didefinisikan sebagai
kumpulan kegiatan-kegiatan nyata,sistematis dan terpadu yang dilaksanakan
oleh satu atau beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerja sama
dengan masyarakat, atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat, guna
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan Ismail Nanawi (2007:174).
Menurut Sujianto (2008:32) program adalah suatu kompleks dari tujuan-
tujuan, kebijakan-kebijakan,prosedur-prosedur, peraturan-peraturan,
pemberian tugas dan langkah-langkah yang harus diambil.Sumber-sumber
yang harus dimanfaatkan dan elemen-elemenlain yang diperlukan untuk
melaksanakan arah tindakan tertentu.

11
2. Pengelolaan
Pengelolaan merupakan suatu usaha yang didalamnya meliputi beberapa
aspek, seperti perencanaan, organisasi, pelaksanaan, pengawasan serta
pengendalian yang setiap fungsi saling berkaitan dan merupakan satu
kesatuan yang saling mempengaruhi. Pengelolaan merujuk kepada
seperangkat peranan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang, atau
bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat kepada peranan
tersebut. Pengelolaan hutan secara menyeluruh membutuhkan data
investarisasi yang benar-benar akurat, agar tindakan yang diambil benar-
benar sesuai dengan tujuan lestari. Pengelolaan merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi merencanakan, mengorganisasikan dan mengarahkan,
dan mengawasi kegiatan manusia dengan memanfaatkan material dan
fasilitas yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien. Istilah pengelolaan itu sendiri identik kaitannya dengan istilah
manajemen.

3. Manajemen Hutan Rakyat

Manajemen merupakan terjemahan dari kata “pengelolaan” yang berarti


proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Sejalan dengan pengertian tersebut G.R Terry (2005:1) mengartikan
manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok atau orang-orang kearah tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu
kegiatan pelaksanaannya adalah managing (pengelolaan) sedang
pelaksananya disebut manager (pengelola). Pengelolaan itu sangat diperlukan
karena pengelolaan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan
perencanaan yang telah ditetapkan agar apa yang telah direncanakan tercapai.
Jika hutan rakyat yang dikelola secara baik maka akan menjadikan hutan
rakyat menjadi pilar ekonomi bagi masyarakat dan jika tidak dikelola dengan
baik maka bisa terjadi berbagai masalah yang mewarnai pengelolaan hutan
seperti pemenuhan kebutuhan dasar, hak kepemilikan dan konflik dengan
masyarakat.
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak
milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 Ha,
penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dari tanaman lainnya lebih dari 50%.
Pembuatan hutan rakyat bertujuan untuk merehabilitasi dan meningkatkan
12
produktivitas lahan, serta kelestarian sumber daya alam agar dapat memberi
manfaat yang sebesar-besarnya kepada pemiliknya sehingga kesejahteraan
hidupnya meningkat.
Tujuan pengeloaan hutan rakyat adalah :
a. Meningkatkan pendapatan masyarakat tani di pedesaan terutama petani di
daerah kritis.
b. Meningkatkan produksi kayu bakar untuk mengatasi kekurangan Energy
dan kekurangan kayu perkakas.
c. Memanfaatkan secara optimal dan lestari lahan yang tidak produktif
untuk usaha tani tanaman pangan.
d. Membantu penegaragaman hasil pertanian yang diperlukan masyarakat.
e. Memperbaiki tata air dan lingkungan,khususnyapada lahan milik rakyat
yang berada dikawasan perlindungan didaerah hulu suatu DAS.

4. Fungsi Manajemen (Pengelolaan)

Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi. Pembagian fungsi-
fungsi manajemen ini tujuannya adalah supaya sistematika urutan
pembahasannya lebih teratur. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan
lebih mendalam dan untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen
bagi manajer. Namun terdapat perbedaan pandangan mengenai fungsi
manajemen oleh para ahli. Fungsi manajemen menurut G.R Terry (2005:38)
terdiri dari perencanaan (planning),pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling). Sedangkan menurut
Luther Gullick dalam Alam (2004:102) meliputi perencanaan(planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan pegawai (staffing), pengarahan
(directing), koordinasi (coordinating), pelaporan (reporting), anggaran
(budgeting), pengawasan (controlling).

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Berdasarkan jenis penelitiannya, maka jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif, yang mana studi ini memusatkan perhatian pada
masalah/fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, yang bersifat aktual, yang
kemudian digambarkan realita tentang masalah yang diamati dengan interpretasi
rasional yang jelas dan bertujuan untuk mengetahui secara terperinci Pengelolaan
Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Hutan Raya

C. Jenis dan Sumber Data


a. Data Primer

Yaitu mengenai Pengelolaan Objek Wisata Taman Hutan Raya

b. Data Sekunder
Profil Taman Hutan Raya
Profil Kecamatan

Profil UPT KPHP Model Minas Tahura.

Profil Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi

Visi dan Misi UPT KPHP Model Minas Tahura.

Struktur Organisasi UPT KPHP Model Minas Tahura.

Dokumen Perundang-Undangan.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dilakukan dengan wawancara dengan observasi langsung ke pengelolaan Taman
Hutan Raya.
E. Analisa Data
Teknik analisa data pada penelitian ini dilakukan dengan kualitatif dimana penulis tidak
hanya memberikan penilaian terhadap data yang ada, tetapi akan lebih memprioritaskan
kepada gambaran situasi atau secara umum disebut dengan deskriptif analisis. Proses analisis
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, seperti
pengamatan secara langsung. Setelah data-data yang diperlukan sudah terkumpul, maka
penulis memilihnya menurut jenis data yang diperoleh dan berusaha mengumpulkan teori.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pengelolaan Objek Wisata Taman Hutan Raya


a. Perencanaan
Hasil wawancara dan observasi peneliti tentang tujuan yang akan dicapai
objek wisata dengan informan, menyatakan bahwa tujuan yang akan dicapai oleh
pengelola objek wisata Taman Hutan Raya yaitu dalam jangka panjang sebagai
kawasan konservasi dan untuk jangka pendek sebagai objek wisata berkembang yang
dapat menambah pendapatan daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut informan
menyatakan bahwa rencana pelaksanaan yang dilakukan oleh pengelola objek wisata
Taman Hutan Raya berkaitan dengan pembibitan, penghijauan, pemeliharaan,
perawatan, pengawasan, perbaikan dalam area-area Taman Hutan Raya. Pengelola
juga akan mengusahakan kegiatan-kegiatan wisata yang dapat menarik minat
pengunjung.

Mengenai tempat pelaksanaan rencana objek wisata, informan menyatakan


bahwa tempat pelaksanaan rencana kegiatan pengelolaan difokuskan pada
keseluruhan kawasan Taman Hutan Raya, area-area yang sering dikunjungi dan area
yang mengalami kerusakan. Pelaku pelaksanaan perencanaan pengelolaaan Taman
Hutan Raya juga ditangani oleh semua pengelola objek wisata Taman Hutan Raya.
Dengan ikut melibatkan masyarakat sekitar, tenaga ahli, dan dinas-dinas terkait.
Untuk waktu pelaksanaan perencanaan pengelolaaan Taman Hutan Raya dalam hal
pembibitan, penghijauan, pemeliharaan, perawatan, pengawasan dan perbaikan
dilakukan secara rutin dan berkala. Sedangkan untuk perencanaan yang belum
terlaksanan akan secepatnya dilakukan.
b. Pengorganisasian
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan informan yang peneliti lakukan
mengatakan bahwa untuk pengorganisasian dapat dilihat berdasarkan tanggung jawab,
kekuasaan dan pelaporan.

Dalam hal tanggung jawab pengelolaaan Taman Hutan Raya rata-rata


informan mengatakan tanggung jawab pengelolaan meliputi tugas pokok
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis penunjang. Kegiatan
tersebut berupa menjaga kebersihan, pengaturan, pengawasan, pengamanan,
pengendalian, pemanfaatan objek wisata, pemberian izin dalam melakukan kegiatan
15
dan pemakaian fasilitas pada objek wisata, pemungutan tiket masuk, serta memandu
wisatawan.

Untuk kekuasaan pengelola Taman Hutan Raya rata-rata informan


mengatakan bahwa kekuasaan pengelola hanya sebatas pada pekerjaan pokok yang
menjadi tanggung jawab pengelola. Selain dari pekerjaan pokok tersebut, di luar dari
kekuasaan pengelola sebagai penanggung jawab Taman Hutan Raya. Pelaporan
dilakukan secara lisan dan tulisan berupa laporan pertanggung jawaban untuk
diserahkan oleh Kepala UPTD kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Untuk pelaporan pengelola Taman Hutan Raya rata-rata informan mengatakan


pelaporan mengenai penjualan tiket masuk, bagian yang telah dibersihkan, instansi
yang akan memakai guest house, gedung pertemuan, kawasan camping, mahasiswa
yang akan melakukan penelitian pada kawasan hutan lindung, pengawasan,
pengamanan, lokasi yang mengalami kerusakan ,dan perlu penghijauan.

c. Pengarahan
Hasil observasi dan wawancara peneliti lakukan dengan informan mengatakan
bahwa untuk pengarahan dapat dilihat berdasarkan pengarahan pada tujuan,
keharmonisan dengan tujuan dan kesatuan komando. Dalam hal pengarahan pada
tujuan Taman Hutan Raya, rata-rata informan mengatakan pengarahan pada tujuan
sudah dilakukan dengan saling mengingatkan tugas-tugas yang akan dilakukan
pengelola. Hal tersebut dilakukan secara lisan dengan menunjukan pekerjaan yang
akan dilakukan dan hal-hal yang perlu diperhatikan. Mengenai keharmonisan dengan
tujuan objek wisata, informan menyatakan bahwa kesamaan antara tujuan anggota
kelompok dengan tujuan organisasi terjadi dengan sendirinnya oleh masing-masing
pengelola tanpa ada pihak yang mengarahkan.

Hal ini terjadi karena kesadaran diri dari masing-masing pengelola dan
didorong oleh keinginan untuk mengelola objek wisata lebih baik lagi. Dalam hal
kesatuan komando Taman Hutan Raya rata-rata informan mengatakan komando
tertinggi dalam pengelolaan Taman Hutan Raya adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang.

d. Pengawasan
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan informan yang peneliti lakukan
mengatakan bahwa untuk pengawasan dapat dilihat berdasarkan standar-standar,
16
supervisi, pembandingan dan tindakan korektif. Untuk standar-standar Taman Hutan
Raya rata-rata informan mengatakan standar-standar dalam pengelolaan Taman Hutan
Raya adalah masih terjaganya kawasan hutan serta bertambahnya koleksi flora
ataupun fauna di kawasan hutan. Kebersihan lingkungan juga perlu di jaga,
penambahan dan perbaikan beberapa fasilitas diperlukan untuk menunjang kegiatan
wisata, taman bermain, papan informasi, petunjuh arah, foto-foto flora dan fauna yang
ada, serta pemandu wisata bagi wisatawan yang ingin menjelajah kawasan hutan.

Untuk supervisi Taman Hutan Raya rata-rata informan mengatakan


pengawasan Taman Hutan Raya dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sekitar,
pengelola, kepolisian, dinas kehutanan Kota Padang. Pengawasan dilakukan dengan
cara patroli pada kawasan hutan, meminta keterangan pada orang asing yang ingin
memasuki kawasan hutan, dan memantau kegiatan pengunjung agar tidak merusak
habitat alami dan fasilitas-fasilitas Taman Hutan Raya

Untuk pembandingan Taman Hutan Raya rata-rata informan mengatakan hal


yang menjadi pembanding pengelola Taman Hutan Raya yaitu tingkat kunjangan
dalam periode tertentu, kebersihan objek wisata, keadaan kawasan hutan dari waktu
ke waktu, serta kelemahan dan keunggulan objek wisata Taman Hutan Raya dengan
objek wisata lainnya di Kota Padang. Untuk tindakan korektif pengelolaan Taman
Hutan Raya Dapat disimpulkan bahwa rata-rata informan mengatakan hal yang
menjadi fokus pengelola Taman Hutan Raya dalam evaluasi yaitu kondisi kawasan
hutan, jumlah flora dan fauna yang hidup didalam hutan, jumlah jenis satwa dan
tumbuhan langka yang ada didalam hutan, penjualan tiket masuk, kebersihan
lingkungan, keamanan Taman Hutan Raya.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang pengelolaan
objek wisata Taman Hutan Raya, pihak yang menangani pengelolaan objek wisata
adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Taman Hutan Raya pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata. Dari hasil penelitian pengelolaan objek wisata Taman
Hutan Raya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:

a. Perencanaan
Perencanaan yang berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai dalam jangka
panjang yaitu keberlangsungan Taman Hutan Raya sebagai kawasan konservasi dan
dalam jangka pendek sebagai objek wisata yang berkembang. Rencana pelaksanaan
17
untuk mencapai tujuan dengan pembibitan, penghijauan, pembersihan area objek
wisata pada area yang banyak di kunjungi oleh pengunjung oleh semua pengelola
yang bertugas pada waktu rutin dan berkala. Hal ini sudah sesuai dengan yang
dikatakan Sutarno (2004:109),“perencanaan diartikan sebagai perhitungan dan
penentuan tentang hal yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu,
dimana menyangkut tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksana dan bagaimana tata
cara mencapai hal tersebut”. Namun, perencanaan yang disusun oleh pengelola
Taman Hutan Raya masih bersifat umum dan belum terlalu rinci. Sehingga
perencanaan objek wisata Taman Hutan Raya yang ada hanya untuk keberlangsungan
dan belum mengarah untuk pengembangan objek wisata yang nantinya dapat
memberikan kontribusi dalam menambah pendapatan asli daerah

b. Pengorganisasian
Pengorganisasian terdiri dari tanggung jawab pengelola berupa tugas pokok
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan kegiatan teknis penunjang. Kekuasaan
pengelola hanya sebatas pada tugas yang diberikan, selain dari hal-hal tersebut di luar
kekuasaan pengelola. Pelaporan dilakukan secara lisan dari petugas kepada
koordinator untuk kegiatan oprasional, sedangkan pelaporan secara administrasi
dilakukan secara tertulis.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan dalam Byars dan Rue (2006: 6),
“Pengorganisasian merupakan pengelompokkan kegiatan-kegiatan, penugasan
kegiatan-kegiatan, penyediaan keperluan, wewenang untuk melaksanakan
kegiatannya”. Pengelolaan Taman Hutan Raya telah memiliki pengorganisasian
dalam menjalan fungsinya sebagai petugas yang bertanggung jawab dalam mengurus
objek wisata Taman Hutan Raya. Akan tetapi, pengorganisasian belum disusun secara
rinci dan hanya bersifat umum. Hal ini disebabkan jumlah pengelola yang ada tidak
sebanding dengan luas kawasan objek wisata Taman Hutan Raya. Sehingga beberapa
fasilitas tidak terawat dan mengalami kerusakan. Begitu juga pada beberapa area
Taman Hutan Raya, yang menjadi fokus pengelola hanya pada area-area yang sering
dikunjungi dan area yang pelu diperbaiki secepatnya.

c. Pengarahan
Pengarahan dilakukan agar lebih tertuju kepada tujuan yang akan dicapai dari
Taman Hutan Raya. Hal tersebut telah dilakukan dengan saling mengingatkan oleh
petugas pengelola objek wisata tentang tugas-tugas yang akan dikerjakan.
Keharmonisan antara tujuan objek wisata dengan tujuan petugas pengelola terjadi
dengan sendirinya yang didorong oleh keinginan masing-masing pengelola untuk
18
membenahi objek wisata lebih baik lagi. Komando tertinggi dari pengelola objek
wisata Taman Hutan Raya
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Handayaningrat (1996: 25), “Pengarahan adalah
usaha agar semua anggota kelompok melaksanakan demi tercapainya tujuan dengan
kesadarannya dan
berpedoman pada perencanaan (planning) dan usaha pengorganisasiannya”.
Pengarahan yang dilakukan secara lisan oleh pengelola cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari masing-masing petugas
pengelola melaksanakan pekerjaannya dengan kesadaran sendiri demi tercapai
tujuan yang akan dicapai objek wisata Taman Hutan Raya. Namun, pengarahan secara
tertulis juga dibutuhkan untuk lebih memperjelas pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Begitu juga dengan kekuasaan dari pengelola objek wisata Taman Hutan Raya, hanya
sebatas teknis pengelolaan dilapangan sebagai operasional. Kekuasaan sebagai
pembuat keputusan dalam pengembangan objek wisata serta pembuat kebijakan tidak
dimiliki oleh UPTD Taman Hutan Raya sebagi pengelola, melainkan oleh
Pemerintah. Sehingga ketergantungan dan minimnya pendanaan dari pemerintah
membuat pengelola sulit untuk melakukan pengembangan.

d. Pengawasan
Pengawasan terdiri dari standar-standar Taman Hutan Raya telah mencapai
tujuannya yaitu masih terjaganya kawasan hutan serta bertambahnya koleksi flora
ataupun fauna di kawasan hutan. Supervisi dilakukan pengelola bersama-sama dengan
masayarakat, kepolisian, dinas kehutanan. Pembandingan dilakukan pada tingkat
kunjungan objek wisata, kebersihan lingkungan, kondisi hutan dari waktu ke waktu.
Fokus pengelola dalam tindakan korektif yaitu pada kondisi kawasan hutan, jumlah
flora dan fauna yang hidup didalam hutan, jumlah jenis satwa dan tumbuhan langka
yang ada didalam hutan, penjualan tiket masuk, kebersihan lingkungan, keamanan
Taman Hutan Raya.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sutarno (2004: 128), “pengawasan
adalah kegiatan membandingkan atau mengukur yang sedang atau sudah dilaksanakan
dengan kriteria, norma-norma standar atau rencana-rencana yang sudah ditetapkan
sebelumnya”. Namun dalam pengawasan Taman Hutan Raya, pengelola hanya
menerapkan standar-standar secara umum untuk mengukur ketercapaian tujuan yang
telah ditetapkan dari Taman Hutan Raya. Begitu juga pengawasan untuk kawasan
hutan dan area-area yang sering dikunjungi oleh pengunjung. Lemahnya pengawasan
pengelola akan berdampak pada kerusakan kawasan Taman Hutan Raya. Baik oleh

19
pengunjung-pengunjung yang datang ataupun oleh pihak-pihak yang ingin melakukan
pencurian kayu dan satwa liar.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya adalah sebagai kawasan
pelestarian alam guna kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, serta menjadi icon wisata alam
dan menjadi salah satu objek pariwisata kebanggaan masyarakat Provinsi
Riau. Pengelolaan Taman Hutan Raya Pemetaan kawasan tahura,
Identifikasi jenis flora dan fauna, Inventarisasi untuk jenis-jenis flora dan
fauna prioritas dan sintesa informasi yang holistik dan berkelanjutan.

B. Saran
Untuk Pemerintah diharapkan dapat menyerahkan bagian pengelolaan
kepada pihak swasta agar lebih terkelola dengan baik. Selanjutnya mampu
bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam mengelola objek wisata.
Untuk pengelola agar membuat konsep perencanaan kegiatan wisata.
Kegiatan yang dapat diikuti oleh pengunjung tersebut tentunya yang
berwawasan lingkungan. Untuk peneliti lain diharapkan lebih memperluas
kajian tentang pengelolaan objek wisata, fasilitas objek wisata, daya tarik
wisata, kepuasan pengunjung, keputusan berkunjung, promosi objek
wisata, dan strategi pemasaran objek wisata.

20
DAFTAR PUSTAKA

Paramastuti Dini., & Chofyan Iwan. Penataan Zon Taman Hutan Raya Gunung Kunci
dikawasan Perkotaan Sumedang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol.13 No.1.

Novita Retno. (2017). Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Sula
Syarif Hasim dikecamatan Mina Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik.Vol 4 No 2.

Rifiyan Arief & Andi Mob., (2012). Pengembangan Aktifitas Wisatadi Taman Hutan
Raya IR.H. DJUANDA,Bandung Jawa Barat. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol.8
No.2.

Fasandra Fermando. (2014). Pengelolaan Objek Wisata Taman Hutan Raya Bung
Hata Kota Padang. Jurnal Jurnal Manajemen Perhotelan.

Yuliantoro Isolomo, Christian Margareta, & Suryawan Ady (2015). Potensi dan
srategi pengembangan hutan raya gunung tumpa manado,Sulawesi utara dalam upaa
konferensi kenaekaragaman hayati sub kawasan wallad. Jurnal Ilmu Kehutanan.Vol 1.No
4”714-720”.

21

Anda mungkin juga menyukai