Anda di halaman 1dari 7

b.

Peran Motivasi Konseli Dalam Konseling

Semua individu yang diberi bantuan profesional oleh seorang

konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain,

dinamakan konseli. Ada konseli yang datang atas kemauan sendiri,

karena dia membutuhkan bantuan. Dia sadar bahwa dalam dirinya ada

suatu kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan seorang

ahli. Akan tetapi ada pula individu yang tidak sadar akan masalah

yang dialaminya, karena kurangnya kesadaran diri. Dia mungkin

dikirim kepada konselor oleh orang tua atau gurunya. Motivasi konseli

datang atau berpartisipasi dalam konseling sangat berpengaruh

terhadap hasil konseling (Latipun 2001:234), karena konseli yang

memiliki motivasi untuk datang pada konselor cenderung akan lebih

kooperatif (terbuka, mau terlibat dalam proses konseling, jujur,


sukarela) selama proses konseling berlangsung sehingga keberhasilan

konseling akan tercapai. Selain itu, konseli yang sadar akan diri dan

masalahnya maka dia mempunyai harapan terhadap konselor dan

proses konseling yaitu supaya dia tumbuh, berkembang, produktif,

kreatif dan mandiri. Harapan, kebutuhan dan latar belakang konseli

akan menentukan terhadap keberhasilan proses konseling (Willis,

2011:111).

Dalam proses konseling, konselor memegang peranan yang

sangat penting dan strategis. Kelancaran proses konseling berada

dalam tanggung jawab konselor. Konselor harus mampu menciptakan 2

situasi agar konseli termotivasi untuk memanfaatkan konseling

sebagai suatu upaya dalam menghadapi masalahnya. Salah satu aspek

dalam konseling adalah motivasi konseli, yaitu kesukarelaan konseli


untuk datang pada konselor karena menyadari bahwa dia punya

masalah dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya. Motivasi konseli memiliki karakteristik

(Surya, 2003:106) :

1) Kesukarelaan

Konseli secara sukarela tanpa ada suatu paksaan untuk datang

kepada konselor karena dia merasa sedang memiliki masalah dan

yakin bahwa konselor dapat membantunya menyelesaikan

masalah yang dihadapi. Hikmawati (2012:41) menambahkan

bahwa kesukarelaan artinya, konseli yang hadir di ruang

konseling atas kesadaran sendiri. Ciri-ciri konseli sukarela, yaitu :

a) Mudah terbuka
b) Hadir atas kehendak sendiri

c) Dapat menyesuaikan diri dengan konselor

d) Bersedia mengungkapkan rahasia

e) Bersikap hangat

f) Mengikuti proses konseling

2) Kesadaran akan adanya masalah

Konseli secara sadar merasa bahwa dirinya telah mengalami suatu

masalah dan masalah itu harus segera diselesaikan.

43) Kejujuran

Konseli secara jujur menyadari bahwa dirinya memiliki masalah

dan mengungkapkan masalah sesuai dengan yang dihadapinya

kepada konselor.

4) Kesadaran membutuhkan bantuan orang lain untuk


menyelesaikan masalah yang dihadapi

Konseli menyadari bahwa dia tidak mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain untuk

memecahkan masalahnya sehingga konseli datang kepada

konselor.

Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan,

dan penaksiran perilaku. Motivasi adalah proses yang kompleks,

sesuai dengan kompleksnya kondisi perilaku manusia dengan segala

aspek-aspek yang terkait, baik eksternal maupun internal. Menurut

Surya (2003:107) ada lima hal yang menjadi alasan bahwa motivasi

itu merupakan proses yang kompleks, yaitu:

1) Motif yang menjadi sebab dari tindakan seseorang itu, tidak dapat

diamati akan tetapi hanya diperkirakan.


2) Individu mempunyai kebutuhan atau harapan yang senantiasa

berubah dan berkelanjutan.

3) Manusia memuaskan kebutuhannya dengan berbagai cara.

4) Kepuasan dalam suatu kebutuhan tertentu dapat mengarah pada

intensitas kebutuhan. 6

5) Perilaku yang mengarah pada tujuan, tidak selamanya dapat

menghasilkan kepuasan.

Berdasarkan kelima alasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap

proses motivasi dan prilaku akan menghasilkan berbagai peristiwa yang

bervariasi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.

Shertzer dan Stone (dalam Hikmawati, 2012:39) mengemukakan bahwa

keberhasilan dan kegagalan dalam proses konseling ditentukan oleh tiga

hal yaitu:
1) Kepribadian konseli (sikap, emosi, intelektual, dan motivasi)

2) Harapan konseli

3) Pengalaman/pendidikan konseli

Semua individu yang diberi bantuan profesional oleh seorang

konselor atas permintaan dia sendiri atau orang lain disebut konseli.

Dalam konteks konseling, konseli adalah subjek yang memiliki kekuatan,

motivasi, memiliki kemauan untuk berubah, dan pelaku bagi perubahan

dirinya. Secara umum apabila konseli sudah sadar akan diri dan

masalahnya, maka dia mempunyai harapan terhadap konselor dan proses

konseling, yaitu supaya dia tumbuh, berkembang, produktif, kreatif, dan

mandiri, sehingga dapat menentukan keberhasilan proses konseling,

Hikmawati (2012:39). 7

Anda mungkin juga menyukai