Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi preeklampsia masih belum diketahui secara pasti.

Terdapat
beberapa teori mengenai mekanisme yang menjadi penyebab terjadinya
preeklampsia. Dari beberapa teori tersebut, yang dianggap substansial
adalah sebagai berikut:

1. Implantasi plasenta dengan invasi tropoblas abnormal pada pembuluh


darah uterus
2. Toleransi maladaptif imunologi antara jaringan maternal, plasenta, dan
fetal
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular dan respon
inflamasi pada kehamilan normal
4. Faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan
Mekanisme Dasar
Patofisiologi preeklamsia diduga melibatkan beberapa mekanisme yaitu
invasi tropoblas abnormal, faktor imunologis, disfungsi endotel, faktor
nutrisi, dan faktor genetik.

Invasi Tropoblas Abnormal

Implantasi normal ditandai dengan remodelling ekstensif arteriola spiralis


di dalam desidua basalis. Tropoblas endovaskuler menggantikan lapisan
endotelial dan muskuler arteriola spiralis, membuatnya lebih mudah
mengalami distensi dan dilatasi, guna memperbesar diameternya.
Diameter yang besar ini menjamin aliran darah plasenta yang adekuat.
Pada beberapa kasus preeklampsia, terdapat invasi tropoblastik yang
inkomplit. Dengan ini, arteriola spiralis tidak kehilangan lapisan endotelial
dan jaringan muskuloelastiknya sehingga tetap kaku dan keras. Itu artinya
diameter eksternal pembuluh darah hanya separuh dari yang seharusnya
pada plasenta normal.

Faktor Imunologis

Terdapat toleransi imun maternal terhadap plasenta dan antigen fetal


yang menyebabkan imunitas tranplantasi pada uterus yang rendah
sehingga pertumbuhan jaringan fetal semialogenik dapat bertahan dan
tidak direspon berlebihan secara imunologis sebagai benda asing. Pada
preeklampsia diduga terjadi disregulasi toleransi maternal terhadap
antigen fetal dan plasenta yang mengandung komponen paternal.
Maladaptasi ini ditandai dengan defek pada hubungan antara sel natural
killer (NK) uterin dengan human leukocyte antigen fetal. Adanya defek ini
menyebabkan disfungsi sel endotel akibat reaksi imunologis dan diduga
menyebabkan terjadinya preeklampsia. (7)
Disfungsi Endotelial

Disfungsi endotelial terjadi pada preeklampsia. Utamanya, hal ini


disebabkan oleh ketidakseimbangan faktor proangiogenik dan
antiangiogenik yang dihasilkan oleh plasenta. Angiogenesis merupakan
proses yang sangat penting untuk keberhasilan proses plasentasi dan
interaksi antara tropoblas dan endotelium. Faktor proangiogenik yang
dihasilkan oleh plasenta yakni vascular endothelial growth factor (VEGF)
dan placental growth factor (PIGF), sedangkan faktor antiangiogenik yang
dihasilkan yakni soluble fms-like tyrosine kinase I receptor (sFlt-1)⎯juga
dikenal sebagai soluble VEGF type I receptor⎯dan soluble
endoglin (sEng).  Dari beberapa studi diketahui bahwa pada preeklampsia,
kadar faktor proangiogenik tersebut mengalami penurunan yang
signifikan sementara kadar faktor antiangiogenik mengalami peningkatan.
Hal ini juga yang pada akhirnya mengakibatkan restriksi pertumbuhan
intrauterin (IUGR) pada janin yang dikandung perempuan dengan
preeklampsia.

Selain, faktor proangiogenik dan antiangiogenik, beberapa teori terkait


penyebab disfungsi endotelial ini telah diajukan tetapi belum bisa
dibuktikan secara pasti. Salah satunya mengatakan bahwa disfungsi
endotelial dapat disebabkan leukosit yang teraktivasi secara ekstrem
(berlebihan) di dalam sirkulasi maternal. Secara singkat, sitokin
seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan interleukin (IL) berkontribusi
pada stres oksidatif yang terkait preeklampsia. Hal ini ditandai dengan
terdapatnya oksigen reaktif dan radikal bebas yang menyebabkan
pembentukan peroksida lemak (lipid peroxides). Proses ini kemudian
menghasilkan radikal yang sangat toksik yang merusak sel endotelial,
memodifikasi produksi nitrat oksida (nitric oxide), dan mengganggu
keseimbangan prostaglandin. Observasi adanya efek stres oksidatif pada
preeklampsia telah memicu munculnya penelitian tentang manfaat
antioksidan untuk mencegah preeklampsia. Namun sayangnya, sampai
saat ini, suplementasi diet dengan vitamin E dan C untuk mencegah
preeklampsia belum berhasil dibuktikan.

 Faktor Nutrisi
Dari sebuah studi, didapatkan data bahwa insidens preeklampsia dua kali
lebih besar pada perempuan yang mengkonsumsi vitamin C kurang dari
85 mg per hari. Studi ini kemudian diikuti oleh beberapa studi lain tentang
suplementasi diet untuk pencegahan preeklampsia. Namun, merujuk
kepada satuan tugas ACOG 2013, pada beberapa percobaan,
suplementasi dengan vitamin antioksidan (C dan E) tidak menunjukan
manfaat.

Faktor Genetik

Preeklampsia adalah penyakit/gangguan multifaktorial dan poligenik.


Dengan kata lain preeklampsia melibatkan banyak gen dan tidak ada satu
gen pun yang memiliki peran dominan pada perjalanan penyakitnya.
Lebih dari 100 gen maternal dan paternal telah dipelajari untuk melihat
hubungannya dengan preeklampsia, termasuk yang diketahui berperan
dalam penyakit vaskular, regulasi tekanan darah, diabetes, dan fungsi
imunologis. Namun, dari penelitian ini hanya didapatkan bahwa risiko
preeklampsia memiliki korelasi dengan riwayat keluarga. Ward dan Taylor
(2014) melaporkan adanya insidens preeklampsia 20-40% pada anak
perempuan dari ibu dengan riwayat preeklampsia dan 11-37% pada
saudara perempuan dari perempuan dengan riwayat preeklampsia.
Insidens pada saudara kembar juga menunjukan korelasi yang kuat yakni
22-47%.

Perubahan Sistem Organ dan Organ pada Preeklampsia


Setelah preeklampsia bermanifes, akan terjadi perubahan pada sistem
organ. Berikut adalah beberapa perubahan sistem organ yang dapat
terjadi pada preeklampsia:

1. Volume Plasma : Penurunan volume plasma 30-40% dibandingkan dengan


volume plasma pada kehamilan normal (hipovolemia)
2. Sistem Renal : Proteinuria, peningkatan serum kreatinin, peningkatan
serum asam urat, dapat timbul kondisi oliguria atau anuria
3. Sistem Kardiovaskular : Peningkatan cardiac afterload akibat hipertensi
dan penurunan cardiac preload akibat hipovolemia
4. Sistem Pulmonar : Dapat terjadi edema paru yang disebabkan gagal
jantung kiri, kerusakan endotelial pada pembuluh darah kapiler paru, dan
menurunnya diuresis
5. Sistem Hematologi : Trombositopenia, hematokrit cenderung menurun
karena kondisi hipovolemia, viskositas darah meningkat, dapat terjadi
hemolisis mikroangiopati
6. Sistem Hepatik : Dapat terjadi iskemia dan perdarahan pada sel hepar
yang menyebabkan peningkatan enzim hepar (transaminase)
Sistem Neurologi : Dapat terjadi iskemia, perdarahan intrakranial, edema
retina, dan kejang eklamptik[4,10]
 Peran
monosit. Sumber: Openi, 2014.

Gambar: Pada kehamilan normal, faktor plasental akan mengaktivasi


monosit dan mempengaruhi sel endotelial. Hal ini akan menginduksi
terjadinya peningkatan maturasi dari monosit klasik menjadi non-klasik.
Saat preeklampsia, terjadi peningkatan produksi faktor plasental sehingga
maturasi monosit semakin meningkat. Peningkatan maturasi yang lebih
lagi ini akan meningkatkan jumlah monosit non-klasik. Monosit non-klasik
menghasilkan sitokin yan akan mengaktivasi monosit dan sel endotelial
sehingga maturasi monosit semakin meningkat kembali. Siklus inilah yang
akan menyebabkan terjadinya preeklampsia.   [4,5,8,9]

Anda mungkin juga menyukai