Anda di halaman 1dari 12

GHARIBUL QUR’AN

Makalah Ini Ditulis Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Tafsir

Dosen Pengampu: Al-Aina Al-Mardhiyyah SPd.I

Oleh : Shobrina Jamila

NIM :

PROGRAM DIRASAH ISLAMIYAH JURUSAN FIKIH DAN USHUL FIKIH

MA’HAD ALY HIDAYATURRAHMAN

SRAGEN

2017
I. PENDAHULUAN

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dan kaumnya


dengan menggunakan bahasa Arab, umat Islam diwajibkan untuk membacanya,
mempelajarinya, sekaligus mengamalkannya. Al-Qur’an diturunkan sebagai
petunjuk bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, ternyata ada sebagian kata atau lafal di dalam al-Qur’an yang
sulit dipahami, bahkan oleh orang arab sekalipun. Lafal-lafal seperti inilah
yang dipelajari dalam ilmu gharibul qur’an. Gharibul qur’an bukanlah ayat
yang biasa digunakan dalam al-Qur’an, bukan lafalnya melainkan makna yang
terkandung dalam sebuah ayat tersebut.
Rasa penasaran dan kehausan ilmu ini digunakan senjata yang ampuh oleh
al-Qur’an (mu’jizat), sebab tabi’at manusia menyukai hal yang baru dan unik.
Sifat ini dimanfaatkan dalam penyebaran agama Islam dengan menampilkan
sebuah ayat yang sulit dipahami dan unik agar lebih seksama dalam
memahami al-Qur’an. Mengkaji al-Qur’an secara ilmiah dan mendalam
sangatlah perlu dan penting dengan tujuan agar terhindar dari pemahaman yang
salah dan keliru. Disinilah penulis memilih tema gharibul qur’an karena
tertarik dengan makna dari judul tersebut sehingga ingin mempelajari ilmu
tersebut.
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan pengertian gharibul qur’an,
kajian yang dibahas dalam ilmu gharibul qur’an, urgensi ilmu gharibul qur’an,
perkembangan ilmu gharibul qur’an dan karangan-karangan kitab gharibul
qur’an. Dengan demikian kita bisa sedikit mengetahui tentang ilmu gharibul
qur’an.
II. PEMBAHASAN

1. DEFINISI GHARIBUL QUR’AN


a. Secara Etimologi

Lafal gharib berasal dari kata bahasa Arab yaitu ‫ غرب‬sama dengan makna

‫بعد‬ artinya jauh atau asing.1 Gharib memiliki makna yang berfaedah jauh

dari tempatnya dan samar dalam perkataannya.


b. Secara Terminologi
Gharib adalah sesuatu yang samar dari perkataan dan kalimatnya asing
atau laki-laki yang jauh dari keluarganya. Sedangkan ilmu gharibul
qur’an yaitu ilmu yang khusus mempelajari penafsiran lafal-lafal yang
samar di dalam al-Qur’anul karim dan penjelasan makna-makna yang
terdapat di dalam bahasa Arab dan percakapan mereka sehari-hari.

2. OBYEK KAJIAN ILMU GHARIBUL QUR’AN


Obyek pembahasannya yaitu kalimat-kalimat yang terdapat dalam al-
Qur’an yang membutuhkan penafsiran dan penjelasan.

3. URGENSI ILMU GHARIBUL QUR’AN


Bagi para mufassir mengetahui ilmu ini sangatlah penting, tanpa terkecuali
bahkan tidak dibolehkan baginya menafsirkan al-Qur’an jika belum tau ilmu
tersebut. Sebagaimana perkataan Anas bin Malik r.a. : “Tidaklah didatangkan
seorang laki-laki yang bisa menafsirkan kitabulloh selain orang yang mengetahui
ilmu balaghoh kecuali dijadikannya sebagai contoh.” Mujahid rahimahullah juga
berkata : “Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir
berbicara tentang kitabulloh jika ia belum tau tentang balaghoh arobiyah.” dan
Ikrimah juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. berkata : “Jika kalian bertanya
kepadaku tentang gharibul qur’an maka carilah di dalam syair karena
sesungguhnya syair itu diwanul arob.”

1
Ibnu Mandhur, Lisanul Arob, Lebanon : Darul Kutub Ilmiah, hal. 748
Di antara contoh dari ayat gharibul qur’an yaitu diriwayatkan bahwa

Sayyidina Abu Bakar r.a. ditanyai tentang makna lafal ‫ابّا‬ dalam firman Alloh : ((

‫)) َوفَاكِ َه ةً َوأَبًّا‬, lalu beliau menjawab : “Langit mana tempat aku berlindung, dan

bumi mana tempat aku berpijak, kalau aku berbicara yang berkaitan tentang
kitabulloh sedangkan aku tidak mengetahuinya.” Umar bin khattab juga berkata
seperti itu di saat beliau membaca ayat tersebut. Beliau berkata : “Semua ini telah
kita ketahui, tetapi apakah abban itu ?” Kemudian beliau mengangkat tongkat
yang dipegangnya dan berkata : “Inilah yang disebut pemaksaan. Tidak ada
celaan bagimu, wahai putra Ibu Umar, jika tidak mengetahui apakah abban itu ?”
Kemudian beliau menghadap kepada siapa saja yang di sekelilingnya seraya
berkata : “Ikutilah apa yang dijelaskan kepadamu dari sesuatu yang tercantum
dalam kitabulloh ini dan amalkanlah, sedangkan yang tidak kalian ketahui
serahkan kepada Allah.”
Padahal Umar adalah orang Arab yang ahli dalam bidang sastra Arab dan
memiliki bahasa yang paling fasih serta al-Qur’an diturunkan menggunakan
bahasa Arab. Dari peristiwa tersebut dapat kita ketahui bahwa gharibul qur’an
bukanlah hal yang baru, dan memang suatu hal yang sulit untuk dipahami secara
langsung bahkan ulama’ terdahulu tidak mau memberi makna apalagi menafsiri
ayat yang gharib. Mereka lebih memilih untuk me-mauqufkan-nya dan tidak
berpendapat sedikitpun karena kehati-hatiannya.

Ibnu Abbas r.a. berkata : “Tidaklah aku tahu firman Allah Ta’ala :

ِ‫حِت‬ ِ
((‫ني‬
َ ‫الْ َف ا‬ َ ْ‫َربَّنَ ا ا ْفتَ ْح َبْيَننَ ا َوَبنْي َ َق ْومنَ ا بِ احْلَ ِّق َوأَن‬
‫ت َخْي ُر‬ ))2 sehingga aku mendengar anak

perempuannya Dzi Yazin al-Hamiri berkata : “ufatihuka ya’ni uqodhika.” Ibnu

ِ ‫السماو‬ ِ 3
ِ ‫َواأْل َْر‬
Abbas juga berkata tidaklah aku tau firman (( ‫ض‬ ‫ات‬ َ َ َّ ‫ ))فَاط ِر‬sehingga dua

2
Surat al-A’rof : 89
3
Surat Fathir : 1
orang Arab yang sedang bertengkar perihal masalah sumur mendatangiku, maka

berkatalah salah satu di antara mereka : “‫ انافطرهتا‬ya’ni ‫ابتدأهتا‬ ”

Datanglah seorang laki-laki dari Hudail kemudian berkatalah Ibnu Abbas


kepadanya : “Apa yang telah fulan lakukan ?” dia menjawab : “ Ia mati dan

ِ ‫ور‬
meninggalkan 4 anak serta 3 cucu.” Ibnu Abbas berkata : (( ‫اء‬ ‫اق َوِم ْن‬
َ ‫اها بِِإ ْس َح‬
ََ َ َ‫َفبَش َّْرن‬
‫وب‬ َ ‫))إِ ْس َح‬4
َ ‫اق َي ْع ُق‬

Mengetahui bahasa dan juga gharibul lughoh itu penting untuk


mengetahui tafsir, oleh karena itu al-Khitobi rahimahullah menegaskan di dalam

kitabnya “gharibul hadits” pada bab : “ ‫تعلم‬ ‫القول فيما جيب على من طلب احلديث من‬

‫”كالم الع رب وتعري ف م ذاهبها و مص ارف وجوهها‬. Ia juga berkata dalam kitabnya :

“sendinya perkara itu di dalamnya mengandung kebutuhan diantaranya 3 bab


yaitu amsilatul asma`, abniyatul af’al dan jihatul i’rob.”

Sesungguhnya barang siapa yang tidak berhukum atas dasar pondasi ini
maka tidaklah sempurna, karena sesungguhnya ia adalah muatan bagi ilmu atau
periwayatan untuk ilmu dan barang siapa yang berhukum dengan bebas, maka
sesungguhnya hal tersebut menjadikan sesuatu yang merusaknya lebih banyak
daripada sesuatu yang memperbaikinya. Contoh seperti ini sebagaimana yang
dikatakan di dalam ma’rifah gharibul qur’an, sesungguhnya kesalahan yang
terjadi yaitu kesalahan dalam menafsirkan dan jauhnya dari kebenaran sehingga
menjadi masalah besar. Maka sungguh ketika Abu al-Aliyah ar-Riyahii ditanyai

tentang makna firman Allah Ta’ala : (( ‫اهو َن‬


ُ ‫ص اَل هِتِ ْم َس‬
َ ‫ين ُه ْم َع ْن‬
ِ َّ 5
َ ‫))الذ‬ maka ia

menjawab : “Dialah orang yang mengingkari sholat dan ia tidak mengetahui


tentang syafa’at atau balasannya, berkatalah al-Hasan : “Diamlah,, wahai Abu al-

4
Surat Hud : 71
5
Surat al-Maun : 5
Aliyah ! bukan seperti itu, akan tetapi orang-orang yang lalai waktu sholat
sehingga mereka melewatkannya begitu saja, ingatlah !! kamu lihat firman-Nya :

“‫هِتِ ْم‬ ‫ص اَل‬


َ ‫”ع ْن‬
َ . Maka tatkala Abul Aliyah tidak mentadabburi antara huruf ‫ىف‬

dengan ‫ عن‬maka al-Hasan mengingatkannya yang dimaksud Abu Aliyah itu ‫ىف‬

‫ ص الهتم‬seandainya ia mengatakan ‫ عن ص الهتم‬itu menunjukkan bahwa yang

dimaksud adalah menyia-nyiakan waktu.

Oleh karena itu Ibnu Qutaibah berkata pada firman Allah Ta’ala : (( ‫َوَم ْن‬

‫ش َع ْن ِذ ْك ِر ال َّرمْح َٰ ِن‬
ُ ‫)) َي ْع‬
6
sesungguhnya orang yang memperhatikan : apabila ia

melihat. Kesalahan dalam hal tersebut yaitu maknanya berpaling bukan


memperhatikan, sungguh itu keliru karena ia tidak membedakan antara berpaling
pada sesuatu dengan berpaling dari sesuatu.

Abu Ubaidah berkata pada firman-Nya : (( ‫فَا ِر ًغا‬ ٰ‫وس ى‬


َ ‫َص بَ َح ُف َؤ ُاد أ ُِّم ُم‬
ْ ‫ )) َوأ‬,
7
ia

berkata kosongnya kesedihan karena ia mengetahuinya bahwa sesungguhnya

Musa tidak tenggelam dan darinya ( ‫فراغ‬ ‫ )دم‬yakni tidak ada tebusan dan juga tidak
ada diyat. Sebagian sastrawan Arab berkata : Abu Ubaidah melakukan kesalahan

dalam memberi makna, seandainya memang tanpa bersedih, ada firman Allah : “ ‫لَ ْو‬

‫”اَل أَ ْن َربَطْنَا َعلَ ٰى َق ْلبِ َها‬ karena hampir-hampir ia menampakkan rahasia Musa.

Imam az-Zarkasyi rahimahulloh berkata setelah mengetahui kabar ini :


“Bab ini sangatlah penting dan dari sinilah banyak di antara para salaf
memuliakan tafsir qur’an dan mereka lebih memilih diam atau meninggalkannya
ketika ditanya tentang gharibul qur’an karena khawatir akan tergelincir terhadap
kesalahan dari yang ia maksud, padahal para ulama’ itu faqih dalam ilmu diin.
6
Surat az-Zukhruf : 36
7
Surat al-Qoshosh : 10
4. PERKEMBANGAN DAN PERIODESASI GHARIBUL QUR’AN
Nabi Muhammad adalah manusia yang paling fasih lisannya, dan beliau
menjelaskan dengan jelas, beliau berkhutbah dengan sesuatu yang bisa dipahami
oleh para shahabat, beliau berbicara dengan sesuatu yang dimengerti oleh mereka
dan inilah metode al-Qur’an dalam menyampaikan risalah.

Para shahabat r.a. adalah para ahli bahasa Arab, mereka mengetahui
firman-Nya dan paham maknanya, dan meneruskan perintah atas dasar keadaan
tersebut dan sungguh telah ditaklukan beberapa negara begitu juga perluasan
kawasan negara islam sehingga bercampur antara Arab dengan Romawi, Persia,
Habasyi, Uqbath, Barbara dan lain-lain dari berbagai suku. Hal tersebut
menjadikan tercampurnya tabi’at-tabi’at mereka dan tercampurnya sebagian lafal,
sehingga pada sebagian makna menjadi samar-samar. Para umat menghadap
kepada ulama’ untuk menafsirkan sesuatu yang butuh penjelasan dari lafal al-
Qur’an dan hadits. Inilah yang disebut dengan ilmu gharibul qur’an dan gharibul
hadits.

Ilmu gharibul qur’an sudah muncul sejak awal sejarah Islam yaitu abad
ke-2 H. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas berupa jawaban-jawaban mengenai persoalan yang ditanyakan kepadanya
oleh Nafi’ bin al-Azroq. Pada periode kedua dan ketiga hijriah bermunculan
karangan-karangan mengenai gharibul qur’an. Di antaranya karya yang ditulis
oleh Abul Hasan Ali bin Hamzah al-Kisa’i, Abu Faid as-Sadusy, Abu Ubaidah dan
Abi Said al-Ashma’iy. Kemudian pada abad ke-4 H Abu Bakar as-Sijistani

menulis kitab yang berjudul ‫الغيوب‬ ‫نز هة القلوب ف تفسري عالم‬.

Sebelum ada penamaan dalam ilmu gharibul qur’an, ada beberapa nama :

1. Ma’anil qur’an
Ibnu Sholah berkata : “ Dimana saya melihat kitab tafsir, ahlu ma’ani berkata :
yang dimaksud darinya adalah mereka yang menulis kitab makna al-Qur’an
seperti az-Zujaj, al-Farro’, al-Akhfasy dan Ibnu al-Anbari.

2. I’robul qur’an

Telah disebutkan di dalam hadits : ( ‫غرائبه‬ ‫)أعرب وا الق ران والتمس وا‬, Imam as-Suyuthi
berkata : “Yang dimaksud dengan i’robul qur’an adalah mengetahui makna
lafal-lafalnya dan yang dimaksud i’rob bukanlah istilah yang terdapat pada
kalangan ahli nahwu.

3. Majazul qur’an

Yang dimaksud al-majaz bukanlah yang terdapat pada kalangan ahli


balaghoh akan tetapi yang dimaksud adalah makna dari lafal-lafalnya. Oleh
karena itu Abu Ubaidah di dalam kitabnya majazul qur’an beliau memakai

kalimat (‫ )جمازه كذا‬atau (‫ )تفسريه كذا‬atau (‫ )معناه كذا‬atau (‫ )غريبه‬atau (‫ )تقديره‬atau (

‫ )تأويله‬di saat menafsirkan ayat, makna dari kalimat itu semua sama atau hampir
mirip dan makna ini pada kata al-majaz adalah sebuah ungkapan tentang
metode yang digunakan al-Qur’an pada ungkapan-ungkapannya. Makna ini
lebih umum dari keadaan aslinya yaitu dari makna yang dibatasi oleh para ahli
balaghoh.

Terdapat perbedaan pendapat dalam hal menentukan orang yang pertama


kali menulis ilmu ini :

1. Ada yang berkata Ibnu Abbas yang dibuktikan dengan jawaban-jawaban


atas pertanyaan Nafi’ bin al-Azroq yaitu ada 189 pertanyaan. Imam as-
Suyuti mengumpulkannya di kitab al-Ithqon.

2. Ada juga yang berkata Ubban bin Taghlib al- Bikri di kitabnya
gharibul qur’an.
3. Ada juga yang berkata Abu Ubaidah, Muammar bin Mutsanna di kitabnya
majazul qur’an.

Karangan dalam kitab ini dibagi berdasarkan sistematika penulisan, ada 2


yaitu :

1. Jenisnya diawali dengan mengurutkan lafal dahulu , mengurutkan surat-


suratnya dengan menyebutkan nama suratnya kemudian menyebutkan
kalimat-kalimat yang gharib. Penulis yang menggunakan sistematika seperti
ini diantaranya : majazul qur’an (Abu Ubaidah), tafsir gharibul qur’an (Ibnu
Qutaibah), ma’anil qur’an (az-Zujaj).

2. Jenisnya dengan cara mengurutkan huruf hijaiyahnya , contohnya : kitab


tanwirul qulub (as-Sijistanii), mufrodat gharibul qur’an (al-Asfahanii),
tuhfatul ariib (Abi Hayyan).

5. KARANGAN-KARANGAN KITAB GHARIBUL QUR’AN

1. ‫ مس ائل ن افع بن ألزرق‬ditahqiq oleh Dr. Aisyah Abdurrahman mencapai 189


permasalahan.

2. ‫جماز الق ران‬ karya Abu Ubaidah Muammar bin Mutsanna ditahqiq oleh Dr.

Muhammad Fuad Sazkaini dalam jumlah 2 jilid.

3. ‫ معاين القران‬karya al-Akhfasy al-Awsath dalam jumlah 2 jilid.

4. ‫ تفسري غريب القران‬karya Ibnu Qutaibah

5. ‫ معاين القران واعرابه‬karya az-Zujaj

6. ‫ نزه ة القل وب يف تفس ري الق ران العظيم‬karya Muhammad bin Aziz al-Azizi as-

Sijistanii

7. ‫ العم دة يف غ ريب الق ران‬karya Makii bin Abi Tholib al-Qisa, ditahqiq oleh

Yusuf al-Mur’asyili
8. ‫ املفردات يف غريب القران‬karya Roghib al-Asfahani

9. ‫ األريب مبا يف القران من الغريب‬karya Ibnu Jauzii

10. ‫القران‬ ‫حتفة األريب يف تفسري‬ karya Abul Hayyan al-Andalusi

11. ‫ معجم ألف اظ الق ران الك رمي‬yang disusun oleh majma’ lughoh arobiyyah di

Qohiroh

12. ‫ كلمات القران تفسري و بيان‬karya Husnain Makhluf


Imam as-Suyuthii berkata : “Mereka bersendirian di dalam penulisan
padahal mereka adalah makhluk-makhluk biasa yang tidak terjaga dari dosa.” Di
antara mereka adalah Abu Ubaid, Abu Umar az-Zahid, Ibnu Duraid, dll.

6. MACAM-MACAM GHARIBUL QIRO’AT


1. Saktah
Yaitu berhenti sebentar, tanpa bernafas dengan niat melanjutkan bacaan.
Di dalam al-Qur’an ada 4, yaitu : surat al-Kahfi : 1-2, surat Yasiin : 52,
surat al-Qiyamah : 27, surat al-Muthoffifin : 14.
2. Imalah
Yaitu bacaannya condong miring dari harakat fathah ke kasrah, dan dari
huruf alif ke ya’ (cenderung ke fathah daripada kasroh sehingga seolah-
olah dibaca re). Imalah hanya terdapat satu di dalam al-Qur’an yaitu surat
Hud : 41.
3. Isymam
Yaitu setelah mendengungkan nun kemudian bibirnya maju (monyong)
dan ditahan satu harakat. Di dalam al-Qur’an hanya ada satu yaitu surat
Yusuf : 11.
4. Shod dibaca sin
Yaitu huruf shod dalam sebuah kata dibaca sin biasa. Oleh karena itu
sebagian mushaf ada tulisan sin kecil diatasnya. Bacaan ini terdapat di
dalam surat al-Baqoroh : 245, dan surat al-A’rof : 69.
5. Ba’ diidghomkan ke mim
Yaitu ketika huruf ba’ sukun bertemu dengan mim maka diidghomkan ke
huruf mim tersebut. Di dalam al-Qur’an hanya ada satu yaitu surat Hud :
42.
6. Sukun diganti lam

Yaitu lam alif (‫ )ال‬dibaca kasrah pada huruf lam-nya sedangkan ismun (

‫ )اِ ْس ٌم‬hamzah-nya tidak dibaca. Di dalam al-Qur’an hanya ada satu yaitu
surat al-Hujurat : 11.
7. Tiga macam bacaan
Yaitu tiga macam bacaan yang terjadi karena washol dan waqof. Ketiga
hukum tersebut adalah :
a. bila washol, ra’-nya dibaca pendek keduanya.
b. bila waqof pada kalimat pertama, ra’ dibaca panjang 1 alif/ 2 harakat.
c. bila waqof pada kalimat kedua, ra’ kalimat pertama dibaca qashr
(pendek) dan ra’ kalimat kedua dibaca sukun (mati).
Tiga macam bacaan diatas hanya terdapat di surah al-Insan : 15-16.
8. Tashiil
Yaitu hamzah pertama dibaca tahqiq (jelas) dan pendek, sedangkan
hamzah kedua dibaca tashiil, yaitu meringankan bacaan antara hamzah
dan alif. Di dalam al-Qur’an hanya ada satu yaitu surat Fushilat : 44.

             
III. PENUTUP
Dari penjelasan diatas kita bisa mengetahui betapa pentingnya
mempelajari ilmu gharibul qur’an karena al-Qur’an adalah kalamulloh. Ilmu
gharibul qur’an menumbuhkan cara berpikir ilmiyah, artinya memahami ayat
gharib akan melahirkan berbagai usaha untuk memecahkannya dengan cara
memperhatikan pemakaiannya dalam bahasa Arab.
Para sahabat setelah wafatnya Rosululloh tidak berani menafsirkan suatu
ayat yang tidak diketahuinya karena khawatir salah dan sebagai bentuk kehati-
hatiannya terhadap al-Qur’an. Akan tetapi para ulama’ memberanikan diri untuk
menafsirkannya sehingga beberapa karangannya dapat kita lihat sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai