PENDAHULUAN
Lower back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB) merupakan
masalah kesehatan dunia yang sangat umum, yang menyebabkan pembatasan aktivitas
dan juga ketidakhadiran kerja. Nyeri punggung bawah memang tidak menyebabkan
kematian, namun menyebabkan individu yang mengalaminya menjadi tidak produktif
sehingga akan menyebabkan beban ekonomi yang sangat besar baik bagi individu,
keluarga, masyarakat, maupun pemerintah.
Berdasarkan The Global Burden of Disease 2010 Study (GBD 2010), dari 291
penyakit yang diteliti, NPB merupakan penyumbang terbesar kecacatan global, yang
diukur melalui years lived with disability (YLD), serta menduduki peringkat yang
keenam dari total beban secara keseluruhan, yang diukur dengan the
disabilityadjusted life year (DALY). Pengukuran DALY adalah metrik standar untuk
mengukur beban yang dihitung dengan menggabungkan years of life lost (YLL) dan
years lived with disability (YLD).
Beberapa penelitian di India, Malaysia, dan Austria menunjukkan bahwa
prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran cukup tinggi.
Prevalensi nyeri punggung bawah dalam satu tahun terakhir pada mahasiswa
kedokteran di New Delhi sebesar 47,5%. Low back pain merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal akibat dari ergonomi yang salah. Gejala utama low back
pain adalah rasa nyeri di daerah tulang belakang bagian punggung. Secara umum
nyeri ini disebabkan karena peregangan otot dan bertambahnya usia yang akan
menyebabkan intensitas olahraga dan gerak semakin berkurang. Hal ini akan
menyebabkan otot-otot punggung dan perut akan menjadi lemah (Umami et al.,
2014).
Nyeri punggung bawah dapat dipengaruhi beberapa faktor risiko antara lain
umur, jenis kelamin, indeks masa tubuh, jenis pekerjaan yang biasanya berkaitan
dengan sikap tubuh tertentu(duduk, berdiri, mengangkat, mendorong,membegkokkan
badan) dan masa kerja. Kebiasaan sehari-hari juga dapat merupakan faktor risiko
terjadinya NPB antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, olahraga, dan
aktivitas rumah tangga sehari-hari. Faktor repetitif, vibrasi, paritas dan stres
psikososial turut berperan terjadinya NPB.
Posisi tubuh yang salah dan duduk terlalu lama saat kuliah dan belajar
merupakan salah satu faktor risiko nyeri punggung bawah. Tomita et al (2010)
menyimpulkan bahwa orang yang bekerja dengan posisi tubuh tidak tegak saat duduk
lima kali lebih berisiko mengalami nyeri punggung bawah daripada orang yang
bekerja dengan postur yang tegak. Waktu duduk yang ideal adalah kurang dari enam
jam dalam satu hari, sedangkan duduk 6-9 jam perhari dapat meningkatkan risiko
kejadian nyeri punggung bawah.
1.3 Hipotesis
a. Terdapat hubungan antara posisi belajar dengan nyeri punggung bawah pada
mahasiswa FK USU
b. Terdapat hubungan antara duduk lama dengan nyeri punggung bawah pada
mahasiswa FK USU
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Mengetahui prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa FK USU
Mengetahui hubungan antara posisi belajar dengan kejadian nyeri punggung
bawah pada mahasiswa FK USU
Mengetahui hubungan antara lama duduk dengan kejadian nyeri punggung
bawah pada mahasiswa FK USU
1.5 Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Mengetahui hubungan antara posisi belajar dan lama duduk dengan kejadian
nyeri punggung bawah pada mahasiswa FK USU
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
b. Bagi Akademik
Sebagai dasar referensi untuk dasar ilmu pengetahuan tentang hubungan posisi
belajar dan lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah
c. Bagi Masyarakat
Mengetahui hubungan posisi belajar dan lama duduk dengan kejadian nyeri
punggung bawah
Memberikan pengetahuan, penyuluhan dan pencegahan penyakit akibat nyeri
punggung bawah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA