Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar 80% dari populasi kehidupan seseorang akan mengalami nyeri
punggung bawah atau Low Back Pain (LBP). Menurut Jones B sebanyak 80%
populasi orang dewasa dalam rentang hidupnya akan mengalami nyeri
punggung bawah. Salah satu nyeri yang paling sering terjadi di dunia adalah
nyeri punggung bawah (NPB), yang dirasakan di daerah lumbal atau
lumbosakral, dapat berupa nyeri lokal, radikular atau keduanya (Harkian,
2014). Low Back Pain (LBP)) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal
akibat dari ergonomi yang salah. Gejala utama Low Back Pain (LBP) adalah
rasa nyeri di daerah tulang belakang bagian punggung. Secara umum nyeri ini
disebabkan karena peregangan otot dan bertambahnya usia yang akan
menyebabkan intensitas olahraga dan gerak semakin berkurang. Hal ini akan
menyebabkan otot-otot punggung dan perut akan menjadi lemah (Umami et al.,
2013).
Faktor risiko yang dapat mempengaruhi timbulnya Low Back Pain (LBP)
antara lain umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), massa kerja, dan
kebiasaan merokok (Umami et al., 2013). Penyebab Low Back Pain (LBP)
yang paling sering adalah duduk terlalu lama, sikap duduk yang salah, postur
tubuh yang tidak ideal, aktivitas yang berlebihan, serta trauma.
Duduk merupakan salah satu sikap tubuh menopang batang badan bagian
atas oleh pinggul dan sebagian paha yang terbatas pergerakannya untuk
mengubah posisinya lagi. Selama ini duduk telah menjadi topik yang kompleks
oleh para peneliti Low Back Pain (LBP). Lamanya duduk dan sikap duduk
merupakan subtopik yang erat kaitannya dengan Low Back Pain (LBP)
(Harkian ddk, 2014)

1
2

Duduk lama dapat mengakibatkan ketegangan dan keregangan ligamentum


dan otot tulang belakang sehingga mengakibatkan keluhan Low Back Pain
(LBP) atau nyeri punggung bawah. Selain lamanya duduk, posisi duduk turut
mempengaruhi risiko Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah. Posisi
duduk statis yang kurang ergonomis seperti duduk dalam posisi membungkuk
dapat memicu kerja otot yang kuat dan lama tanpa cukup pemulihan dan aliran
darah ke otot terhambat (Aprilia & Tantri, 2016).
Jumlah penderita Low Back Pain (LBP) hampir sama pada setiap populasi
masyarakat di dunia. Berdasarkan data persentase penderita Low Back Pain
(LBP) di Amerika Serikat mencapai 28,5%. Angka ini berada pada urutan
pertama tertinggi untuk kategori nyeri yang sering dialami kemudian diikuti
oleh sefalgia dan migren pada urutan kedua sebanyak 16% (National Center of
Health Statistics (NCHS), 2010).
Data untuk jumlah penderita Low Back Pain (LBP) di Indonesia tidak
diketahui secara pasti, namun diperkirakan penderita Low Back Pain (LBP) di
Indonesia bervariasi antara 7,6% sampai 37%. (Lailani, 2013). Dari hasil
penelitian Harkian, 2014 Ditemukan bahwa lama duduk dan sikap duduk
memiliki hubungan dengan kejadian Nyeri punggung bawah, di mana seorang
dengan lama duduk lebih dari 4 jam memiliki risiko 1,661 kali lebih besar
mengalami kejadian Nyeri punggung bawah dibandingkan dengan lama duduk
kurang dari 4 jam, dan seorang dengan sikap duduk membungkuk memiliki
risiko 2,657 kali lebih besar mengalami kejadian Nyeri punggung bawah
dibandingkan dengan sikap duduk tegak. Sedangkan Hasil penelitian
memperlihatkan dari keseluruhan responden yang berjumlah 69 orang,
didapatkan 62 responden (90%) yang mengalami Nyeri punggung bawah
mekanik kronik. Posisi duduk tegak tanpa sandaran merupakan posisi
terbanyak menimbulkan Nyeri pungung bawah mekanik kronik pada 28
responden. Rata-rata lama duduk bekerja 7-8 jam menyebabkan Nyeri
punggung bawah pada kelompok pukul 11.00-13.59 sebanyak 31 responden
(Pirade, 2012).
3

Menurut Lis dkk, 2007, tidak ada bukti nyata dari penelitian-penelitian
yang telah ada bahwa duduk lama dapat berdiri sendiri sebagai faktor resiko
yang signifikan untuk Low Back Pain (LBP), kecuali jika dikombinasikan
dengan sikap duduk yang salah dan getaran pada tubuh maka mungkin akan
meningkatkan resiko berkembangnya Low Back Pain (LBP). Namun oleh
Samara, 2004 dikatakan bahwa duduk lama merupakan penyebab tersering
timbulnya Low Back Pain (LBP) dengan angka kejadian pada orang dewasa
39,7 – 60 %. Low Back Pain (LBP) disebut berkaitan dengan duduk selama
lebih dari 4 jam. Sejumlah penelitian lain juga menunjukkan keterkaitan antara
lama duduk Low Back Pain (LBP). Penelitian Wetz, 2001 menyatakan bahwa
prevalensi sesaat Nyeri punggung bawah sebesar 12,6 % pada orang yang
sering bekerja duduk selama lebih dari 4 jam, 1,2 % kadang-kadang duduk, dan
25,9 % jarang duduk dengan waktu kurang dari 2 jam. Orang yang bekerja
dengan posisi duduk selama setengah hari waktu kerja atau lebih memiliki
risiko relatif 1,6 untuk terjadinya nyeri punggung bawah.
Penelitian yang dilakukan oleh Samara dkk, 2004 menyatakan bahwa
duduk selama 1,5 sampai 5 jam mempunyai risiko 2,35 kali lebih besar untuk
terjadinya Low Back Pain (LBP). Penelitian dengan metode potong-lintang
yang juga dilakukan oleh Samara dkk, 2004 pada 246 subyek di pabrik “X”
Cikarang, diketahui bahwa sikap duduk membungkuk menambah risiko
terjadinya Low Back Pain (LBP) 2,58 kali lebih besar.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada pegawai di
STIKes Muhammadiyah Palembang didapatkan 5 responden yang
diwawancarai 3 diantaranya mengalami nyeri di daerah sekitar pinggang atau
punggung bawah, 2 responden mengatakan nyeri sudah dirasakan selama ±1
tahun tetapi tidak terlalu sering dengan posisi duduk terlalu membungkuk
kedepan serta posisi tubuh terkadang miring kiri atau kanan.
Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa posisi duduk memiliki
hubungan dengan kejadian Low Back Pain (LBP). Penelitian tentang hubungan
sikap duduk dengan Low Back Pain (LBP) di Indonesia masih sedikit sehingga
4

sulit dilakukan perbandingan hasil penelitian. Oleh karena itu, berdasarkan


latar belakang ini peneliti ingin mengetahui hubungan posisi duduk terhadap
kejadian Low Back Pain (LBP) pada pegawai di STIKes Muhammadiyah
Palembang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian yang didapat berdasarkan latar belakang
di atas adalah apakah terdapat hubungan posisi duduk dengan kejadian Low
Back Pain (LBP) pada pegawai di STIKes Muhammadiyah Palembang?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan posisi
duduk dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada pegawai di stikes
muhammadiyah Palembang
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui posisi duduk pegawai di STIKes Muhammadiyah
Palembang
b. Untuk mengetahui kejadian Low Back Pain (LBP) pada pegawai di
STIKes Muhammadiyah Palembang
c. Untuk mengetahui hubungan posisi duduk dengan kejadian Low Back
Pain (LBP) pada pegawai di STIKes Muhammadiyah Palembang

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk menambah informasi
mengenai hubungan posisi duduk dengan kejadian Low Back Pain (LBP)
pada pegawai di STIKes Muhammadiyah Palembang.
5

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti tentang kajian hubungan posisi duduk dengan kejadian Low Back
Pain (LBP) pada pegawai di STIKes Muhammadiyah Palembang .
b. Bagi Responden dapat mengetahui akibat dari aktivitas yang dilakukan
dalam jangka waktu lama misalnya duduk lama dengan posisi yang salah
dapat menyebabkan nyeri punggung bawah.
c. Bagi Institusi Pendidikan Menjadi bahan masukan dan bacaan dalam
proses pembelajaran. Sebagai sumber untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa kesehatan.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam area keperawatan dasar yang dilaksanakan
untuk mengetahui “hubungan posisi duduk dengan kejadian Low Back Pain
(LBP) pada pegawai di STIKes Muhammadiyah Palembang”. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini menggunkan desain survey korelational yaitu dengan
menguraikan dan menjelaskan keadaan variable penelitian untuk mengambil
kesimpulan, variabel dalam penelitian ini adalah posisi duduk sebagai variabel
independen dan kejadian Low Back Pain (LBP) sebagai variabel dependen.
Penelitian ini telah dilakukan pada senin 13 Mei 2019. Teknik pengumpulan
sampel yang digunakan adalah total sampling.

F. Keaslian Penelitian
Table 1.1
Keaslian Penelitian
No Judul/Penulis/Ta Metodelogi Hasil Persamaan Perbedaan
hun
1. Hubungan antara Jenis penelitian Hasil dari Persamaan Perbedaan
Karakteristik yang digunakan penelitian ini dalam desain penelitian
Responden dan yaitu penelitian menunjukkan penelitian, terletak pada
Sikap Kerja Duduk kuantitatif bahwa paling metode variable
dengan Keluhan dengan banyak mengalami pengambilan independen
6

Nyeri Punggung pendekatan keluhan nyeri data dan tempat


Bawah (Low Back analitik punggung bawah menggunakan penelitian
Pain) Pada Pekerja observasional, adalah pekerja lembar
Batik Tulis penelitian ini dengan sikap kerja kuisioner dan
(The Relationship termasuk duduk tidak observasi.
Among penelitian ergonomis. Uji
Respondent Cross sectional analisis dengan
Characteristic and Karena variable cramer coefficient
Awkward Posture bebas (variable c mendapatkan
with Low Back independent) hasil p=0,001 dan
Pain in Batik yaitu menunjukkan ada
Workers) / karakteristik hubungan yang
Amalia Riza responden dan signifikan antara
Umami, Ragil Ismi sikap kerja sikap kerja duduk
Hartanti, Anita duduk, serta dengan keluhan
Dewi P.S. / 2013 variabel terikat nyeri punggung
(variable bawah.
dependent) yaitu
keluhan nyeri
punggung bawah
(low back pain),
teknik
pengambilan
sampel yang
Digunakan dalam
penelitian ini
adalah Simple
Random
Sampling
2. Hubungan Lama Desain penelitian Hasil penelitian Persaman Perbedaan
Dan Posisi Duduk yang digunakan diperoleh bawah terdapat pada penelitian
Dengan Keluhan adalah studi ada hubungan metode terletak pada
Nyeri Punggung korelasi lama duduk pengambilan tempat
Bawah Pada (Correlation dengan keluhan data penelitian
Penjahit Baju Di Study), Data nyeri ρ- menggunakan
Pasar Sentral diperoleh dengan value=0,002 dan lembar
Polewali Dan menggunakan Posisi duduk kuisioner dan
Pasar Wonomulyo lembar kuesioner, dengan keluhan observasi.
Kab. Polewali penelitian ini nyeri ρ-
Mandar. / Asri akan menyajikan value=0,006.
Aprilia & Tantriani analisa univariat
/ 2016 pada tiap variabel
dalam bentuk
tabel distribusi
frekuensi serta
analisa bivariat
untuk
mengetahui
hubungan antara
7

variabel
independen dan
dependen dengan
menggunakan uji
statistik chi-
square.
3. Hubungan Antara Penelitian ini Hasil Persamaan Perbedaan
Lama Dan Sikap menggunakan penelitiandidapatk terdapat pada terdapat pada
Duduk Terhadap desain studi an nilai dseain variable
Kejadian Nyeri cross-sectional significancy penelitian,meto independen,
Punggung Bawah analitik (Asymp. Sig (2- de pengambilan dan tempat
Di Poliklinik Saraf observasional. sided)) data penelitian
Rsud Dokter Lama dan sikap menunjukkan
Soedarso duduk akan angka 0,000
Pontianak. / Yusuf diukur melalui (p<0,05) maka
Harkian, Dyan kuisioner yang dapat dinyatakan
Roshinta Laksmi telah divalidasi bahwa terdapat
Dewi, Iit sebelumnya. hubungan antara
Fitrianingrum / Dilakukan uji lama duduk
2014 hipotesis dengan dengan kejadian
Chi-Square untuk NPB pada pasien
analisis bivariat Poliklinik Saraf
dan uji Koefisien RSUD Dokter
Kontingensi C Soedarso
untuk melihat Pontianak
korelasi.
4. Association Dengan Kelompok Persamaan Perbedaan
between sitting and menggunakan pekerjaan yang terdapat pada terdapat pada
occupationalLBP / MEDLINE menunjukkan metode desain
Angela Maria Lis, (Perpustakaan hubungan terkuat pengambilan penelitian,
Katia M. Black, Kedokteran antara duduk dan data dengan tempat
Hayley Korn, Nasional AS), melaporkan LBP menggunakan penelitian,
Margareta Nordin / HEALTHSTAR, adalah pilot lembar dan tahun
2007 dan CINAHL helikopter (OR = kuisioner. penelitian
sebagai basis data 9,0, 90% CI 4,9-
utama, kuesioner 16,4),
digunakan untuk dibandingkan
mengumpulkan dengan kelompok
data kontrol petugas
yang tidak
terbang. Operator
crane juga
menghadirkan OR
tinggi; mereka
memiliki 3,29 kali
(95% CI 1,52-
7,12) risiko
melaporkan LBP
daripada pekerja
8

kantor. Sopir bus


adalah subjek dari
dua studi terpisah.
Meskipun OR
dalam kedua studi
tidak sama, kedua
studi
menunjukkan
hubungan positif
antara duduk dan
melaporkan LBP
(≥1,5)
5. Is Objectively Penelitian ini Sebagian besar Persamaan Perbedaan
Measured Sitting adalah bagian (58%) pekerja terdapat pada terdapat pada
TimeAssociated dari studi cross- dengan LBP tinggi desain variabel dan
with Low Back sectional , terpapar dengan penelitian,meto tempat
Pain? A Cross- kuesioner total waktu duduk de pengambilan penelitian
Sectional penyaringan yang yang tinggi data
Investigation in the berisi informasi (yaitu> 8 jam per
NOMAD study / umum tentang hari).Tidak ada
Nidhi Gupta, variabel perbedaan nyata
Caroline Stordal demografis. antara pekerjaan
Christiansen, kerah biru
David M. Hallman, sehubungan
Mette Korsh, dengan intensitas
j,Isabella Gomes LBP (F = 1,48, P
Carneiro, Andreas = 0,17).
Holtermann / 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Low Back Pain ( LBP)
a. Definisi Low Back Pain ( LBP)
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah salah
satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh
yang kurang baik (Idyan, 2007). Dan merupakan kondisi yang tidak
mengenakkan atau nyeri kronis minimal keluhan 3 bulan disertai adanya
keterbatasan aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan
pergerakan atau mobiliisasi (Noor, 2016). Low Back Pain (LBP) terjadi
di daerah punggung bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama
bagian belakang dan samping luar (Jahidin, 2016).
Salah satu gangguan muskuloskeletal akibat dari ergonomi yang
salah ialah Low Back Pain (LBP). Gejala utamanya adalah rasa nyeri di
daerah tulang belakang bagian punggung. Secara umum nyeri ini
disebabkan karena peregangan otot dan bertambahnya usia yang akan
menyebabkan intensitas olahraga dan gerak semakin berkurang. Hal ini
akan menyebabkan otot-otot punggung dan perut akan menjadi lemah
(Umami et al., 2013).

b. Etiologi Low Back Pain (LBP)


Menurut Lukman & Nurma, 2012, Umumnya Low Back Pain (
LBP) atau nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari
berbagai masalah musculoskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan
muskuloskeltal dapat dipengaruhi oleh aktivitas
a) Regangan lumbosakral akut
b) Ketidakstabilan ligament lumbosakral dan kelamahan otot
c) Osteoartritis tulang belakang

9
10

d) Stenosis tulang belakang


e) Masalah diskus intervertebralis
f) Perbedaan panjang tungkai
g) Pada lansia: akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau
metastasis tulang
h) Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah perlvis, tumor
retroveritoneal, aneurisma abdominal, dan masalah psikosomatik.

c. Tanda dan Gejala Low Back Pain (LBP)


Menurut Harkian 2014, salah satu nyeri yang paling sering terjadi
didunia adalah Nyeri punggung bawah yang dirasakan pada daerah
lumbal atau lumbasakral, dapat berupa nyeri lokal, radikular atau
keduanya. Menurut Mahadewa dkk 2009, Low Back Pain (LBP)
merupakan Nyeri yang terasa di daerah lumbal atau lumbosakral dan
kadang disertai penjalaran nyeri ke arah tungkai (sciatica). Nyeri yang
berasal dari daerah punggung bawah dapat dirasakan di daerah lain atau
begitu pula sebaliknya.
Gangguan pada ligamentum khusus-nya ligamentum longitudinalis
posterior yang meregang pada segmen vertebra lumbalis serta otot-otot
paravertebra yang menegang merupakan hal tersering yang menyebabkan
Low Back Pain (LBP) (Freitas, 2011). Seringnya terjadi gangguan pada
daerah vertebra lumbalis dikarenakan segmen vertebra ini hanya
memiliki lapisan tipis dibandingkan segmen vertebra yang lain. Selain
itu,segmen ini memang merupakan segmen yang paling rentan diantara
segmen vertebra lainnya (Bbc News, 2006).

d. Faktor Resiko Low Back Pain ( LBP)


Menurut Umami et al., 2013 Low Back Pain ( LBP) atau Nyeri
pinggang bawah dapat dipengaruhi beberapa faktor risiko antara lain :
a) Usia
11

Dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang


dan hal tersebut mulai terjadi pada saat seseorang berusia 30 tahun
dengan berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi
jaringan parut dan pengurangan cairan. Sehingga akan menyebabkan
stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang (Pratiwi et al.,2009).
Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai puncaknya antara
usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang, risiko
untuk menderita Low Back Pain (LBP) akan semakin meningkat
karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua
(WHO, 2013).
b) Jenis kelamin
Secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah daripada
pria. Pada wanita keluhan ini sering terjadi misalnya pada saat
mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang (Andini,
2015).
c) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berdasarkan hasil penelitian Purnamasari (2010) seseorang yang
overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan
orang yang memiliki berat badan ideal. Semakin berat badan
bertambah, tulang belakang akan tertekan dalam menerima beban
sehingga menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan pada struktur
tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling
berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbrae lumbal.

d) Kebiasaan Merokok
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot
pinggang adalah karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan
12

berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok juga dapat


menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga
menyebabkan 8 nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada
tulang (Kantana, 2010).
e) Masa kerja
Semakin lama masa bekerja atau semakin lama seseorang
terpajan faktor risiko maka semakin besar pula risiko untuk
mengalami LBP dikarenakan nyeri punggung merupakan penyakit
kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan
menimbulkan manifestasi klinis (Umami et al, 2013).

Adapun factor lain dari Low Back Pain ( LBP) atau Nyeri pinggang
bawah yaitu Faktor gerakan tubuh yang dapat merupakan beban dinamis
maupun statis bagi punggung seperti berputar, membungkuk, posisi
statis.
Semua faktor pekerjaan berisiko untuk terkena nyeri punggung
bawah,apabila pekerjaan tersebut ada posisi tubuh membungkuk,
berputar,duduk/berdiri yang lama, mengangkat, menarik atau mendorong
beban (Depkes RI,2008).

e. Patofisiologi Low Back Pain ( LBP)


Keluhan Low Back Pain ( LBP) yaitu nyeri, spasme, dan adanya
keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan mobilitas lumbal.
Nyeri dan spasme otot seringkali membuat seseorang tidak mau
menggerakan lumbalnya, sehingga menyebabkan perubahan fisiologi
pada otot tersebut yaitu berkurangnya masa otot dan penurunan kekuatan
otot, akhirnya menimbulkan penurunan aktifitas fungsionalnya (Hill,
2006 dalam pramita, 2014).
Menurut Donald et al., (1999) dalam Widiasih (2015) duduk
menyebabkan pelvisberotasi kearah belakang. Rotasi dari pelvis dapat
13

mengubah derajat sudut lumbar lordosis, dan menambah derajat


persendian pada panggul dan lutut menyebabkan kerja otot menjadi lebih
berat sehingga menekan diskus vertebralis. Posisi saat duduk dipengaruhi
oleh sudut sandaran punggung, sudut dudukan kursi dengan keempukan
busa, danada atau tidaknya sanggahan tangan. Sandaran punggung yang
memiliki sudut 110° - 130° adalah tumpuan yang paling ideal karena
mengahasilkan tekanan paling rendah bagi discus intervertebralis dengan
kerja otot ringan. Dudukan kursi yang memiliki sudut 5° dan sanggahan
tangan juga dapat menurunkan tekanan discus intervertebralis dan kerja
otot saat duduk.

2. Posisi Duduk
a. Definisi Posisi Duduk
Duduk merupakan salah satu sikap tubuh menopang batang badan
bagian atas oleh pinggul dan sebagian paha yang terbatas pergerakannya
(Lis dkk, 2007). Menurut Wijayanti 2013, Posisi duduk adalah posisi
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja.
Secara umum definisi ergonomi merupakan masalah-masalah
hubungan antara manusia, pekerja dengan tugas-tugasnya serta desain
dari objek yang digunakannya. Setiap aktivitas atau pekerjaan yang
dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan
ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
meningkat, performansi menurun yang berakibat kepada penurunan
efisiensi dan daya kerja (Tarwaka, 2004)
Posisi duduk yang paling mengikuti prinsip ergonomik saat bekerja
ialah posisi duduk rileks (relax position). posisi duduk rileks dengan
sudut sekitar 90-1200 dianggap memenuhi kriteria duduk yang baik
secara ergonomik (Pirade, 2012).
14

b. Standar Posisi Duduk Yang Ergonomik


Penelitian Khumaerah (2011) menjelaskan bahwa standar posisi
duduk yang ergonomik adalah sebagai berikut :
a) Dagu ditarik ke dalam
b) Kepala tidak membungkuk ke depan (fleksi 5-10 º)
c) Punggung tetap tegak dengan bantalan kursi menopang punggung
bawah
d) Posisi punggung santai dan tidak membungkuk (Lumbal tetap
lordosis)
e) Tibia (betis) tegak lurus dengan lantai
f) Posisi paha horizontal, sejajar dengan lantai (85-100º)
g) Posisi telapak kaki menapak ke tanah. Bila tidak, berarti posisi duduk
anda terlalu tinggi

Gambar 1 : Posisi duduk yang benar (seperti pada gambar kedua) dapat
membantu mencegah nyeri punggung (sumber: Khumaerah, 2011).

Kursi kerja yang tidak sesuai juga menyebabkan posisi kerja yang
tidak ergonomis. Posisi kerja yang demikian dapat menimbulkan
pembebanan otot secara statis yang jika terus berlanjut akan menyebabkan
penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan salah
15

satunya yaitu Hernia Nucleus Pulposus (HNP), yaitu saraf tulang belakang
terjepit sehingga menyebabkan nyeri punggung hebat. Selain itu, pada
tengkuk dapat terjadi Sindroma Miofasial akibat sikap kerja menjahit.
Secara keseluruhan keadaan tersebut dapat mempengaruhi produktivitas
kerja penjahit (Nurmianto dan Ningdyah 2009). Suatu kursi yang tidak
memungkinkan pemakainya untuk menopang kakinya pada permukaan
dengan baik, maka ketidakstabilan tubuh akan meningkat dan tenaga otot
tambahan akan diperlukan untuk menjaga keseimbangan. Makin besar
tingkat tenaga atau kontrol otot yang diperlukan, makin besar pula kelelahan
fisik dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan (Aji, 2007).
Posisi duduk mempengaruhi risiko Nyeri Punggung Bawah karena
Posisi duduk statis yang kurang ergonomis seperti duduk dalam posisi
membungkuk dapat memicu kerja otot yang kuat dan lama tanpa cukup
pemulihan dan aliran darah ke otot terhambat (Aprilia & Tantri, 2016).
Oleh karena itu agar tidak terjadi Nyeri punggung bawah yang makin
parah, maka perlu diperhatikan lama dan sikap duduk yang benar.
Penggunaan penyangga lumbal ketika duduk pada kursi bersandar sangat
membantu mengurangi risiko Nyeri punggung bawah. Untuk mengurangi
resiko nyeri punggung bawah sebaiknya istirahat sejenak dari duduk dengan
berdiri dan relaks. Selain itu aktivitas olahraga untuk mengurangi dan
mencegah Nyeri punggung bawah lebih parah perlu dilakukan (Samara,
2004).

c. Faktor Ergonomik Terkait Dengan Nyeri Musculoskeletal


1. Postur kerja yang canggung
Ada beberapa postur yang dicapai pekerja yang telah
diidentifikasi sebagai canggung atau stres dan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan muskuloskeletal. Posisi kerja yang buruk dan statis
menghasilkan tekanan biomekanis pada tubuh. Sebagai contoh,
paparan postur canggung berulang kali atau untuk waktu yang lama
16

dapat menyebabkan berbagai potensi cedera dan gangguan pada


jaringan muskuloskeletal dan / atau saraf perifer (Keyserling et al.,
2006).
Postur canggung telah diidentifikasi termasuk siku ditinggikan,
mencapai di belakang torso, fleksi siku ekstrem, rotasi lengan ekstrem,
deviasi pergelangan tangan, pergelangan tangan, pergelangan tangan
hiperekstensi, dan penjepit (Armstrong, 2005).
2. Pengerahan tenaga yang kuat, baik yang statis maupun yang dinamis
Mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, dan membawa
adalah beberapa kegiatan yang dianggap sebagai aktivitas seluruh
tubuh yang kuat dan mewakili tugas kerja yang berhubungan dengan
rasa sakit dan cedera. Untuk memindahkan suatu benda atau beban,
sejumlah kekuatan otot diperlukan untuk menggerakkan seseorang
tanpa beban. Penanganan beban berat telah diidentifikasi sebagai
faktor risiko untuk mengembangkan nyeri punggung bawah (NIOSH,
1981; Bigos et al., 2005).
3. Gerakan yang berulang atau aktivitas yang berkepanjangan
Mengulangi gerakan atau rangkaian gerakan yang sama di
seluruh tempat kerja meningkatkan tekanan mekanik pada tendon,
ligamen dan otot yang terlibat dalam gerakan. Pengulangan juga
merupakan faktor risiko potensial untuk masalah punggung bawah
serta untuk ekstremitas atas.
Menurut Andersson (2006) bahwa lengkungan berulang pada
trunk telah dikaitkan dengan nyeri punggung bawah. Namun, adalah
khas bahwa kombinasi faktor-faktor risiko seperti postur sendi yang
canggung (membungkuk ke depan atau memutar batang), pengerahan
tenaga otot yang tinggi (mengangkat beban berat) dan pengulangan
(mengangkat beban beberapa kali per jam selama shift kerja)
meningkatkan risiko keseluruhan untuk gejala. Pekerjaan yang
membutuhkan duduk atau berdiri yang konstan atau berkelanjutan
17

dapat meningkatkan risiko ketidaknyamanan muskuloskeletal,


khususnya nyeri punggung bawah (Magora, 2007).
4. Suhu ekstrem
Bekerja dalam suhu dingin telah diidentifikasi sebagai faktor
risiko gangguan muskuloskeletal (Clark, 2008; Neilson, 2008). Suhu
dingin menyebabkan penurunan kekuatan dan koordinasi dan juga
dapat menyebabkan rasa sakit.

Faktor-faktor sosiodemografi seperti usia, ras, jenis kelamin dan


karakteristik antropometrik (seperti ukuran tubuh) juga memainkan peran
penting. Faktor risiko ergonomis telah diamati dalam berbagai pekerjaan
baik di industri jasa maupun industri. Sebagian besar, semua pekerjaan
mengandung faktor-faktor ini sampai taraf tertentu tergantung pada tugas
fisik yang terlibat dalam pekerjaan, karakteristik pekerja dan gaya kerja
pribadi individu (Feuerstein, 2006). Namun, risiko nyeri dan cedera
muskuloskeletal biasanya meningkat ketika Paparan pekerja terhadap faktor
ergonomis meningkatkan frekuensi, intensitas, dan durasi. Selain itu,
penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor risiko ini tidak saling tergantung
satu sama lain. Faktor risiko ergonomis saling terkait dan sering berinteraksi
secara dinamis di tempat kerja.

B. Hubungan Posisi Duduk Dengan Kejadian Low Back Pain (LBP)


Low Back Pain (LBP)) atau Nyeri punggung bawah merupakan salah
satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik. Low back pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah rasa
nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian bawah dan dapat menjalar ke
kaki terutama bagian belakang (Aprilia & Tantri, 2016). Nyeri punggung
bawah (NPB), yang dirasakan di daerah lumbal atau lumbosakral, dapat berupa
nyeri lokal, radikular atau keduanya (Harkian dkk, 2014).
18

Low Back Pain ( LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal


akibat dari ergonomi yang salah. Gejala utama Low Back Pain ( LBP) adalah
rasa nyeri di daerah tulang belakang bagian punggung. Secara umum nyeri ini
disebabkan karena peregangan otot dan bertambahnya usia yang akan
menyebabkan intensitas olahraga dan gerak semakin berkurang. Hal ini akan
menyebabkan otot-otot punggung dan perut akan menjadi lemah (Umami et al.,
2013).
Penyebab Low Back Pain (LBP) yang paling sering adalah duduk terlalu
lama, sikap duduk yang salah, postur tubuh yang tidak ideal, aktivitas yang
berlebihan, serta trauma (Gatam, 2010).
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri pinggang bawah dapat dipengaruhi
beberapa faktor risiko antara lain umur, jenis kelamin, indeks masa tubuh, jenis
pekerjaan yangbiasanya berkaitan dengan sikap tubuh tertentu (duduk, berdiri,
mengangkat, mendorong, membengkokkan badan) dan masa kerja. Kebiasaan
sehari-hari juga dapat merupakan faktor risiko terjadinya Low Back Pain (
LBP) antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, olahraga, dan aktivitas
rumah tangga sehari-hari (Samara, 2004).
Posisi duduk dapat mempengaruhi risiko Nyeri Punggung Bawah karena
Posisi duduk kurang ergonomis seperti duduk dalam posisi membungkuk dapat
memicu kerja otot yang kuat dan lama tanpa cukup pemulihan dan aliran darah
ke otot terhambat (Jahidin, 2016).
Sikap tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari
jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit. Pada sikap duduk tegak ligamentum
longitudinalis posterior tidak teregang karena vertebralumbal dalam keadaan
lordosis. Namun pada sikap duduk membungkuk mengakibatkan penambahan
peregangan ligamentum longitudinalis posterior sehingga menimbulkan nyeri,
dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis. Bila
ini terjadi akan dapat mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Oleh karena itu
agar tidak terjadi Low Back Pain ( LBP) yang makin parah, maka perlu
diperhatikan lama dan sikap duduk yang benar (Samara, 2004).
19

Penelitian yang dilakukan oleh Pirade dkk, 2012 menyatakan bahwa


Posisi duduk yang paling sedikit mendatangkan nyeri ialah posisi duduk rileks
yang ditemukan pada 7 responden, posisi duduk membungkuk 27 responden,
danposisi duduk tegak tanpa sandaran sebanyak 28 responden. Hasil tersebut
sejalan dengan penelitian di Universitas Modern Dental oleh Priyanka et al.
Yang menyatakan bahwa posisi duduk yang paling mengikuti prinsip
ergonomik saat bekerja ialah posisi duduk rileks (relax position). Penelitian
Priyanka et al., Bashir menyatakan bahwa posisi duduk rileks dengan sudut
sekitar 90-120o dianggap memenuhi kriteria duduk yang baik secara
ergonomik.
Orang yang paling banyak mengalami keluhan nyeri punggung bawah
adalah pekerja dengan sikap kerja duduk tidak ergonomis. Uji analisis dengan
cramer coefficient c mendapatkan hasil p=0,001 dan menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri
punggung bawah. Sikap duduk yang paling baik yang tidak berpengaruh buruk
terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit
lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung. Sikap demikian
dapat dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Dengan sikap
seperti itu, otot – otot punggung terasa enak. Sikap tubuh yang baik sangat
penting karena akan membantu tubuh bekerja maksimal juga membuat daya
tahan dan pergerakan tubuh jadi efektif dan dapat juga menyumbang kesehatan
secara menyeluruh. Tidak hanya itu, postur tubuh yang baik ternyata juga
pencegahan terbaik agar tidak menderita keluhan nyeri punggung bawah
(Umami et al., 2013)
20

C. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori

Factor resiko Low Back Posisi duduk Kerja otot


Pain ( LBP) a. Posisi duduk yang kuat
a. Usia ergonomik
b. Jenis kelamin b. Posisi duduk tidak
c. Indexs massa tubuh ergonomik
d. Kebiasaan merokok
e. Masa kerja

Ketegangan dan Aliran darah


keregangan otot ke otot
ligamentum terhambat

Low Back Pian


(LBP)

Sumber : Samara, 2004; Aprilia, 2016

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah uraian konsep satu dengan konsep yang lainnya,
atau antara variable satu dengan variable yang lain dari masalah yang akan
diteliti. (Notoatmojo, 2012)
Kerangka konsep dibawah ini dapat dijelaskan bahwa peneliti akan
mengetahui ada tidaknya hubungan posisi duduk dengan kejadian low back
pain pada dosen di Stikes Muhammadiyah Palembang.

Bagan 3.2
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


Posisi Duduk Low Back Pain

B. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Posisi Posisi Pengisian Kuesione 1. Ergonom Nominal
duduk dan sikap Kuesioner, r ik, jika
tubuh observasi memenu
seseorang hi 7
dalam standar
bekerja posisi
sesuai dengan duduk
posisi duduk 2. Tidak
yang Ergonom
ergonomic ik, jika
tidak
memenu

21
22

hi 7
standar
posisi
duduk

(Khumaera
h, 2011)
1. Low Nyeri yang Pengisian Kuesione 1. Ya, jika Nominal
back dirasakan kuesioner, r mengala
pain atau oleh wawancar mi nyeri
nyeri seseorang a pada
punggun dengan gejala lumbal
g bawah berupa nyeri 2. Tidak,
khas pada jika tidak
daerah mngalam
lumbal i nyeri
pada
lumbal

(Harkian,
2014 dan
Mahadewa
dkk, 2009)

C. Hipotesis
Ha : Ada hubungan posisi duduk dengan kejadian Low back pain pada
pegawai di STIKes Muhammadiyah Palembang
Ho : Tidak ada hubungan posisi duduk dengan kejadian Low back pain pada
pegawai di STIKes Muhammadiyah Palembang
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
sectional. Yaitu suatu metode pengambilan data baik variabel bebas maupun
variabel terikat secara bersamaan. Pada penelitian ini,variabel independen dan
variabel dependen diukur pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2007).
Variabel independen pada penelitian ini yaitu posisi duduk dan variabel
dependennya yaitu Low Back Pain (LBP).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara posisi duduk
dengan kejadian low back pain pada pegawai di STIKes Muhammadiyah
Palembang.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi adalah gambaran spesifik yang menjadi sasaran penelitian
yakni tentang siapa atau golongan mana (Notoatmojo, 2012).
Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai non-dosen di STIKes
Muhammadiyah Palembang yaitu sebanyak 33 orang.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
yang dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2012).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode total sampling dengan kriteria inklusi. Metode total sampling
merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel (Sugyono, 2009). Dengan jumlah populasi pada penelitian
ini yaitu sebanya 33 orang tetapi ada 1 yang tidak bersedia menjadi
responden, jadi jumlah sample keseluruhan adalah 32 orang.
Kriteria inklusi sebagai berikut :

23
24

a. Pegawai Non dosen STIKes Muhammadiyah Palembang.


b. Pegawai Non dosen STIKes Muhammadiyah Palembang yang sebagian
besar memiliki jam kerja duduk.

C. Tempat Dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di STIKes Muhammadiyah Palembang.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan 13 Mei 2019

D. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan mengacu dari beberapa sumber :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
(Wandansari, 2013).
Data primer tentang karakteristik responden :
a. Posisi duduk dilakukan dengan pengisian kuesioner
b. Keluhan Low Back Pain (LBP) dilakukan dengan pengisian kuesioner
dan pengambilan gambar
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak lain (Setiadi, 2007).
Data sekunder dalam penelitian ini berupa jumlah pegawai non-dosen yang
didapatkan dari bagian administrasi umum STIKes Muhammadiyah
Palembang

E. Intrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Alat tulis
25

2. Lembar informed consent


3. Kuesioner
a. Kuesioner A
Kuesioner A untuk mengukur variabel independen yaitu posisi
duduk. Kuesioner ini dikutip dari jurnal khumaerah, 2011 dan telah
terstandar dengan standar posisi duduk sebanyak 7 item. Proses pengisian
kuesioner ini yaitu dengan cara observasi posisi duduk responden. Untuk
variabel independen posisi duduk untuk pilihan Ya diberi kode 1, dan
pilihan Tidak diberi kode 0.
a) YA : Jika posisi duduk Ergonomik
b) TIDAK : Jika posisi duduk tidak Ergonomik
b. Kuesioner B Low Back Pain (LBP)
Kuesioner B digunakan untuk mengetahui kejadian Low Back Pain
(LBP) atau nyeri punggung bawah. Pada kuesioner ini yang digunakan
adalah kuesioner yang telah dikutip peneliti dari jurnal Harkian, 2014.
proses pengisian kuesioner ini dengan cara wawancara langsung kepada
responden, dengan jumlah pertanyaan 1 item pertanyaan. Kuesioner ini
disajikan dalam bentuk pertanyaan positif dengan jawaban: Ya mendapat
nilai 1, dan jawaban Tidak mendapat nilai 0. Skor nilai terendah adalah 0
dan skor nilai tertinggi adalah 1. Semakin tinggi nilai skornya maka
semakin tinggi angka kejadian Low Back Pain (LBP).

F. Pengolahan Dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang di perlukan. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi 5 tahap, yaitu (Setiadi,
2013).
26

a. Editing (Memeriksa)
Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data. Peneliti sudah memeriksa kuesioner yang telah
diisi apakah jawaban yang ada sudah lengkap dan jelas.
b. Coding (Memberi Tanda Kode)
Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dan para respon den
ke dalam bentuk angka/ bilangan. Biasanya klasifikasi di lakukan dengan
cara memberi tanda/ kode berbentuk angka pada masing-masing
jawaban. Dalam penelitian ini, peneliti sudah mengklasifikasikan dan
member tanda atau kode berbentuk angka seperti Jenis kelamin (1=Laki-
laki, 2=Perempuan), Standar Posisi duduk (0=Tidak ergonomic,
1=Ergonomik), Low Back Pain (LBP) (0=Tidak, 1=Ya).
c. Skoring (Pemrosesan Data)
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka Iangkah selanjutnya adalah memproses data agar data
yang sudah di-entry dapat dianailisis. Pemrosesan data dilakukan dengan
cara meng-entry data dan kuesioner ke paket program komputer. Dalam
penelitian ini skor dengan jawaban: Ya mendapat nilai 1, dan jawaban
Tidak mendapat nilai 0. Skor nilai terendah adalah 0 dan skor nilai
tertinggi adalah 1.
d. Cleaning (Pembersihan Data)
Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum.
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di-enty apakah ada kesalahan atau tidak. Dalam
penelitian ini, peneliti telah memriksa kembali apakah terdapat data yang
missing kemudian dilakukan pembersihan data sehingga tidak terdapat
data yang missing.
e. Mengeluarkan informasi
27

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Penelitian telah


disajikan sesuai dengan tujuan dan rumusan yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Analisa Data
Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akanmenggunakan
program komputer dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu
analisa univariat dan analisa bivariat.
a. Analisa Univariat
Hasil analitik univariat berbentuk dalam distribusi frekuensi dan
frekuensi dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2012). Data akan dianalisis
dengan mengumpulkan data dalam bentuk distribusi frekuensi dan
persentasi tiap variabel penelitian variable yaitu variabel independen :
posisi duduk, dan variabel dependen : Low Back Pain (LBP).
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
menggunakan uji statististik uji chi square.
a) Bila p value ≤ nilai α (0,05), maka ada hubungan antara variable
independen dengan variable dependen.
b) Bila p value ≥ nilai α (0,05), maka ada tidak ada hubungan antara
variable independen dengan variable dependen.

G. Etik Penelitian
Peneliti sebagai yang memerlukan informasi, menempatkan diri lebih
rendah dari pihak yang memberikan informasi atau responden. Maka sebelum
dilakukan pengambilan data atau pembagian kuesioner kepada responden
terlebih dahulu untuk di minta persetujuan (informed consent). Dalam
pengambilan data atau pembagian kuesioner tidak untuk mebatasi hak-hak
responden (Notoatmodjo,2010).
28

Setelah mendapatkan persetujuan barulah peneliti menekankan masalah


etika yang meliputi :

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)


Responden harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpastisipasi atau menolak menjadi responden. Peneliti memberikan
lembar inform consent dan diminta untuk menanda tangani sebagi bukti
bersedia menjadi responden.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama
responden, tetapi pada lebar tersebut diberikan kode. Peneliti menjaga
kerahasian reponden dengan hanya mencantumkan inisialnya saja.
3. Confidentiality (Kerahasian)
kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya
kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. Peneliti
tidak menceritakan rahasia responden pada orang lain , kecuali seizin
responden.
4. Beneficience (Berbuat Baik)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek
peneliti dan dapat diaplikasikan di tingkat populasi yang ada. Peneliti
melakukan responden dengan baik dan benar.
5. Justice (Keadilan)
Semua responden dalam penelitian ini diperlukan secara adil dengan
memberikan hak yang sama. Peneliti tidak memebeda-bedakan antara
responden satu dengan responden yang lainnya, baik perempuan maupun
laki-laki harus mendapatkan hak yang sama.
6. Nonmaleficience (Tidak Merugikan)
29

Penelitian memaksimalkan dampak yang merugikan bagi subjek.


Penelitian ini tidak merugikan bagi responden baik dari segi waktu maupun
material, karena penelitian ini dilakukan pada waktu senggang.

7. Protection from discomfort


Peneliti memastikan bahwa penelitian yang dilakukan ini tidak
menimbulkan hal-hal yang dapat membahayakan responden, dan responden
akan diberikan kesempatan untuk mengisi kuisioner sehingga peneliti
memohon kesediaan responden untuk mengisi lembar kuisioner yang
diberikan oleh peneliti kepada responden.
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah Singkat Stikes Muhammadiyah Palembang
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Palembang
berlokasi di Jalan Ahmad Yani, 13 Ulu, Palembang, bersebelahan dengan
Universitas Muhammadiyah Palembang dan Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang. Kejadian-kejadian penting yang dialami dijadikan sebagai
sejarah perkembangan STIKes MP untuk menuju cita-cita dan harapan para
pendirinya agar berkembang menjadi perguruan Tinggi yang terkemuka di
Indonesia. Sejarah perkembangan STIKes MP mulai dari Sekolah Perawat
Kesehatan (SPK) hingga sampai dengan kondisi saaat ini adalah sebagai
berikut;
a. 1984 : Lahirnya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
Muhammadiyah Pelembang. Pendirian SPK Muhammadiyah Palembang
dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 162/Diklat/Kes/1984 tanggal 13 September 1984.
b. 1994 : Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat Sumatera
Selatan akan pendidikan kesehatan, didirikan Akademi Penilik Kesehatan
(APK) Muhammadiyah Palembang berdasarkan surat izin
penyelenggaraan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Nomor.
HK.00.06.1.1.1678 tanggal 21 April 1994
c. 1995 : Sejalan dengan perkembangannya, SPK
Muhammadiyah ditingkatkan statusnya (dikonversi) menjadi Akademi
Perawat (AKPER) Muhammadiyah Palembang yang dikukuhkan dengan
surat izin penyelenggaraan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
berdasarkan surat izin penyelengaraan Nomor HK.00.06.1.1.899 tanggal
29 Maret 1995 .

30
31

d. 1995 : APK Muhammadiyah Palembang berubah nama


menjadiAkademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Muhammadiyah
Palembang. Bersamaan dengan itu didirikan Akademi Fisioterapi
Muhammadiyah Palembang (AKFIS) yang dikukuhkan berdasarkan surat
izin penyelenggaraan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Nomor
HK.00.1.1.1893 tanggal 07 Juni 1995.
e. 2006 : STIKes Muhammadiyah Palembang lahir pada tanggal 8
September 2006

Pendiriannya dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri


Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 214/D/O/2006 tanggal 8
September 2006 tentang Pemberian Ijin Penyelenggaraan Program-Program
Studi Baru dan Perubahan Bentuk AKPER, AKL dan AKFIS
Muhammadiyah Palembang Menjadi STIKes MP. Sebelumnya telah
mendapat rekomendasi dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera
Selatan melalui surat nomor: 144/REK/II.0/B/2005 tanggal 15 Desember
2005 dan mendapat persetujuan dari Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian
dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Palembang.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah


Palembang, lahir pada tanggal 8 September 2006 yang pendiriannya
dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor: 214/D/O/2006 tanggal 8 September 2006
tentang Pemberian Ijin Penyelenggaraan Program-Program Studi Baru dan
Perubahan Bentuk AKPER, AKL dan AKFIS Muhammadiyah Palembang
Menjadi STIKES Muhammadiyah Palembang. Sejalan dengan
perkembangannya saat ini, STIKes Muhammadiyah Palembang memiliki 6
(lima) program studi, yaitu: S1 Keperawatan dan Profesi; D-III
Keperawatan; D-III Kesehatan Lingkungan; D-III Fisioterapi; dan D-III
Kebidanan. Pada tahun 2009, kelima program studi tersebut mendapat status
32

terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional- Perguruan Tinggi (BAN-PT)


dengan nilai C.

2. Profil STIKes Muhammadiyah Palembang


STIKes Muhammadiyah Palembang di didirikan pada tanggal 8
September 2006 yang dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Mentri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 214/D/O/2006 tentang
Pemberian Ijin Penyelenggaraan Program-program Studi Baru dan
Perubahan Bentuk AKPER, AKL, AKFIS Muhammadiyah Palembang
menjadi STIKes Muhammadiyah Palembang. STIKes Muhammadiyah
Palembang mempunyai 8 Program Studi, yaitu Profesi Ners; S1
Keperawatan; D-III Keperawatan; D-III Kebidanan; D-III Kesehatan
Lingkungan; D-III Fisioterapi; D-IV Teknologi Laboratorium Medis; S1
Gizi.
Pada tanggal 30 Agustus 2014 STIKes Muhammadiyah Palembang
telah terakreditasi B dari BAN PT SK No : 332/SK/BAN-
PT/Akred/PT/VIII/2014. Status akreditasi masing-masing Program Studi
adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1
Status Akreditasi Program Studi STIKes Muhammadiyah Palembang
Program Akreditasi No SK BAN- Tanggal Tanggal
Studi PT/LAMPT Kes Berlaku Berakhir
Profesi Ners B 0041/LAM- 21-09-2015 20-09-2020
PTKes/Akr/Pro/IX/20
15
S1 B 027 0013/LAM- 21-09-2015 20-09-2020
Keperawatan PTKes/Akr/Sar/IX/20
15
Laboratorium Terakreditasi - - -
Medis
DIII B 273/SK/BAN- 09-08-2014 08-08-2019
Fisioterapi PT/Akred/Dpl-
III/VIII/2014
DIII Kesling B 273/SKBAN- 09-08-2014 08-08-2019
PT/Akred/Dpl-
33

III/VIII/2014
DIII B 490/SK/BAN- 29-12-2014 28-12-2019
Keperawatan PT/Akred/Dpl-
III/XII/2014
DIII B 072/SK/BAN- 28-02-2015 28-02-2020
Kebidanan PT/Akred/Dpl-
III/II/2015
S1 Gizi Terakreditasi - - -

STIKes Muhammadiyah Palembang berdiri di atas tanah seluas 107 x


85 = 9095 m2 yang terdiri dari ruang kuliah berkapasitas 40-50 mahasiswa
berjumlah 14 ruangan masing-masing seluas 72 m2. Ruang perpustakaan
seluas 120 m2, kantor dengan luas 2196 m2, asrama 1704 m2 dan ruang
laboratorium terpadu seluas 556 m2. Ruang laboratorium terdiri dari :

a. Laboratorium Maternitas
b. Laboratorium Keperawatan Anak
c. Laboratorium Keperawatan Dasar
d. Laboratorium Keluarga dan Komunitas
e. Laboratorium Gawat Darurat
f. Laboratorium Bedah dalam dan Luar
g. Laboratorium Biokimia
h. Laboratorium Fisioterapi
i. Laboratorium Jiwa
j. Laboratorium Kesehatan Lingkungan
k. Lab. Komputer, Internet, dan Hot Spot
l. Workshop Kesehatan Lingkungan.

3. Visi, Misi Dan Tujuan Stikes Muhammadiyah Palembang


VISI STIKES
“Visi STIKes Muhammadiyah Palembang adalah menjadi Perguruan Tinggi
Kesehatan yang Islami, Berkemajuan dan Berdaya Saing”
34

MISI STIKES
a. Menyelenggarakan pendidikan yang berkemajuan dan berkualitas
melalui pencapaian kompetensi profesional dan islami secara nasional
dan internasional.
b. Menyelenggarakan tata kelola dan manajemen organisasi yang
profesional dan islami dengan mengedepankan akuntabilitas dan
transparansi serta mutu pelayanan.
c. Mengembangkan kontribusi dan kompetensi civitas akademika dalam
penelitian, pengabdian masyarakat dan penerapan nilai-nilai islami.
d. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
e. Mengembangkan kemitraan dengan organisasi/institusi dalam lingkup
nasional dan internasional.

TUJUAN
a. Sistem pembelajaran berbasis kompetensi dan nilai-nilai islami dengan
penerapan SPICE (Student Centered Problem Base Learning, Integreted
Approach, Community Based, Erly Clinical Exposure, Systematic)
b. Penggunaan ICT dalam tata kelola dan proses pembelajaran.
c. Peningkatan kemampuan riset, publikasi dan pengabdian masyarakat.
d. Kemitraan dalam penerapan Catur Dharma Perguruan Tinggi
e. Optimalisasi pencitraan STIKes Muhammadiyah.

Brand STIKes MP
a. Brand STIKes Muhammadiyah Palembang merupakan identitas yang
mereprentasikan citra STIKes MP sebagai sebuah perguruan Tinggi
yang berada di lingkungan amal usaha Muhammadiyah.
b. Brand STIKes Muhammadiyah Palembang digambarkan dalam sebuah
simbol bersifat menyeluruh, berupa Nama, simbol dengan penggunaan
kombinasi warna yang merupakan penyampaian citra positif melalui
sebuah tampilan sederhana dalam bentuk simbol. Brand digunakan
35

sebagai bentuk yang konsisten menggunakan kombinasi warna untuk


membangun ingatan masyarakat tentang keberadaan STIKes MP
sehingga mudah dikenal oleh masyarakat luas.
c. Brand STIKes MP merupakan sebagai media promosi dan pendamping
LOGO STIKes resmi yang telah diatur oleh Statuta STIKes MP
d. Secara resmi Brand STIKes Muhammadiyah Palembang diresmikan
Penggunaannya pada tanggal 8 September 2016 bertepatan dengan
milad ke 10 STIKes MP

4. Unit Ruangan dan Jumlah Pegawai Non-Dosen STIKes


Muhammadiyah Palembang

Tabel 5.2
Unit ruangan stikes muhammadiyah palembang

No Unit Ruangan Jumlah Pegawai


1. Humas 5
2. BAAK 4
3. Administrasi Umum 6
4. Lembaga AIK dan Kaderisasi 4
5. Perlengkapan 5
6. Unit Laboratorium 4
7. Unit Perpustakaan 3
8. Kantor Bahasa Asing 2
Jumlah 33
36

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan umur

Karakteristik Umur Frekuensi Persentasi


Remaja Akhir (17-25) 2 6.3
Dewasa Awal (26-35) 12 37.5
Dewasa Akhir (36-45) 18 56.3
Total 32 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, didapatkan hasil rata-rata (mean) umur


responden pada penelitian ini paling banyak Dewasa Akhir (36-45) yaitu
sebanyak 18 orang (56.3%).

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik Jenis Frekuensi Persentasi
Kelamin
Laki-laki 16 50.0
Perempuan 16 50.0
Total 32 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, maka didapatkan jenis kelamin dari 32


responden dengan hasil jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (50.0%)
dan jenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (50.0%).
37

2. Analisis Univariat

Tabel 5.5
Distribusi responden berdasarkan observasi posisi duduk

Karakteristik Observasi Frekuensi Persentasi


Posisi Duduk
Ergonomik 12 37.5
Tidak Ergonomik 20 62.5
Total 32 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa distribusi posisi


duduk responden ergonomic sebanyak 12 responden (37.5%) dan Tidak
ergonomik sebanyak 20 responden (62.5%)

Tabel 5.6
Distribusi responden berdasarkan kejadian Low Back Pain (LBP)
Kejadian Low Back Pain Frekuensi Persentasi
(LBP)
Ya 20 62.5
Tidak 12 37.5
Total 32 100.0

Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa distribusi kejadian


Low Back Pain (LBP) responden yang mengalami Low Back Pain (LBP)
sebanyak 20 responden (62.5%) dan yang tidak mengalami Low Back Pain
(LBP) 12 responden (37.5%).
38

3. Analisa Bivariat
Untuk mengidentifikasi adanya hubungan posisi duduk dengan
kejadian Low Back Pain (LBP) pada pegawai di STIKes Muhammadiyah
Palembang digunakan uji Chi Square.
Tabel 5.7
Posisi duduk yang mengalami low back pain (LBP)

Low Back Pain (LBP) p-


Jumlah OR
Posisi Duduk Ya Tidak value
N % N % N %
Ergonomik 4 12.5% 8 12.5% 12 37.5% 0.02 0.12
Tidak Ergonomik 16 50.0% 4 12.5% 20 62.5% 1 5
Total 20 37.5% 12 62.5% 32 100.0%

Berdasarkan tabel 5.7 diatas responden dengan posisi duduk


ergonomik yang mengalami Low Back Pain (LBP) sebanyak 4 orang
(12.5%), dan yang tidak mengalami Low Back Pain (LBP) sebanyak 8
(12.5%). Responden dengan posisi duduk tidak ergonomik yang
mengalami Low Back Pain (LBP) sebanyak 16 orang (50.0%), dan yang
tidak mengalami Low Back Pain (LBP) sebanyak 4 orang (12.5%).

Berdasarkan uji Chi-square diperoleh nilai p-value sebesar 0,021.


Karena ρ-value < dari alpha 0,05 maka Hα diterima dan Hο ditolak,
sehingga dapat dikatakan bahwa ada Hubungan Posisi Duduk Dengan
kejadian Low Back Pain (LBP) pada pegawai di STIKes Muhammadiyah
Palembang
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan desain Cross sectional hanya sebatas mecari
hubungan antara variabel posisi duduk dengan variabel Low Back Pain (LBP),
uji statistic yang digunkan yaitu uji Chi Square, instrument pengumpulan data
dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu menggunakan seluruh
anggota populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi.

B. Analisa Univariat
1. Posisi Duduk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi duduk paling banyak
dilakukan pegawai adalah posisi duduk tidak ergonomic sebanyak 20 orang
(62.5%). Duduk merupakan salah satu sikap tubuh menopang batang badan
bagian atas oleh pinggul dan sebagian paha yang terbatas pergerakannya
(Lis dkk, 2007). Setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila
tidak dilakukan secara ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat. (Tarwaka, 2004)
Posisi duduk yang tidak ergonomic dapat mempengaruhi risiko
Nyeri Punggung Bawah karena dapat memicu kerja otot yang kuat dan
lama tanpa cukup pemulihan sehingga aliran darah ke otot terhambat. Oleh
karena itu agar tidak terjadi Nyeri punggung bawah yang makin parah,
maka perlu diperhatikan lama dan sikap duduk yang benar. Untuk
mengurangi resiko nyeri punggung bawah sebaiknya istirahat sejenak dari
duduk dengan berdiri dan relaks. Selain itu aktivitas olahraga untuk
mengurangi dan mencegah Nyeri punggung bawah lebih parah perlu
dilakukan (Samara, 2004).

39
40

Hal ini sejalan dengan penelitian Asri & Tantri (2016) bahwa
responden dengan posisi duduk baik yang mengeluh nyeri sebanyak 3
orang (25 %), dan yang tidak mengeluh nyeri sebanyak 9 (75 %).
Responden dengan posisi duduk tidak baik yang mengeluh nyeri sebanyak
17 orang (73,9 %), dan yang tidak mengeluh nyeri sebanyak 6 orang (26,1
%). Penelitian Pirade dkk (2012) menyatakan bahwa Terdapat hubungan
yang kuat antara kejadian Nyeri punggung bawah dengan posisi dan lama
duduk. dan juga hasil penelitian Jahidin (2016) diperoleh hasil ada
hubungan antara posisi duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah.
Berdasarkan teori dan penelitian terkait, peneliti berpendapat
bahwa posisi duduk dapat mempengaruhi risiko Nyeri Punggung Bawah.
Posisi duduk yang kurang ergonomis dapat menyebabkan kerja otot yang
kuat dan lama sehingga aliran darah ke otot terhambat. Dan sebagian besar
kursi dan posisi duduk responden saat dilakukan penelitian yaitu Rata-rata
kursi yang dipakai mempunyai sandaran punggung. Namun, tidak
dimanfaatkan sehingga responden cenderung duduk dengan posisi
membungkuk. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya keluhan nyeri
punggung bawah.

2. Low Back Pain (LBP)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami Low
Back Pain (LBP) sebanyak 20 orang (62.5%) dan yang tidak mengalami
Low Back Pain (LBP) 12 orang (37.5%).
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik (Idyan, 2007). Low back pain merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal akibat dari ergonomi yang salah. Gejala utama low back
pain adalah rasa nyeri di daerah tulang belakang bagian punggung (Umami
et al., 2013). Penyebab Low Back Pain (LBP) yang paling sering adalah
41

duduk terlalu lama, sikap duduk yang salah, postur tubuh yang tidak ideal,
aktivitas yang berlebihan, serta trauma (Gatam, 2010).
Dari hasil penelitian Asri & Tantri (2016) didapatkan bahwa Low
Back Pain (LBP) yang paling sering dirasakan oleh pegawai adalah rasa
kaku pada daerah pinggang dan pegal-pegal pada daerah pinggang. Ini
dikarenakan posisi duduk yang tidak ergonomik. Hal ini sejalan dengan
teori yang mengatakan macam-macam keluhan nyeri punggung yaitu Rasa
kaku pada punggung, pegal-pegal, dan nyeri pada bagian pinggang.
(Hafsoh, 2010).
Berdasarkan teori dan penelitian yang ada, peneliti berasumsi bahwa
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik dan
merupakan akibat dari ergonomi yang salah sehingga dapat menyebabkan
Low back pain (LBP). Dan gejala yang sering timbul yaitu rasa kaku, pegal
dan kram pada daerah punggung.

C. Analisa Bivariat
1. Hubungan Posisi Duduk dengan kejadian Low Back Pain (LBP)
pada pegawai di STIKes Muhammadiyah Palembang
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji chi square didapatkan hasil
bahwa ada hubungan yang significant antara Posisi duduk dengan
kejadian Low Back Pain (LBP). Dari hasil uji analisis diperoleh sebanyak
32 responden dengan posisi duduk ergonomik yang mengalami Low Back
Pain (LBP) sebanyak 4 orang (12.5%), dan yang tidak mengalami Low
Back Pain (LBP) sebanyak 8 (12.5%). Responden dengan posisi duduk
tidak ergonomik yang mengalami Low Back Pain (LBP) sebanyak 16
orang (50.0%), dan yang tidak mengalami Low Back Pain (LBP)
sebanyak 4 orang (12.5%). Didapatkan hubungan Posisi duduk dengan
kejadian Low Back Pain (LBP) dengan nilai p-value sebesar 0,021.
Analisis keeratan hubungan Posisi duduk dengan kejadian Low Back
42

Pain (LBP) di peroleh OR=0.125, artinya posisi duduk bepeluang


sebesar 0.125 untuk mempengaruhi kejadian Low Back Pain (LBP).

Low back pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah merupakan


salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas
tubuh yang kurang baik. Low back pain (LBP) atau Nyeri punggung
bawah adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian bawah
dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang (Aprilia & Tantri,
2016). Nyeri punggung bawah (NPB), yang dirasakan di daerah lumbal
atau lumbosakral, dapat berupa nyeri lokal, radikular atau keduanya
(Harkian dkk, 2014). Low Back Pain (LBP) dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor lain yaitu usia, jenis kelamin, indexs massa tubuh,
kebiasaan merokok, massa kerja. Adapun factor lainnya yaitu Faktor
gerakan tubuh yang dapat merupakan beban dinamis maupun statis bagi
punggung seperti berputar, membungkuk, posisi statis (Umami et al.,
2013).
Secara umum Nyeri punggung bawah (NPB), ini disebabkan
karena peregangan otot dan bertambahnya usia sehingga dapat
menyebabkan intensitas olahraga dan gerak semakin berkurang. Hal ini
dapat menyebabkan otot-otot punggung dan perut akan menjadi lemah
(Umami et al., 2013). Penyebab Low Back Pain (LBP) yang paling
banyak adalah duduk terlalu lama, sikap duduk yang salah, postur tubuh
yang tidak ideal, aktivitas yang berlebihan, serta trauma (Gatam, 2010).
Posisi duduk yang salah dapat mengakibatkan ketegangan dan
keregangan ligamentum dan otot tulang belakang sehingga
mengakibatkan keluhan Nyeri Punggung Bawah (Asri & Tantri 2016).
Posisi duduk juga dapat mempengaruhi risiko Nyeri Punggung Bawah
karena Posisi duduk kurang ergonomis seperti duduk dalam posisi
membungkuk dapat memicu kerja otot yang kuat dan lama tanpa cukup
pemulihan dan aliran darah ke otot terhambat (Jahidin, 2016).
43

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khumaerah (2011) bahwa


faktor yang mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri punggung bawah
adalah duduk terlalu lama dan posisi yang salah atau tidak baik. Dan juga
penelitian Ahmad (2014) bahwa posisi duduk mempengaruhi timbulnya
keluhan nyeri punggung bawah. Penelitian ini juga didukung oleh hasil
penelitian Jahidin (2016) yang mengatakan lama posisi duduk
mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Istilah Low
Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah erat kaitannya dengan
posisi tubuh yang salah saat kerja dan juga ada pengaruh dari faktor usia.
Kondisi tersebut menyebabkan kelelahan dan otot-otot pinggang menjadi
tegang, sehingga menyebabkan aliran darah ke otot punggung bawah
yang mengangkut oksigen menjadi terhambat dan otot kekurangan
oksigen yang berakibat timbulnya nyeri pada area punggung bawah.
(Santoso, 2008). Hal ini berbanding lurus dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan bahwa posisi duduk yang paling banyak pada pegawai
yaitu posisi duduk tidak ergonomik atau posisi yang salah yang dapat
menyebabkan Low Back Pain (LBP).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pegawai di
STIKes Muhammadiyah Palembang, maka peneliti berpendapat bahwa
posisi duduk dapat menyebabkan Low Back Pain (LBP) hal ini
disebabkan karena Posisi duduk yang salah dan kurang ergonomis seperti
duduk dalam posisi membungkuk dapat memicu kerja otot yang kuat dan
lama sehingga aliran darah ke otot terhambat. Dan juga dari observasi
yang dilakukan peneliti ada beberapa kursi yang tidak memenuhi standar
ergonomic hal ini juga lah yang dapat memicu posisi duduk yang salah
dan tidak ergonomic.
44

3. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini yaitu responden cenderung duduk secara
ergonomis karena sebelumnya responden telah dimintai persetujuan dan diberi
penjelasan bagaimana posisi duduk yang benar sehingga membuat mereka
merubah posisi duduk sesuai dengan yang telah dijelaskan hal ini akan
mempengaruhii hasil observasi yang dilakukan. Factor lain dari Low Back Pain
(LBP) juga tidak diteliti seperti index masa tubuh (IMT), usia, jenis kelamin,
kebiasaan merokok dan massa kerja padahal hal ini penting untuk menentukan
bahwa responden mengalami Low Back Pain (LBP) dan bukan hanya karena
posisi duduk tapi karena ada factor lainnya.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Hubungan
Posisi Duduk Dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada pegawai di STIKes
Muhammadiyah Palembang” diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil posisi duduk responden Tidak
ergonomik sebanyak 20 orang (62.5%) dan ergonomic sebanyak 12 orang
(37.5%).
2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil kejadian Low Back Pain (LBP)
responden yang mengalami Low Back Pain (LBP) sebanyak 20 orang
(62.5%) dan yang tidak mengalami Low Back Pain (LBP) 12 orang
(37.5%).
3. Hasil penelitian diperoleh bahwa bahwa ada Hubungan Posisi Duduk
Dengan kejadian Low Back Pain (LBP) pada pegawai di STIKes
Muhammadiyah Palembang dengan nilai p-value sebesar 0,021.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menyarankan :
1. Untuk Peneliti selanjutnya
Diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
dapat menyebabkan kejadian Low Back Pain (LBP) dengan jumlah sampel
yang lebih besar agar penelitian lebih sempurna dengan uji multivariat.
2. Untuk STIKes Muhammadiyah Palembang
Diharapkan dapat memperhatikan dan memberikan kursi pada pegawai
dengan standar kursi yang ergonomic guna mencegah timbulnya kejadian
Low Back Pain (LBP)

45
46

3. Untuk Peneliti
Diharapkan agar menjelaskan lebih detail lagi teori dan masalah-masalah
apa yang dapat terjadi pada pekerja akibat dari posisi duduk dan ergonomic
yang salah guna mencegah kejadian Low Back Pain (LBP) sehingga hasil
penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi untuk peneliti selanjutnya,
khususnya untuk posisi duduk dengan kejadian Low Back Pain (LBP)
DAFTAR PUSTAKA

Andini F. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. J Majority. 2015 Jan;4:12-
19. 32.
Anonim, 2007. Hubungan Sikap Kerja Duduk Dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah Pada Pekerja Rental Komputer Di Pabelan Kartasura 2008. Skripsi
(Universitas Muhammadiyah Surakarta). Dari Eprints.Ums.Ac.Id. Diakses
Tanggal 7 Desember 2015
Aprilia Asri, Tantriani. 2016. Hubungan Lama Dan Posisi Duduk Dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjahit Baju Di Pasar Sentral
Polewali Dan Pasar Wonomulyokab. Polewali Mandar
Armstrong, T.J., Fine, L.J., Goldstein, S.A., Lifshitz, Y.R. and silverstein, B.A.
(2005). Ergonomic consideration of the hand and wristtendinitis, Journalof
Hand Surgery,12A (Pt. 2), 830–7
Bbc News. Sitting Straight ‘Bad For Backs’. [Cited 2006 Nov28].
Bigos, S.J., Spengler, D.M., Martin, N.A., Zeh, J., Fisher, L. Andnachemson, A.
(2006). Back Injuries In Industry: A Retrospective Study, Spine,11, 252–6
Clark, R.G. (2008). The Limiting Hand Skin Temperature For Unaffected
Manualperformance In The Cold, Journal Of Applied Psychology,45, 193–4
Feuerstein, M. (2005) Workstyle: Definition, Empirical Support And Implication
Forprevention, Evaluation And Rehabilitation Of Occupational Upper
Extremity Disorders,In Moon, S. And Sauter, S. (Eds) Beyond
Biomechanics: Psychosocialinfluences Oncumulative Trauma Disorders In
Office Workers, Pp. 177–206,London: Taylor & Francis.
Freitas KP, deBarros SS, Angelo R, Uchoa E. Occupational low back pain and
the sitting position: effects of labor kinesiotherapy. [Original article]. Rev
dor Sao Paulo. 2011;12:308-13
Gatam. 2006. Hubungan Sikap Kerja Duduk Dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah Pada Pekerja Rental Komputer Di Pabelan Kartasura 2008.Skripsi

47
48

(Universitas Muhammadiyah Surakarta). Diakses Tanggal 7 Desember


2015. Dari Eprints.Ums.Ac.Id
Gupta Nidhi, Caroline Stordal Christiansen, David M. Hallman Et All. 2015. Is
Objectively Measured Sitting Timeassociated With Low Back Pain? A
Cross-Sectional Investigation In The Nomad Study
Harkian Yusuf, Dyan Roshinta Laksmi Dewi, Iit Fitrianingrum. 2014. Hubungan
Antara Lama Dan Sikap Duduk Terhadap kejadian Nyeri Punggung Bawah
Di Poliklinik Saraf Rsud Dokter Soedarso Pontianak.
Jahidin Ahid. 2016. Hubungan Lama Dan Posisi Duduk Dengan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Pada Penjahit Baju Di Pasar Sentral Polewali Dan
Pasar Wonomulyo Kabupaten Polewali Manda.
Kantana T. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain
Pada Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT. Enseval Putera Megatrading
Jakarta Tahun 2010. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Keyserling, W.M., Armstrong, T.J. And Punnett, L. (2006). Ergonomic
Jobanalysis: A Structured Approach For Identifying Risk Factors
Associated Withoverexertion Injuries And Disorders, Applied Occupational
Environmental Hygiene,6, 353–63.
Khumaerah A. 2011. Hubungan Antara Lama Duduk dan Posisi duduk dengan
Derajat Nyeri Pada Pekerja Jasa Pengetikan yang Menderita Nyeri
Punggung Bawah di Makassar 2011 [skripsi]. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Kuorinka, I. And Forcier, L. (2005). Work Related Musculoskeletal
Disorders(Wmsds):A Reference Book For Prevention, Washington, Dc:
Taylor And Francis.
Lailani, T. M. 2013. Hubungan Antara Peningkatan Indeks Massa Tubuh Dengan
Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik
Rsud Dokter Soedarso Pontianak. Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak. (Skripsi).
49

Lis, A.M., Black, K. M., Korn, H., Nordin, M. 2007. Association Between Sitting
And Occupational Lbp. Eur Spinejournal. Volume 16:P283-298.
Lukman, Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal, Jakarta: Salemba Medika
Magora, A. (2006). Investigation Of The Relationship Between Low Back Pain
Andoccupation: Iii Physical Requirements: Sitting, Standing And Weight
Lifting, Industrialmedicine And Surgery.
National Center Of Health Statistics (Nchs). 2010. Summary Health Statistics For
U.S. Adults: National Health Interview Survey2009, Volume 10: Number
249: P30-35.
Nielson, R. (1986). Clothing And Thermal Environments: Field Studies On
Industrial Workin Cool Conditions, Applied Ergonomics,17 (1), 47–57.
Niosh. (2006). Work Practices Guide For Manual Lifting. Cincinnati, Oh.:
Usdepartment Of Health And Human Services. (Technical Report No. 81–
122).
Noor Zairin. 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Parjoto,S. 2007. Pentingnya Memahami Sikap Tubuh Dalam Kehidupan. IFI
Graha Jati Asih. Majalah Fisioterapi Indonesia. 7(11)
Pirade Aron, Engeline Angliadi, Lidwina S. Sengkey 2012. Hubungan Posisi Dan
Lama Duduk Dengan Nyeri Punggung Bawah (Npb) Mekanik Kronik Pada
Karyawan Bank
Purnamasari H, Gunarso U, Rujito L.Overweight sebagai faktor resiko low back
pain pada pasien poli saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Mandala of health. 2010;4:26-31.
Ratini M. 2015. Understanding The Symptoms of Back Pain [Online
Article][diunduh 27 Mei 2016]. Tersedia dari http.//www.webMD.com
50

Samara, D. 2004. Lama Dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya
Nyeri Punggung Bawah. Jurnal Kedokteran Trisakti. Volume 23: Nomor 2.
Sarkar Pa, Shigli Al. Ergonomics In General Dental Practice. People’s Journal
Of Scientific Research. 2012;5(1):56-9.
Tarwaka, Solichul HA.Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas Ed 1, Cet 1, Surakarta:
UNIBA PRESS
Umami Amalia Riza, Ragil Ismi Hartanti, Anita Dewi P.S. 2013. Hubungan
Antara Karakteristik Responden Dan Sikap Kerjaduduk Dengan Keluhan
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Pekerja Batik Tulis(The
Relationship Among Respondent Characteristic Andawkward Posture With
Low Back Pain In Batik Workers.
Wetz. 2005. Sitting And Low Back Pain. Dapat Diakses Dari Url:
Http//Drwetz.Com/Scientific/Sitting.Htm. Diakses Agustus 2014.
World Health Organization. 2013. Low Back Pain. Priority Medicines for Europe
and The World. 81: 671-6.
Widiasih, Ghina. 2015. Hubungan Posisi Belajar Dan Lama Duduk Dengan
Kejadian Nyeri Punggung Bawah Mahasiswi Pspd Fkik Uin Jakarta.
Skripsi. Jakarta. Diakses Tanggal 2 Februari 2016
Wijayanti Tiyas, Mg Catur Yuantari, Supriyono Asfawi. 2013. Hubungan Antara
Posisi Kerja Duduk Dengan Keluhan Subyektif Nyeri Pinggang Pada
Penjahit Garment Di Pt. Apac Inti Corpora Kabupaten Semarang Tahun
2013. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
51

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai