Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

BIODIVERSITAS HEWAN

ACARA PRAKTIKUM KE: I


“FILUM PORIFERA DAN COELENTERATA”

Nama : Ermita Khusniyatul Alawiyah


NIM : 24020118120050
Kelompok : 03
Hari, tanggal : Selasa, 24 Maret 2020
Asisten : Jihan Afifah

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 24 Maret 2020

Mengetahui,

Asisten Praktikan

Jihan Afifah Ermita Khusniyatul Alawiyah


24020117140083 24020118120050

ACARA 1
FILUM PORIFERA DAN COELENTERATA
1. Tujuan
1.1 Mampu mengenal ciri‐ciri umum dan khusus Filum Porifera dan Coelenterata yang
penting untuk identifikasi.
1.2 Mampu mengenal dan mengidentifikasi beberapa jenis anggota filum tersebut.

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Porifera

Gambar 2.1 Porifera


(Rudi, 2011)

Porifera merupakan salah satu kelas dari invertebrata atau hewan tidak bertulang
belakang. Porifera adalah hewan yang pada permukaan tubuhnya berpori. Pori-pori ditubuhnya
dihubungkan oleh saluran kecil menuju rongga yang dindingnya mempunyai rambut getar.
Fungsi pori sebagai saluran keluar masuknya air yang mengandung bahan makanan ke dalam
rongga tubuh. Ukuran tubuh porifera sangat berfariasi, dari sebesar kacang polong sampai
setinggi 90 cm dengan lebar 1 meter (Aswan, 2017).

Porifera merupakan hewan bersel banyak (metazoa) yang paling sederhana atau
primitive. Hal ini karena sel-sel cenderung bekerja sendiri-sendiri dan belum terorganisi dengan
baik serta belum mempunyai organ atau jaringan sejati. Porifera merupakan hewan multiseluler,
tapi belum mempunyai jaringan, organ dan sistem organ. Gerakanya sangat kecil dan hidupnya
bersifat menetap. Biasanya porifera terdapat pada perairan jernih, dangkal dan menempel pada
substrat (Bella, 2013).
2.2 Coelenterata

Gambar 2.2 Coelenterta


(Rusyana, 2013)

Coelenterata merupakan hewan invertebrate yang memiliki rongga dengan bentuk tubuh
seperti tabung dan mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Pada saat berenang, pada mulut
Coelenterata menghadap ke dasar laut. Pada tubuh Coelenterata (hewan berongga) yaitu terdiri
atas jaringan luar (eksoderm) dan jaringan dalam (endoderm) serta sistem otot yang membujur
dan menyilang (mesoglea). Dalam istilah Coelenterata berasal dari bahasa Yunani dari kata
Coeles yang berarti rongga dan interon yang berarti usus. Fungsi rongga tubuh pada Coelenterata
ialah sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler) (Subowo, 2015).

Coelenterata adalah berasal dari kata coelon yang artinya yakni berongga dan enteron
yang artinya yakni perut. Jadi Coelenterata diartikan sebagai hewan perut berongga. Makanan
masuk melalui mulut lalu masuk ke perut, pada bagian rongga tubuh digunakan sebagai tempat
pencernaan makanan dan sebagai alat pengedar sari makanan dan sisa makanan dikeluarkan.
Coelenterata memiliki sel penyengat. Sel penyengat terdapat pada tentakel yang ada disekitar
mulut. Contoh Coelenterata (hewan berongga) ialah ubur-ubur, hydra dan anemon laut (Aslan,
2013).

III. Metode
3.1 Alat
3.1.1 Alat tulis
3.1.2 Buku laporan Sementara
3.1.3 Buku panduan praktikum
3.1.4 Kamera Hp

3.2 Bahan
3.2.1 Spongia Sp.
3.2.2 Euplectella Sp.
3.2.3 Scypha Sp.
3.2.4 Tubipora musica
3.2.5 Acropora Sp.
3.2.6 Favia Sp.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Alat dan bahan disiapkan
3.3.2 Bahan dari referensi google diamati dengan teliti
3.3.3 Klasifikasi dari bahan di tulis di buku laporan sementara
3.3.4 Morfologi dari bahan di gambar
3.3.5 Ciri-ciri dari bahan di sebutkan dan di catat
3.3.6 Tabel dibuat dengan karakteristik umum porifera dan coelenterate

IV. Hasil Pengamatan


N Nama + Gambar Tangan Gambar Referensi Keterangan Gambar
O

1. Spongia Sp.

1 Osculum
2 Ostium

(Dok. Pribadi, 2020) (Haris, 2013)

2. Euplectella Sp.

1. Osculum
2. Ostium

(Dok. Pribadi, 2020) (Aswan, 2017)

3. Scypha Sp.

1. Substrat
2. Base
3. Spicula
4. Silinder/tabung
5. Osculum

(Dok. Pribadi, 2020) (Suharyanto, 2018)


4. Tubipora musica

1. Shyponoglip
2. Sekat
3. Teka

(Dok. Pribadi, 2020) (Mukayat, 2011)

5. Acropora Sp.

1. Coralid
2. Shyponoglip

(Dok. Pribadi, 2020) (Yusminah, 2012)

6. Favia Sp.

1. Coralid
2. Septa
3. Shyponoglip

(Dok. Pribadi, 2020) (Hari, 2013)


V. Pembahasan

Praktikum Biodiversitas Hewan Acara 1 yang berjudul “Filum Porifera dan Coelenterata”
dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Maret 2020 secara online. Tujuan dari praktikum ini adalah
mampu mengenal ciri‐ciri umum dan khusus Filum Porifera dan Coelenterata yang penting untuk
identifikasi serta mampu mengenal dan mengidentifikasi beberapa jenis anggota filum tersebut.
Alat yang digunakan adalah alat tulis, buku laporan sementara, buku panduan praktikum, dan
kamera hp. Bahan yang digunakan yaitu Spongia Sp., Euplectella Sp., Scypha Sp., Tubipora
musica, Acropora Sp., dan Favia Sp. Cara kerja dari praktikum ini yaitu Alat dan bahan
disiapkan. Bahan dari referensi google diamati dengan teliti. Klasifikasi dari bahan di tulis di
buku laporan sementara. Morfologi dari bahan di gambar. Ciri-ciri dari bahan di sebutkan dan di
catat. Tabel dibuat dengan karakteristik umum porifera dan coelenterate

5.1 Porifera
5.1.1 Spongia Sp.
Spongia Sp. termasuk kelompok hewan porifera karena memiliki dua lubang
yaitu lubang paling besar (osculum) dan lubang yang kecil (ostium). Hal ini sesuai
dengan pendapat Rudi (2011) yang menyatakan bahwa porifera dapat diartikan hewan
yang memiliki pori pada struktur tubuhnya. Contohnya yaitu Spongia Sp. dimana
sebagian besar hidupnya di laut dangkal sampai kedalaman 3,5 meter dan hanya satu
suku yang hidup di air tawar yaitu Spongilidae.
Ciri umum dari Spongia Sp. yaitu Spongia Sp. ini sudah merupakan Metazoan,
dinding tubuhnya berpori-pori dan sudah mempunyai sistem canol. Adapun ciri
khusunya yaitu pada tubuh Porifera terdapat pori-pori sebagai jalan masuknya air yang
membawa makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Haris (2013) yang menyatakan
bahwa ciri umum dari porifera merupakan hewan metazoan paling sederhana, tubuh
terdiri atas banyak sel dan bentuk tubuhnya seperti tabung atau jambangan yang
berpori dan di dalamnya terdapat rongga tubuh. Sedangkan ciri khas porifera adalah
memiliki lubang atau pori (spongosol) di seluruh bagian tubuhnya. Selain tubuhnya
yang berpori-pori, bentuknya seperti vas bunga, pipih atau bercabang dan melekat di
dasar air.
Bagian tubuh dari Spongia Sp. yaitu osculum dan ostium. Fungsi osculum yaitu
untuk mengeluarkan air sedangkan ostium digunakan untuk penyerapan makanan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Swignyo (2014) yang menyatakan bahwa Spongia Sp.
memiliki 2 lubang yaitu osculum dan ostium. Osculum untuk jalan mengeluarkan air
sedangkan ostium untuk penyerapan makanan dan membentuk saluran air menuju ke
spongosol.
Reproduksi dari Spongia Sp. yaitu dapat bereproduksi secara seksual maupun
aseksual. Secara seksual dengan membentuk ovum dan sperma sedangkan secara
aseksual dengan tunas dan gemula. Hal ini sesuai dengan pendapat Haris (2013) yang
menyatakan bahwa Secara seksual porifera akan membentuk ovum dan sperma yang
dilakukan oleh sel koanosit, kemudian terjadi fertilisasi, karena bersifat hermafrodit
(memiliki 2 kelamin) setiap individu dapat mengeluarkan sperma maupun ovum, dan
pertemuan sperma dan ovum terjadi di mesofil yang kemudian akan tumbuh menjadi
larva dan dilepaskan ke perairan. Sedangkan reproduksi secara aseksual dilakukan
dengan pembentukan tunas dan gemula dari sekumpulan sel yang akan tumbuh
menjadi individu baru.
Habitat dari Spongia Sp. yaitu hidup di air laut dan di air tawar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Romimohtarto (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar
Spongia Sp. ini hidup di laut, namun hanya sebagian saja yang hidup di air tawar.
Filum Porifera biasa hidup di laut, mulai dari daerah perairan pantai yang dangkal
hingga daerah kedalaman 5,5 km. Tubuhnya melekat pada suatu dasar dan tidak dapat
berpindah tempat (sesil).
Manfat Spongia Sp. ini biasanya di dalam kehidupan manusia kerap digunakan
sebagai sebuah spons yang bisa dijadikan sebagai penggosok tubuh pada saat mandi
maupun pekerjaan rumah lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bella (2013) yang
menyatakan bahwa Spongia Sp. dimanfaatkan sebagai alat penggosok (mandi, cuci
piring dan lain-lain), sebagai bahan obat-obatan (antibiotik, antiviral), obat kanker
leukimia. Selain itu juga dapat digunakan sebagai sarana dalam mengembang biakan
dan membatu hewan laut dalm memperoleh makanan.
5.1.2 Euplectella Sp.
Euplectella Sp. termasuk kelompok hewan porifera dalam kelas demospongiae
karena memiliki bentuk tubuhnya yang berpori dan memiliki permukaan yang keras
seperti batu. Hal ini sesuai dengan pendapat Rudi (2011) yang menyatakan bahwa
Euplectella Sp. termasuk porifera karena memiliki pori dan spikula yang tersusun dari
silika. Ciri Umum dari Spesies ini yaitu ujungnya berbentuk vas bunga atau mangkuk,
memiliki permukaan keras. Sedangkan ciri khusunya yaitu memiliki spikula, badannya
seperti tabung seperti kaca pintaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Romimohtarto
(2012) yang menyatakan bahwa Euplectella Sp memiliki ciri umum yaitu berbentuk
silinder, tapi juga bisa berbentuk cangkir, guci atau bercabang. Tubuhnya kebanyakan
berwarna pucat. Ketinggian rata-rata antara 10-30 cm. Spesies ini memiliki struktur
khusus di pangkalan mereka untuk memegang teguh pada dasar laut. Memiliki spikula
dari silicon berbentuk triakson.
Bagian tubuh dari Euplectella Sp. yaitu osculum dan ostium. Fungsi osculum
yaitu untuk mengeluarkan air sedangkan ostium digunakan untuk penyerapan
makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Aswan (2017) yang menyatakan bahwa
Euplectella Sp. memiliki 2 lubang yaitu osculum dan ostium. Osculum untuk jalan
mengeluarkan air sedangkan ostium untuk penyerapan makanan dan membentuk
saluran air menuju ke spongosol.
Reproduksi dari Euplectella Sp. yaitu dapat bereproduksi secara seksual
maupun aseksual. Secara seksual dengan membentuk ovum dan sperma sedangkan
secara aseksual dengan tunas dan gemula Hal ini sesuai dengan pendapat Swignyo
(2014) yang menyatakan bahwa reproduksi dari Euplectella Sp. yaitu secara seksual
dilakukan dengan pembuahan antar ovum dan spermatozoid. Sedangkan secara
aseksual yaitu perkembangbiakan yang dilakukan dengan membentuk kuncup dalam
koloni. Kuncup muncul dari pangkal kaki porifera kuncup makin mebesar sehingga
jika terbentuk beberapa kuncup, akan membentuk sebuah koloni. Selain itu potongan
tubuhnya yang terlepas akan mudah tumbuh menjadi porifera baru. Porifera air tawar
dapat berkembang dengan gemmula atau terbungkusnya sel-sel koanosit dengan kuat
dan tebal. Keadaan yang demikian merupakan bentuk pertahanan porifera terhadap
kekeringan. Bila air telah cukup akan tumbuh lagi menjadi porifera baru.
Habitat dari Euplectella Sp. yaitu hidup di air laut dan tersebar luas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suharyanto (2018) yang menyatakan bahwa habitat dari
Euplectella Sp. umumnya hidup soliter di laut pada kedalaman 200-1000 m. Manfaat
Euplectella Sp. yaitu salah satunya sebagai bahan obat-obatan (antibiotik, antiviral),
obat kanker leukimia. Hal ini sesuai dengan pendapat Bella (2013) yang menyatakan
bahwa Manfaat Euplectella Sp. selain sebagai obat-obatan juga dapat mengembalikan
kualitas air. Hal ini dapat dibuktikan karena, zat-zat yang tidak berguna yang berada di
sekitar porifera bisa tersedot melalui pori-pori, dan porifera akan menyaringnya serta
sebagai tempat bersembunyi beberapa hewan laut dari predator.

5.1.3 Scypha Sp.


Schypa Sp. termasuk dalam kelompok hewan porifera yang tergolong ke
kelas calcarea dengan bentuk tubuh tabung bercabang dan memiliki lubang pori. Hal
ini sesuai dengan pendapat Aswan (2017) yang menyatkan bahwa Scypha Sp.
termasuk porifera karena termasuk hewan multiseluler berpori dan penyusun
rangkanya adalah kapur. Ciri umum dari Scypha Sp. yaitu bentuk tubuh tabung yang
bercabang-cabang, bentuk tubuhnya sederhana yang melekat pada substrat.
Sedangkan ciri khasnya adalah memiliki lubang atau pori (spongosol) di sekitar
bagian tubuhnya Hal ini sesuai dengan pendapat Haris (2013) yang menyatkan bahwa
ciri-ciri dari Scypha Sp. adalah memiliki bentuk tubuh tabung bercabang yang terbuat
dari kapur, organisme multiseluler dan memiliki lubang pori disekitar tubuhnya.
Bagian tubuh dari Scypha Sp. yaitu substrat, base, spicula, tabung, dan
osculum. Fungsi osculum yaitu untuk mengeluarkan air. Spicula sebagai kerangka
tubuh. Base sebagai bagian perkerasan yang meneruskan beban di atasnya. Substrat
untuk melekatnya Scypha Sp. Tabung untuk menampung air, Hal ini sesuai dengan
pendapat Bella (2013) yang menyatakan bahwa osculum untuk jalan mengeluarkan
air, base sebagai bagian bawah untuk menopang bagian atasnya, substrat sebagai
tempat perlekatan, spicula merupakan kerangka tubuh, dan tabung untuk menampung
air.
Reproduksi dari Scypha Sp. yaitu dapat bereproduksi secara seksual maupun
aseksual. Secara seksual dengan membentuk ovum dan sperma sedangkan secara
aseksual dengan tunas dan gemula Hal ini sesuai dengan pendapat Swignyo (2014)
yang menyatakan bahwa reproduksi dari Scypha Sp. yaitu secara seksual dilakukan
dengan pembuahan antar ovum dan spermatozoid. Sedangkan secara aseksual yaitu
perkembangbiakan yang dilakukan dengan membentuk kuncup dalam koloni. Kuncup
muncul dari pangkal kaki porifera kuncup makin mebesar sehingga jika terbentuk
beberapa kuncup, akan membentuk sebuah koloni. Selain itu potongan tubuhnya yang
terlepas akan mudah tumbuh menjadi porifera baru. Porifera air tawar dapat
berkembang dengan gemmula atau terbungkusnya sel-sel koanosit dengan kuat dan
tebal. Keadaan yang demikian merupakan bentuk pertahanan porifera terhadap
kekeringan. Bila air telah cukup akan tumbuh lagi menjadi porifera baru.
Habitat dari Scypha Sp. yaitu hidup di air laut dan di air tawar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suharyanto (2018) yang menyatakan bahwa sebagian besar Scypha
Sp. ini hidup di laut, namun hanya sebagian saja yang hidup di air tawar. Filum
Porifera biasa hidup di laut, mulai dari daerah perairan pantai yang dangkal hingga
daerah kedalaman 5,5 km. Tubuhnya melekat pada suatu dasar dan tidak dapat
berpindah tempat (sesil). Manfaat Scypha Sp. yaitu salah satunya sebagai bahan obat-
obatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Romimohtarto (2012) yang menyatakan
bahwa manfaat Scypha Sp. selain sebagai obat-obatan juga dapat mengembalikan
kualitas air. Hal ini dapat dibuktikan karena, zat-zat yang tidak berguna yang berada
di sekitar porifera bisa tersedot melalui pori-pori, dan porifera akan menyaringnya
serta sebagai tempat bersembunyi beberapa hewan laut dari predator.

5.2 Coelenterata
5.2.1 Tubipora musica
Tubipora musica termasuk dalam kelompok hewan Coelenterata dengan
memiliki bentuk berongga dan silindris. Hal ini sesuai dengan pendapat Mukayat
(2011) yang menyatakan bahwa semua hewan yang meiniliki tubuh berbentuk rongga
atau kantong yang digunakan sebagai usus, digolongkan ke dalam Coelenterata. Ciri
umum dari Tubipora musica yaitu memiliki rongga dengan bentuk tubuh seperti
tabung dan mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Tubuh Coelenterata simetris radial
dengan bentuk berupa medusa atau polip. Ciri khusus Tubipora musica yaitu
memiliki tubuh simetris radial dan jaringan yang sejati, dan beberapa membentuk
koloni, seperti karang. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusyana (2013) yang
menyatakan bahwa Tubipora musica memiliki ciri yaitu termasuk multiseluler dan
berbentuk radial simtris (memotong bidang melalui pusat menciptakan segmen
identik mereka memiliki bagian atas dan bawah tapi tidak ada sisi), merupakan hewan
invertebrate, memiliki bentuk seperti tabung serta dikelilingi tentakel di sekitar mulut.
Ciri Khusus spesies ini yaitu termasuk kelompok acoelomata, karena tidak
mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya melainkan rongga gastrovaskular.
Bagian tubuh dari Tubipora musica yaitu meliputi shyponoglip, septa/sekat
dan teka. Shyponoglip berfungsi untuk tempat masuknya air. Sekat untuk penyaring
udara masuk dan membatasi antar organ satu dg yg lain, Sedangkan tabung untuk
menampung air. Hal ini sesuai dengan pendapat Subowo (2015) yang menyatakan
bahwa shyponoglip atau lubang sebagai tempat masuknya air. Plat forms sebagai
sekat atau penyaring udara masuk. Sedangkan tabung dengan bentuk silindris dan
asimetris.
Reproduksi Tubipora musica terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Reproduksi seksual dilakukan dengan
pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Hal ini sesuai dengan pendapat Aslan
(2013) yang menyatakan bahwa reproduksi Tubipora musica secara aseksual
dilakukan dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada
Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap
melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Aseksual juga bisa terjadi
melalui pembentukan impuls atau fragmentasi. Sedangkan reproduksi seksual
dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Gamet dihasilakan
oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip.
Habitat dari Tubipora musica yaitu dapat hidup di air tawar, air laut, secara
solider (melekat pada dasar perairan) dan berkoloni. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sugiarti (2014) yang menyatakan bahwa Habitat dari Tubipora musica yaitu
seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar. Sebagaian besar hidup
dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain
di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk
medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Manfaat dari Tubipora musica yaitu salah satunya sebagai tempat hidup
untuk berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiarti
(2014) yang menyatakan bahwa peranan atau manfaat Tubipora musica yaitu sama
halnya dengan spesies lain yang termasuk dalam phylum coelenterata, Tubipora
musica juga memiliki peranan yang sama pentingnya yaitu merupakan tempat hidup
berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Serta sangat bermanfaat sebagai penahan ombak
untuk mencegah pengikisan pantai.

5.2.2 Acropora Sp.


Acropora Sp. termasuk dalam kelompok hewan Coelenterata dengan memiliki
lubang-lubang, hidup berkoloni dan dikenal sebagai meja karang dan bercabang. Hal
ini sesuai dengan pendapat Subowo (2015) yang menyatakan bahwa Acropora Sp.
termasuk Coelenterata karena memiliki koloni yang sangat umum dijumpai dalam
bentuk bercabang, meja dan bersemak-semak. Ciri umum dari Acropora Sp. yaitu
memiliki mulut pada setiap polip, Polipnya terlihat seperti batang, memiliki tentakel
seperti duri, melekat pada substrat. Ciri khusus dari Acropora Sp. ini merupakan
koloni individu yang dikenal sebagai polip, yang sekitar 2 mm dan berbagi jaringan
dan bersih saraf. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusminah (2012) yang menyatakan
bahwa Acropora Sp. memiliki ciri-ciri yaitu koloni dalam bentuk bercabang, meja
dan bersemak-semak. Bentuk mengerak (encrusting) dan submasif jarang ditemukan.
Memiliki dua tipe korait yaitu: axial koralit dan radial koralit. Tidak memiliki
kolumela. Dinding koralit terpisah dengan konestum (koralit memilki dinding
masing-masing). Polip hanya muncul di malam hari. Acropora sp. kebanyakan coklat
atau hijau tetapi beberapa berwarna cerah dan mereka karang langka dihargai oleh
aquarists. Ciri Khusus spesies ini yaitu termasuk kelompok acoelomata, karena tidak
mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya melainkan rongga gastrovaskular.
Bagian tubuh dari Acropora Sp. yaitu meliputi shyponoglip dan coralid.
Shyponoglip berfungsi untuk tempat masuknya air dan coralid sebagai penyusun dari
Acropora Sp. Hal ini sesuai dengan pendapat Hari (2013) yang menyatakan bahwa
shyponoglip atau lubang sebagai tempat masuknya air. Penyusun dari Acropora Sp.
yaitu coralid.
Reproduksi Acropora Sp. terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Reproduksi seksual dilakukan
dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Hal ini sesuai dengan pendapat
Sugiarti (2014) yang menyatakan bahwa reproduksi Acropora Sp. secara aseksual
dilakukan dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada
Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap
melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Aseksual juga bisa terjadi
melalui pembentukan impuls atau fragmentasi. Sedangkan reproduksi seksual
dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Gamet dihasilakan
oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip.
Habitat dari Acropora sp. Karang ini umumnya banyak hidup di perairan
dangkal. Hal ini sesuai dengan pendapat Aslan (2013) yang menyatakan bahwa
Acropora Sp. paling umum di temukan di lingkungan terumbu dangkal dengan
cahaya terang dan sedang hingga gerakan air yang tinggi. Karang ini banyak
dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter. Ditemukan juga di lereng karang bagian
tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
Manfaat dari Acropora Sp. yaitu salah satunya sebagai tempat hidup untuk
berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusyana (2013)
yang menyatakan bahwa peranan dari Acropora sp atau karang merupakan
komponen utama pembentukan ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu
karang merupakan tempat hidup berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Karang
dipantai juga sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah pengikisan
pantai.

5.2.3 Favia Sp.


Favia Sp. termasuk dalam kelompok hewan Coelenterata dengan memiliki
bentuk berongga dan memiliki coralid dengan bentuk segilima. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hari (2013) yang menyatakan bahwa Favia sp. digolongkan ke dalam
Coelenterata karena hidupnya berkoloni dan berbentuk lubang-lubang. Ciri umum
dari Favia Sp. yaitu mempunyai bentuk coralid segi lima, merupakan organisme
uniseluler yang hidupnya berkoloni. Ciri Khusus spesies ini yaitu termasuk
kelompok acoelomata, karena tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya
melainkan rongga gastrovaskular. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiarti (2014)
yang menyatakan bahwa Ciri dari Favia Sp. yaitu memiliki tubuh yang hampir
seperti cangkir yang polygonal, Favia sp. mempunyai bentuk yang hampir sama
dengan Astraea. Favia sp. hidupnya berkoloni dan hidup di laut dan merupakan salah
satu komponen batu karang. Di dalam Favia sp. terdapat skeleton yang berbentuk
karang tebal yangdibentuk oleh skeleton calcareous kalsium karbonat. Berbentuk
bulat telur pipih yang sekujur tubuhnya dipenuhi rongga yang dapat dilihat jelas.
Tubuhnya ini termasuk polip, bukan medusa. Mempunyai ekskleton kompak
berbadan batu kapur.
Bagian tubuh dari Favia Sp. yaitu meliputi shyponoglip, septa dan coralid.
Shyponoglip berfungsi untuk tempat masuknya air, septa atau sekat berfungsi
sebagai penyaring udara masuk dan coralid sebagai penyusun dari Acropora Sp. Hal
ini sesuai dengan pendapat Yusminah (2012) yang menyatakan bahwa shyponoglip
atau lubang sebagai tempat keluar masuknya air. Coralid merupakan skeleton yang
terbentuk dari satu polip. Sedangkan septa atau sekat berfungsi sebagai penyaring
udara masuk.
Reproduksi Favia Sp. terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Reproduksi seksual dilakukan
dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Hal ini sesuai dengan pendapat
Mukayat (2011) yang menyatakan bahwa reproduksi Favia Sp. secara aseksual
dilakukan dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada
Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap
melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Aseksual juga bisa terjadi
melalui pembentukan impuls atau fragmentasi. Sedangkan reproduksi seksual
dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Gamet dihasilakan
oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip.
Habitat dari Favia Sp. yaitu dapat hidup di air tawar, air laut, secara solider
(melekat pada dasar perairan) dan berkoloni. Hal ini sesuai dengan pendapat Aslan
(2013) yang menyatakan bahwa habitat dari Favia Sp. yaitu seluruhnya hidup di air,
baik di laut maupun di air tawar. Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau
berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan
tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak
bebas melayang di air.
Manfaat dari Favia Sp. yaitu salah satunya sebagai tempat hidup untuk
berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Subowo (2015)
yang menyatakan bahwa peranan atau manfaat Favia Sp. yaitu sama halnya dengan
spesies lain yang termasuk dalam phylum coelenterata, Favia Sp. juga memiliki
peranan yang sama pentingnya yaitu merupakan tempat hidup berbagai jenis hewan
dan tumbuhan. Serta sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah
pengikisan pantai.
VI. Kesimpulan
6.1 Ciri umum porifera yaitu tubuhnya berpori (ostium), asimetri (tidak beraturan), meskipun
ada yang simetri radial, berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan, dan
pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit. Sedangkan ciri khusus
Porifera yaitu berupa tubuh yang berpori-pori mikroskopis. Porifera belum memiliki organ
pencernaan, sistem saraf, dan sistem peredaran darah. Ciri-ciri umum coelenterata adalah
multiseluler, radial simetris, merupakan hewan invertebrata. Memiliki bentuk seperti tabung.
Dikelilingi tentakel di sekitar mulut. Hidup di air tawar, air laut, secara solider (melekat
pada dasar perairan) dan berkoloni. Ciri Khusus spesies ini yaitu termasuk kelompok
acoelomata, karena tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya melainkan rongga
gastrovaskular.
6.2 Jenis anggota dari filum porifera yaitu Spongia Sp., Euplectella Sp., Scypha Sp. Spongia Sp.
terdiri dari osculum dan ostium. Euplectella Sp. terdiri dari osculum dan ostium. Scypha Sp.
terdiri dari substrat, base, spicula, silinder, dan osculum. Sedangkan dari filum colenterata
yaitu Tubipora musica, Acropora Sp., dan Favia Sp. Tubipora musica terdiri dari
shyponoglip, septa, dan teka. Acropora Sp. terdiri dari coralid dan shyponoglip. Favia Sp.
terdiri dari coralid, septa, dan shyponoglip.
DAFTAR PUSTAKA

Aslan, L. M. 2013. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Kendari: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo.
Aswan. 2017. Pengaruh Substrat yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Spon Metode
Transplantasi. Kendari: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo.
Bella, Iwenda. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai Pasir Putih,
Situbondo. Jurnal Sains dan Seni Pomits Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh. Vol. 2, No. 2 (159-165).
Hari, H. 2013. Materi Kuliah Avertebrata Air. Kendari: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Haluoleo.
Haris, Abdul. 2013. Sponge Biologi dan Ekologi. Makasar: Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan Universitas Hasanuddin.
Mukayat. 2011. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Romimohtarto, Kasiandan. 2012. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta:
Djambatan.
Rudi, Ahmad. 2011. Berbagi Ilmu Porifera. Bandung: Insan Cendekia Bangsa.
Rusyana, Adun. 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung: Alfabeta.
Subowo. 2015. Zoo Avertebrata. Bogor: Universitas Institute Pertanian.
Sugiarti, S. 2014. Invertebrata Air. Bogor: Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.
Suharyanto. 2018. Distribusi dan Persentase Tutupan Sponge (Porifera) pada Kondisi Terumbu
Karang dan Kedalaman yang Berbeda di Perairan Pulau Barranglompo, Sulawesi Selatan.
Jurnal Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Vol. 9, No. 3 (209-212).
Swignyo, S. 2014. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yusminah, Hala. 2012. Dasar Biologi Umum II. Makasar: Alauddin Press.

Anda mungkin juga menyukai