Makalah Otot Progresif
Makalah Otot Progresif
Disusun Oleh :
Nim : P07120317067
Tingkat : III C
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas karunianya penulis bisa
menyelesaikan laporan makalaah mengenai relaksasi progresif untuk menurunkan
kecemasan.
Laporan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
terapi komplementer yang mana merupakan tugas individu yang harus dipenuhi pada
perkuliahan semester VI di prodi keperawatan masohi.
Selain dari pada melaksanakan tugas laporan makalah, pada hakikatnya penulis
belajar serta menambah wawasan akan pengetahuan relaksasi progresif untuk
menurunkan kecemasan. Penulis berharap laporan laporan resensi buku ini bisa
memberikan manfaat dan turut memperkaya wawasan materi para pembaca.
Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat kekurangan sehingga penulis
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sehingga pada penulis
selanjutnya bisa lebih sempurna.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KECEMASAN
1. Pengertian Kecemasan
2. Gejala- gejala kecemasan
3. Mekanisme Koping
4. Faktor-faktor penyebab kecemasan
5. Jenis-jenis kecemasan
B. TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESSIF
1. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif
2. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
3. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
4. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam integritas diri
seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal. Sedangkan
Taylor (2007) mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang terjadi dalam
kehidupan individu dapat menjadi stressor yang bisa menyebabkan terjadinya stress
dan kecemasan. Stres dan kecemasan serinhkali terjadi pada kehidupan seseorang
dan disebabkan oleh semua peristiwa yang dsialami sehari-hari.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas
dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Respon individu bersifat unik dan membutuhkan
pendekatan yang unik pula. Salah satu terapi spesialis keperawatan jiwa sebagai
manajemen ansietas adalah dengan progressive muscle relaxation yang merupakan
bagian dari terapi relaksasi.
Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal abad 20
ketika Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam sebuah buku
Progressive Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago University Press pada tahun
1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan seseorang pada saat
tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang
seringkali membuat otot-otot mengencang akan diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000
dalam ramdhani & Putra, 2009).
Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan
mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu
untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan mengencangkan dan
melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan secara berturut-turut (Synder
& Lindquist, 2002). Pada latihan relaksasi ini perhatian individu diarahkan untuk
membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan
ketika otot-otot dalam kondisi tegang. Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot
yang tegang, maka kita dapat merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu
respon kecemasan dengan lebih jelas (Chalesworth & Nathan, 1996).
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan kecemasan
2. Apa saja gejala-gejala kecemasan
3. Bagaimana cara mengatasi kecemasan
4. Apa saja faktor-faktor penyebab kecemasan
5. Apa saja jenis-jenis kecemasan
D. TUJUAN
1. Dapat memahami definisi dari kecemasan
2. Untuk mengetahui gejala-gejala kecemasan
3. Untuk memahami cara mengatasi kecemasan
4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kecemasan
5. Untuk mengetahui jenis-jenis kecemasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. KECEMASAN
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek spesifik yang secara subjektif
dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, et al., 2005).
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam
batas-batas normal (Hawari, 2008). Ansietas adalah suatu keadaan emosioanal
yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik
yang menegangkan serta tidak diinginkan (Davies, 2009).
3. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) bahwa pola yang sering digunakan klien untuk mengatasi
ansietas ringan cenderung tetap dominan, ketika ansietas menjadi lebih intens.
Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Ansietas
sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping, yaitu:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Reaksi yang berorientasi pada tugas adalah upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara
realistis.
b. Perilaku menyerang
Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
c. Perilaku menarik diri
Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber ancaman,
baik secara fisik maupun psikologis.
d. Perilaku kompromi
Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan
klien, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.
Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam arti
bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi pada
individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik.
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kecemasan
individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan menghalangi pembentukan
kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan
5. Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.
Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan
yaitu :
a. Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam,
misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu
unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasar kita.
b. Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaankeadaan
spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya,
untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut.
Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai
peran fundamental bagi kehidupan manusia.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ada 15 macam gerakan relaksasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan stres
dan kecemasan. Gerakan itu bisa dilatih pada area tangan, bahu, wajah,
punggung, perut, dada dan kaki.
2. Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan waktu dan
akan memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.
B. SARAN
1. Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam sekali waktu. Bisa
membagi 15 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan kondisi dan
kemampuan.
2. Setiap kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa dilakukan, hati- hati bagi
yang memiliki tekanan darah di atas normal ( > 120/80 mmHg). Terutama pada
saat melakukan penegangan pada area leher, karena dikhawatirkan akan terjadi
vaso konstriksi pembuluh darah leher.
DAFTAR PUSTAKA
Davies, Daniel M 2009 multistate guide to sales and use tax audits Chichago : CCH Inc
Gemilang, Jingga. 2013. Manajemen Stes Dan Emosi. Yogyakarta : Mantra Books
Hawari, D, 2008, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, Jakarta, Balai Penerbit FK
UI.
Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental Purwokerto : Fajar Media Press
Potter dan perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Edisi 4,
Jakarta : EGC
Ramdani, N., & Putra, A.A. (2009). Studi Pendahuluan Multimedia Interaktif “Pelatihan
Relaksasi”. Dalam http://lib.ugm.ac..id/data/pubdata/relaksasi.pdf diakses pada
tanggal 18 April 2014
Setyoadi & kushariyadi (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa Pada Klien
Psikogeriatrik. Salemba Medika, Jakarta
Suliswati, et al. 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.
Sundari, S 2005, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan, Rineka Cipta, Jakarta
Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto,I. (2004). Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama Anggota IKAPI
Zalaqueet & Mccraw, 2000. Clinical Behavior Theraphy. New York : Holt Rinehart And
Winston