Anda di halaman 1dari 22

TUGAS INDIVIDU

“Membuat Makalah Dan SOP Relaksasi Progresif Untuk


Menurunkan Kecemasan”
Dosen MK : Ns.Usman B. Ohorella,M.Kep.,Sp.Kep.MB
Mata Kuliah : Terapi Komplementer

Disusun Oleh :

Nama : Agnes Delia Souhuwat

Nim : P07120317067

Tingkat : III C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas karunianya penulis bisa
menyelesaikan laporan makalaah mengenai relaksasi progresif untuk menurunkan
kecemasan.
Laporan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
terapi komplementer yang mana merupakan tugas individu yang harus dipenuhi pada
perkuliahan semester VI di prodi keperawatan masohi.
Selain dari pada melaksanakan tugas laporan makalah, pada hakikatnya penulis
belajar serta menambah wawasan akan pengetahuan relaksasi progresif untuk
menurunkan kecemasan. Penulis berharap laporan laporan resensi buku ini bisa
memberikan manfaat dan turut memperkaya wawasan materi para pembaca.
Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat kekurangan sehingga penulis
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sehingga pada penulis
selanjutnya bisa lebih sempurna.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN
A. KECEMASAN
1. Pengertian Kecemasan
2. Gejala- gejala kecemasan
3. Mekanisme Koping
4. Faktor-faktor penyebab kecemasan
5. Jenis-jenis kecemasan
B. TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESSIF
1. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif
2. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
3. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
4. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam integritas diri
seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal. Sedangkan
Taylor (2007) mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang terjadi dalam
kehidupan individu dapat menjadi stressor yang bisa menyebabkan terjadinya stress
dan kecemasan. Stres dan kecemasan serinhkali terjadi pada kehidupan seseorang
dan disebabkan oleh semua peristiwa yang dsialami sehari-hari.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas
dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Respon individu bersifat unik dan membutuhkan
pendekatan yang unik pula. Salah satu terapi spesialis keperawatan jiwa sebagai
manajemen ansietas adalah dengan progressive muscle relaxation yang merupakan
bagian dari terapi relaksasi.
Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal abad 20
ketika Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam sebuah buku
Progressive Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago University Press pada tahun
1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan seseorang pada saat
tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang
seringkali membuat otot-otot mengencang akan diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000
dalam ramdhani & Putra, 2009).
Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan
mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu
untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan mengencangkan dan
melemaskan secara progresif kelompok otot ini dilakukan secara berturut-turut (Synder
& Lindquist, 2002). Pada latihan relaksasi ini perhatian individu diarahkan untuk
membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan
ketika otot-otot dalam kondisi tegang. Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot
yang tegang, maka kita dapat merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu
respon kecemasan dengan lebih jelas (Chalesworth & Nathan, 1996).

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan kecemasan
2. Apa saja gejala-gejala kecemasan
3. Bagaimana cara mengatasi kecemasan
4. Apa saja faktor-faktor penyebab kecemasan
5. Apa saja jenis-jenis kecemasan

D. TUJUAN
1. Dapat memahami definisi dari kecemasan
2. Untuk mengetahui gejala-gejala kecemasan
3. Untuk memahami cara mengatasi kecemasan
4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kecemasan
5. Untuk mengetahui jenis-jenis kecemasan
BAB II
PEMBAHASAN

TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESSIF


UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN

A. KECEMASAN

1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek spesifik yang secara subjektif
dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, et al., 2005).
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam
batas-batas normal (Hawari, 2008). Ansietas adalah suatu keadaan emosioanal
yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik
yang menegangkan serta tidak diinginkan (Davies, 2009).

2. Gejala- gejala kecemasan


Menurut Taylor gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita kecemasan, antara
lain :

a. Menjadi gelisah ketika sesuatu tidak sesuai yang dirasakan

b. Sering mengalami kesulitan bernafas, sakit perut, keringat dingin maupun


keringat berlebih

c. Merasa takut pada banyak hal


d. Sulit tidur pada malam hari, jantung berdebar-debar, mengalami mimpi buruk,
terbangun dari tidur karena ketakutan
e. Sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung dan mudah marah-marah.

3. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) bahwa pola yang sering digunakan klien untuk mengatasi
ansietas ringan cenderung tetap dominan, ketika ansietas menjadi lebih intens.
Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Ansietas
sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping, yaitu:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Reaksi yang berorientasi pada tugas adalah upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara
realistis.
b. Perilaku menyerang
Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
c. Perilaku menarik diri
Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber ancaman,
baik secara fisik maupun psikologis.
d. Perilaku kompromi
Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan
klien, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.

4. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan


Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa peristiwa atau
situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut
Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor yang menunjukkan reaksi
kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga,
sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak
aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat
lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama
ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul,
dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan beberapa


penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering
pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang
terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu,
keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan
keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.

Musfir Az-Zahrani (2005:511) menyebutkan faktor yang memepengaruhi adanya


kecemasan yaitu :
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh
dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak-
anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak
saat berada didalam rumah
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak
baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan
menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga
dapat menyebabkan munculnya kecemasan. Kecemasan timbul karena adanya
ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri
individu serta adanya penolakan dari masyarakat menyebabkan kecemasan
berada di lingkungan yang baru dihadapi

Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam arti
bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi pada
individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik.
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kecemasan
individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan menghalangi pembentukan
kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan

5. Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam
dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.
Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan
yaitu :
a. Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam,
misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu
unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasar kita.
b. Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaankeadaan
spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya,
untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut.
Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai
peran fundamental bagi kehidupan manusia.

Sedangkan Kartono Kartini (2006: 45) membagi kecemasan menjadi dua


jenis kecemasan, yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan ringan
lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian
seseorang, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang
individu untuk mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah
suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi yang
mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul
kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-hati
dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari.Kecemasan ringan
yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut
tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan
tersebutakan mengendap lama dalam diri individu.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara
mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan
semacam ini maka biasanya ia tidakdapat mengatasinya. Kecemasan ini
mempunyai akibat menghambat atau merugikanperkembangan kepribadian
seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang
sebentar dan lama.Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat
menimbulkan traumatis padaindividu jika menghadapi situasi yang sama dengan
situasi penyebab munculnya kecemasan.Sedangakan kecemasan yang berat
tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Halini akan
berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses
kognisiindividu. Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai
macam penyakitseperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited
(heboh, gempar).
B. TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESSIF
1. Pengertian Terapi Relaksasi Otot Progresif
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Herodes, 2010) dalam (Setyoadi
& Kushariyadi, 2011). Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi dengan cara
peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang, 2013). Relaksasi
progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi kecemasan
(Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2004).

2. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi dan
Kushariyadi (2011) bahwa tujuan dari teknik ini adalah:
a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan
darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
b. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
memfokus perhatian seperti relaks.
d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
e. Memperbaiki kemasssmpuan untuk mengatasi stres.
f. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan,
gagap ringan, dan
g. Membangun emosi positif dari emosi negatif.

3. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011, hlm.108) bahwa indikasi dari terapi
relaksasi otot progresif, yaitu:
a. Klien yang mengalami insomnia.
b. Klien sering stres.
c. Klien yang mengalami kecemasan.
d. Klien yang mengalami depresi.
4. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk melakukan teknik ini
yaitu:
a. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
sunyi.
1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.
2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat.
b. Prosedur
1. Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
e) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
2. Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga
otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.
b) Jari-jari menghadap ke langit-langit.
3. Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian
atas pangkal lengan).
a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps
akan menjadi tegang.
4. Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh
kedua telinga.
b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di
bahu punggung atas, dan leher.

5. Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti


dahi, mata, rahang dan mulut).
a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa kulitnya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
6. Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga
terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.
7. Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
8. Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas.
9. Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
10. Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b) Punggung dilengkungkan
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lurus.
11. Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya.
b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks.
12. Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.
b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
13. Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.

b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga


ketegangan pindah ke otot betis.

c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Ada 15 macam gerakan relaksasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan stres
dan kecemasan. Gerakan itu bisa dilatih pada area tangan, bahu, wajah,
punggung, perut, dada dan kaki.
2. Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan waktu dan
akan memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.

B. SARAN

1. Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam sekali waktu. Bisa
membagi 15 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan kondisi dan
kemampuan.

2. Setiap kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa dilakukan, hati- hati bagi
yang memiliki tekanan darah di atas normal ( > 120/80 mmHg). Terutama pada
saat melakukan penegangan pada area leher, karena dikhawatirkan akan terjadi
vaso konstriksi pembuluh darah leher.
DAFTAR PUSTAKA

Az- Zahrani, Musfir. 2005. Konseling Terapi. Jakarta : Gema Insani

Charlesworth, E., Nathan, R. (1996), Manajemen Stress Dengan Teknik Relaksasi,


Jakarta, Penerbit Abdi Tandur, 5-11

Davies, Daniel M 2009 multistate guide to sales and use tax audits Chichago : CCH Inc

Gemilang, Jingga. 2013. Manajemen Stes Dan Emosi. Yogyakarta : Mantra Books

Hawari, D, 2008, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, Jakarta, Balai Penerbit FK
UI.

Herodes, 2010. Teknik Relaksasi Terhadap Insomnia Pada Lansia


http://herodessolution.blogspot.com/2010/11/teknik-relaksasi-progresif terhadap.
Html, diakses pada tanggal 20 Januari 2014.

Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental Purwokerto : Fajar Media Press

Mustamir pedak. (2009). Metode Supernal Menaklukkan Stress.Jakarta : Hikmah


Publishing House

Potter dan perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Edisi 4,
Jakarta : EGC

Ramdani, N., & Putra, A.A. (2009). Studi Pendahuluan Multimedia Interaktif “Pelatihan
Relaksasi”. Dalam http://lib.ugm.ac..id/data/pubdata/relaksasi.pdf diakses pada
tanggal 18 April 2014

Setyoadi & kushariyadi (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa Pada Klien
Psikogeriatrik. Salemba Medika, Jakarta

Snyder & Lindquist. 2002. Complementary/alternative therapies in nursing. 4 th edition,


New York : springer publishing company, Inc.

Stuart, G. W. & Sundeen,S. J. 2006. Keperawatan Jiwa. EGC Jakarta

Suliswati, et al. 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.
Sundari, S 2005, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan, Rineka Cipta, Jakarta
Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto,I. (2004). Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama Anggota IKAPI

Zalaqueet & Mccraw, 2000. Clinical Behavior Theraphy. New York : Holt Rinehart And
Winston

Anda mungkin juga menyukai