Anda di halaman 1dari 14

A. MATERI DARING 4.

1. Pengertian Bunyi
Bunyi, secara harafiah dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita dengar. Bunyi
merupakan hasil getaran dari partikel-partikel yang berada di udara (Sound Research
Laboratories Ltd, 1976) dan energi yang terkandung dalam bunyi dapat meningkat secara
cepat dan dapat menempuh jarak yang sangat jauh (Egan, 1972).
Defenisi sejenis juga dikemukakan oleh Bruel & Kjaer (1986) yang menyatakan
bahwa bunyi diidentikkan sebagai pergerakan gelombang di udara yang terjadi bila
sumber bunyi mengubah partikel terdekat dari posisi diam menjadi partikel yang
bergerak. Secara lebih mendetail, Doelle (1972) menyatakan bahwa bunyi mempunyai
dua defenisi, yaitu:
1. Secara fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium
elastik seperti udara. Definisi ini dikenal sebagai bunyi Obyektif.
2. Secara fisiologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan penyimpangan
fisis yang digambarkan pada bagian atas. Hal ini disebut sebagai bunyi subyektif.
Secara singkat, Bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat
secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat perantara serta
ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Rambatan gelombang bunyi
disebabkan oleh lapisan perapatan dan peregangan partikel-partikel udara yang bergerak
ke luar, yaitu karena penyimpangan tekanan. Hal serupa juga terjadi pada penyebaran
gelombang air pada permukaan suatu kolam dari titik dimana batu dijatuhkan.
Gelombang bunyi adalah gelombang yang dirambatkan sebagai gelombang
mekanik longitudinal yang dapat menjalar dalam medium padat, cair dan gas. Medium
gelombang bunyi ini adalah molekul yang membentuk bahan medium mekanik ini
(Sutrisno, 1988). Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi/getaran molekul-molekul zat
dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi
menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi bahkan tidak pernah terjadi
perpindahan partikel (Resnick dan Halliday , 1992).
Berbicara, tentang substansi yang menjalar apabila gelombang bunyi mencapai
tapal batas maka gelombang bunyi tersebut akan terbagi dua yaitu sebagian energi
ditransmisikan/diteruskan dan sebagian lagi direfleksikan/dipantulkan. Suatu penelitian
mengenai terjadinya penjalaran bunyi, mendeteksi dan penggunaan bunyi sangat penting
untuk mengetahui lebih lanjut akan pengalihan energi mekanik (Giancoli, 1998). Gambar
2.1 dan 2.2 adalah perambatan gelombang bunyi pada kondisi medium yang berbeda.

Gambar 2.1 Rambatan Gelombang bunyi dari medium kurang rapat ke medium yang
lebih rapat

Gambar 2.2 Rambatan Gelombang bunyi dari medium lebih rapat ke medium yang
kurang rapat

Hewan menggunakan gelombang bunyi/suara untuk memperoleh perubahan


informasi dan untuk mendeteksi lokasi dari suatu objek. Misalnya ikan lumba-lumba,
kelelawar, menggunakan gelombang bunyi untuk mengemudi dan menentukan lokasi
makanan, apabila cahaya tidak cukup untuk pengamatan. Manusia berusaha
menggunakan gelombang bunyi sebagai pengganti cahaya (Ackerman et al, 1988). Syarat
terdengarnya bunyi ada tiga macam yaitu ada sumber bunyi, ada medium (udara), dan ada
penerima/pendengar.
Pada udara, variasi-variasi tekanan ini berbentuk kompresi (compressions) dan
regangan (rarefactions) yang periodik. Pada gambar 2.4 dan 2.5, bel meradiasikan nada
murni (pure tone) ke semua arah, sehingga menciptakan satu dataran gelombang
melingkar. Getaran yang terjadi terus-menerus (continuaes) hingga berhenti pada bel
menyebabkan deret kompresi dan regangan udara yang bergerak secara longitudinal dari
sumber. Amplitudo gelombang dibawa serta oleh tekanan, yang mana semakin besar
amplitudo maka semakin besar juga kompresi dan regangan yang terjadi.

Gambar 2.3 Radiasi bunyi dari bel

Gambar 2.4. Dua implus tunggal yang memiliki ketinggian (magnitude) atau amplitudo
berbeda menjauh dari sumber bunyi.

Perubahan tekanan yang membawa informasi bunyi ini bergerak pada arah yang
sama dengan muka gelombang, yaitu secara longitudinal, sehingga dapat dikatakan bunyi
merupakan gerakan gelombang mekanis yang longitudinal.
2. Syarat Bunyi
Berikut ini adalah syarat terjadi dan terdengarnya bunyi, yaitu:

 Terdapat benda yang bergetar (sumber bunyi).


 Terdapat medium yang merambatkan bunyi.

 Terdapat penerima yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi.


3. Sifat-sifat Bunyi
Bunyi mempunyai beberapa sifat tertentu, sifat gelombang bunyi tersebut, antara lain
yaitu :

 Merupakan gelombang longitudinal.


 Kecepatan dari rambatnya itu dipengaruhi oleh kerapatan dari medium
perambatannya (padat, cair dan gas). Kecepatan paling tinggi yaitu pada medium
yang memiliki kerapatannya tinggi juga.

 Dapat mengalami resonansi serta pemantulan.

 Memerlukan medium dalam perambatannya atau tidak bisa merambat dalam ruang
hampa.

Adapun komponen yang terkait dengan bunyi antara lain: asal dan perambatan bunyi,
frekuensi bunyi, cepat rambat bunyi, panjang gelombang, intensitas, kecepatan partikel dan lain-
lainya.
a. Asal dan perambatan bunyi
Semua benda yang dapat bergetar mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan
bunyi. Bila ditinjau dari arah getarnya, bunyi termasuk gelombang longitudinal dan bila
dilihat dari medium perambatannya, bunyi termasuk gelombang mekanik.
b. Frekuensi Bunyi
Frekuensi merupakan gejala fisis obyektif yang dapat diukur oleh instrumen-
instrumen akustik. Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang
waktu yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak
waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang
jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar
fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali.
Frekuensi adalah banyaknya getaran per banyaknya waktu pada waktu lampau satuan
dari ukuran sebuah frekuensi didefinisikan sebagai banyaknya siklus perdetik (cps).
Sekarang, frekuensi ditentukan dalam satuan yang disebut Hertz (Hz). Satu Hertz sama
dengan satu siklus perdetik. Frekuensi yang dapat didengar oleh Manusia berkisar 20 sampai
20.000 Hz dan jangkauan frekuensi ini dapat mengalami penurunan pada batas atas rentang
frekuensi sejalan dengan bertambahnya umur manusia (lipscomb & Taylor, 1978).
Jangkauan frekuensi audio manusia akan berbeda jika umur manusia juga berbeda.
Frekuensi bunyi dapat didefinisikan sebagai jumlah periode siklus kompresi dan regangan
yang muncul dalam satu satuan waktu.
Gelombang dengan berbagai macam frekuensi yang terbentuk pada gelombang
sinusoida dapat ditunjukkan pada gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5. Gelombang sinusoida dengan beberapa macam frekuensi; gelombang yang
bawah mempunyai frekuensi yang lebih tinggi.
Sedangkan periode adalah banyaknya waktu per banyaknya getaran, sehingga
periode berbanding terbalik dengan frekuensi

Dalam tabel 2.1 berikut dapat dilihat perbedaan dari jarak rentang frekuensi yang
dapat ditransmisikan dan diterima oleh beberapa sumber dan penerima bunyi

Tabel 2.1 Jarak rentang frekuensi yang ditransmisikan dan diterima oleh sumber dan
penerima bunyi.
Sumber Bunyi Rentang Sumber Bunyi Rentang Frekuensi
Frekuensi (Hz) (Hz)
Manusia 85 – 5000
Anjing 450 – 1080
Kucing 780 – 1520
Piano 30 – 4100
Pitch Music Standart 440
Manusia 85 – 5000
Terompet 190 – 990
Drum 95 – 180
Kelelawar 10.000 – 120.000
Jangkrik 7.000 – 100.000
Burung Nuri 2.000 – 13.000
Burung Kakak Tua 7.000 – 120.000
Mesin Jet 5 – 50.000
Mobil 15 – 30.000

Penerima Bunyi Rentang Penerima Bunyi Rentang


Frekuendi (Hz) Frekuendi (Hz)
Manusia 20 – 20.000
Anjing 15 – 50.000
Kucing 60 – 65.000
Kelelawar 1000 – 120.000
Jangkrik 100 – 15.000
Burung Nuri 250 – 21.000
Burung Kakak Tua 150 – 150.000

c. Cepat Rambat Bunyi


Bunyi bergerak pada kecepatan berbeda-beda pada tiap media yangdilaluinya.
Pada media gas udara, cepat rambat bunyi tergantung pada kerapatan, suhu, dan
tekanan.

atau dalam bentuk yang sederhana dapat ditulis :


Pada media padat bergantung pada modulus elastisitas dan kerapatan, sedangkan
pada media cair bergantung pada modulus bulk dan kerapatan

Pada media cair bergantung pada modulus bulk dan kerapatan

Karena bunyi merupakan gelombang maka bunyi mempunyai cepat rambat yang
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1. Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan partikel medium
maka semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi merambat paling cepat pada zat
padat. Tabel 2.2 disajikan beberapa kecepatan bunyi dalam material tertentu.
Tabel 2.2 Cepat rambat bunyi pada berbagai material [Hemond, 1983]
Material Material Material
Kecepatan bunyi Kecepatan bunyi Kecepatan bunyi
(ft/s) Kecepatan (ft/s) Kecepatan (ft/s) Kecepatan
bunyi (m/s) bunyi (m/s) bunyi (m/s)
Udara 1,1 335
Timah 3,7 1128
Air 4,5 1385
Beton 10,2 3109
Kayu 11,1 3417
Kaca 15,5 4771
Baja 16 4925

2. Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin cepat bunyi
merambat. Hubungan ini dapat dirumuskan kedalam persamaan matematis (v = v0 + 0,6.t)
dimana v0 adalah cepat rambat pada suhu nol derajat dan t adalah suhu medium. Besar
kecilnya cepat rambat bunyi pada suatu medium sangat tergantung pada temperatur
medium tersebut (Beranek & L’ver, 1992).
d. Panjang Gelombang
Panjang suatu gelombang bunyi dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh
oleh perambatan bunyi selama tiap siklus. Hubungan antara panjang gelombang, frekuensi,
dan cepat rambat bunyi dapat ditulis sebagai berikut.

e. Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang udara dalam suatu
daerah per satuan luas. Intensitas bunyi dalam arah tertentu di suatu titik adalah laju energi
bunyi rata-rata yang ditransmisikan dalam arah tersebut melewati satu-satuan luasan yang
tegak lurus arah tersebut di titik bersangkutan. Untuk tujuan praktis dalam dalam
pengendalian kebisingan lingkungan, tingkat tekanan bunyi sama dengan tingkat intensitas
bunyi (Doelle,1972).
Intesitas bunyi pada tiap titik dari sumber dinyatakan dengan :

Ambang batas pendengaran manusia, yaitu nilai minimum intensitas daya bunyi
yang dapat dideteksi telinga manusia, adalah 10-6 W/cm2. Tingkat tekanan bunyi beberapa
macam bising dan bunyi tertentu ditunjukkan dalam tabel 2.3.
Tabel 2.3 Skala intensitas Kebisingan
Jenis Bising/Bunyi Jenis Bising/Bunyi Jenis
Desibel Kriteria Desibel Kriteria Bising/Bunyi
Desibel Kriteria
Jet tinggal landas, meriam,
100-130
mesin, uap, halilintar, 100-130 Menulikan
Menulikan
band rock.
Bising lalu lintas, peluit 80-100 Sangat 80-100 Sangat
polisi, knalpot truk. keras keras
Kantor yang bising, radio 60-80 Keras 60-80 Keras
pada umumnya,
perusahaan.
Percakapan pada
umumnya, radio perlahan, 40-60 Sedang 40-60 Sedang
rumah bising.
Kantor pribadi, ruang
tenang, percakapan yang 20-40 Lemah 20-40 Lemah
tenang.
Gemirisik daun, bisikan, S/d 20 Sangat S/d 20 Sangat
nafas manusia. lemah lemah
f. Kecepatan Partikel
Radiasi bunyi yang dihasilkan suatu sumber bunyi akan mengelilingi udara
sekitarnya. Radiasi bunyi ini akan mendorong patikel udara yang dekat dengan permukaan
luar sumber bunyi. Hal ini akan menyebabkan bergeraknya partikel-partikel di sekitar
radiasi bunyi yang disebut dengan kecepatan partikel pada persamaan.

Dengan menggunakan kesetimbangan momentum antara momentum linear dan impuls


gaya pada gelombang longitudinal untuk permasalahan solid borne maka dapat
dianologikan menjadi persamaannya adalah :

dengan asumsi bahwa :


1. Gelombang yang terjadi di solid adalah gelombang bidang
2. Persamaan di atas dapat diturunkan menjadi gerak di benda solid
3. Reaksi medium solid berupa tegangan, sedangkan pada udara berupa tekanan.
g. Titinada
Sifat sensasi pendengaran yang memungkinkan kita menyusun bunyi dalam suatu
skala yang berkisar dari frekuensi rendah ke tinggi disebut dengan titinada. Secara
subyektif fisiologis, titinada sama dengan frekuensi. Titinada terutama tergantung pada
frekuensi bunyi perangsang, makin tinggi frekuensinya, makin tinggi pula titinadanya.
h. Warna Nada
Sensasi bunyi yang mempunyai titinada disebut nada. Nada murni adalah sensasi
bunyi frekuensi tunggal, ditandai dengan ketunggalan titinadanya. Bunyi ini dapat
dihasilkan dengan memukul garpu tala atau dengan memainkan nada rendah secara lembut
pada suling.
Kebanyakan bunyi musik tidak menghasilkan nada murni saja, tetapi menghasilkan
bunyi yang terdiri dari beberapa frekuensi tambahan, yang disebut dengan nada kompleks.
Nada kompleks adalah sensasi bunyi yang ditandai oleh lebih dari satu frekuensi.
Frekuensi terendah yang berada dalam suatu nada kompleks disebut nada dasar, sedangkan
komponen-komponen dengan frekuensi lebih tinggi disebut nada atas atau parsial.
i. Kekerasan Bunyi
Kekerasan bunyi adalah sifat sensasi pendengaran yang subyektif dan dalam besaran
kekerasan ini, bunyi dapat disusun pada skala yang berkisar dari lemah sampai keras.
Kekerasan adalah tanggapan subyektif terhadap tekanan bunyi dan intensitas bunyi. Phon
adalah satuan tingkat kekerasan bunyi, yang dibentuk oleh suatu percobaan psikologis
yang sangat luas. Skala phon ikut memperhatikan kepekaan telinga yang berbeda terhadap
bunyi dengan frekuensi yang berbeda.
4. Telinga Manusia dan Pendengaran
Jika tekanan gelombang bunyi yang berubah mencapai telinga luar, getaran yang
diterima gendang telinga diperbesar oleh tulang-tulang kecil di telinga tengah dan
diteruskan melewati cairan ke ujung-ujung syaraf telinga dalam. Syaraf akhirnya
meneruskan impuls ini ke otak, dimana proses mendengar tahap akhir terjadi, maka
sensasi bunyi tercipta. Gambar 2.8 menunjukkan anatomi dari telinga manusia.

Gambar 2.8 Anatomi telinga manusia

Pada saat gelombang bunyi mencapai telinga manusia, terjadi suatu penerimaan
dan dikatakan terdengar. Bagian luar dan bagian dalam telinga sebenarnya adalah
penerima gelombang suara, yang sinyalnya diteruskan ke otak dan kemudian dianalisis di
sana. Keseluruhan proses terdiri dari rangkaian beberapa proses tunggal. Gelombang
bunyi yang jatuh ke dalam telinga merangsang gendang telinga menjadi getaran paksa.
Rantai dari tiga tulang rawan pada pendengaran meneruskan getaran ini ke jendela yang
berbentuk oval dan mengantarkan getaran itu ke dalam cairan telinga bagian dalam.
Perilimpa memenuhi saluran dalam kokhlea, yang dibagi menurut panjangnya menjadi
tiga kolom cairan oleh dua lapisan pemisah (membran Paries vestibularis dan membran
basilaris). Saluran-saluran ini dihubungkan satu sama lain pada ujung kokhlea, pada
helikotrema. Kemampuan telinga menghasilkan frekuensi tinggi yang teramati
berdasarkan pada pemanfaatan dari impuls saraf dalam pusat pendengaran. Membran
basilar tidak mengalami tegangan mekanik, karena bentuknya yang seperti gelatin. Ini
juga bukan merupakan akibat dari resonator Helmholtz. Pada membran basilar yang
terentang di dalam perilimpa, membentuk gelombang berdiri tiga dimensi. Membran
basilar adalah detektor yang sesungguhnya dari gelombang bunyi.
Tingkat tekanan bunyi minimum yang mampu membangkitkan sensasi
pendengaran di telinga pengamat disebut ambang kemampuan dengar (Doelle, 1972).
Bila tekanan bunyi ditambah dan bunyi menjadi lebih keras, akhirnya bunyi mencapai
suatu tingkat dimana sensasi pendengaran menjadi tidak nyaman. Tingkat tekanan bunyi
minimum yang merangsang telinga sampai pada suatu keadaan dimana rasa tidak nyaman
timbul dan menyebabkan timbulnya rasa sakit disebut ambang rasa sakit. Kepekaan
telinga berubah secara nyata bila terdapat perbedaan frekuensi bunyi yang bersangkutan.
Kurva ambang kemampuan didengar dan ambang rasa sakit yang membatasi daerah
sensasi pendengaran terlihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Kontur kekerasan sama


B. DISKUSI DARING
1. Pernahkah kalian berada dalam ruangan yang kosong kemudia mencoba berbicara atau
berteriak di dalamnya? Bagaimanakah suara kalian terdengar di ruangan tersebut?
2. Pernahkah kalian berada di atas bukit/pegunungan kemudian berteriak disana?
Bagaimanakah suara kalian terdengar di tempat tersebut?
3. Apakah yang terjadi pada kejadian no.1 dan 2 merupakan fenomena bunyi yang sama?
Jelaskan!

C. PERCOBAAN MANDIRI
1. Buatlah sebuah megaphone dari kertas buffalo (membentuk corong)
2. Letakkan sebuah jam dinding di sebuah meja
3. Berdirilah pada jarak di mana suara detak jam dinding tersebut tidak dapat anda dengar
4. Letakkan megaphone buatan anda di telinga sambal berjalan perlahan mendekati jam
5. Berhentilah pada titik di mana anda mendengar suara detak jam tersebut, tandai titik di
mana anda berdiri
6. Lepaskan megaphone dari telinga anda, kemudian cek apakah di titik tersebut anda
mampu mendengar suara jam tanpa megaphone
7. Analisis apa tujuan dari kegiatan tersebut dan jelaskan teori yang terjadi!

D. TUGAS MANDIRI
1. Jelaskan keterkaitan antara sifat bunyi, struktur telinga dan mekanisme terdengarnya
bunyi pada manusia!
2. Perhatikan gambar berikut!

Perhatikan gelas di samping, karena bunyi yang keras,


gelas ikut bergetar sehingga pecah. Mengapa hal itu bisa
terjadi? Jelaskan pendapat Anda!
3. Sebuah gelombang radio merambat dengan kecepatan 330 m/s. Bila frekwensi
gelombang radio tersebut adalah 330 Hz, berapakah panjang gelombangnya?
4. Frekwensi sebuah sirine mobil polisi yang sedang bergerak mendekati pendengar
dengan kelajuan 40 m/s adalah 1650 Hz. Berapakah frekwensi bunyi yang didengar
oleh pendengar yang sedang diam di pinggir jalan? (Anggap cepat rambat bunyi di
udara adalah 340 m/s).

Anda mungkin juga menyukai