Modul Pembelajaran PHPT
Modul Pembelajaran PHPT
Ni Luh Riskayanti
E 281 17 357
Program Studi Agroteknnologi
Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako
Palu
2020
Pengelolaan Hama dan
Penyakit Terpadu
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan hal yang tidak lepas dari dunia pendidikan. Proses ini
melibatkan berbagai kegiatan atau tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Berhasil atau
tidaknya proses belajar mengajar terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa setelah proses
Seringkali mahasiswa jenuh karena kebanyakan dari mereka hanya menjadi penonton pasif
dalam proses belajar mengajar. Terkadang mereka hanya mendengarkan penyampaian dosen
tanpa adanya timbal balik dalam pembelajaran. Maka dari itu perlu dilakukannya strategi dan
upaya untuk mengurangi kejenuhan salah satunya adalah dengan pengembangan bahan ajar
Modul ini merupakan kuliah pengantar umum matakuliah Pengelolaan Hama dan Penyakit
Pengendalian hama terpadu adalah suatu konsep dalam upaya pengendalian populasi atau
tingkat serangan hama atas pertimbangan ekologi dan ekonomi agar terciptanya suatu musuh
alami dan organism penggang tumbuhan yang ada pada ekosistem tertentu. Sedangkan
yang dikeluarkan. Pengendalian hama terpadu lebih memberatkan pada pengendalian secara
Ada empat prinsip dasar yang mendorong penerapan PHT secara nasional, terutama dalam
Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian yang penting dalam program
pengendalian hama penyakit. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap
serangan hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama
dan penyakit tersebut. Oleh karena itu, setiap usaha dalam budidaya tanaman seperti
tulang punggung pengendalian hama terpadu. Dengan adanya musuh alami yang mampu
populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui
mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan
musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan pengamatan
secara rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar tindakan yang akan
dilakukan.
PHT hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri. Agar petani mampu menerapkan
PHT, diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik secara formal
maupun informal.
C. Ciri-ciri Pengendalian Hama Tepadu
Pengendalian hama terpadu merupakan sistem pengendalian hama dan penyakit yang
berwawasan lingkungan untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Oleh karena itu suatu
konsep pengendalian hama dapat dikatakan sebagai sistem PHT jika menncerminkan konsep
2. Sasarannya adalah produksi dan ekonomi tercapai tanpa merusak lingkungan hidup dan
Sifat dasar pengendalian hama terpadu berbeda dengan pengendalian hama secara
konvensional yang saat ini masih banyak dipraktekkan. Dalam PHT, tujuan utama bukanlah
hama agar tetap berada di bawah aras yang tidak mengakibatkan kerugian secara ekonomi.
pengembangan PHT pada suatu daerah boleh jadi berbeda dengan pengembangan di daerah lain.
Sistem PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem dan sosial ekonomi masyarakat petani
setempat.
Para ahli dan lembaga-lembaga internasional seperti FAO menyarankan langkah
pengembangan PHT agak berbeda satu sama lain. Namun diantara saran-saran mereka banyak
yang harus ditempuh. Menurut Smith dan Apple (1978), langkah langkah pokok yang perlu
Hama-hama yang menyerang pada suatu agroekosistem, perlu dikenal dengan baik.
Sifat-sifat hama perlu diketahui, meliputi perilaku hama, dinamika perkembangan populasi,
tingkat kesukaan makanan, dan tingkat kerusakan yang diakibatkannya. Pengenalan hama dapat
dilakukan melalui identifikasi dan hasil analisis status hama yang ada.
Dalam suatu agroekosistem, kelompok hama yang ada bisa dikategorikan atas hama
utama, hama kadangkala (hama minor), hama potensil, hama migran dan bukan hama. Dengan
mempelajari dan mengetahui status hama, dapat ditetapkan jenjang toleransi ekonomi untuk
masing-masing kategori hama. Satu jenis serangga dalam kondisi tempat dan waktu tertentu
dapat berubah status, misal dari hama potensil menjadi hama utama, atau dari hama utama
Komponen suatu ekosistem perlu ditelaah dan dipelajari. Terutama yang mempengaruhi
dinamika perkembangan populasi hama-hama utama. Termasuk dalam langkah ini, ialah
alami.
Interaksi antar berbagai komponen biotis dan abiotis, dinamika populasi hama dan
musuh alami, studi fenologi tanaman dan hama, studi sebaran hama dan lain-lain, merupakan
bahan yang sangat diperlukan untuk menetapkan strategi pengendalian hama yang tepat.
Ambang ekonomi atau ambang pengendalian sering juga diistilahkan sebagai ambang
toleransi ekonomik. Ambang ini merupakan ketetapan tentang pengambilan keputusan, kapan
harus dilaksanakan penggunaan pestisida. Apabila ternyata populasi atau kerusakan hama belum
Untuk mengetahui padat populasi hama pada suatu waktu dan tempat, yang berkaitan
terhadap ambang ekonomi hama tersebut, dibutuhkan program pengamatan / monitoring hama
komponen ekosistem lainnya, maka perlu dikembangkan model kuantitatif yang dinamis. Model
yang dikembangkan diharapkan mampu menggambarkan gejolak populasi dan kerusakan yang
ditimbulkan pada waktu yang akan datang. Sehingga, akan dapat diperkirakan dinamika
populasi, sekaligus mempertimbangkan bagaimana penanganan agar tidak sampai terjadi ledakan
Strategi dasar PHT adalah menggunakan taktik pengendalian ganda dalam suatu
kesatuan sistem yang terkordinasi. Strategi PHT mengusahakan agar populasi atau kerusakan
yang ditimbulkan hama tetap berada di bawah aras toleransi manusia. Beberapa taktik dasar PHT
antara lain :
baik, dan
terakhir. Pestisida digunakan, jika teknik pengendalian yang lain dianggap tidak mampu
LATIHAN
berikut !
pemahamanmu !
KEGIATAN BELAJAR 2
KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Menurut Stern, Smith, Van Den Bosch dan Hagen (1959) ada 3 keadaan yang menyebabkan
Pemasukan spesies tanaman baru yang sebelumnya tidak ada di daerah tersebut, sering
menciptakan kondisi yang tidak sesuai untuk peningkatan populasi serangga hama. Contoh :
tanaman alfalfa (dimasukkan ke California) dan dibudidayakan oleh petani untuk makan ternak,
maka perkembangan kupu-kupu alfalfa (Colias philodice erytheme) meningkat dan merusak
secara ekonomi.
Binatang arthropoda dapat timbul sebagai hama setelah dipindahkan atau ikut pindah
sehingga melewati batas-batas geografi tertentu dan berhasil meninggalkan M.A nya yang ada di
tempat asalnya.
sebagai hama yang sebelumnya tidak dianggap sebagai hama, hal ini karena menusia
Menurut Pimentel (1982) faktor yang menyebabkan peledakan hama yaitu sebagai
berikut :
1. Pertanaman monokultur.
Dalam sistem lingkungan petanian didapatkan komunitas biotik yang lebih sederhana
kaerna hanya ditanam satu jenis tanaman tertentu dalam waktu yang lama dengan daerah yang
luas. Keadaan yang seperti ini kurang stabil sehingga memberikan lingkungn yang sesuai bagi
Jenis tanaman baru tidak dapat menahan serangan organisme-organisme yang asli di
ekosistem tersebut.
Sering terjadi pemasukan hewan pada suatu daerah dan akhirnya menjadi hama di daerah
baru tersebut, hal nini karena pengen dalian alami hama baru tersebut masih belum tersedia
Tujuan seleksi tanaman mendapatkan varietas tanaman baru yang mempunyai kualitas
dan produksi tinggi, tetapi sering varietas tersebut memiliki sifat yang peka terhadap hama dan
penyakit tertentu karena sifat-sifat ketahanan tetua (induknya) tidak terbawa pada varietas baru
tersebut.
Banyak hama dan penyakit teanaman yang memiliki variabilitas genetik yang mampu
7. Jarak tanam.
Pada petak-petak pertanaman, kerapatan tanaman diatur sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin pertumbuhan tanaman yang optimal dan memperoleh hasil yang maksimum.
Pengaturn tanaman dan penjarakan akan merubah habitat ekologi sehingga memudahkan hama
Dalam ekosistem pertanian beberapa jenis tanaman tertentu yang diusahakan manusia
tumbuh di tempat yangvsama dari tahun ke tahun. Hal ini akan mengakibatkan hama tersebut
Pemupukan akan berpengaruh terhadap kandungan unsure dalam jaringan tanaman yang
secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat kepadatan populasi hama yang akan makan
tanaman tersebut.
Seringkali tanaman terhindar dari serangan hama karena masa tanamnya tidak sesuai
dengan perkembangan populasi hama dilapangan (fenologi antara hama dan fenologi tanaman
Beberapa jenis hama mampu memakan beberapa spesies tanaman inangnya, mereka akan
pindah dari satu jenis tanaman ke jenis tanaman lain apabila tanaman pertama berkurang,
dapat mempengaruhi atau merubah fisiologi tanaman. Pengggunaan pestisida secara berlebihan
juga akan menyebabkan resistensi hama dan kemudian akan mengalami resugensi.
B. Komponen Dari Pengendalian Hama Terpadu.
Adapun beberapa komponen dari pengendalian hama terpadu adalah sebagai berikut :
Karantina dibentuk untuk mencegah pemasukan, kemapanan atau penyebaran hama dan
patogen. Hama dan patogen dapat terbawa masuk ke suatu wilayah melalui manusia, binatang
Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan. Karantina didefinisikan sebagai tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit (organisme penggangu) dari luar negeri
atau dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari wilayah negara Republik
Indonesia.
a. Mencegah masuknya OPTK dari luar negeri ke dalam wilayah negera Republik
Indonesia.
b. Mencegah tersebarnya OPTK dari suatu area ke area lain di dalam wilaya negara
Republik Indonesia.
c. Mencegah keluarnya OPT tertentu dari wilayah negara Republik Indonesia apabila
Perlindungan Tanaman, Perlindungan tanaman pada hakekatnya adalah suatu rangkaian kegiatan
untuk mencegah atau mengurangi organisme pengganggu tanaman melalui upaya pencegahan,
terpadu, yaitu perpaduan dari berbagai teknik pengendalian dalam suatu rencana. Adapun cara
pengendaliannya antara lain melalui cara fisik,mekanik, budidaya, biologi, genetik, kimiawi dan
Pengendalian fisik adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan secara langsung dan
tidak langsung dengan mematikan hama untuk mengurangi populasi hama, mengganggu aktifitas
fisiologis hama yang normal dan mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi
Penerapan pengendalian secara fisik harus dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh
tentang ekologi serangga hama, karena setiap jenis serangga memiliki batas toleransi teradap
faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, bunyi, sinar, spectrum elektromagnetik, dll. Dengan
mengetahui ekologi serangan hama sasaran kita dapat mengetahui kapan, dimana dan bagaimana
tindakan fisik kita lakukan agar diperoleh hasil seefektif dan seefeisen mungkin.
a. Perlakuan panas dan kebasahan. Dilakukan dengan pengeringan lahan untuk hama
keong, penggenangan untuk sarang-sarang tikus, pembajakan lahan untuk hama uret
dan banyak perangkap, peralatan memerlukan sumber listrik dan kemungkinan hama
hama, biasanya warna kuning memikat lebih banyak serangga dan kemungkinan
musuh alami juga dapat terperangkap, diperlukan banyak perangkap, dipasang
oksigen.
e. Penggunaan gelombang suara. Secara teoritik intensitas suara tinggi untuk merusak
serangga, intensitas suara lemah untuk mengusir serangga dan menekan kemudian
Pengendalian mekanik adalah perlakuan atau tindakan yang bertujuan untuk mematikan
atau memindahkan hama secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan
bahan lain. Cara ini mampu menurunkan populasi hama secara nyata, bila dilakukan dengan
tepat dapat menyelamatkan hasil tanaman. Pengendalian ini dapat diterapkan pada areal yang
sempit/kecil karena harus dilakukan secara berulang dan membutuhkan banyak tenaga. Teknik
a. Pengambilan langsung dengan tangan. Perlu intensif mencari hama yang ada di
b. Gropyokan. Perlu kekompakan dan banyak personil, dilakukan pada waktu pratanam
dan pascapanen, dapat menggunakan alat bantu misalnya alat pemukul dan cangkul.
Pengendalian secara hayati adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk
mengendalikan hama. Pengendalian hayati dilandasi oleh pengetahuan dasar ekologi terutama
teori pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan dinamis ekosistem. Musuh
alami yang terdiri dari parasitoid, predator dan pathogen serangga hama merupakan pengendali
alami utama hama yang bekerja secara tergantung kepadatan. Keberadaan musuh alami tidak
dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangan hama. Peningkatan populasi hama yang
dapat mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani antara lain disebabkan oleh keadaan
fungsinya.
Penanaman dengan varietas tahan hama merupakan usaha teknik budidaya untuk
mengurangi kerusakan tanaman dan mengurangi kesesuaian ekosistem hama. Dalam PHT
populasi hama dipertahankan di bawah ambang ekonomi dan oleh karena itu sistem ini sangat
efektif untuk serangga hama yang mempunyai laju pperkembangan populasi yang lambat dan
terbatas (Ponti, 1982). Pada varietas yang rentan, populasi akan meningkat dengan cepat
Beberapa varietas tanaman tertentu kuran dapat diserang oleh serangga hama atau
kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan
varietas lain. Varietas tahan tersebut mempunyai satu atau lebih sifat-sifat fisik atau fisiologis
yang memungkinkan tanaman tersebut dapat melawan terhadap serangan hama. Mekanisme
ketahanan tersebut secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Toleransi
Tanaman yang memiliki kemampuan melawan serangan serangga dan mampu hidup
terus serta tetap mampu berproduksi, dapat dikatakan sebagai tanaman yang toleran terhadap
hama. Toleransi ini sering juga tergantung pada kemampuan tanaman untuk mengganti jaringan
yang terserang, dan keadaan ini berhubungan dengan fase pertumbuhan dan kerapatan hama
b. Antibiosis
yang kurang baik terhadap serangga. Tanaman yang demikian dikatakan bersifat antibiosis.
Tanaman ini akan mempengaruhi banyaknya bagian tanaman yang dimakan hama, dapat
menurutkan kemampuan berkembang biak dari hama dan memperbesar kematian serangga.
Tanaman kapas yang mengandung senyawa gossypol dengan kadar tinggi mempunyai ketahanan
yang lebih baik bila dibandingkan dengan yang mengandung kadar yang lebih rendah, karena
bahan kimia ini bekerja sebagai antibiosis terhadap jenis serangga tertentu.
c. Non prefens
Jenis tanaman tertentu mempunyai sifat fisik dan khemis yang tidak disukai serangga.
Sifat-sifat tersebut dapat berupa tekstur, warna, aroma atau rasa dan banyaknya rambut sehingga
menyulitkan serangga untuk meletakkan telur, makan atau berlindung. Pada satu spesies tanaman
dapat pula terjadi bahwa satu tanaman kurang dapat terserang serangga dibanding yang lain. Hal
ini disebabkan adanya perbedaan sifat yang ada sehingga dapat lebih menarik lagi bagi serangga
untuk memakan atau meletakkan telur. Contoh pengendalian hama yang telah memanfaatkan
varietas tahan adalah pengendalian terhadap wereng coklat pada tanaman padi, pengendalian
terhadap kutu loncat pada lamtoro, pengendalian terhadap Empoasca pada tanaman kapas.
Kultur teknis adalah kegiatan yang dapat mengubah lingkungan menjadi kurang sesuai
bagi perkembangan hama penyakit atau mengalihkan perhatian hama penyakit sehingga tanaman
utama terbebas dari gangguan hama penyakit. Pengendalian secara kultur teknis mempunyai
kelebihan dan kekurangan, kelebihannya adalah tidak memerlukan pengeluaran biaya tambahan,
dan tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada lingkungan serta dapat dengan
mudah dilakukan dengan oleh petani. Kekurangannya adalah hasilnya tidak dapat diperhitungkan
secara pasti dan kurang efektif sehingga teknik ini harus dipadukan dengan cara-cara
pengendalian lain. Teknik pengendalian dengan kultur teknis dapat dilakukan dengan sanitasi,
menciptakan tanaman yang tahan serangan OPT tertentu ataupun dengan manipulasi genetik
Pengendalian kimia merupakan cara pengendalian yang serig dilakukan karena mudah
diterapkan dan hasilnya cepat terlihat, namum apabila penggunaannya kurang bijaksana akan
bila cara pengendalian yang lain sudah tidak efektif untuk menekan populasi hama. Oleh karena
itu aplikasinya harus didasarkan pada nilai ambang kendali hama yang akan dikendalikan.
Insektisida yang digunakan sebaiknnya yang bersifat selektif, artinya insektisida tersebut efektif
pengaruh samping mematikan parasit dan predator, pencemaran hasil pertanian, dan peracunan
hewan, ternak dan manusia. Selain jenis insektisida, waktu dan cara aplikasi juga merupakan
faktor yang menentukan efektivitas pengendalian. Penyemprotan sebaiknya diakukan pada pagi
hari yang cerah (tidak hujan) dan tidak berangin, agar takaran insektisida yang diberikan dapat
LATIHAN
berikut !
1. Sebutkan dan jelaskan komponen pengendalian hama terpadu yang kalian ketahui !
3. Menurut anda pengendalian apa yang paling efektik dilakukan dalam mengendalikan
OPT ?
DAFTAR PUSTAKA
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/59637/LANGKAH-PENGEMBANGAN-
PENGENDALIAN-HAMA-TERPADU/
Indiati, S.W dan Marwoto. 2017. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kedelai.
Buletin Palawija. Vol.15 No. 2:87-100.
Pimentel, D. 1982. Perspective of integrated pest management. Crop Protect. 1:5-26 stem et al
(1959): The Past, Present, and Future of IPM.
Stern, V.W., R.F. Smith, R. Van Den Bosch & K.S. Hagen. 1959. The Integrated Pest Control.
Proc. FAO. Symposium on Integrated Pest Control I : 11-17