Anda di halaman 1dari 20

PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK TK B

DITINJAU DARI JALUR PENERIMAAN DI PAUD


SE-KECAMATAN MUARA BANGKAHULU

Disusun Oleh :
Selpina (A1I017041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal Pendidikan anak usia dini di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Refublik Indonesia No. 137 Tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Refublik Indonesia No. 146 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan


pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
enam aspek perkembangan yaitu: perkembangan moral dan agama,
perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan/kognitif
(daya pikir, daya cipta), sosio-emosional (sikap dan emosi), bahasa, dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai
kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini. (Mansur, 2013)

Aspek perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek pengembangan


kemampuan dasar anak yang sangat penting. Pengertian perkembangan bahasa
meliputi juga perkembangan kompetensi komunikasi, yakni kemampuan untuk
menggunakan semua keterampilan berbahasa manusia untuk berekspresi dan
memaknai. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan anak dan
lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan orang yang lebih dewasa atau penutur
yang lebih matang memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu
peningkatan kemampuan anak untuk berkomunikasi. (Bredekamp&Copple, 1997:
104).

Kemampuan bahasa anak sangat penting untuk dikembangkan karena


dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Melalui
berbahasa anak dapat memahami kata dan kalimat serta memahami hubungan
antara bahasa lisan dan tulisan. Salah satu pengembangan kemampuan bahasa
anak usia dini adalah membaca awal. Membaca awal merupakan membaca tahap
awal yang diberikan kepada anak usia dini sebagai dasar untuk pembelajaran
berikutnya agar seorang anak dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana.

Perbedaan perkembangan bahasa anak, baik bentuk maupun strukturnya


sangat dipengaruhi oleh latar belakang kultural dan sosial tertentu. Apakah
seorang anak berkata kasar atau halus, lingkunganlah yang memberi masukan,
terutama domain vertikal dan horizontal primer (keluarga dan teman sebaya).

Membaca akan memberikan wawasan yang luas dalam segala hal dan
akan membuat anak lebih mudah dalam belajar. Anak yang sudah memiliki
kesiapan dalam membaca di TK akan lebih percaya diri dan penuh semangat.
Oleh karena itu, kemampuan membaca harus diberikan sejak dini sesuai dengan
tahapan perkembangan anak.

B. Batasan Penelitian
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca
awal anak di TK B PAUD Se-Kecamatan Muara Bangkahulu
2. Penelitian ini akan mengamati kesulitan anak dalam membaca
huruf pada TK B PAUD Se-Kecamatan Muara Bangkahulu yang
sudah menyelesaikan bacaan dari huruf “ A” sampai dengan huruf
“Z”
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan membaca awal pada anak TK B PAUD Se-
Kecamatan Muara Bangkahulu?
2. Kesulitan apa yang terjadi pada anak TK B dalam membaca awal
PAUD Se-Kecamatan Muara Bangkahulu?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui kemampuan membaca awal pada anak TK B
PAUD Se-Kecamatan Muara Bangkahulu
2. Untuk mengetahui kesulitan yang terjadi pada anak TK B PAUD Se-
Kecamatan Muara Bangkahulu dalam membaca awal
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan tambahan pengetahuan dan informasi tentang
kesulitan-ksulitan yang terjadi pada anak TK B PAUD Se-
Kecamatan Muara Bangkahulu dalam kemampuan membaca awal,
sehingga orang yang terlibat dalam pengajaran akan memberikan
solusinya.
b. Menjadi sumber rujukan penelitian-penelitian selanjutnya

2. Bagi Guru
a. Hasil penelitian ini dapat membantu guru untuk mengetahui
kesulitan apa saja yang dialami anak dalam membaca awal
b. Guru dapat memikirkan strategi yang tepat untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan anak dalam membaca awal

3. Bagi Anak
a. Anak dapat mengetahui kesalahan mereka dalam membaca huruf
b. Untuk menambah pengetahuan sekaligus menambah kualitas
belajar anak

4. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini menambah pengetahuan serta pengalaman peneliti
tentang cara mengatasi kesulitan anak dalam membaca awal
b. Penelitian ini akan menjadi bekal bagi peneliti untuk menjadi
seorang guru nantinya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Membaca
Masa peka anak untuk belajar membaca dan berhitung berada di
usia 4-5 tahun, karena di usia ini anak lebih mudah membaca dan
mengerti angka (Hainstock, 2002: 103). Anak sebaiknya mulai belajar
membaca di usia 1-5 tahun, karena pada masa ini otak anak akan
dapat menyerap semua hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
harinya, seperti membaca, berhitung, maupun menulis.
Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang pada
umumnya diperoleh dari sekolah, kemampuan ini sangat penting
dikembangkan karena sebagai alat komunikasi manusia. Menurut
H.G. Tarigan (2008: 7) mendefinisikan pengertian membaca adalah
sebagai suatu proses yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis. Membaca mencakup: (1) membaca
merupakan suatu proses, (2) membaca adalah stategis, dan (3)
membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses
dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa
pengertian membaca adalah proses memahami dan merekonstuksi
makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang
terkandung dalam teks antara pengetahuan dasar yang dimiliki
pembaca dengan kalimat-kalimat fakta dan informasi yang tertuang
dalam teks bacaan.

2. Pengertian Kemampuan Membaca Awal


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 623), “
kemampuan” berarti kesanggupan atau kecakapan. “Membaca” berarti
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, atau mengeja dan
melafalkan apa yang tertulis (KBBI, 1999: 72). Membaca awal
merupakan tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan
kepada simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-
huruf sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap
membaca awal (Darwadi 2002). Menurut steinberg (Ahmad Susanto,
2011: 83) membaca awal adalah membaca yang diajarkan secara
terprogram kepada anak prasekolah. Program ini merupakan perhatian
pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-
anak dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan
yang menarik sebagai perantaran pembelajaran.
Menurut Yulia Ayriza, Chaer, Purwanto dan Alim (dalam Lucky
Ade 2007: 9), huruf konsonan yang harus dapat dilafalkan dengan
benar untuk membaca permulaan adalah b, d, k, l, m, p, s, dan t. Huruf
-huruf ini, ditambah dengan huruf – huruf vokal akan digunakan
sebagai indikator kemampuan membaca permulaan, sehingga menjadi
a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, dan u. Menurut Darmiyati Zuchdi dan
Budiasih (1996: 50), membaca permulaan harus dilakukan secara
bertahap, yaitu tahap pramembaca dan membaca. Pada tahap
pramembaca anak akan diajarkan sebagai berikut:
 Sikap yang baik pada waktu membaca, seperti sikap duduk
yang benar.
 Cara anak meletakkan buku di meja
 Cara anak memegang buku
 Cara anak dalam membuka dan membalik-balik buku
 Cara anak melihat dan memperthatikan tulisan.

Pada tahap membaca permulaan, dititik beratkan pada kesesuaian


antara tulisan dan bunyi yang ada, kelancaran dan kejelasan suara,
pemahaman isi atau makna. Persiapan membaca didukung dengan
pengalaman keaksaraan seperti membaca buku atau sering
menggunakan tulisan maupun simbol saat pembelajaran. Bahan-bahan
untuk membaca permulaan harus sesuai dengan bahasa dan
pengalaman anak. Tahapan membaca anak usia dini menurut
Abdurrahman M (2002: 201) ada pada tahap kesiapan membaca dan
membaca permulaan adapun ciri-cirinya yaitu anak sudah mulai
memusatkan perhatiaanya pada satu atau dua aspek dari sebuah kata,
seperti huruf pertama yang ada pada sebuah kata dan gambarnya.
Anak juga akan mempelajari kosa kata dan dalam waktu yang
bersamaan anak belajar membaca dan menuliskan kosa kata tersebut.

Menurut Thahir (dalam Leni Nofrienti, 2012: 4), tahapan


membaca menggunakan metode fonik terdiri dari tiga tahap yaitu ; 1)
Tahap merah yaitu membaca dengan suku kata terbuka seperti mata,
mama, papa, meja, babi, dsb. 2)Tahap biru yaitu membaca kata yang
mengandung suku kata tertutup seperti mo-tor, ka-sur, jen-dela, si-sir,
kun-ci, dsb. 3)Tahap hijau yaitu membaca kata yang mengandung
suku kata vokal ganda maupun konsonan ganda. Contoh kata dari
vokal ganda atau doble vokal seperti pa-kai, pu-lau, si-lau, dsb.
Sedangkan konsonan ganda atau doble konsonan seperti nye-nyak, ta-
ngan, struk-tur, bintang dsb.

Ritawati (1996: 51) menyebutkan ada lima langkah dalam


membaca permulaan yaitu mengenal unsur kalimat, mengenal unsur
kata, mengenal unsur huruf, merangkai huruf menjadi suku kata,
merangkai suku kata menjadi kata. Pengajaran membaca permulaan
lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca.
Anak-anak dituntut untuk mampu menyuarakan huruf, suku kata, kata
dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan
( Sabarti A Khadiah, dkk. 1993: 11).

Contoh :

Huruf /a/ dibaca /a/

/b/ dibaca /be/

/c/ dibaca /ce/

Suku kata /ba/ dibaca /ba/ bukan /bea/

/bu/ dibaca /bu/ bukan /beu/

Kata /baju/ dibaca /baju/ bukan /beaju/


/batu/ dibaca /batu/ bukan /beatu/

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa


pengertian kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan atau
kesanggupan anak untuk mengenal simbol-simbol dan tanda-tanda
yang berkaitan dengan huruf-huruf, huruf-huruf tersebut adalah huruf
konsonan (b, d, k, l, m, p, s) dan huruf vokal (a, e, i, o, u) sebagai
pondasi untuk melanjutkan ke tahap membaca lanjutan.

3. Tujuan Pembelajaran Membaca Awal


Menurut Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar (2008: 289)
tujuan pembelajaran membaca dibagi menjadi tingkat pemula,
menengah, dan mahir. Menurutnya, tujuan pembelajaran bagi tingkat
pemula adalah sebagai berikut.
 Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa), dengan
membaca anak
akan langsung melihat lambang-lambang bahasa dan anak
semakin
memahami perbedaan dari lambang-lambang bahasa.
 Mengenali kata dan kalimat, dengan mengenal lambang-
lambang anak juga akan mengenal kata kemudian mengenal
kalimat-kalimat.
 Menemukan ide pokok dan kata kunci.
 Menceritakan kembali cerita-cerita pendek.
Menurut Herusantosa (dalam K. Istarocha, 2012: 14), tujuan
pembelajaran membaca permulaan agar peserta didik mampu
memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan
intonasi yang wajar, peserta didik dapat membaca kata-kata dan
kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif
singkat. Menurut Soejono (Lestary, 2004: 12), tujuan mengajarkan
membaca permulaan pada anak adalah:
 Mengenalkan anak pada huruf – huruf dalam abjad sebagai
tanda suara atau tanda bunyi
 Melatih keterampilan anak dalam mengubah bentuk huruf
menjadi bentuk suara
 Pengetahuan huruf –huruf dalam abjad dan ketrampilan
menyuarakan wajib untuk dapat dipraktikkan dalam waktu
singkat ketika anak belajar membaca lanjut.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa


tujuan dari pembelajaran membaca permulaan bagi anak adalah agar
anak mengenali lambang-lambang bahasa kemudian menyuarakannya
dengan tujuan untuk memahami isi dari lambang-lambang bahasa
tersebut sebagai bekal anak saat belajar membaca tingkat lanjut.

4. Tahap-tahap Membaca
Kemampuan membaca anak akan jelas perbedaanya sesuai dengan
usia dan tahapan pencapaiannya. Menurut Steinberg (dalam Akhmad
Susanto, 2011:90) mengatakan bahwa kemampuan membaca anak usia
dini dapat dibagi atas empat tahap perkembangan, yaitu :
 Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan Pada tahap ini
anak mulai belajar dengan buku dan menyadari bahwa buku itu
penting, melihat dan membalik-balikkan buku dan kadang-
kadang ia membawa buku favoritnya.
 Tahap membaca gambar Pada tahap ini anak mulai memandang
dirinya sebagai pembaca dan memulai libatkan diri dalam
kegiatan membaca seperti pura-pura membaca, membolak-
balikan buku, dan membaca gambar pada buku yang di
pegangnya.
 Tahap pengenalan bacaan Pada tahap ini anak usia Taman
Kanak-kanak telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa
,seperti fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata) dan sintaksis
(aturan kata atau kalimat) secara bersama-sama. Anak yang
sudah tertarik pada bahan bacaan mulai mengingat kembali
cetakan hurufnya dan konteksnya. Anak mulai mengenal tanda-
tanda yang ada pada benda-benda dilingkungannya
 Tahap membaca lancar Pada tahap ini anak sudah dapat
membaca lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-
bahan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari. Menurut Abdurrahman M (2002: 201) membagi lima
tahapan dalam membaca, yaitu :
 Kesiapan membaca
Kesiapan membaca memiliki arti sebagai mental
anak yang sudah siap untuk belajar membaca. Pada
umumnya anak sudah memiliki kesiapan membaca pada
usia 6 tahun, akan tetapi beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kesiapan membaca sudah terjadi
pada masa anak duduk di usia taman kanak-kanak.
Pada tahap ini anak mulai memusatkan perhatiannya
pada satu atau dua aspek dari suatu kata, seperti huruf
pertama yang ada pada suatu kata dan gambarnya. Anak
juga mungkin akan menyadari bahwa huruf pertama
tersebut sama dengan namanya. Anak yang bernama
Toni mungkin saja membaca tulisan “Tani” menjadi
“Toni” dengan menyadari hal ini bahwa huruf dapat
dirangkai menjadi kata maka anak akan menyenangi
bermain dengan huruf dan bunyi huruf, pada tahap ini
bimbingan dari orang-orang disekitar anak sangat
diperlukan, seperti bantuan dalam mencari huruf,
menyebutkan bunyinya atau menyebutkan bunyinya
kemudian mencari hurufnya. Selanjutnya merangkai
huruf dan menyebutkan kata yang dirangkai oleh huruf
tersebut, kegiatan-kegiatan semacam ini dapat mudah
dilakukan dengan menggunakan media seperti kartu
Alfabet, buku cerita sederhana, dan gambar-gambar
yang relevan.
 Membaca permulaan
Pada tahap membaca permulaan ini dimulai sejak
anak masuk kelas satu Sekolah Dasar, yaitu pada saat
berusia sekitar enam tahun. Akan tetapi ada anak yang
sudah melakukannya di taman kanak-kanak dan paling
lambat pada waktu anak duduk di kelas dua sekolah
dasar. Pada tahap ini, anak mulai mempelajari kosa kata
dan dalam waktu yang bersamaan anak belajar
membaca dan menuliskan kosa kata tersebut.
 Keterampilan membaca cepat.
Pada tahap keterampilan membaca cepat atau
membaca lancar terjadi pada saat anak duduk di kelas
tiga SD. Anak sudah menguasai atau memahami
kerterampilan membaca memerlukan pemahaman
simbol dengan bunyi. Anak juga sudah mampu
membaca 100-140 kata per menit dengan kesalahan
sedikit.
 Membaca luas.
Pada tahap membaca luas terjadi pada anak ada di
bangku kelas empat sampai lima SD. Anak sudah
gemar dan menikmati kegiatan membaca. Anak akan
membaca berbagai variasi buku bacaan seperti majalah
maupun buku cerita dengan penuh motivasi untuk
memudahkan mereka dalam membaca. Pada tahap ini
guru maupun orang tua harus memperkaya kosa kata
anak, menganalisis struktur kalimat atau mereviu
berbagai sumber bacaan.
 Membaca yang sesungguhnya.
pada tahap membaca yang sesungguhnya akan
terjadi pada anak yang sudah duduk di SD dan
berkelanjutan hingga dewasa. Mereka tidak membaca
untuk beljar membaca akan tetapi membaca sebagai
pemahaman anak mengetahui, mempelajari bidang studi
tertentu. Kemahiran membaca setiap anak akan sesuai
pada latihan membaca sebelumnya.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca


Kemampuan membaca akan berbeda-beda pada setiap anak dan
berkembang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Akan tetapi ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca pada
anak (Farida Rahim, 2005: 16), seperti :
 Faktor fisiologis
Faktor fisiologis meliputi kesehatan fisik, pertimbangan
neurologis, dan jenis kelamin. Menurut beberapa ahli,
keterbatasan neurologis seperti cacat otak dan
kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor
yang dapat menyebabkan peserta didik tidak berhasil dalam
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka.
 Faktor intelektual
Terdapat hubungan positif antara kecerdasan yang
diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial
membaca tetapi tidak semua anak yang mempunyai
kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik.
 Faktor lingkungan
Lingkungan yang meliputi latar belakang dan pengalaman
peserta didik mempengaruhi kemampuan membacanya. Peserta
didik tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam
membaca jika mereka tumbuh dan berkembang di dalam rumah
tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih,
memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan
rasa harga diri yang tinggi.
 Faktor sosial ekonomi anak
Status sosial ekonomi anak mempengaruhi kemampuan verbal
anak. Hal ini dikarenakan jika peserta didik tinggal dengan
keluarga yang berada dalam taraf sosial ekonomi yang tinggi
kemampuan verbal mereka juga akan tinggi. Hal ini didukung
dengan fasilitan yang diberikan oleh orang tuanya yang berada
pada taraf sosial ekonomi tinggi. Lain halnya peserta didik
yang tinggal di keluarga yang sosial ekonomi rendah. Orangtua
mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya dan anaknya
cenderung kurang percaya diri
 Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi motivasi, minat, dan kematangan
sosial,emosi,
serta penyesuaian diri.

B. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hasil kajian teori dan kerangka berpikir diatas dapat
dirumuskan hipotesis bahwa adanya perbedaan antara anak yang jalur
penerimaan nya dari TK a dengan anak yang Langsung ke TK B tanpa
melalui TK A di PAUD Se-Kecamatan Muara Bangkahulu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
membaca awal anak TK B ditinjau dari jalur penerimaan di PAUD Se-
Kecamatan Muara Bangkahulu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di PAUD Se-Kecamatan Muara Bangkahulu

C. Metode Penelitian
1. Pengertian Metode Komparatif

Metode komparatif atau perbandingan adalah penelitian pendidikan


yang menggunakan teknik membandingkan suatu objekdengan objek lain.
Objek yang diperbandingkan dapat berwujud tokoh atau cendikiawan,
aliran pemikiran, kelembagaan, manajemen maupun pengembangan
aplikasi pembelajaran. Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif
adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara
mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Bersifat
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel
tertentu.

Menurut Hudson ( 2007: 3) metode komparatif dilakukan untuk


membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan
sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.
Dengan menggunakan metode komparatif peneliti dapat mencari jawaban
mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab atau terjadinya suatu fenomena tertentu.

Menurut Surakhman (1986:84) mengatakan bahwa: “Komparasi


adalah penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui
analisis tentang hubungan sebab-akibat yakni memilih faktor-faktor
tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki
dan membandingkan dari faktor satu ke faktor yang lain.”

Menurut Lipjhart (2007: 158) studi komparatif berfokus pada variabel


yang bersifat sistematik yaitu variabel yang bersifat makro. Hal ini
dikarenakan sistem yang bersifat lebih general dan luas apabila
dibandingkan dengan variabel lainnya. Studi perbandingan lebih
menekankan pada observasi sosial yang bersifat tidak terbatas pada
teritorial tertentu.

Berdasarkan pengertian studi komparatif yang telah dikemukakan


peneliti dapat memahami bahwa studi komparatif adalah suatu bentuk
penelitian yang membandingkan antara variabel-variabel yang saling
berhubungan dengan menentukan perbedaan-perbedaan atau
persamaannya.

2. Ciri-ciri Metode Komparatif :


a) Merupakan dua atau lebih objek yang berbeda
b) Masing-masing berdiri sendiri dan bersifat terpisah
c) Memiliki kesamaan pola atau cara kerja tertentu
d) Objek yang diperbandingkan jelas dan spesifik
e) Memakai standar dan ukuran perbandingan berbeda dari objek
yang sama. (Muliawan, 2014:86).

Ciri-ciri metode komparatif yang lain yaitu menentukan mana yang


lebih baik atau mana yang sebaiknya dipilih, rumusan masalah dalam
metode komparatif membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih
pada dua atau sampel dan waktu yang berbeda, membuat generalisasi
tingkat perbandingan berdasaran cara pandang atau kerangka berfikir
tertentu.

Berdasarkan ciri-ciri metode komparatif yang telah dipaparkan


peneliti dapat memahami bahwa ciri-ciri metode komparatif merupakan
suatu karakter atau ciri yang signifikan yang dimiliki oleh metode
komparatif agar dapat membedakan antara metode komparatif dengan
metode penelitian yang lain.

3. Kelebihan Metode Komparatif


a) Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak pada
banyak hal bila metode eksperimental tidak memungkinkan
untuk dilakukan
b) Memperbaiki teknik, metode, statistik dan desain dengan
mengontrol fitur-fitur secara parsial.
c) Metode komparatif dapat mensubstitusikan metode
eksperimental
d) Penelitian komparatif dapat mengadakan estimasi terhadap
parameter parameter hubungan kausal secara lebih efektif
e) Metode komparatif dapat menghasilkan informasi yang sangat
berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan
f) Telah membuat metode komparatif itu lebih dapat
dipertanggung jawabkan lagi. (Nazir,1988: 69).
4. Kelemahan Metode Komparatif :
a) Penelitian tersebut tidak mempunyai kontrol terhadap variabel
bebas
b) Sukar memperoleh kepastian bahwa fakta-fakta penyebab yang
relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-
faktor yang telah diselidiki.
c) Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal,
melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor
dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang
disaksikan, menyebabkan soalnya sangat komplek
d) Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari
sebab-sebab ganda, tetapi dapat jugadisebabkan oleh suatu
sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain pada sebab yang lain
e) Apabila saling hubungan antara dua variabel telah
dikemukakan mungkin sukar untuk menentukan mana yang
sebab mana yang akibat. ( Suryabrata,1989:29-30).
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak TK B di PAUD
Se-Kecamatan Muara Bangkahulu. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan sampling penuh. Sampling penuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengertian Angket (Kuesioner)
Definisi angket menurut para ahli:
Menurut Kusumah (2011: 78), Kuesioner adalah daftar pertanyaan
tertulis yang diberikan kepada subjek yang diteliti
untukmengumpulkan informasi yang dibutuhkan peneliti. Kuesioner
ada dua macam yaitu kuesioner berstruktur atau bentuk tertutup dan
kuesioner tidak terstruktur atau terbuka. Kuesioner tertutup berisikan
pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban. Kuesioner terbuka
berisi pertanyaan yang tidak disertai dengan jawaban.
Menurut Sugiyono (2011: 199-203) Angket adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
jika peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa
yang tidak bisa diharapkan dari responden.
F. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, Instrumen Penelitian adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam melakukan
kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.

Tabel 1. Instrumen penelitian kemampuan membaca awal

DIBELS 8th Edition LetterNamingFluency

Benchmark LNFK.Beginning
PETUNJUK bagi tester INGAT
Berikut adalah huruf-huru Sart timernya Setlah mengatakan mulai, maka
( tunjukkan lembar tesnya kepada timer di hidupkan
anak ) Prompts Jika anak ragu atau engggan , tunggu
sekitar 3 detik, kemudian sebutkan
Katakan nama huruf itu
nama hurufnya. Tunjuk huruf
jika saya mulai, mulai di berikutnya dan katakan lanjutkan ,
sini( sambil nunjuk huruf Tandai huruf-huruf yang salah
pertama) dan terus lanjut. dinamai. .

Tunjuk hurufnya dan sebut


namanya. Jika kamu tidak Jika anak tidak dapat menyebutkan
BERHENTI
tau nama hurufnya, nanti nama nama huruf baris pertama maka

saya beritahu. Tunjuk huruf STOP, tes berhenti.

pertama.

Siap ? mulai.

o R U v C M O L h k

E U E f A B C I D i

y N F s g P G d S x

t P T H a M R j n b

E L H g x T M S O o

p T U r v R J n b M

e C A H i F I B s k

N G d y P F a u C D
o H C b r V e p f a

k D g s i U t m n y

Total Correct
DAFTAR PUSTAKA
Madyawati, Lilis. 2016 . Strategi Pengembangan Bahasa Anak. Jakarta:
Prenadamedia Group
Alfu Laila, 2015. Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK B Kelompok B di
Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta
Repository.ump.ac.id, Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini :
Diakses pada 22 Maret 2020
Sc.syekhnurjati.ac.id, Pengertian Metode Komparatif Metode Komparatif atau
Perbandingan : Diakses pada 21 Maret 2020
http://www.konsistensi.com/2013/04/angket-sebagai-teknik-pengumpulan-
data.html?m=1 : Diakses pada 22 Maret 2020
http://www.zonareferensi.com/pengertian-instrumen-penelitian/
Diakses pada 22 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai