Tim Penyusun
MENINGKATKAN MINAT ANAK – ANAK
DESA BANDUNGROJO TERHADAP
PENGETAHUAN SAINS DENGAN METODE
FUN SCIENCE
nur.komara2016@student.uny.ac.id
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Sainsmerupakansalahsatu
pengetahuan yang sangat melekat di kehidupan
sehari – hari. Banyak gejala fenomena alam yang
dapat dipelajari melalui
pengetahuan sains. Suatu pengetahuan akan
dapat diterima dengan mudah oleh anak –
anak apabila pengetahuan tersebut dikemas
dalam suatu pengetahuan yang sederhana, menarik
dan menyenangkan.
Tidak sedikit dari anak – anak di Desa
Bandungrojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Blora menganggap bahwa sains merupakan salah
satu mata pelajaran yang tidak mudah dan
membosankan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
kegiatan yang dapat meningkatkan minat anak –
anak terhadap pengetahuan sains. Salah satu upaya
yang dapat diterapkan dalam meningkatkan minat
anak – anak terhadap pengetahuan sains yaitu
dengan cara menyajikan sains dalam bentuk
pembelajaran yang menyenangkan dan ringan
diterima oleh anak – anak.
Sejalan dengan pendapat Sudono (2000, 1)
karena dunia anak adalah dunia bermain maka,
pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan
bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Belajar sambil
bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan atau tanpa menggunakan alat yang
menghasilkan pengertian atau memberikan
informasi dengan kesenangan dalam upaya
mengembangkan imajinasi pada anak.
Melalui bermain anak diajak untuk
bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan
objek- objek yang berada dilingkungan sekitar,
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu, belajar dengan bermain memberi
kesempatan kepada anak untuk memanipulasi,
mengulang-ulang, menemukan sendiri,
mempraktekkan dan mendapatkan bermacam-
macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung
banyaknya. Belajar sambil bermain merupakan
suatu usaha untuk meningkatakan minat anak untuk
mengenal lebih dekat tentang sains disekitarnya.
Salah satu metode yang tepat dalam upaya
menigkatkan minat anak – anak Desa Bandungrojo
terhadap pengetahuan sains dapat dilakukan melaui
metode yang disebut fun science. Fun science
merupakan metode belajar yang menyajikan
permainan seru tentang pelajaran sains. sejalan
dengan pendapat Ismail (2008) Fun
(menyenangkan) memiliki dua unsur utama yaitu
desain kegiatan yang menyenangkan dan kegiatan
menyenangkan yang nyaman. Menyenangkan
merupakan suatu proses pembelajaran yang
berlangsung dalam suasana menyenangkan dan
mengesankan. Suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan mengesankan akan menarik
minat anak untuk terlibat secara aktif. Selain itu,
pembelajaran yang menyenangkan akan menjadi
sebuah hadiah bagi anak yang selanjutnya dapat
mendorong motivasinya menjadi semakin aktif.
Tujuan dari diadakannya kegiatan fun science
ini yaitu untuk memperkenalkan dan mengajak
anak-anak untuk lebih tertarik akan dunia sains, dan
untuk mengubah mindset anak-anak bahwa sains itu
sulit dengan melalui percobaan - percobaan
sederhana. Selain itu dengan adanya kegiatan ini
diharapkan akan memberikan manfaat pada anak –
anak Desa Bandungrojo yaitu dengan
mengubah mindset mereka tentang pengetahuan
sains itu sulit dan membosankan menjadi sains itu
mudah dan menyenangkan.
B. METODE
Metode yang diguanakan dalam
kegiatan ini adalah demonstrasi dan praktikum.
Langkah pertama mahasiswa sebagai pelaksana
melakukan demonstrasi fun science yang akan
dilakukan untuk memberi motivasi dan contoh
terlebih dahulu
agar anak – anak dapat melakukan sebuah
praktikum secara berkelompok dengan mudah.
Selanjutnya, anak – anak akan diberikan penjelasan
mengapa fenomena yang terlihat dalam fun science
dapat terjadi. Dalam kegiatan ini dilakukan
sebanyak dua kali pertemuan, pertemuan pertama
anak – anak diberikan fun science secret message
dan pertemuan kedua anak – anak diberikan fun
science giant toothpaste.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah diadakannya kegiatan program
unggulan individu yang berjudul “Meningkatkan
Minat Anak – Anak Desa Bandungrojo Terhadap
Pengetahuan Sains Dengan Metode Fun Science”
anak – anak Desa Bandungrojo yang tadinya
menganggap sains itu tidak mudah dan
membosankan berubah mindset bahwa sains itu
tidak sulit dan menyengkan. Hal ini dapat terlihat
dari kepawaian, keantusiasan dan kesenangan
anak – anak Desa Bandungrojo saat melakukan
percobaan.
2. Saran
Kegiatan fun science merupakan
kegiatan permainan menggunakan bahan –
bahan kimia. Tidak sedikit bahan kimia yang
berbahaya apabila terkena kulit atau bahkan
masuk kedalam tubuh. Untuk itu perlu
pengawasan dari orang dewasa ketika anak –
anak melakukan percobaan tersebut. Selain
itu anak – anak juga perlu memahami bahan
– bahan manakah yang berbahaya dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
yang tertera dalam (UU Sisdiknas Pasal 1 no.16)
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut
Usia pada 0-6 merupakan masa emas atau
yang sering di sebut dengan golden age pada masa
ini anak dapat berkembang dengan baik jika
memiliki rangsangan yang baik pula. Pada masa ini
sel neuron dapat memiliki cabang dalam jumlah
yang banyak
sehingga otak anak mengalami perkembangan,
dalam masa ini anak harus mendapat pendidikan
yang baik agar potensi anak dapat berkembang
dengan baik.
Seluruh potensi anak usia dini yang harus
dikembangkan meliputi beberapa aspek yaitu aspek
kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional dan
moral. Pada dasarnya perkembangan kognitif
dimaksudkan agar anak mampu melakukan
eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca
inderanya,
sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya
tersebut anak-anak dapat melangsungkan hidupnya
dan menjadi manusia yang utuh sesuai kodratnya
sebagai makhluk Tuhan yang harus
memberdayakan apa yang ada di dunia untuk
dirinya dan orang lain.
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah semua
bentuk permainan yang dirancang
untuk memberikan pengalaman pendidikan atau
pengalaman belajar kepada para pemainnya,
termasuk permainan tradisional dan moderen yang
diberi muatan pendidikan dan pengajaran Atas dasar
pengertian itu, permainan yang dirancang untuk
memberi informasi atau menanamkan sikap tertentu,
misalnya untuk memupuk semangat
kebersamaan dan kegotongroyongan, termasuk
dalam kategori permainan edukatif
karena permainan itu memberikan pengalaman
belajar kognitif dan afektif. Dengan demikian, tidak
menjadi soal apakah permainan itu merupakan
permainan asli yang khusus dirancang untuk
pendidikan ataukah permainan lama yang diberi
nuansa atau dimanfaatkan untuk pendidikan.
Lembaga Penyelenggara Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) Pertiwi Dusun Bandungrojo,
Desa Bandungrojo memiliki
lahan yang cukup luas, tempat pembelajaran di
gedung milik pemerintah Desa Bandungrojo.
Dikarenakan keadaan di PAUD Pertiwi untuk Alat
Permainan Edukatif (APE) belum mencukupi untuk
menunjang Pembelajaran di PAUD Pertiwi,
ketersediaan APE yang sangat terbatas membuat
kreatifitas anak menjadi terbatas dan kurang
berkembang, sehingga diperlukanya Pengembangan
Alat Permainan Edukatif, Alat Pemainan Edukaif
itu sendiri berfungsi untuk membantu anak dalam
melatih kemampuan motorik, melatih konsentrasi,
menerapkan konsep logika sederhana, melatih
kemampuan verbal dan bahasa anak, menambah
pengetahuan dan wawasan serta mengenalkan
warna bentuk dan tekstur. Seiring dengan
perkembangan teknologi kini dapat dengan mudah
untuk mencari informasi membuat alat permainan
edukatif sendiri
sehingga lebih menghemat biaya dan tidak harus
selalu membeli. Walaupun begitu mayoritas orang
tua dari peserta didik di PAUD Pertiwi belum
menguasi pemanfaatan teknologi informasi seperti
pemanfaatan internet untuk mencari informasi cara
menciptakan APE sehingga kader hanya
mengandalkan APE yang berada di PAUD Pertiwi
saja. sasaran dari program ini adalah para kader di
PAUD Pertiwi.
B. METODE
1. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh
data-data tentang PAUD Pertiwi seperti
kondisi ruang belajar, sarana prasarana,
sumberdaya belajar, serta peserta didik yang
akan menjadi pertimbangan pelaksanaan
program selanjutnya.
2. Ceramah
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah
ceramah dengan kombinasi metode yang
bervariasi, digunakan sebagai pemicu
terjadinya kegiatan yang partisipatif dan
interaktif melalui tanggapan balik,
perbandingan dengan pendapat dan
pengalaman peserta.
3. Tanya jawab
Tanya jawab digunakan untuk wadah
penyampaian pertanyaan dari hal yang belum
jelas dan hal yang belum di ketahui. Dan juga
sebagai wadah untuk menjawab pertanyaan
yang sudah di
sampaikan untuk menyampaikan informasi.
4. Demonstrasi
Demonstrasi adalah sebuah pendekatan
pembelajaran dengan menunjukkan langsung
pembelajaran kepada peserta.
5. Praktik
Metode praktik di gunakan agar peserta
pelatihan dapat pengalaman melalui interaksi
langsung, praktik di lakukan setelah mendapat
materi yang telah di berikan kepada peserta
pelatihan.
6. Diskusi
Diskusi adalah sebuah metode yang dapat
dilakukan sesama peserta dengan dampingan
fasilitator dalam bertukar pendapat untuk
menyelesaikan dan memecahkan masalah.
Pasir ajaib
1. Pasir pantai
2. Gom (obat sariawan)
3. Lem povinal
4. ShampoPewarna makanan
5. Air secukupnya
6. Mangkuk atau piring
7. Sendok
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Alat Permainan Edukatif yaitu suatu kegiatan
yang sangat menyenangkan dan merupakan cara
atau alat pendidikan yang bersifat mendidik.
Permainan edukatif bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa, berpikir, serta bergaul
dengan lingkungan. Selain itu APE dapat digunakan
sebagai media dalam penyampaian materi tentang
sikap sehingga penanaman sikap pada peserta didik
semakin mudah dan optimal. APE yang di buat
merupakan APE yang sederhanda dan mudah untuk
di buat dan dapat di sesuaikan dengan potensi
sekitar. APE yang dibuat dapat memanfaatkan
bahan yang berada di sekitar lingkungan PAUD
Pertiwi maupun lingkungan rumah.
2. Saran
Dalam penyelenggaraan program
diharapkan untuk membuat suatu perencanaan yang
baik serta terperinci sehingga suatu masalah-
masalah yang sekiranya muncul dalam proses
kegiatan dapat dicegah, selain itu perencanaan yang
baik akan menghasilkan suatu hasil yang baik dan
bisa dilanjutkan pada kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Email: anggi.eko2016@student.uny.ac.id
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Era Revolusi Industri 4.0 membuat
perkembangan teknologi dunia semakin pesat.
Dengan memperkenalkan teknologi-teknologi
mikro atau teknologi dalam dunia elektronika
adalah salah satu langkah yang harus dikembangkan
oleh Indonesia untuk mengejar perkembangan
tersebut. Langkah ini bertujuan agar masyarakat
tidak tertinggal dalam perkembangan teknologi
tersebut. Bagi sebagian industri, masalah
pemeliharaan dan perbaikan secara umum selalu
dikaitkan dengan tanggung jawabnya terhadap
produk yang berkualitas, tepat waktu dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi (Yunus,
2018).
Service Elektronik Sebagai Peluang Usaha yang
Menjanjikan (Ripal, 2019).
Berdasarkan permasalahan diatas,
penulis melakukan kegiatan untuk memberikan
pengenalan teknik reparasi untuk barang-barang
elektronik kepada
masyarakat Desa Bandungrojo. Subjek kegiatan
tersebut ditujukan kepada para warga Desa
Bandungrojo dan dilakukan selama periode KKN
UNY tahun 2019. Tujuan dari kegiatan ini adalah
(1) Warga Desa Bandungrojo memahami teknik
reparasi barang elektronik. (2) warga Desa
Bandungrojo menjadi wirausaha bidang elektronik.
Manfaat dari kegiatan ini adalah
(1) Memberi keahlian dasar kepada masyarakat
Bandungrojo khusunya mengenai teknik reparasi
barang elektronik. (2) Memberi peluang kapada
masyarakat
Bandungrojo untuk membuka usaha reparasi barang
elektronik.
B. METODE
Pelaksanaan pelatihan dan reparasi
menggunakan model experiential learning.
Experiential learning adalah salah satu proses
pembelajaran dimana manusia belajara, tumbuh dan
berkembang. Dalam hal ini metode pembelajaran
tersebut menekankan bahwa pengalaman berperan
penting sebagai proses belajar. Pelaksanaan
pelatihan dan reparasi menggunakan model
experiential learning di Desa Bandungrojo,
Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa
Tengah. Dengan subjek merupakan warga Desa
Bandungrojo.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Tahapan pelatihan dan reparasi barang
elektronik meliputi dari
pengenalanperalatandan
komponendalamdunia
elektronik, teknik instalasi, hingga
teknik reparasi dan perawatan alat
elektronik.
b. Minat warga Desa Bandungrojo
untuk menggeluti bidang elektronik
belum terlalu tinggi, karena tuntutan
untuk menjadi ahli dalam bidang
tersebut
memang tinggi. Namun sebagian
warga yang ikut sangat antusias
dalam hal tersebut.
2. Saran
Informasi terkait administrasi KKN sebaiknya
diberikan lebih awal, jika ada perubahan
sesegera mungkin diperbarui.
DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Irmayanti. 2018. PERAWATAN DAN
PERBAIKAN PERALATAN
ELEKTRONIKA. Universitas Negeri
Makassar.
Anonim. Komponen Kipas Angin Dan Kerusakan
Bagian Utamanya. Diambil tanggal 11
November 2019 dari
https://www.wikikomponen.com/komp onen-
kipas-angin-dan-kerusakan-bagian-utamanya/
Robbani, Habib. 2018. Pengembangan Modul Mata
Kuliah Teknik Pemeliharaan Dan Reparasi
Bagi Mahasiswa Teknik
Elektronika. Universitas Negeri Yogyakarta.
PERAN KEGIATAN LITERASI SASTRA
DALAM MINAT BACA DAN TULIS ANAK
DESA BANDUNGROJO
Email: lola.etikasari2016@student.uny.ac.id
Abstrak
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
peran kegiatan literasi, hambatan
dan upaya untuk meningkatkan minat membaca dan
menulis anak Desa Bandungrojo. Sumber data
diperolehdengan cara diadakan program kerja
Literasi Sastra di KKN G301.
Data dianalisis secara interaktif yang terdiri
dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Berdasarkan data yang terkumpul, kemudian
didiskripsikan dan dianalisis minat membaca dan
menulis anak Desa Bandungrojo atas melalui
kegiatan literasi.
C. PELAKSANAAN DAN
PEMBAHASAN
Kegiatan literasi sastra ini dilaksanakan di
posko KKN G301 dan Taman Baca.
Kegiatan ini dimulai dengan pengenalan apa itu
sastra? Jenis-jenis sastra? dan manfaat sastra. Anak-
anak Desa Bandungrojo khusnya yang mengikuti
kegiatan Liteterasi Sastra akan di kenalkan puisi,
novel, cerpen, dan teks drama.
Setiap pertemuan mereka akan belajar secara
garis besar semua jenis-jenis sastra setelah mereka
mengetahui secara gambaran umum barulah puisi
yang menjadi senter utamanya akan di kupas secara
mendalam.
Pertemuan pertama minggu kedua membahas
secara garis besar sastra itu apa? Jenis-jenis sastra?
dan manfaat sastra bagi kehidupan. Pertemuan ke
dua membahas tentang garis umum puisi, novel,
cerpen, dan teks drama.
Pertemuan pertama pada minggu ketiga
pembahasan secara mendetail tentang sastra
khususnya puisi karena senter. Anak-anak
dikenalkan 4 macam puisi dari 2 sastrawan yaitu
Sapardi Djoko Damona dengan puisi “Hujan di
Bulan Juni” dan “Aku Ingin Mencintaimu dengan
Sederhana”, Taufik Ismail dengan puisi “ Di
Restoran” dan “Kita Pemilik Sah Republik Ini”.
Pertemuan kedua pada minggu ketiga anak-
anak belajar membaca puisi dan menulis puisi
dengan tema nasionalisme . Dilihat dari tulisan
belum bisa dibilang puisi karena yang mereka tulis
lebih tepat disebut cerita. Mengapa? Didalam
tulisan mereka tidak ada majas, tipografi, dan
penggunaan bahasa masih menggunakan bahasa
cerita atau penjelasan.
Pertemuan ke 3 minggu ke tiga anak-anak di
arahkan bagaimana menulis puisi yang baik dari
berbagai aspek. Dipertemuan ini setelah diberian
pengarahan tentang cara mennulis puisi mereka juga
membuat puisi
dengan tema yang sama seperti pertemuan yang
lalu. Melihat puisi yang mereka tulis lumayan ada
perkembangan misalnya kata anggin diganti bayu,
bersiul menjadi bernyanyi dll.
Pertemuan pertama dan kedua minggu
keempa mereka menulis puisi dengan tema yang
sama “Nasionalisme” dengan catatan pada minggu
kemarin diberikan tugas membaca puisi dari karya
sastrawan inndonesia. Hal hasil tulisan mereka
memiliki perkembangan bisa di lihat melalui
gambar di bawah ini.
Gambar 1. Puisi Gambar 2. Puisi
dengan judul dengan judul
“Pahlawan Tanah Air” “Indonesia”
Gambar 3. Puisi Gambar 4. Puisi
dengan judul “Tanah dengan judul
Kelahiran” “Segalanya”
D. KESIMPULAN
Dapat kita lihat bahwa perkembangan
menulis anak itu meningkat dengan adanya
literasi dan bimbingan. Anak-anak hanya
butuh bimbingan dan dorongan agar minat
baca dan tulis mereka ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anugraheni, Ratna. 2011. “Peningkatan
Keterampilan Menulis Eksposisi
Menggunakan Media Kliping Pada Siswa
Kelas XD SMA Pangudi Luhur Sedayu
Bantul”. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogyakarta: FBS.
Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:
BPFE.
Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan
Kemampuan Menulis (Panduan untuk
Mahasiswa dan Calon Mahasiswa).
Yogyakarta: Andi Offset.
Henry, Guntur Tarigan. 1993. Menulis
Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
PELATIHAN PEMBUATAN TEMPAT PENSIL
DAN KERANJANG SERBAGUNA DARI
SAMPAH GELAS PLASTIK BEKAS
MINUMAN
Email: asaadah16@gmail.com
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Sampah merupakan masalah yang
sangat membutuhkan penanganan dan solusi agar
tidak semakin banyak menumpuk. Mengingat
sampah membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat terurai dengan tanah
terutama sampah plastik. Hal ini sejalan
dengan Qodriyatun (2018) yang mengatakan
bahwa sampah plastik membutuhkan waktu 200
sampai 1000 tahun untuk terurai. Sehingga jika
dibiarkan begitu saja sampah akan mengganggu dan
bahkan dapat menimbulkan penyakit bagi manusia
bahkan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.
Pengelolaan sampah terutama sampah plastik
perlu untuk diperhatikan. Kebanyakan masyarakat
membakar sampah yang sebenarnya justru
menimbulkan dampak bahaya yang lain. Sejalan
dengan H. Yuliptiyanto (2006) bahwa mengelola
sampah dengan cara dibakar tidak dianjurkan karena
dapat menimbulkan polusi dan menyebabkan
keracunan bagi organisme, masyarakat disekitarnya.
Strategi yang dianjurkan adalah dengan
mengumpulkannya pada tempat tertentu kemudian
di daur ulang. Memanfaatkan kembali sampah
merupakan salah satu solusi yang bisa ditawarkan
untuk
mengatasi jumlah sampah plastik yang semakin hari
semakin bertambah. (Elamin, dkk. 2018).
Melihat kondisi di lingkungan Desa
Bandungrojo ditemukan banyak sampah plastik
bekas minuman seperti bekas kopi, minuman
dengan berbagai jenis rasa, bekas berbagai jenis teh
yang berserakan, maka diperlukan adanya
pengelolaan sampah. Hal yang dilakukan adalah
dengan memanfaatkan kembali gelas bekas
minuman tersebut. Sampah plastik bekas gelas
minuman dapat dimanfaatkan sebagai barang yang
memiliki nilai guna melalui pelatihan. Dalam
pelatihan
ini diberikan pengetahuan berupa keterampilan
yaitu pembuatan tempat pensil dari gelas bekas
minuman.
Dari pelatihan yang diselenggarakan
diharapkan menambah wawasan masyarakat
tentang pengelolaan sampah yang benar.
Serta, meningkatkan pengetahuan kepada anak
sebagai kegiatan prakarya dengan membuat tempat
pensil dari gelas bekas minuman. Adapun tujuan
dari adanya pelatiha pembuatan tempat pensil ini
adalah sebagai upaya pengelolaan sampah plastik di
Desa Bandungrojo, memberikan pengetahuan dan
keterampilan berupa keterampilan membuat tempat
pensil dari gelas bekas minuman kepada
masyarakat, menambah peluang usaha dari
keterampilan yang diberikan, karena selain memiliki
nilai guna, tempat pensil ini juga memiliki nilai
ekonomi.
B. METODE
Metode pelatihan yang digunakan
adalah dengan demonstrasi dan praktik. Yaitu
peserta diberikan arahan melalui demonstrasi
langkah-langkah apa saja yang harus
dilakukan setelah itu peserta mempraktikkan secara
langsung langkah demi langkah yang telah
didemonstrasikan oleh tutor.
C. PELAKSANAAN DAN
PEMBAHASAN
Program pelatihan pembuatan tempat
pensil dari sampah gelas bekas minuman
dilaksanakan pada:
Hari, : Kamis, 26 September 2019
tanggal Sabtu, 5 Oktober 2019
Selasa, 8 Oktober 2019
Pukul : 18.00 – 22.00 WIB
07.00 – 11.00 WIB
Lokasi
Jml Peserta
E. PENUTUP
Pelatihan pembuatan tempat pensil dan
keranjang serbaguna dari smapah gelas
plastik bekas minuman yang dilaksanakan ini
sebagai salah satu solusi sampah yang banyak
ditemukan di lingkungan sekitar Desa Bandungrojo.
Pengelolaan sampah gelas plastik ini biasanya
hanya dikumpulkan di suatu tempat kemudian
dibakar. Pembakaran sampah plastik merupakan
pengelolaan sampah yang kurang tepat. Salah satu
solusi pengelolaan sampah plastik yaitu dengan
memanfaatkannya kembali. Melalui pelatihan ini
diperoleh keterampilan untuk anak-anak serta ibu-
ibu di Desa Bandungrojo. Sampah gelas plastik
yang awalnya hanya berupa sampah kini setelah
pelatihan ini menjadi sebuah barang baru yang
memiliki nilai guna bahkan nilai ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Email : nanangrun7@gmail.com
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Atletik merupakan olahraga tertua di
dunia bahkan disebut juga Mother of Sports
yaitu sebagai ibu atau induk dari olahraga,
karena olahraga ini merupakan olahraga
pertama kali yang ada di dunia menurut Eddy
Purnomo dan Dapan (3: 2011). Olahraga ini
sangat terkenal pada masa kejayaanya,
dimulai dari negara Yunani, negara–negara
dibenua Eropa sampai Amerika dan seluruh
dunia, masyarakat sangat antusias dan
bersemangat dalam memainkanya. Dalam
Olimpiade, atletik merupakan cabang
olahraga yang memperebutkan banyak medali, hal
ini muncul karena atletik mempunyai cabang
olahraga yang banyak, terdiri dari 4 nomor yaitu;
jalan, lari , lempar dan lompat.
Dalam pembelajaran penjas di sekolah dasar
Atletik masuk dalam kurikulum kurikulum
pembelajaran, yaitu dengan kompetensi dasar 1.1.
Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke
dalam permainan dan olahraga dengan peraturan
yang dimodifikasi serta nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya dan standar kompetensi 1.3.
Mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam
modifikasi atletik, serta nilai semangat, sportivitas,
percaya diri dan kejujuran. Yang dimaksud dengan
modifikasi atletik disini adalah kids atletik yang
diajarkan sesuai dengan tahap usia perkembangan
siswa.
Olahraga kids atletik terdiri dari 9 nomor yang
diantaranya adalah nomor lari yaitu Sprint/Hurdles,
Sprint Relay, Hurdles Race, 1000m Endurance.
Untuk nomor lempar yaitu Teens’ Javelin Throw,
Teens’ Discus Throwing sedangkan nomer lompat
yaitu Pole Long Jumping over a sandpit, Short Run-
up Long Jumping dan Short Run-up Triple
Jumping. Sprint/ hurdles adalah relay lari gabungan
dan kaki rintangan dengan sudut melengkung, sprint
relay adalah estafet lari dengan cara sudut
melengkung, hurdles race adalah berlari lebih dari
rintangan secara berkala, 1000m endurance adalah
1000m lari ketahanan, teens’ javelin throwing
adalah satu lemparan bersenjata untuk jarak /
presisi, teens’ discus throwing adalah berputar
untuk jarak lemparan dan presisi menggunakan
piringan yang tepat, pole long jumping over a
sandpit adalah
melompat menggunakan tongkat untuk melewati
bak pasir, short run- up long jumping adalah
melompat satu kali kesempatan dengan tolakan
yang kuat dan yang terakhir short run-up triple
jumping adalah melakukan lompat tiga kali berturut
turut dengan tumpuan dua kaki bersamaan.
Objek sasaran dalam kegiatan ini adalah anak-
anak usia dini hingga anak usia sekolah dasar di
dusun Bandungrojo. Harapan yang ingin dicapai
dari kegiatan ini adalah peningkatan gerak
multilateral anak sehingga memungkinkan anak
memiliki keterampilan bergerak secara menyeluruh,
yang pada gilirannya nanti akan menjadi dasar
untuk menentukan arah potensi selanjutnya dalam
olahraga.
B. METODE
1. Observasi
Hal pertama yang dilakukan dalam melakukan
kegiatan pelatihan adalah observasi. Penulis
mengobservasi keadaan dusun Bandungrojo
khususnya anak-anak jenjang Paud, TK dan SD.
Yang menjadi fokus disini adalah bagaimana
mengajak anak-anak jenjang Paud, TK dan SD
berolahraga.
2. Demonstrasi
Hal kedua yang dilakukan dalam
melakukan kegiatan agar anak-anak memahami kids
athletics adalah demonstrasi. Kegiatan ini melatih
anak untuk melihat, meniru, dan mempraktikkan
gerak yang dicontohkan.
C. PELAKSANAAN DAN
PEMBAHASAN
Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di
posko KKN UNY Dusun Bandungrojo, Desa
Bandungrojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Blora, Jawa Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan pelatihan gerak multilateral dengan
berbagai kegiatan keterampilan dasar cabang
olahraga, salah satunya cabang olahraga Atletik dan
kemampuan motorik yang disajikan dengan urutan
dalam beberapa sesi pertemuan, pada setiap sesi
pertemuan mereka akan belajar salah satu nomor
dalam kids athletics.
Pertemuan pertama mereka belajar lari estafet
bolak-balik dengan kombinasi “Kanga’s Escape”,
pertemuan pertama dilaksanakan pada minggu ke
kedua. Pertemuan kedua mereka belajar lompat
dengan dua kaki kedepan daei posisi squat
“Loncat Katak”, pertemuan kedua dilaksanakan
pada minggu kedua. Pertemuan ketiga mereka
belajar lempar satu tangan untuk mencapai jarak
dengan lembing anak
“Lempar Turbo”, pertemuan ketiga dilaksanakan
pada minggu ketiga. Pertemuan keempat mereka
belajar estafet dengsn kombinasi sprint, gawang,
dan slalom
“Formula 1”, pertemuan keempat dilaksanakan pada
minggu keempat. Pertemuan kelima diadakan lomba
kids athletics, dilaksanakan pada minggu kelima.
Hasil kegiatan ini dapat dilihat dari
antusiasme anak-anak Dusun Bandungrojo yang
diikuti kurang lebih 15 anak. Melalui kegiatan ini
anak-anak Dusun Bandungrojo mulai mengenal
nomor-nomor lomba dalam kids athletics dan
keterampilan olahraga atletik.
Kendala dalam kegiatan ini adalah sarana dan
prasarana yang kurang mendukung. Namun kendala
ini berhasil ditanggulangi dan kegiatan kids
athletics tetap berjalan dengan lancar.
Gambar 1. Kegiatan pelatihan kids athletics
bersama anak-anak desa Bandungrojo
Email : Riscadeslysadryani@gmail.com
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Lagu Nasional dan Lagu Daerah
merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan di
dunia anak-anak. Tidak hanya menghafal lagu anak
saja, tetapi anak-anak pun dituntut menghafal lagu
nasional dan lagu daerah yang bertujuan untuk
meningkatkan rasa nasionalisme sejak dini. Seni
musik merupakan salah satu media yang dapat
digunakan agar anak-anak dapat
mengimplementasikan lagu-lagu nasional dan lagu
daerah.
Indonesia merupakan negara yang memiliki
lagu nasional serta lagu daerah yang beragam. Lagu
nasional atau lagu perjuangan merupakan Lagu-lagu
perjuangan adalah kemampuan daya upaya yang
muncul
melalui media kesenian di dalam
peranannya pada peristiwa sejarah kemerdekaan di
Indonesia (Mintargo, 2008). Dalam pengertian yang
luas lagu perjuangan sebagai ungkapan perasaan
nasionalisme masyarakat Indonesia dalam wujud
lagu. (h.2)
Dalam pengertian yang luas sebagai
perasaan nasional lagu-lagu perjuangan
disebut sebagai lagu wajib, diajarkan
mulai pada tingkat pendidikan dasar,
hingga perguruan tinggi dan wajib
diketahui seluruh masyarakat Indonesia.
Lagu daerah atau musik daerah atau lagu
kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berasal
dari suatu daerah tertentu dan menjadi popular
dinyanyikan baik oleh
rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Pada
umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui
lagi alias noname.
Musik dapat berpengaruh dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak mulai dari kandungan
hingga dewasa. Pembiasaan menyanyikan lagu
nasional dan lagu daerah sangat diharapkan, karena
pada dasarnya sebagai warga Negara Indonesia
harus menguasai lagu-lagu yang telah diciptakan
oleh pahlawan bangsa. Banyak anak yang dapat
dengan mudah menghafal lagu dewasa dimana kosa
kata lagu tidak sesuai dengan karakeristik anak.
Penelitian yang menggunakan teknologi
pencitraan otak (MRI/Magnetic Resonance Imaging
dan PET Scan/Positron Emission Tomography)
menyatakan bahwa ketika seseorang mendengarkan
melodi dengan pitch dan timbre yang bervariasi
serta mempelajari musik melalui pendengaran, otak
sebelah kanan akan bekerja secara aktif. Ketika dia
belajar membaca notasi musik
seperti memahami kunci, notasi dan lainnya, otak
kirinya bekerja (Tetty Rachmi, 2008:5). Melalui
pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa musik
sangat berkaitan erat dengan perkembangan
intelegensi anak, dapat membangun kemampuan
berkomunikasi dan merangsang kepekaan dan
kreatifitas kecil anak.
Objek sasaran dalam kegiatan ini adalah anak-
anak usia dini hingga anak usia sekolah dasar di
dusun Bandungrojo. Harapan yang ingin dicapai
dari kegiatan ini adalah anak dapat mengetahui
lagu-lagu nasional dan lagu daerah selain itu
melatih otak anak untuk bekerja secara optimal
melalui mendengarkan serta meniru melodi dan
ritmis dalam lagu.
B. METODE
1. Observasi
Hal pertama yang dilakukan dalam melakukan
kegiatan pengenalan lagu nasional dan lagu
daerah adalah observasi. Penulis
mengobservasi keadaan dusun Bandungrojo
khususnya anak-anak jenjang Paud, TK dan
SD. Yang menjadi fokus disini adalah
bagaimana anak-anak jenjang Paud, TK dan
SD dalam mengenal lagu nasional dan lagu
daerah.
2. Demonstrasi
Hal kedua yang dilakukan dalam melakukan
kegiatan pengenalan lagu nasional dan lagu
daerah adalah demonstrasi. Kegiatan ini
melatih anak untuk mendengarkan dan
meniru, yaitu mengenalkan lagu-lagu nasional
dan lagu daerah Jawa Tengah, Aceh, dan
Maluku antara lain Yo Prakanca, Bungong
Jeumpa, Apuse, Tul Jaenak
serta lagu nasional antara lain
Berkibarlah benderaku, Andika Bayangkari,
Indonesia Pusaka, dan Tanah Air. Saat
pelaksanaan kegiatan ini tak lupa diselipkan
penanaman nilai-nilai sosial, moral dan
motivasi bagi anak serta menyanyikan lagu-
lagu nasional dan lagu daerah yang telah
diketahui sebelumya.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Seni Musik merupakan salah satu media untuk
mengenalkan lagu nasional dan lagu daerah bagi
anak. Seni musik mampu berperan dalam
perkembangan anak pada
media berkomunikasi, kemampuan intelegensi. Seni
musik khususnya bernyanyi merupakan kegiatan
yang sangat mudah diterapkan kepada anak. Anak
sangat menyukai benda atau sumber suara yang
belum pernah mereka lihat dan dengarkan. Dengan
memberikan variasi saat menirukan lagu dan
menggunakan alat musik dapat menarik perhatian
anak.
Selain variasi dalam bernyanyi anak sangat
mudah mengikuti kegiatan bernyanyi jika diberikan
permainan yang menyangkut dengan lagu yang
diajarkan. Seperti tebak-tebakan mengenai asal lagu
daerah, pahlawan dan pertanyaan-pertanyaan
lainnya. Melalui seni musik juga, anak dapat
mengembangkan talenta yang mereka miliki.
Melalui pembinaan dari guru maupun orang tua
agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan minat
dan bakatnya.
2. Saran
Faktor penghambat dalam kegiatan ini
adalah mengkondusifkan anak-anak yang tidak
ingin terlibat dalam kegiatan ini. Saling
mengajak teman untuk tidak mengikuti
kegiatan karena dianggap sebagai kegiatan
yang tidak memberi keuntungan bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Arsip merupakan unsur penting bagi
kelangsungan hidup organisasi. Hal ini mengingat
arsip mencakup jangkauan informasi, antara lain
rekam sejarah berdirinya organisasi, aktifitas atau
kegiatan yang telah dilakukan organisasi, dan
kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan. Fungsi
arsip dalam organisasi yaitu sebagai bahan
pertimbangan dalam penetapan kebijakan. (Fadli,
2011: 3)
Pengelolaan arsip tidak lepas dari pelaksanaan
manajemen kearsipan. Tahap dalam manajemen
kearsipan, meliputi penciptaan, penyimpanan, dan
pemusnahan
arsip. Menurut Handoko (2003: 9), Faktor-faktor
yang menjadi penentu pengelolaan arsip yaitu
sumber daya manusia, anggaran, sarana dan
prasarana, serta dukungan dan perhatian pimpinan.
Melihat pentingnya arsip bagi
keberlangsungan suatu organisasi tersebut, maka
perlu dilakukan pendampingan pengelolaan arsip
khususnya untuk organisasi pemerintahan seperti
Pemerintah Desa
Bandungrojo. Sebelum memulai pendampingan
perlu dilakukan penelitian
mengenai pengelolaan arsip guna
memperbaiki kekurangan yang ada. Pendampingan
pengelolaan arsip dilakukan sebagai upaya untuk
menjaga daur hidup arsip agar terus
berkesinambungan.
B. METODE PELAKSANAAN
Program Pengelolaan Arsip Pemerintah Desa
Bandungrojo dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif dan juga
dengan metode pendampingan. Data pada metode
penelitian ini didapat melalui observasi dan
wawancara. Observasi dilakukan dengan cara
mengamati, melihat, dan mendengar langsung ke
lokasi penelitian.
Sementara, pelaksanaan program Pengelolaan
Arsip menggunakan metode Pendampingan.
Kegiatan pendampingan meliputi konsultasi,
pembelajaran, dan konseling.
C. PELAKSANAAN DAN
PEMBAHASAN
Kegiatan Pengelolaan Arsip Pemerintah Desa
Bandungrojo dimulai dari observasi dan wawancara
terkait pengelolaan arsip desa. Hasil observasi dan
wawancara yang
dilakukan menunjukkan bahwa terdapat 3 unsur
manajemen kearsipan di Desa Bandungrojo yang
masih rendah yaitu sumber daya manusia,
prasarana, serta dukungan dan perhatian dari
pimpinan. Sumber daya manusia di Kelurahan Desa
Bandungrojo terdiri dari 9 perangkat desa yang
meliputi Kepala Desa, Sekretaris Desa, Ketua
Urusan (Kaur) Pemerintahan, Kaur Kesejahteraan,
Kaur Pelayanan, Kaur Keuangan, Kaur Umum, dan
2 kepala Dusun. Pada pemerintah desa ini terlihat
adanya pembagian tugas yang kurang merata,
dimana terlihat Kepala Dusun sebagai pegawai
lapangan juga mendapatkan banyak tugas dalam
kegiatan administrasi kantor (catat-mencatat, ketik-
mengetik, surat-menyurat, pelayanan, dan lain-lain).
Selain itu, perangkat desa belum begitu memahami
mengenai pengelolaan arsip.
Unsur kedua yang belum dipenuhi dalam
pengelolaan arsip yaitu sarana. Kantor Desa
Bandungrojo belum memiliki buku ekspedisi surat
keluar, sehingga pencatatan surat keluar belum
tercatat secara rapi. Kemudian unsur yang terakhir
yaitu dukungan dan perhatian pemimpin. Kepala
desa sebelumnya tidak menghargai prestasi kerja
bawahannya, sehingga perangkat desa tidak
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Namun, adanya pergantian kepala Desa baru yang
peduli terhadap bawahan saat ini akan
meningkatkan motivasi kerja pegawai kantor.
Gambar 1. Pendampingan Kearsipan dengan
pegawai di Balai Desa Bandungrojo
E. KESIMPULAN
Pendampingan pengelolaan arsip perlu
di lakukan untuk menjaga daur hidup arsip agar
terus berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abriani, Nining., dkk. 2018. Tata Kelola Arsip
Kator Desa Wilayah Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas dalam Mewujudkan
Tertib Arsip Desa. Jawa Tengah: Universitas
Jendral Soedirman.
Fadly, Muhammad. 2011. Manajemen Arsip Statis
dalam Upaya Pelestarian Informasi Lembaga
Pemerintahan. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Handoko, T. H. 2003. Manajemen.
Yogyakarta: BPFE.
MENINGKATKAN KESADARAN
KESELAMATAN PEKERJA PANDE BESI
DESA BANDUNGROJO MELALUI
SOSIALISAI KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3)
Abstrak
Pande Besi merupakan salah satu sentra
industri yang ada di Desa Bandungrojo, Kecamatan
Ngawen, Kabupaten Blora yang menghasilkan alat
pertanian berupa arit, pacul, sabit dan golok. Teknik
pembuatannya
masih terbilang tradisional dengan menggunakan
tenaga manusia. Namun karena kurangnya perhatian
dalam pembuatan alat – alat tersebut adakalanya
terjadi kecelakaan kerja yang tidak sengaja.
Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi ini
bertujuan untuk meningkatkan rasa peduli terhadap
keselamatan selama pekerjaan itu berlangsung.
Dengan menggunakan metode wawancara dan
demonstrasi, kegiatan diawali
dengan berkunjung ke beberapa sentra pande besi
yang kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi
pemakaian alat pelindung diri.
Hasil dari kegiatan ini diharapkan para
pekerja lebih mengutamakan keselamatan dan
kesehatan selama bekerja dengan menggunakan alat
pelindung diri yang tepat. Yang kemudian
pemakaian alat pelindung diri ini digunankan secara
berkelanjutan.
Dengan terjaganya keselamatan dan kesehatan
selama bekerja dipastikan produk yang dihasilkan
dapat mencapai target dan lebih baik kedepannya.
A. PENDAHULUAN
DesaBandungrojo,Kecamatan
Ngawen, Kabupaten Blora merupakan salah
satu desa yang terkenal dengan sentra industri
berupa Pande Besi. Industri penghasil alat
pertanian ini sudah dilakukan secara turun –
temurun sejak tahun 60-an. Dengan bahan
dasar berupa besi batangan yang dipanaskan
terlebih dulu dan selanjutnya ditempa sesuai dengan
bentuk alat pertanian seperti sabit, cangkul dan arit.
Salah satu hal yang harus diperhatikan saat
memproduksi alat pertanian ini adalah banyaknya
sisa – sisa besi halus yang dapat terhirup oleh
pernapasan dan juga percikan api saat proses
menempa besi. Namun sayangnya masalah
keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang
diperhatikan dengan jarangnya penggunaan alat
pelindung diri yang baik dan benar. Oleh karna itu,
dengan adanya sosialisasi ini dapat meningkatkan
kesadaran pekerja akan keselamatan dan kesehatan
kerja melalui penggunaan alat pelindung diri.
Dalam PP 50 tahun 2012, tercantum bahwa
Keselamatan dan kesehatan Kerja merupakan segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Sedangkan menurut
UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
dijelaskan bahwa tujuan dari K3 adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit dikarenakan
pekerjaan. Selain itu juga berfungsi untuk
melindungi semua sumber produksi agar dapat
digunakan secara efektif.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menjaga keselamatan dan kesehatan
dalam bekerja yaitu menggunakan perlengkapan
berupa alat pelindung diri (APD). Peraturan
perundang – undangan yang mengatur penggunaan
APD salah satunya adalah Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
01/Men/1981, disebutkan dalam pasal 4 ayat 3,
bahwa “pengurus wajib menyediakan secara cuma –
cuma semua alat pelindung diri yang
diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya untuk mencegah
penyakit akibat kerja.
Tujuan diadakannya kegiatan ini berguna
untuk mengajak para pekerja dan juga
mengingatkan bahwa penggunaan alat pelindung
diri diwajibkan agar terjaganya keselamatan saat
bekerja. Dan diharapkan agar penggunaan alat
pelindung diri dilakukan secara berkelanjutan
selama proses produksi berlangsung.
B. METODE
Metodeyangdigunakanyaitu
wawancara dan demonstrasi. Langkah pertama
mahasiswa melakukan wawancara kepada para
pekerja pande besi mengenai keselamatan kerja dan
juga penggunaan alat pelindung diri. Dilanjutkan
dengan membagi masker yang merupakan salah
satu contoh
alat pelindung diri dan demonstrasi pemakaian
masker yang baik dan benar hingga menutupi dari
bagian hidung hingga bawah mulut agar sisa – sisa
besi halus tidak terhirup oleh alat pernapasan.
Dalam kegiatan ini dilaksanakan sebanyak sembilan
kali yang terbagi atas beberapa industri pande besi
dengan sekali perencanaan sebelum melakukan
eksekusi.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah dilaksanakannya kegiatan program
individu yang berjudul
“Meningkatkan Kesadaran
Keselamatan Pekerja Pande Besi Desa
Bandungrojo Melalui Sosialisai Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (K3)”, para pekerja
industri pande besi lebih peka penggunaan
alat pelndung diri guna meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja
2. Saran
Adanya peninjauan dari pemerintahan desa
setempat mengenai pemakaian alat pelindung
diri agar tetap dilakukan secara terus menerus
juga diadakan pembagian masker atau alat
pelindung diri lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan para pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Novianto, Nanang. 2015. Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada Pekerja
Pengecoran Logam PT. Sinar Semesta. Jurnal
Kesehatan Masyarakat,
Vol 3 No 1 diakses di ejournal3.undip.ac.id
pada tanggal 22 Oktober 2019 pukul 22.00
WIB.
Dwitama. 2019. Pentingnya Arti Keselamatan dan
Kesehatan kerja (K3) Bagi Perusahaan.
diakses di
dwitama.co.id pada 2 November 2019 pukul
19.00 WIB.
“PENGAPLIKASIAN MURAL DI
TAMAN BACA MASYARAKAT”
Email: ronialexander6798@gmail.com
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Menggambar merupakan hal yang
paling digemari anak-anak. Dengan menggambar,
anak-anak bebas berimajinasi sesuai dengan
keinginannya. Seni rupa merupakan salah satu
media yang dapat digunakan sebagai peningkat
kreativitas anak-anak. Didalam seni rupa terdapat
kegiatan mural yang menjadi tujuan penting untuk
anak. Mural dapat memberikan dampak positif bagi
perkembangan anak dengan cara mengembangkan
kreativitas dan imajinasi. Walaupun anak-anak
dibebaskan untuk berkreasi dalam kegiatan mural,
akan tetapi kegiatn mural juga memiliki nilai
edukasi bagi anak.
Mural adalah lukisan berukuran besar yang
dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior),
langit-langit, atau bidang datar lainnya. Mural
menurut Susanto (2002:76) memberikan definisi
sebagai lukisan besar yang dibuat untuk mendukung
ruang
arsitektur. Definisi tersebut bila diterjemahkan lebih
lanjut, maka mural sebenarnya tidak bisa dilepaskan
dari bangunan dalam hal ini dinding. Dinding
dipandang tidak hanya sebagai pembatas ruang
maupun sekedar unsur yang harus ada
dalam bangunan rumah atau gedung, namun
dinding juga dipandang sebagai
medium untuk memperindah ruangan (Wicandra,
2005: 127).
Mural sendiri terbagi menjadi beberapa jenis,
bergantung pada tujuan mengapa mural tersebut
dibuat (Dewi, 2012), di antaranya:
1. Politik; bertujuan untuk menyuarakan aspirasi
rakyat,
2. Sosial budaya; bertujuan untuk mencerminkan
identitas budaya di lokasi tertentu,
3. Estetika; mural dengan kepentingan estetik,
bertujuan untuk menciptakan suasana,
4. Ekonomi; mural dengan kepentingan ekonomi
atau promosi,
5. Pendidikan; mural untuk pembelajaran, bisa
untuk anak-anak ataupun dewasa.
Objek sasaran dalam kegiatan ini adalah anak-
anak usia dini hingga anak usia sekolah dasar di
dusun Bandungrojo. Harapan yang ingin dicapai
dari kegiatan ini adalah anak dapat berkreasi sesuai
isi hati dan menyampaikan pesan melalui mural dan
mengembangkan imajinasi anak agar lebih luas.
B. METODE
1. Observasi
Hal pertama yang dilakukan dalam melakukan
kegiatan mural adalah observasi. Penulis
mengobservasi keadaan dusun Bandungrojo
khususnya anak-anak jenjang Paud, TK dan SD.
Yang menjadi fokus disini adalah bagaimana anak-
anak jenjang Paud, TK dan SD menggambar.
2. Demonstrasi
Hal kedua yang dilakukan dalam
melakukan kegiatan agar anak-anak
memahami mural adalah demonstrasi. Kegiatan ini
melatih anak untuk melihat, meniru, dan membuat
gambar yang
disediakan lalu anak-anak dusun Bandungrojo
dibebaskan untuk melakukan kegiatan mural.
C. PELAKSANAAN DAN
PEMBAHASAN
Sesuai judulnya, program kerja ini
bertujuan untuk meremajakan/memperbaharui
tembok agar menjadi lebih indah dan menarik.
Target yang dilakukan yaitu dinding bagian dalam
Taman Baca Masyarakat. Lokasi ini dipilih karena
dinding bagian dalam Taman Baca ini terlihat
kosong dan kurang menarik.
Pelaksanaan pengerjaan mural ini memerlukan
beberapa hari, mengingat tembok yang akan dilukis
mural terbilang
luas. Pelaksanaan kegiatan pengerjaan mural pada
tanggal 14 – 19 September 2019 dan berlokasi di
Taman Baca Masyarakat
Dibawah ini beberapa foto dokumentasi yang
sempat diabadikan dalam penciptaan mural di
Taman Baca Desa Bandung Rojo. Konsep yang
diambil adalah sebagaimana yang telah dijelaskan di
atas yaitu seni dekoratif. Penulis menambahkan
sedikit objek seperti gambar bunga hewan maupun
tokoh yang terkenal dalam ilmu pengetahuan yang
diharapkan dapat menambah nilai estetik dalam
mural Taman Baca Masyarakat di Desa
Bndungrojo.
Gambar 1. Tampak depan
sebelum di cat ulang
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Seni rupa merupakan salah satu media bagi
anak untuk menyampaikan isi hati bagi anak. Seni
rupa mampu berperan dalam perkembangan
imajinasi dan kreativitas. Seni rupa khususnya
kegiatan mural merupakan kegiatan yang sangat
mudah diterapkan kepada anak karena digemari.
Anak sangat menyukai cat dan warna-warna cantik
atau kuas yang belum pernah mereka lihat dan
mereka gunakan. Dengan memberikan
kesempatan dalam pencampuran warna dapat
menarik perhatian anak sehingga anak lebih
bersemangat dalam kegiatan mural.
2. Saran
Faktor penghambat dalam kegiatan ini
adalah mengkondusifkan anak-anak yang tidak
ingin terlibat dalam kegiatan ini. Saling mengajak
teman untuk tidak mengikuti kegiatan karena
dianggap sebagai kegiatan yang tidak memberi
keuntungan bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA