Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

Plasenta merupakan bagian yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin. Plasenta memiliki peran sebagai tempat pertukaran zat, penghasil hormon yang berguna
selama kehamilan, dan sebagai barier. Melihat pentingnya peranan plasenta, maka bila terjadi
kelainan pada plasenta akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin ataupun mengganggu
proses persalinan. Kelainan pada plasenta dapat berupa gangguan fungsi dari plasenta,gangguan
implantasi plasenta, maupun pelepasan plasenta sebelum waktunya yang disebut solusio
plasenta.

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya
yakni antara minggu 22 dan lahirnya anak.

Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Frekuensi solusio plasenta di


Amerika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Saat ini kematian maternal akibat solusio
plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum
yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Pada tahun
1988 kematian maternal di indonesia diperkirakan 450 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000) dan 50-100 kali lebih tinggi dari angka
kematian maternal di negara maju. Di negara berkembang, penyebab kematian yang disebabkan
oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas adalah perdarahan, infeksi, pre-eklamsi. Selain itu
kematian maternal juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, sosioekonomi, usia ibu hamil,
dan paritas.
BAB II

1.1 Definisi Solusio Plasenta

Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat


implantasinya yang normal pada sebelum waktunya yakni antara minggu 20 dan lahirnya
anak. Plasenta secara normal terlepas setelah bayi lahir. nama lain yang sering
dipergunakan, yaitu abruptio placentae, ablatio placentae, accidental haemorrhage,
premature separation of the normallyimplanted placenta.

1.2 Klasifikasi

Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat
pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal
plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi akan merembes antara
plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan
akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina, menyebabkan
perdarahan eksternal (revealed hemorrhage).
Yang lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada
dinding rahim, darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di antara plasenta yang
terlepas dan uterus sehingga menyebabkan perdarahan tersembunyi (concealed
hemorrhage)
Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika :
1) Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding Rahim
2) Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim.
3) Pendarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah.
4) Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen
bawah rahim.
Pendarahan yang tersembunyi biasanya menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi
ibu, tidak saja karena kemungkinan koagulopati konsumptif tetapi juga karena jumlah
darah yang keluar sulit diperkirakan.

Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik
sesuai dengan luasnya permukaan plasneta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan,
sedang, dan berat

A. Solusio plasenta ringan

Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml.
Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang
kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.

B. Solusio Plasenta Sedang


Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi belum
men4apai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti nyeri pada
perut yang terus-menerus, denyut janin menjadi cepat, hipotensi, dan takikardi.

C. Solusio Plasenta berat.

Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi (50%) dan jumlah darah yang keluar
melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum disertai syok, dan
hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal
yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.

1.3 Prevalensi

Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Kejadiannya bervariasi dari


1 di antara 75 sampai 830 persalinan. Frekuensi solusio plasenta di Amrika Serikat dan di
seluruh dunia mendekati 1%. Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab
perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan
perinatal di indonesia. Saat ini kematian maternal akibat solusio plasenta mendekati 6%.
Solusio plasenta merupakan penyebab 20-35% kematian perinatal.

Pada tahun 1988 kematian maternal di indonesia diperkirakan 450 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000) dan 50-100 kali
lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. Di negara berkembang,
penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas adalah
perdarahan, infeksi, pre-eklamsi/eklamsi. Selain itu kematian maternal juga dipengaruhi
oleh pelayanan kesehatan, sosioekonomi, usia ibu hamil, dan paritas.

Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya tercatat


sebesar 1 di antara 8 kehamilan. Namun, insidensi solusio plasenta cenderung menurun
dengan semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan semakin menurunnya
jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya kesadaran masyarakat
berperilaku lebih higienis.
1.4 Etiologi

Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa
keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio
plasenta dan dianggap sebagai faktor resiko seperti hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan
merokok, usia ibu dan paritas yang tinggi.

Faktor Resiko Hubungan dengan risiko


Meningkatnya usia dan paritas 1.3 – 1.5
Preeklampsia 2.1 – 4.0
Hipertensi kronik 1.8 – 3.0
Ketuban pecah dini 2.4 – 4.9
Kehamilan ganda 2.1
Hidroamnion 2.0
Wanita perokok 1.4 – 1.9
Trombofilia 3-7
Penggunaan kokain NA
Riwayat solusio plasenta 10 -25
Mioma dibelakang plasenta 8 dari 14
Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang

Seperti diperlihatkan di grafik, insidensinya meningkat seiring dengan usia ibu.


Meski Prtichard dkk. (1991) juga memperlihatkan bahwa insiden lebih tinggi pada wanita
dengan paritas tinggi, Toohey dkk. (1995) tidak mendapatkan hal ini pada wanita yang
memiliki 5 anak atau lebih.

1.5 Patofisiologi

Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu
keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya
pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya
bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya
pembuluh darah desidua.

Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat
berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah
sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut
menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada
miometrium. Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas
pembentukan hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan
kerusakan pada bagian plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada
gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir. Dalam
beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya
arteriaspiralis dalam desidua.

Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari


sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk dengan cepat
meluas dan melepaskan plasenta lebih luas banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah
yang keluar merembes antara selaput ketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar
melalui serviks ke vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena
uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria
spiralis yang terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di
dalam uterus (concealed hemorrhage).

Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokonstriksi yang bisa


menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi seperti infark,
oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini berpotensi merusak
hubungan uterus dengan plasenta yang berujung kepada solusio plasenta. Dilaporkan
merokok berperan pada 15% sampai 25% dari insidensi solusio plasenta. Merokok satu
bungkus perhari menaikkan insiden menjadi 40%.

1.6 Gejala klinik

Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya
perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), nyeri perut dan uterus
tegang terus-menerus mirip his partus prematurus.

Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit yang
menunjukkan gejala. Pada keadaaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali hematom
yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta. Rasa
nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit,sehingga belum keluar
dari vagina. Nyeri yang belum terasa menyulitkan membedakannya dengan plasenta
previa ke4uali darah yang keluar berwarna merah segar pada plasenta previa. Tanda vital
ibu dan janin masih baik. Pada inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali
pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal pada tempat terbentuknya hematom.

Kadar fibrinogen darah dalam batas normal yaitu 350 mg%. Walaupun belum
memerlukan intervensi segera keadaan ringan ini perlu dimonitor terus sebagai upaya
mendeteksi keadaan bertambah berat. Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk
menyingkirkan plasenta previa dan mungkin bisa mendeteksi luasnya solusio terutama
pada solusio plasenta sedang atau berat.
Gejala dan tanda pada solusio plasenta sedang seperti rasa nyeri pada perut yang
terus-menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin, perdarahan
yang keluar tampak lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulitdingin, oliguria mulai ada,
kadar fibrinogen berkurang antara 150-250 mg/100 ml, dan mungkin kelainan
pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada. Rasa nyeri bersifat
menetap, tidak hilang timbul seperti pada his yang normal. Perdarahan pervaginam jelas
dan berwarna kehitaman. Pada pemantauan keadaan janin dengan kardiotokografi bisa
jadi telah ada deselerasi lambat. Perlu dilakukan tes gangguan pembekuan darah.

Pada solusio plasenta berat perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan
(defence musculare) disertai perdarahan berwarna hitam. Oleh karena itu, palpasi bagian-
bagian janin tidak mungkin dilakukan. fundus uteri lebih tinggi dari pada yang
seharusnya karena telah terjadi penumpukan darah di dalam uterus pada kategori
concealed hemorrhage. Jika dalam masa observasi tinggi fundus bertambah lagi berarti
perdarahan baru masih berlangsung. Pada inspeksi Rahim terlihat membulat dan kulit di
atasnya kencang. Pada auskultasi denyut jantung janin tidak terdengar lagi akibat
gangguan anatomik dan fungsi plasenta. Keadaan umum menjadi buruk disertai syok.
Adakalanya keadaan umum ibu jauh lebih buruk dibandingkan perdarahan yang tidak
seberapa keluar dari vagina. Kadar fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg%
dan telah ada tromobositopenia.

1.7 Diagnosis klinik

Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinik
yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, dan pada solusio plasenta yang berat
terdapat kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan dengan KTG. Namun kadang
pasien datang dengan gejala perdarahan tidak banyak dengan perut tegangan tetapi janin
telah meninggal. Diagnosis pastihanya bisa ditegakkan dengan melihat adanya
perdarahan retroplasenta setelah partus.

Ditekankan bahwa tanda dan gejala pada solusio plasenta dapat sangat bervariasi.
Sebagai contoh, pedarahan eksternal dapat deras, namun plasenta yang terlepas tidak
terlalu luas sehingga belum membahayakan janin secara langsung. Walaupun jarang,
mungkin tidak terjadi perdarahan eksternal tetapi plasenta terlepas total dan sebagai
akibatnya janin meninggal. Hurd dkk. (1983) dalam sebuah penelitian prospektif yang
relatif kecil tentang solusio plasenta, mengidentifikasi frekuensi berbagai gejala dan
tanda yang berhubungan. Perdarahan dan nyeri abdomen adalah temuan tersering.
Temuan lain yang didapatkan adalah perdarahan serius, nyeri punggung, nyeri tekan
uterus, kontraksi uterus yang sering.

Pada penelitian-penelitian lama, USG jarang mengkonfirmasi diagnosis solusio


plasenta. Sebagai contoh, Sholl (1987) memastikan diagnosis secara sonografis hanya
pada 25% wanita. Hal yang sama dikemukakan oleh Glantz dan Purnell (2002) yang
mengkalkulasi hanya 24% dari 149 wanita yang melakukan USG dapat menyingkirkan
kemungkinan adanya solusio plasenta. Yang penting, temuan negatif pada pemeriksaan
USG tidak menyingkirkan solusio plasenta.

Gejala dan Tanda Frekuensi (%)

Pendarahan pervaginam 78

Uterus tegang atau nyeri pinggang 66

Gawat janin 60

Partus prematurus 22

Kontraksi yang terus menerus tinggi 17

Hipertonus 17

Kematian janin 15

1.8 Diagnosis banding

Pada kasus solusio plasenta yang parah, diagnosis biasanya jelas. Bentuk-bentuk
solusio yang lebih ringan dan lebih sering terjadi sulit diketahui dengan pasti dan
diagnosis sering ditegakkan berdasarkan eksklusi. Karena itu, pada kehamilan variabel
dengan penyulit perdarahan pervaginam, perlu menyingkirkan plasenta previa dan
penyebab lain perdarahan dengan pemeriksaan klinis danevaluasi USG. Telah lama
diajarkan, mungkin dengan beberapa pembenaran, bahwa perdarahan uterus yang nyeri
adalah solusio plasenta sementara perdarahan uterus yang tidak nyeri mengindikasikan
plasenta previa. Sayangnya, diagnosis banding tidak sesederhana itu. Persalinan yang
menyertai plasenta previa dapat menimbulkan nyeri yang mengisyaratkan solusio
plasenta. Perbedaan solusio plasenta dengan plasenta previa dapat dilihat pada table
dibawah ini.

Kreteria Solusio Plasenta Plasenta Previa

Pendarahan Merah tua s/d coklat hitam Merah segar, berulang, tidak
terus menerus disertai nyeri nyeri

Uterus Tegang, bagian janin tak Tak tegang dan tak nyeri
teraba, nyeri tekan tekan
Syok/Anemia Lebih sering tidak sesuai Jarang, sesuai dengan
dengan jumlah darah yang jumlah darah yang keluar
keluar

Fetus 40% fetus sudah mati tidak Biasanya fetus hidup


disertai kelainan letak disertai kelainan letak

Pemeriksaan dalam Ketuban menonjol walaupun Teraba plasenta atau


tidak his perabaan fornik ada
bantalan antara bagian janin
dengan jari pemeriksaan

1.9 Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus


berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok
hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal.
Sindroma Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian setelah
menderita syok yang berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan nekrosis
adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta.

Kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal merupakan komplikasi


yang paling sering terjadi pada solusio plasenta. Solusio plasenta berulang dilaporkan
juga bisa terjadi pada 25% perempuan yang pernah menderita solusio plasenta
sebelumnya. Solusio plasenta kronik dilaporkan juga sering terjadi di mana proses
pembentukan hematom retroplasenta berhenti tanpa dijelang oleh persalinan. Komplikasi
koagulopati dijelaskan sebagai berikut. Hematoma retroplasenta yang terbentuk
mengakibatkan pelepasan retroplasenta berhenti ke dalam peredaran darah.
Tromboplastin bekerja mempercepat perombakan protrombin menjadi trombin. Trombin
yang terbentuk dipakai untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin untuk membentuk
lebih banyak bekuan utama pada solusio plasenta berat. Melalui mekanisme ini apabila
pelepasan tromboplastin cukup banyak dapat menyebabkan terjadi pembekuan darah
intravaskular yang luas (disseminated intravascular coagulation) yang semakin menguras
persediaan fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan lain.

Curah jantung yang menurun dan kekakuan pembuluh darah ginjal akibat tekanan
intrauterina yang meninggi menyebabkan perfusi ginjal sangat menurun dan
menyebabkan anoreksia. Keadaan umum yang terjadi adalah nekrosis tubulus-tubulus
ginjal secara akut menyebabkan kegagalan fungsi ginjal.

Mungkin terjadi ekstravasasi luas darah kedalam otot uterus dan dibawah lapisan
surosa uterus yang disebut sebagian apopleksia uteroplasental ini, yang pertama kalinya
dilaporkan oleh Couvelaire pada awal tahun 1900-an, sekrang sering disebut sebagai
uterus Couvelaire. Pada keadaan ini pendarahan retroplasenta menyebabkan darah
menerobos melalui sela-sela serabut myometrium dan bahkan bisa sampai kebawah
perimetrium dan ke dalam jaringan pengikat ligamentum latum, kedalam ovarium bahkan
bisa mengalir sampai ke rongga pernitoneo. Pendarahan myometrium ini jarang sampai
mengganggu kontraksi uterus sehingga terjadi pendarahan postpartum berat dan bukan
merupakan indikasi untuk histerektomi.

1.10 Penanganan

Terapi sulosio plasenta akan berbeda-beda tergantung pada usia kehamilan serta
status ibu dan janin. Pada janin yang hidup dan matur, dan apabila persalinan pervaginam
tedak terjadi dalam waktu dekat, sebagian besar akan memilih seksio sesaria darurat.

1.11 Solusio Plasenta Ringan

Solusio plasenta ringan jarang ditemukan di RS. Pada umumnya diagnosis secara
kebetulan pada pemeriksaan USG oleh karena tidak memberikan gejala klinik yang khas.
Apakah kehamilannya kurang dari 36 minggu dan pendarahan kemudian berhenti. Perut
tidak menjadi nyeri, dna uterus tidak tegang, maka penderita harus diobservasi dengan
ketat. Apabila pendarahan berlangsung terus dan gejala solusio plasenta bertambah jenis
atau dengan pemeriksaan USG daerah solusio plasenta bertambah luas maka dilakukan
teriminasi kehamilan.

1.12 Solusio Plasenta Sedang dan Berat

Pada solusio plasenta sedang sampai berat dilakukan perbaikan keadaan umum
terlebih dahulu dengan resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila janin masih hidup
biasanya dalam keadaan gawat janin, dilakukan seksio sesarea, kecuali bila pembukaan
telah lengkap. Pada keadaan ini dilakukan amniotomi, drip oksitosin,dan bayi dilahirkan
dengan ekstraksi forcep. Apabila janin telah mati dilakukan persalinan pervaginam
dengan cara melakukan amniotomi, drip oksitosin. Bila bayi belum lahir dalam waktu 6
jam, dilakukan tindakan seksio sesarea.

1.13 Tokolitik

Hurd dkk. (1983) mendapatkan bahwa solusio berlangsung dalam waktu yang
lama dan membahayakan apabila diberikan tokolitik. Towers dkk. (1999) memberikan
magnesium sulfat, terbutalin, atau keduanya kepada 95 di antara 131 wanita dengan
solusio plasenta yang didiagnosis sebelum minggu ke-36. Angka kematian perinatal
sebesar 5% dan tidak berbeda dari kelompok yang tidak diterapi. Namun, penggunaan
tokolitik pada penatalaksanaan solusio plasenta masih kontroversial.

1.14 Seksio sesarea


Pelahiran secara cepat janin yang hidup tetapi mengalami gawat janin hampir
selalu berarti seksio sesarea. Kayani dkk. (2003) meneliti hubungan antara cepatnya
persalinan dan prognosis janinnya pada 33 wanita hamil dengan gejala klinis berupa
solusio plasenta dan bradikardi janin. 22 bayi secara neurologis dapat selamat, 15 bayi
dilahirkan dalam waktu 20 menit setelah keputusan akan dilakukan operasi. 11 bayi
meninggal atau berkembang menjadi Cerebral Palsy, 8 bayi dilahirkan di bawah 20
menit setelah pertimbangan waktu, sehingga cepatnya respons adalah faktor yang penting
bagi prognosis bayi ke depannya. Seksio sesarea pada saat ini besar kemungkinan dapat
membahayakan ibu karena mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif
yang parah.

1.15 Persalinan Pervaginam

Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parah sehingga menyebabkan janin


meninggal, lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya
sedemikian deras sehingga tidak dapat diatasi bahkan dengan penggantian darah secara
agresif, atau terdapat penyulit obstetri yang menghambat persalinan pervaginam. Defek
koagulasi berat kemungkinan besar dapat menimbulkan kesulitan pada seksio sesarea.
Insisi abdomen dan uterus rentan terhadap perdarahan hebat apabila koagulasi terganggu.
Dengan demikian, pada persalinan pervaginam, stimulasi miometrium secara
farmakologis atau dengan massage uterus akan menyebabkan pembuluh-pembuluh darah
berkontraksi sehingga perdarahan serius dapat dihindari walaupun defek koagulasinya
masih ada. Lebih lanjut, perdarahan yang sudah terjadi akan dikeluarkan melalui vagina.

1.16 Amniotomi

Pemecahan selaput ketuban sedini mungkin telah lama dianggap penting dalam
penatalaksanaan solusio plasenta. Alasan dilakukannya amniotomi ini adalah bahwa
keluarnnya cairan amnion dapat mengurangi perdarahan dari tempat implantasi dan
mengurangi masuknya tromboplastin dan mungkin faktor-faktor pembekuan aktif dari
bekuan retroplasenta ke dalam sirkulasi ibu. Namun, tidak ada bukti keduanya tercapai
dengan amniotomi. Apabila janin sudah cukup matur, pemecahan selaput ketuban dengan
mempercepat persalinan. Apabila janin imatur,ketuban yang utuh mungkin lebih efisien
untuk mendorong pembukaan serviks dari pada tekanan yang ditimbulkan bagian tubuh
janin yang berukuran kecil dan kurang menekan serviks.

1.17 Oksitisin

Walaupun pada sebagian besar kasus solusio plasenta berat terjadi hipertonisitas
yang mencirikan kerja miometrium, apabila tidak terjadi kontraksi uterus yang ritmik,
pasien diberi oksitosin dengan dosis standar. Stimulasi uterus untuk menimbulkan
persalinan pervaginam memberikan manfaat yang lebih besar dari pada risiko yang
didapat. Pemakaian oksitosin pernah dipertanyakan berdasarkan anggapan bahwa
tindakan ini dapat meningkatkan masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu
sehingga memacu atau memperparah kaogulopati konsumtif atau sindroma emboli cairan
amnion.

1.18 Prognosis

Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan lebih
buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta ringan
masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan
morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis yang lebih buruk
terutama terhadap janinnya karena mortalitas dan morbiditas perinatal yang tinggi.
Solusio plasenta berat mempunyai prognosis yang paling buruk baik terhadap ibu terlebih
terhadap janinnya

BAB III
Penutup

Anda mungkin juga menyukai