Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pengelolaan nodul tiroid (tumor tiroid), yang selalu menjadi pertanyaan
ialah apakah nodul tersebut jinak atau ganas. Dengan berbagai kemajuan teknologi
kedokteran, seperti aplikasi biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH), ultrasonografi (USG),
TSH sensitif dan terapi supresi L-tiroksin, telah memungkinkan para peneliti melakukan
evaluasi nodul tiroid secara lebih cermat hingga sampai pada diagnosis yang tepat.
Masih terdapat kontroversi di antara para ahli dalam pengelolaan nodul tiroid yang jinak.
Besarnya perhatian para peneliti terhadap nodul tiroid ini disebabkan belum adanya kesepakatan
tentang manfaat terapi supresi dengan L-tiroksin pada nodul tiroid jinak, regresi spontan tanpa
intervensi obat dan adanya efek samping pemakaian jangka panjang L-tiroksin dosis supresi.
Berbagai penelitian pada dekade terakhir telah menghasilkan kecenderungan penting dalam
pengelolaan rasional nodul tiroid.

Prevalensi nodul tiroid sangat bervariasi dari 5-50%, bergantung pada sensitivitas
metode yang digunakan dan populasi yang diteliti. Pada studi ultrasonografi ditemukan
nodul tiroid sebanyak 20-45% pada wanita normal dan 17-25% pada pria normal.
Sementara dengan palpasi ditemukan 3-7% (wanita 6,4% dan pria 1,5%). Pada anak-anak
yang tidak terekspos radiasi pengion, prevalensi berkisar 0,2-1,5%, sedangkan pada anak-
anak yang terekspos pada usia kurang dari 16 tahun, prevalensinya 38,4%.
Prevalensi nodul tiroid meningkat secara linier dengan bertambahnya usia, ekspos
dengan radiasi pengion dan defisiensi iodium. Secara keseluruhan nodul tiroid lebih
sering terdapat pada wanita dari pada pria. Studi Framingham pada kelompok usia 30-
59th, mendapatkan angka prevalensi nodul tiroid sebesar 6,4% pada wanita dan 1,5% pada
pria. Pada studi rumah sakit, Boedisantoso pada tahun 1993 melaporkan nodul tiroid di
RSUPN-CM Jakarta sebesar 50,3% dengan rasio pria:wanita sekitar 8:1, sementara di RS
Hasan Sadikin Bandung, Setyawan melaporkan kasus nodul tiroid sebesar 60% dari
seluruh kasus penyakit tiroid.
Sedangkan prevalensi keganasan pada nodul tiroid berkisar 5-10%. Prevalensi
keganasan pada multinodular tidak jauh berbeda. Gharib dalam laporannya
mendapatkan angka 4,1% dan 4,7% masing-masing prevalensi keganasan untuk nodul
tunggal dan multipel. Anak-anak usia di bawah 20th dengan nodul tiroid dingin
mempunyai risiko keganasan 2 kali lebih besar dibanding kelompok dewasa. Kelompok
usia di atas 60th di samping mempunyai prevalensi keganasan lebih tinggi, juga
mempunyai tingkat agresivitas penyakit yang lebih berat yang terlihat dari seringnya
kejadian jenis karsinoma tiroid tidak berdiferensiasi.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PENYAKIT

1. DEFINISI
Suatu karsinoma kelenjar yang membentuk foliker dengan perabaan dapat
ditemukan nodul soliter kelenjar tiroid.

2. ETIOLOGI
- Radiasi
Merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma tiroid. Banyak kasus karsinoma
pada anak-anak yang sebelumnya dapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit
lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5 -25 tahun dan rata-rata 10,9 tahun.
- Stimulasi TSH
Stimulasi TSH yang lama merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma tiroid.
Pemberian diet tanpa garam Jodium pada binatang percobaan, pemberian zat radioaktif
atau sub total tiroidektomi berakibat stimulasi TSH meningkat dan dalam jangka waktu
yang lama dapat terjadi karsinoma tiroid.
- Penyebab nodul tiroid yang sering ialah : - Penyebab yang jarang ialah :
1) Koloid Tiroiditis granulomatosa
2) Kista Infeksi (abses, tuberkulosis)
3) Tiroiditis Limfositik Neoplasma ganas
4) Neoplasma jinak Medulare
a) Hurthle Anaplastik
b) Folikulare Metastasis
. 5) Neoplasma ganas Limfoma
a) Papilare
b) Folikulare
3. PATOFISIOLOGI
Karsinoma folikuler biasanya menyebar melalui hematogen, sehingga sering
menyebabkan metastase jauh pada waktu diagnosa, jarang limfogen yaitu ke parau,
tulang, hati, ginjal, dan otak pada tulang terutama, bahu, tulang dada, tulang tengkora &
tulang iliaca. metastase ketulang hati, atau otak, keparu, limfoid. Karsinoma folikuler
dapat menginvasi jaringan sekitarnya seperti trakea, otot, kulit, pembuluh darah dan.
Laringeus Recurren serta jaringan lemak.
Tumor ini ditemukan 20% dari tumor ganas tiroid, dan nomor dua paling sering
dari karsinoma tiroid. Karsinoma folikuler murni jarang dijumpai, sering campuran
dengan gambaran lain dan Karsinoma tiroid sepertl Papilari atau Undifferentiated.
Wanita lebih sering dari pada laki-laki dan dapat terjadi pada semua umur,
biasanya pada usia lanjut (45-60 tahun) dan insiden bertambah dengan bertambanya
umur.

4. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI KARSINOMA TIROID


1. Adenoma Felicular
2. Karsinoma Papiler
3. Karsinoma Folikuler
4. Karsinoma Anaplastik
5. Karsinoma Meduler
6. Karsinoma Sel Skueamosa
Klasifikasi dari karsinoma tiroid
1 - Carsinoma
Papillary Adenocarsinoma
Folliculer Ca
Clear Cell Ca
Oxyphill Ca
Medulary Ca ,
Undifferentiated Ca I
- Small Cell Ca
- Giant Cell Ca
Epidermoid Ca i
Terdapat beberapa tumor tiroid, antara lain seperti :
1. Clear Cell Ca
Sel-selnya mirip clear cell dari kelenjar paratiroid. Sel-sel dengan sitoplasma
jernih karena penumpukan glikogen, lipid, mucin a tiroglobulin.
2. Oxyphilic Ca (Oncocytic Ca, Eosinophilic cell Ca, Hurthele cell Ca) .
Sel selnya berasal dari sel oxyphilic yaitu sel-sel dengan sitoplasm bergranul dan
acidophilic. Biasanya melihat gambaran folikular atau trabekular

5. GEJALA KLINIS
Sebagian besar karsinoma Folikuler tumbuh lambat, kadang-kadang berpuluh
tahun sering berasal dari adenoma jinak.
Gejala klinis dari karsinoma Folikuler yaitu :
a. Pembengkakan kelenjar tiroid berupa nodul padat.
b. Suara parau karena perluasan tumor pada jaring atau tekanan terhadap n.
rekueren.
c. Disfagia karena tumor meluas ke esofagus
d. Berat badan menurun
e. Frakrur Paralogis.
f.
6. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik diarahkan pada kemungkinan adanya keganasan tiroid.
Pertumbuhan nodul yang cepat merupakan salah satu tanda keganasan tiroid, terutama
jenis karsinoma tiroid yang tidak berdiferensiasi. Tanda lainnya ialah konsistensi nodul
keras dan melekat ke jaringan sekitar, serta terdapat pembesaran kelenjar getah bening di
daerah leher.
Laboratorium
Dalam menghadapi pasien dengan nodul tiroid, langkah pertama yang dianjurkan
ialah menentukan status fungsi tiroid dengan memeriksa kadar TSH (sensitif) dan T-4
bebas. Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal. Tetapi perlu diingat bahwa
abnormalitas fungsi tiroid baik hiper/hipotiroid tidak dengan sendirinya menghilangkan
kemungkinan keganasan. Pemeriksaan kadar antibodi antitiroid peroksidase (dulu disebut
antibodi antimikrosomal) dan antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis
kronik Hashimoto, terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Antibodi-antibodi ini
positip hampir 85% pada penyakit Hashimoto ini. Sering pada Hashimoto juga timbul
nodul baik uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto-pun masih mungkin
terdapat keganasan.
Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tiroid cukup sensitif tetapi tidak spesifik,
karena peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Graves' dan
adenoma tiroid.Pemeriksaan kadar tiroglobulin sangat baik untuk monitor kekambuhan
karsinoma tiroid pasca terapi. Pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare,
tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu dikerjakan. Bila tidak ada kecurigaan ke arah
karsinoma tiroid medulare atau neoplasia endokrin multipel II, pemeriksaan kadar kalsitonin
tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin.

Radiologis.
1 - Foto X-ray: untuk melihat obstruksi trakea karena penekanan tumor dan melihat
klasifikasi pada massa tumor. Juga untuk melihat metastase keparu dan tulang.
-Barium Meal: Bila ada disfagi
2 - USG: Untuk membedakan tumor solid dan Kistik
3 - CT Scan: Untuk melihat perluasan tumor
- Scintigrafi: dengan menggunakan radio isotop dapat membedakan hotnodul dan
coldnodul, daerah coldnodul dicurigai tumor ganas.
DIAGNOSA BANDING
1. Adenoma Folikular Atipik
2. Adenoma Golteer Atipik
3. Karsinoma Papiler
4. Hashimoto's Thyroiditis
7. PENATALAKSANAN

Penanganan pada tumor tiroid dapat dilakukan terapi seperti dibawah ini :
- Bedah yaitu lobektomi totalis beserta ismus dan KGB regional, pengangkatan KGB
bersifat preventif.
1 - Tiroidektomi lokal (diseksi leher radikal)
Bila terjadi metastase kedalam kelenjar dari lobus yang berlawanan dan khususnya bila
dicurigai metastase ke limfnod.
- Radio Iodin: Apabila oeprasi tumor tidak bersih dan khususnya pada pengobatan
metastase. Terapi J 131 dengan dosis tinggi yang didahului TSH, namun pemberian
radioaktif ini membutuhkan penangan dan perawatan khusus
- Sinar Ro: Untuk karsinoma kambuhan pada leher atau tepat metastase yang lebih jauh.
- Radioterapi: Cobalt 60, dipergunakan pada stadium lanjut, inoperabel, bersifat paliatif
pada tumor primer atau metastase.
- Kemoterapi: Adriamycin, sedikit memberi respon terhadap karsinoma tiroid. Berbagai
jenis kemoterapi dikenal, namun kurang memberi respon terhadap karsinoma tiroid.
- TSH (Tiroid Stimulating Hormon)
Hormon ini diberikan pasca bedah yang bertujuan menekan pertumbuhan karsinoma
follikular. Pemberian hormon ini dapat membebaskan penderita dari gejala residif selama
jangka waktu 10 tahun.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS : Jam :
Tgl. Pengkajian : Jam :
Diagnosa medis :

b. Sumber informasi
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. RIWAYAT KESEHATAN
c. Riwayat Keluhan Utama
o Susah menelan
1 Suara parau

d. Riwayat Kesehatan Sekarang


o Gejala yang menyertai : Disfagia, susah berkomunikasi secara verbal.
e. Riwayat Kesehatan Terdahulu
2 Apakah pernah mengalami tumor tiroid

f. Riwayat Kesehatan Keluarga.


1 Apakah ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama

g. Riwayat Kesehatan Lingkungan.


o Kebersihan lingkungan
h. Riwayat Kesehatan Psikososial.
i. Adanya perasaan isolasi karena pasien tidak dapat beraktifitas dalam
masRiwayat Kesehatan Sekarang
o Gejala yang menyertai : disfagia, gangguan komunikasi verbal.
j. Riwayat Kesehatan Terdahulu
3 Apakah pernah mengalami tumor tiroid.

k. Riwayat Kesehatan Keluarga.


2 Apakah ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama
l. Riwayat Kesehatan Lingkungan.
o Kebersihan lingkungan

m. Riwayat Kesehatan Psikososial.


o Adanya perasaan isolasi karena pasien malu menunjukan dirinya.

3. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI ( GORDON )


n. Pola persepsi kesehatan dan manajemen Kesehatan.
Tindakan yang dilakukan sebelum masuk R.S : pasien mencoba obat
tradisional.
o. Pola Nutrisi / Metabolik
a) Makan :
3 Selera Makan : Selera makan berkurang
4 Porsi makan : Tidak dihabiskan
5 Gangguan menelan : Ada
b) Minum :
5 Jenis air yang diminum
6 Setelah minum muntah : ya / tidak
7 Keluhan lain yang dirasakan pada saat minum :sakit saat menelan
8 Terjadi penurunan berat badan.

p. Pola Eliminasi :
b) BAK:
9 Rasa nyeri waktu BAK : Tidak
10 Bau urine : Pesing
11 Warna urine :
12 Gangguan lain inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami gangguan fungsi.
b) BAB:
5 Rasa nyeri waktu BAB: Tidak
6 Bau feaces :
7 Konsistensi :

q. Pola Aktivitas :
13 Mobilisasi
14 Aktivitas klien : Dibantu oleh perawat
15 Gangguan lain yang dirasakan saat beraktivitas : merasa lemah, lelah, kaku, hilang
keseimbangan.

r. Pola Tidur dan Istirahat :


16 Tidur dalam sehari
17 Tidur malam biasanya terbngun karena gelisa
18 Tidur siang kadang tidak bisa tidur karena ribut
19 Gangguan lain sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda,biasanya lama.
s. Pola Perseptual / Kognitif :
20 Penglihatan :
21 Pendengarangan :
22 Perabaan :
23 Bagaimana persepsi terhadap panca indra :gangguan komunikasi verbal.

t. Pola Persepsi Diri / Konsepsi Diri


8 Gambaran diri : Rasa terisolasi
9 Mekanisme koping : Kurangnya percaya diri,citra diri terganggu,merasa putus asa.

u. Pola Peran / Hubungan


10 Dengan orang terdekat : sering merasa jauh dari keluarga
11 Hubungan teman tetangga dan orang lain, merasa terasing, tidak dapat melaksanakan
aktifitas sosial.

v. Pola Seksual /Reproduksi


24 Nafsu seks menurun.
w. Pola Koping Toleransi
25 Kecemasan meningkat
26 Tidak dapat membut keputusan,pemecahan masalah

x. Pola Nilai Kepercayaan


12 Serimg berdoa meminta bantuan kepada TUHAN
13 Selama perawatan mengundang pastoral careharapan hidup.

4. PEMERIKSAAN FISIK
y. Keadaan umum : Sakit tengorokan.
Keadaan sakit :
Kesadaran :
TTV, TD : mmHg
N : x/menit
R : x/menit
0
S : C.

z. System Cardiovaskuler
aa. System pernafasan
27 Hidung dan sinus parasinalis
Inspeksi, kepatenan rongga hidung
Nasal septum : Berada di tengah
Pengeluaran secret : Tidak ada
Membrane mukosa : Tampak kemerahan
Concha : Lateral rongga hidung
Obstruksi : Tidak ada
Palpasi, sinus maksilaris : Tidak ada nyeri tekan
Sinus frontalis : Tidak ada nyeri tekan
28 Leher
Inspeksi, warna : Sama dengan anggota tubuh
lainnya
Trakea : Terletak ditengah
Palpasi leher : terdapat benjolan pada daerah leher.

29 Thoraks dan paru


Inspeksi, bentuk dada : Normal chest
Pernafasan : x/menit
Irama : Teratur
bb. System Pencernaan
30 Mulut dan Orofaring
Inspeksi, - Bibir : Warna : Merah muda
Kondisi : Baik
Lesi : Tidak ada
- Mukosa : Warna : Tampak
kemerahan
Tekstur : Halus
- Gusi Warna : Merah muda
- Gigi Jumlah : 32 Buah
Warna :Putih keabuan
- Lidah Warna : Merah muda
Tekstur : Halus dan
lembut
Lesi : Tidak ada
Palpasi, leher : Nyeri tekan :Ada
31 Abdomen
Inspeksi, Warna : Sama dengan warna kulit
lainnya
Karakteristik : Halus dan lembut
Umbilicus : Terdapat ditengah/simetris
kiri dan Kanan
Palpasi, setiap kuadran nyeri tekan : Terasa
Massa :Ada
Tanda Murphy : Negative
Cairan peritoneum : Tidak ada
Auskultasi, bising usus : x/Menit
cc. System Perkemihan
32 Ginjal, inspeksi : Keadaan abdomen pada mid klavikula
kiri/kanan simetris
33 Palpasi : Ginjal tidak teraba
34 Perkusi : Tidak ada nyeri tekan
35 Auskultasi : Tidak ada desiran

dd. System persarafan


36 Tingkat kesadaran : Compos mentis
37 Perilaku : Kurang,

ee. System musculoskeletal


38 Kepala, inspeksi Bentuk : Simetris
kiri/kanan
Kulit kepala :Tampak
adanya
luka
Penyebaran rambut : Merata
Warna rambut : Hitam
Alopesia : Tidak ada
Palpasi Nyeri tekan : Terdapat
nyeri
tekan
Pembengkakan : Terdapat
pembengkakan
39 Ekstremitas Atas
- Dextra : Tidak ada luka lecet ataupun kelainan
- Sinistra : Terdapat luka lecet
40 Ekstermitas bawah
- Dextra : Tidak ada luka lecet
5. PENYIMPANGAN KDM GOITER PADA TUMOR TIOROID

Defisiensi yodium Kadar hormone Tiroid dalam darah menurun

Kapasitas kelenjar
Tiroid untuk Melealui mekanisme umpan balik negative
mengsekresi hormone tiroid terganggu terhadap kelenjar tiroid

Pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis meningkat


Produksi T3, T4 dan
tirokalsinomin menurun .

Hiperthropi folikel-folikel
Kelenjar Tiroid peningkatan aktifitas kelenjar
tiroid untuk mensekresi hormone

Mempengaruhi organ
Sekitarnya Terbentuk benjolan
yang akan bertambah besar

Kesulitan menelan/disfagia Suara jadi serak dan parau


Perubahan Nutrisi Retensi Ganguan Komunikasi
Kurang Dari Kebutuhan Verbal
Perubahan bentuk
leher (gondok)

Perubahan status kesehatan

Kecemasan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA I
 KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
B/D DISFAGIA
1) NANDA (IMBALANCED NUTRITION : LESS THAN BODY
REQUIREMENTS).
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI : KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH.
Pengertian : Intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Batasan karakteristik :
1. Berat badan dibawah ideal lebih dari 20%
2. Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan
3. Lemah otot untuk menelan atau mengunyah
4. Melaporkan kurang makan
5. Penurunan berat badan dengan intake makanan adekuat
6. Kurang informasi
2) NOC : Nutritional Status (1004)
Nutritional Status: Masukan makanan dan cairan (1008)
Nutritional Status (1004)
Domain: Physiological health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Extremely Compromised to Not compromised (a)

100401 Intake nutrisi


100402 Intake makanan dan cairan
100403 Energy
100404 Body mass
100405 Berat badan

Nutritional Status: Masukan makanan dan cairan (1008)


Domain: Physiological health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Not adequate to totally adequate (f)

100801 Pemasukan makanan lewat mulut


100802 Pemasukan makanan lewat tube (misalnya;
NGT)
100803 Pemasukan cairan lewat mulut
100804 Pemasukan ciran
100805 Pemasukan Nutrisi Prenteral Total.

3) NIC : NUTRITION MANAGEMENT (1100)


1. Menentukan jumlah kalori yang diperlukan ( kolaborasi dengan ahli diet)
2. Mendorong adanya pemasukkan kalori sesuai dengan kebutuhan
3. Mendorong peningkatan zat besi sesuai kebutuhan
4. Memberikan makanan ringan ,sesuai kebutuhan
5. Menyediakan pilihan makanan
6. Menyediakan makanan bagi klien yang mengandung tinggi kalori dan tinggi protein serta
minuman yang dapat langsug diminum oleh klien
7. Mengontrol berat badan klien pada interval yang tepat.
8. Memastikan bahwa diet klien mengandung serat yang tinggi untuk mencegah
konstipasi.Menyediakan informasi sesuai kebutuhan tentang kebutuhan nutrisi dan cara untuk
mendapatkannya.

1. DIAGNOSA II
 RETENSI GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL B/D DISFONIA
1) NANDA (IMPAIRED VERBAL COMMUNICATION, 1983, 1996, 1998)
KERUSAKAN KOMUNUKASI VERBAL
Pengertian : penurunan, keterlambatan atau ketidakmampuan untuk
menerima, memproses , mentransmisikan dan menggunakan sistem
simbol.
Batasan karakteristik :
1. sengaja menolak bicara
2. disorientasi waktu, tempat dan orang
3. ketidakmampuan berbicara dengan bahasa degan dominan
4. tidak dapat berbicara
5. kesulitan berbicara
6. tidak dapat megutarakan keiginan
7. sulit membentuk kata/kaliamt (contoh aphoia, dyslalia, disarthia)
8. bicara gagap
9. slurring
10. dispnea

2) NOC : KEMAMPUAN BERKOMUIKASI (0902)


Domain : physiologic health (III)
Class : Neurocognitive (J)
Scale : extremely compromised to ot compromised (a)

Indikasi :
090201 menggunakan bahasa tulis
090202 Menggunakan bahasa tangan (jari)
090203 menggunakan gambar
090204 menggunakan tanda bahasa
0902005 menggunakan bahasa non-verbal

3) NIC : ANXIETY REDUCTION (5820)


Aktivitas :
1. melihat kemampuan pasien mengenai situasi stres
2. ajurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk membrikan stimulasi komunikasi
3. sering berikan pujian positif pada pasien yang berusaha untuk berkomuikasi
4. anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dengan memberikan informasi pada staf/keluarga.

2. DIAGNOSA III
 KECEMASAN B/D STRESS PSIKOLOGIS
1) NANDA ( ANXIETY)
KECEMASAN
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi
bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan
memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya.

Batasan karakteristik :
1. Perilaku
a. Penurunan produktivitas
b. Gelisah
c. Insomnia
d. Resah
2. Afektif
a. Kesedihan yang mendalam
b. Takut
c. Gugup
d. Mudah tersinggung
e. Nyeri hebat
f. Ketakutan
g. Distres
h. Khawatir
i. Cemas
3. Fisiologi
a. Goyah
b. Peningkatan respirasi (simpatis)
c. Peningkatan keringat
d. Wajah tegang
e. Anoreksia (simpatis)
f. Kelelahan (parasimpatis)
g. Gugup (simpatis)
h. Mual (parasimapatis)
i. Pusing (parasimpatis)
4. Kognitif
a. Bingung
b. Kerusakan perhatian
c. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
d. Sulit berkonsentrasi

2) NOC : ANXIETY CONTROL (1402)


Domain :Psychososial Health (III)
Class :self Control (O)
Scale : Never Demonstrated To Consistenly Demonstrated (m)
Indikasi :
140201 Kontrol instensitas cemas
140202 Eliminasi tanda cemas
140206 Menggunakan strategi koping efektif
140207 Menggunakan teknik relaksasi untuk menekan
kecemasan

3) NIC : COUNSELING (5240)


Aktivitas :
1) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan untuk mengeksternalisasikan kecemasan.
2) Bantu pasien untuk menfokuskan pada situasi saat ini, sebagai
alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
3) Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan serta
terapi okupasi untuk mengurangi kecemasan dan memperluas focus.
4) Sediakan penguatan yang positif ketika apsien mampu
meneruskan aktivitas sehari-hari dan lainnnya meskipun mengalami kecemasan.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dengan perkembangan pesat teknologi kedokteran seperti biopsi aspirasi jarum


halus (BAJAH), pemeriksaan TSH sensitif dan teknik pencitraan (imaging), dapat dibuat
diagnosis yang lebih akurat. USG memberikan gambaran karakteristik tertentu yang
mempunyai nilai prediksi suatu nodul cenderung jinak atau ganasUSG merupakan
metoda objektif dalam menentukan ukuran nodul. pada nodul jinak, terapi supresi TSH
dengan L-tiroksin lebih berhasil bila ukuran nodul <2,7 cm atau < 10 cc, nodul koloid
atau berdegenerasi kistik, berasal dari daerah defisiensi iodium.
Bila nodul mengecil terapi diteruskan sampai tidak ada pengecilan lagi, kemudian
dihentikan dan dimulai lagi bila nodul membesar. Bila ukuran nodul tidak berubah, terapi
dihentikan, dan diberikan lagi bila terjadi pembesaran. Bila nodul membesar selama
terapi supresi berlangsung, perlu tindakan operasi.Efek samping terjadi pada terapi L-
tiroksin dosis supresi jangka panjang

2. SARAN

Dalam menghadapi pasien dengan nodul tiroid, langkah pertama yang dianjurkan
ialah menentukan status fungsi tiroid dengan memeriksa kadar TSH (sensitif) dan T-4
bebas. Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal. Tetapi perlu diingat bahwa
abnormalitas fungsi tiroid baik hiper/hipotiroid tidak dengan sendirinya menghilangkan
kemungkinan keganasan. Pemeriksaan kadar antibodi antitiroid peroksidase (dulu disebut
antibodi antimikrosomal) dan antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis
kronik Hashimoto, terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Antibodi-antibodi ini
positip hampir 85% pada penyakit Hashimoto ini. Sering pada Hashimoto juga timbul
nodul baik uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto-pun masih mungkin
terdapat keganasan

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

1 Dikutip dari : www.Google.Com

2 Dikutip dari :Http://id.wikipedia.org/wiki/stenosis mitral

3 Budi santosa : Editor, Panduan Diagnosa Keperawatan, Diagnosa Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi, 2005-2006.
4 Marion Jones, etc, Nursing Outcomes Classification (NOC), Second Edition, Mosby inc.
5 Joanne C. mcClowskey, etc, Nursing Intervention Classification (NIC), Fourth edition,
Mosby inc.
6 Judith M. Wilkinson, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7, EGC, 2007.

Anda mungkin juga menyukai