Askep Tumor Tiroid
Askep Tumor Tiroid
PENDAHULUAN
Dalam pengelolaan nodul tiroid (tumor tiroid), yang selalu menjadi pertanyaan
ialah apakah nodul tersebut jinak atau ganas. Dengan berbagai kemajuan teknologi
kedokteran, seperti aplikasi biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH), ultrasonografi (USG),
TSH sensitif dan terapi supresi L-tiroksin, telah memungkinkan para peneliti melakukan
evaluasi nodul tiroid secara lebih cermat hingga sampai pada diagnosis yang tepat.
Masih terdapat kontroversi di antara para ahli dalam pengelolaan nodul tiroid yang jinak.
Besarnya perhatian para peneliti terhadap nodul tiroid ini disebabkan belum adanya kesepakatan
tentang manfaat terapi supresi dengan L-tiroksin pada nodul tiroid jinak, regresi spontan tanpa
intervensi obat dan adanya efek samping pemakaian jangka panjang L-tiroksin dosis supresi.
Berbagai penelitian pada dekade terakhir telah menghasilkan kecenderungan penting dalam
pengelolaan rasional nodul tiroid.
Prevalensi nodul tiroid sangat bervariasi dari 5-50%, bergantung pada sensitivitas
metode yang digunakan dan populasi yang diteliti. Pada studi ultrasonografi ditemukan
nodul tiroid sebanyak 20-45% pada wanita normal dan 17-25% pada pria normal.
Sementara dengan palpasi ditemukan 3-7% (wanita 6,4% dan pria 1,5%). Pada anak-anak
yang tidak terekspos radiasi pengion, prevalensi berkisar 0,2-1,5%, sedangkan pada anak-
anak yang terekspos pada usia kurang dari 16 tahun, prevalensinya 38,4%.
Prevalensi nodul tiroid meningkat secara linier dengan bertambahnya usia, ekspos
dengan radiasi pengion dan defisiensi iodium. Secara keseluruhan nodul tiroid lebih
sering terdapat pada wanita dari pada pria. Studi Framingham pada kelompok usia 30-
59th, mendapatkan angka prevalensi nodul tiroid sebesar 6,4% pada wanita dan 1,5% pada
pria. Pada studi rumah sakit, Boedisantoso pada tahun 1993 melaporkan nodul tiroid di
RSUPN-CM Jakarta sebesar 50,3% dengan rasio pria:wanita sekitar 8:1, sementara di RS
Hasan Sadikin Bandung, Setyawan melaporkan kasus nodul tiroid sebesar 60% dari
seluruh kasus penyakit tiroid.
Sedangkan prevalensi keganasan pada nodul tiroid berkisar 5-10%. Prevalensi
keganasan pada multinodular tidak jauh berbeda. Gharib dalam laporannya
mendapatkan angka 4,1% dan 4,7% masing-masing prevalensi keganasan untuk nodul
tunggal dan multipel. Anak-anak usia di bawah 20th dengan nodul tiroid dingin
mempunyai risiko keganasan 2 kali lebih besar dibanding kelompok dewasa. Kelompok
usia di atas 60th di samping mempunyai prevalensi keganasan lebih tinggi, juga
mempunyai tingkat agresivitas penyakit yang lebih berat yang terlihat dari seringnya
kejadian jenis karsinoma tiroid tidak berdiferensiasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Suatu karsinoma kelenjar yang membentuk foliker dengan perabaan dapat
ditemukan nodul soliter kelenjar tiroid.
2. ETIOLOGI
- Radiasi
Merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma tiroid. Banyak kasus karsinoma
pada anak-anak yang sebelumnya dapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit
lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5 -25 tahun dan rata-rata 10,9 tahun.
- Stimulasi TSH
Stimulasi TSH yang lama merupakan salah satu faktor etiologi karsinoma tiroid.
Pemberian diet tanpa garam Jodium pada binatang percobaan, pemberian zat radioaktif
atau sub total tiroidektomi berakibat stimulasi TSH meningkat dan dalam jangka waktu
yang lama dapat terjadi karsinoma tiroid.
- Penyebab nodul tiroid yang sering ialah : - Penyebab yang jarang ialah :
1) Koloid Tiroiditis granulomatosa
2) Kista Infeksi (abses, tuberkulosis)
3) Tiroiditis Limfositik Neoplasma ganas
4) Neoplasma jinak Medulare
a) Hurthle Anaplastik
b) Folikulare Metastasis
. 5) Neoplasma ganas Limfoma
a) Papilare
b) Folikulare
3. PATOFISIOLOGI
Karsinoma folikuler biasanya menyebar melalui hematogen, sehingga sering
menyebabkan metastase jauh pada waktu diagnosa, jarang limfogen yaitu ke parau,
tulang, hati, ginjal, dan otak pada tulang terutama, bahu, tulang dada, tulang tengkora &
tulang iliaca. metastase ketulang hati, atau otak, keparu, limfoid. Karsinoma folikuler
dapat menginvasi jaringan sekitarnya seperti trakea, otot, kulit, pembuluh darah dan.
Laringeus Recurren serta jaringan lemak.
Tumor ini ditemukan 20% dari tumor ganas tiroid, dan nomor dua paling sering
dari karsinoma tiroid. Karsinoma folikuler murni jarang dijumpai, sering campuran
dengan gambaran lain dan Karsinoma tiroid sepertl Papilari atau Undifferentiated.
Wanita lebih sering dari pada laki-laki dan dapat terjadi pada semua umur,
biasanya pada usia lanjut (45-60 tahun) dan insiden bertambah dengan bertambanya
umur.
5. GEJALA KLINIS
Sebagian besar karsinoma Folikuler tumbuh lambat, kadang-kadang berpuluh
tahun sering berasal dari adenoma jinak.
Gejala klinis dari karsinoma Folikuler yaitu :
a. Pembengkakan kelenjar tiroid berupa nodul padat.
b. Suara parau karena perluasan tumor pada jaring atau tekanan terhadap n.
rekueren.
c. Disfagia karena tumor meluas ke esofagus
d. Berat badan menurun
e. Frakrur Paralogis.
f.
6. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik diarahkan pada kemungkinan adanya keganasan tiroid.
Pertumbuhan nodul yang cepat merupakan salah satu tanda keganasan tiroid, terutama
jenis karsinoma tiroid yang tidak berdiferensiasi. Tanda lainnya ialah konsistensi nodul
keras dan melekat ke jaringan sekitar, serta terdapat pembesaran kelenjar getah bening di
daerah leher.
Laboratorium
Dalam menghadapi pasien dengan nodul tiroid, langkah pertama yang dianjurkan
ialah menentukan status fungsi tiroid dengan memeriksa kadar TSH (sensitif) dan T-4
bebas. Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal. Tetapi perlu diingat bahwa
abnormalitas fungsi tiroid baik hiper/hipotiroid tidak dengan sendirinya menghilangkan
kemungkinan keganasan. Pemeriksaan kadar antibodi antitiroid peroksidase (dulu disebut
antibodi antimikrosomal) dan antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis
kronik Hashimoto, terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Antibodi-antibodi ini
positip hampir 85% pada penyakit Hashimoto ini. Sering pada Hashimoto juga timbul
nodul baik uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto-pun masih mungkin
terdapat keganasan.
Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tiroid cukup sensitif tetapi tidak spesifik,
karena peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Graves' dan
adenoma tiroid.Pemeriksaan kadar tiroglobulin sangat baik untuk monitor kekambuhan
karsinoma tiroid pasca terapi. Pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare,
tes genetik dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu dikerjakan. Bila tidak ada kecurigaan ke arah
karsinoma tiroid medulare atau neoplasia endokrin multipel II, pemeriksaan kadar kalsitonin
tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin.
Radiologis.
1 - Foto X-ray: untuk melihat obstruksi trakea karena penekanan tumor dan melihat
klasifikasi pada massa tumor. Juga untuk melihat metastase keparu dan tulang.
-Barium Meal: Bila ada disfagi
2 - USG: Untuk membedakan tumor solid dan Kistik
3 - CT Scan: Untuk melihat perluasan tumor
- Scintigrafi: dengan menggunakan radio isotop dapat membedakan hotnodul dan
coldnodul, daerah coldnodul dicurigai tumor ganas.
DIAGNOSA BANDING
1. Adenoma Folikular Atipik
2. Adenoma Golteer Atipik
3. Karsinoma Papiler
4. Hashimoto's Thyroiditis
7. PENATALAKSANAN
Penanganan pada tumor tiroid dapat dilakukan terapi seperti dibawah ini :
- Bedah yaitu lobektomi totalis beserta ismus dan KGB regional, pengangkatan KGB
bersifat preventif.
1 - Tiroidektomi lokal (diseksi leher radikal)
Bila terjadi metastase kedalam kelenjar dari lobus yang berlawanan dan khususnya bila
dicurigai metastase ke limfnod.
- Radio Iodin: Apabila oeprasi tumor tidak bersih dan khususnya pada pengobatan
metastase. Terapi J 131 dengan dosis tinggi yang didahului TSH, namun pemberian
radioaktif ini membutuhkan penangan dan perawatan khusus
- Sinar Ro: Untuk karsinoma kambuhan pada leher atau tepat metastase yang lebih jauh.
- Radioterapi: Cobalt 60, dipergunakan pada stadium lanjut, inoperabel, bersifat paliatif
pada tumor primer atau metastase.
- Kemoterapi: Adriamycin, sedikit memberi respon terhadap karsinoma tiroid. Berbagai
jenis kemoterapi dikenal, namun kurang memberi respon terhadap karsinoma tiroid.
- TSH (Tiroid Stimulating Hormon)
Hormon ini diberikan pasca bedah yang bertujuan menekan pertumbuhan karsinoma
follikular. Pemberian hormon ini dapat membebaskan penderita dari gejala residif selama
jangka waktu 10 tahun.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS : Jam :
Tgl. Pengkajian : Jam :
Diagnosa medis :
b. Sumber informasi
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. RIWAYAT KESEHATAN
c. Riwayat Keluhan Utama
o Susah menelan
1 Suara parau
p. Pola Eliminasi :
b) BAK:
9 Rasa nyeri waktu BAK : Tidak
10 Bau urine : Pesing
11 Warna urine :
12 Gangguan lain inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami gangguan fungsi.
b) BAB:
5 Rasa nyeri waktu BAB: Tidak
6 Bau feaces :
7 Konsistensi :
q. Pola Aktivitas :
13 Mobilisasi
14 Aktivitas klien : Dibantu oleh perawat
15 Gangguan lain yang dirasakan saat beraktivitas : merasa lemah, lelah, kaku, hilang
keseimbangan.
4. PEMERIKSAAN FISIK
y. Keadaan umum : Sakit tengorokan.
Keadaan sakit :
Kesadaran :
TTV, TD : mmHg
N : x/menit
R : x/menit
0
S : C.
z. System Cardiovaskuler
aa. System pernafasan
27 Hidung dan sinus parasinalis
Inspeksi, kepatenan rongga hidung
Nasal septum : Berada di tengah
Pengeluaran secret : Tidak ada
Membrane mukosa : Tampak kemerahan
Concha : Lateral rongga hidung
Obstruksi : Tidak ada
Palpasi, sinus maksilaris : Tidak ada nyeri tekan
Sinus frontalis : Tidak ada nyeri tekan
28 Leher
Inspeksi, warna : Sama dengan anggota tubuh
lainnya
Trakea : Terletak ditengah
Palpasi leher : terdapat benjolan pada daerah leher.
Kapasitas kelenjar
Tiroid untuk Melealui mekanisme umpan balik negative
mengsekresi hormone tiroid terganggu terhadap kelenjar tiroid
Hiperthropi folikel-folikel
Kelenjar Tiroid peningkatan aktifitas kelenjar
tiroid untuk mensekresi hormone
Mempengaruhi organ
Sekitarnya Terbentuk benjolan
yang akan bertambah besar
Kecemasan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA I
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
B/D DISFAGIA
1) NANDA (IMBALANCED NUTRITION : LESS THAN BODY
REQUIREMENTS).
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI : KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH.
Pengertian : Intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Batasan karakteristik :
1. Berat badan dibawah ideal lebih dari 20%
2. Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan
3. Lemah otot untuk menelan atau mengunyah
4. Melaporkan kurang makan
5. Penurunan berat badan dengan intake makanan adekuat
6. Kurang informasi
2) NOC : Nutritional Status (1004)
Nutritional Status: Masukan makanan dan cairan (1008)
Nutritional Status (1004)
Domain: Physiological health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Extremely Compromised to Not compromised (a)
1. DIAGNOSA II
RETENSI GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL B/D DISFONIA
1) NANDA (IMPAIRED VERBAL COMMUNICATION, 1983, 1996, 1998)
KERUSAKAN KOMUNUKASI VERBAL
Pengertian : penurunan, keterlambatan atau ketidakmampuan untuk
menerima, memproses , mentransmisikan dan menggunakan sistem
simbol.
Batasan karakteristik :
1. sengaja menolak bicara
2. disorientasi waktu, tempat dan orang
3. ketidakmampuan berbicara dengan bahasa degan dominan
4. tidak dapat berbicara
5. kesulitan berbicara
6. tidak dapat megutarakan keiginan
7. sulit membentuk kata/kaliamt (contoh aphoia, dyslalia, disarthia)
8. bicara gagap
9. slurring
10. dispnea
Indikasi :
090201 menggunakan bahasa tulis
090202 Menggunakan bahasa tangan (jari)
090203 menggunakan gambar
090204 menggunakan tanda bahasa
0902005 menggunakan bahasa non-verbal
2. DIAGNOSA III
KECEMASAN B/D STRESS PSIKOLOGIS
1) NANDA ( ANXIETY)
KECEMASAN
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi
bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan
memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya.
Batasan karakteristik :
1. Perilaku
a. Penurunan produktivitas
b. Gelisah
c. Insomnia
d. Resah
2. Afektif
a. Kesedihan yang mendalam
b. Takut
c. Gugup
d. Mudah tersinggung
e. Nyeri hebat
f. Ketakutan
g. Distres
h. Khawatir
i. Cemas
3. Fisiologi
a. Goyah
b. Peningkatan respirasi (simpatis)
c. Peningkatan keringat
d. Wajah tegang
e. Anoreksia (simpatis)
f. Kelelahan (parasimpatis)
g. Gugup (simpatis)
h. Mual (parasimapatis)
i. Pusing (parasimpatis)
4. Kognitif
a. Bingung
b. Kerusakan perhatian
c. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
d. Sulit berkonsentrasi
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
Dalam menghadapi pasien dengan nodul tiroid, langkah pertama yang dianjurkan
ialah menentukan status fungsi tiroid dengan memeriksa kadar TSH (sensitif) dan T-4
bebas. Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal. Tetapi perlu diingat bahwa
abnormalitas fungsi tiroid baik hiper/hipotiroid tidak dengan sendirinya menghilangkan
kemungkinan keganasan. Pemeriksaan kadar antibodi antitiroid peroksidase (dulu disebut
antibodi antimikrosomal) dan antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis
kronik Hashimoto, terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Antibodi-antibodi ini
positip hampir 85% pada penyakit Hashimoto ini. Sering pada Hashimoto juga timbul
nodul baik uni/bilateral, sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto-pun masih mungkin
terdapat keganasan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI