Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN

PERCOBAAN IV
Analisis Vitamin

Tanggal praktikum : Kamis, 30 Maret 2017


Tanggal laporan : Kamis, 13 April 2017

Disusun Oleh :
Ai Kusmiati (1147040004)
Cecep Suparman (1147040016)
Fitriani Nurul Hidayati (1147040027)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
PERCOBAAN 4

ANALISIS VITAMIN

I. Tujuan
I.1 Mengidentifikasi vitamin A pada sampel minyak ikan
I.2 Mengidentifikasi vitamin D pada sampel minyak ikan
I.3 Mengidentifikasi vitamin E pada sampel natur-E
I.4 Mengidentifikasi vitamin B1 pada sampel neurobion
I.5 Menentukan kadar vitamin C dalam sampel tomat segar dengan metode
turbidimetri
I.6 Menentukan kadar vitamin C dalam sampel tomat segar tanpa perhitungan mg
vitamin C
II. Dasar Teori

Istilah vitamin pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashimir
Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang
mampu menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-hari. Zat
ini sangat dibutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsur nitrogen (amine),
oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa
ada beberapa jenis vitamin yang ternyata tidak merupakan amine. Oleh sebab itu,
istilah “vitamine” kemudian diubah menjadi vitamin (Almatsier, 2010).
Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi menjadi dua golongan utama,
yaitu (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011):
1. vitamin yang larut dalam air, meliputi vitamin B dan C. Menurut Kodicek
(1971), vitamin yang larut dalam air disebut prakoenzim
(procoenzym).Vitamin-vitamin ini dapat bergerak bebas dalam badan,
darah, dan limfa. Karena sifat kelarutannya, vitamin yang larut dalamair
mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang atau terlarut bersama air
selama pencucian bahan. Di dalam tubuh, vitamin ini disimpan dalam
julah terbatas dan kelebihan vitamin akan dikeluarkan atau diekskresikan
melalui urin. Oleh karena itu, untuk mempertahankan saturasi jaringan
vitamin ini harus sering di konsumsi.
2. vitamin yang larut dalam lemak, meliputi vitamin A, D, E, dan K.
Golongan vitamin yang larut dalam lemak disebut alosterin. Setelah
diserap dalam tubuh, vitamin akan disimpandalam jaringan-jaringan
lemak, terutama hati. Karena sifatnya tidak larut dalam air, vitamin-
vitamin demikian tidak dieksresikan. Akibatnya, didalam tubuh dapat
disimpan dalam jumlah banyak, sehingga kemungkinan terjadinya
toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin yang larut dalam air.
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh.
Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan
dapatmelakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan
memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula
memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh
dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah
sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolism di dalam tubuh kita
akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu,
asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
metabolisme pada tubuh.

III. Alat dan Bahan


III.1 Alat

No Alat Jumlah
1 Tabung reaksi 4 buah
2 Rak tabung 1 buah
3 Gelas ukur 5 mL 1 buah
4 Corong 1 buah
5 Pipet tetes 2 buah
6 Spatula 1 buah
7 Kaca arloji 1 buah
8 Blender 1 buah
9 Labu enlenmeyer 250 mL 4 buah
10 Gelas kimia 250 mL 2 buah
11 Neraca analitik 1 buah
12 Statip & klem 1 buah
13 Buret coklat 25 mL 1 buah
14 Labu takar 100 mL 2 buah
15 Kaki tiga 1 buah
16 Kasa asbes 1 buah
17 Pembakar spirtus 1 buah
18 Pipet ukur 10 mL 1 buah
19 Pipet ukur 5 mL 1 buah
20 Piler 1 buah
21 Lumpang & alu 1 buah

III.2 Bahan

No Bahan Jumlah
1 Minyak ikan 2 mL
2 Reagen TCA 6 mL
3 Larutan H2O2 5 tetes
4 Natur-E 1 kapsul
5 Alkohol 95% 0,5 mL
6 Asam nitrat 0,5 mL
7 Neurobion (vit. B1) 1 tablet
8 Aquades Secukupnya
9 Larutan vitamin B1 1 mL
10 Larutan NaOH 30% 2 tetes
11 Larutan K4Fe(CN6)3 5 tetes
12 Tomat segar 300 g
13 Kertas saring 1 buah
14 Amilum 1% 4 mL
15 Iodin 0,01 N 39,05 mL
16 Larutan K2Cr2O7 10 mL
17 Larutan H2SO4 10 mL

IV. Cara Kerja


IV.1 Uji Vitamin A
Pertama-tama sampel minyak ikan pada uji vitamin A diambil
sebanyak 1 mL atau sekitar 2 kapsul kemudian dimasukkan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan 5 mL reagen TCA. Diamati perubahan yang
terjadi.
IV.2 Uji vitamin D
Pertama-tama sampel minyak ikan pada uji vitamin D diambil
sebanyak 1 mL atau sekitar 2 kapsul kemudian dimasukkan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan 5 tetes larutan H2O2, kemudian dipanaskan
sampai tidak timbul gelembung lagi tapi tidak sampai mendidih, selanjutnya
didinginkan dalam air kran mengalir, setelah itu ditambahkan reagen TCA.
Diamati perubahan warna yang terjadi.
IV.3 Uji vitamin E
Kapsul vitamin E (natur-E) digunting, kemudian dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan ditambahkan 0,5 mL alkohol 95%. Dikocok baik-baik,
kemudian ditambahkan 0,5 mL asam nitrat. Diamati perubahan warna yang
terjadi.
IV.4 Uji vitamin B1
Tablet vitamin B1 (neurobion) digerus sampai halus, kemudian
serbuknya dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan 5 mL akuades,
dikocok sampai larut. Diambil 1 mL larutan vitamin B1, kemudian
ditambahkan 2 tetes NaOH 30% sampai pH sekitar 10, dikocok baik-baik,
kemudian ditambahkan larutan K4Fe(CN6)3 dan dikocok. Diamati perubahan
yang terjadi.
IV.5 Penentuan kadar vitamin C
Tomat segar ditimbang sebanyak 300 gram, kemudian digerus sampai
diperoleh slurry, selanjutnya tomat diblender sampai halus. Slurry ditimbang
sebanyak 30 gram, dimasukkan kedalam labu takar 100 mL dan ditambahkan
akuades sampai tanda batas kemudian dihomogenkan, lalu disaring dengan
kertas saring. Sebanyak 25 mL filtrat diambil dan dimasukkan kedalam labu
enlenmeyer , lalu ditambahkan 3 tetes amilum 1%, kemudian ditambahkan 20
mL akuades. Dititrasi dengan larutan iodin 0,01 N sampai berwarna biru.
IV.6 Standarisasi Na2S2O3 0,01 N
Sebanyak 10 ml larutan K2Cr2O7 dimasukkan kedalam labu enlenmeyer
dan ditambahkan 3 ml larutan KI 10%, kemudian ditambahkan 10 ml larutan
H2SO4. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning pucat kemudian
ditambahkan 3 tetes amilum 1% dan dititrasi kembali dengan larutan Na 2S2O3
hingga BTM.
IV.7 Standarisasi I2
Sebanyak 10 mL larutan Na2S2O3 dipipet kemudian dimasukkan
kedalam labu enlenmeyer lalu dititrasi dengan larutan I 2 0,01 N hingga kuning,
selanjutnya ditambahkan 3 tetes amilum 1% dan dititrasi kembali dengan
larutan I2 0,01 N.
IV.8 Titrasi larutan blanko
Sebanyak 20 ml akuades dimasukkan kedalam labu enlenmeyer
kemudian ditambahkan 2 ml amilum dan dititrasi dengan larutan iodin hasil
standarisasi.

V. Hasil Pengamatan
V.1Uji Vitamin A

Perlakuan Hasil
 1 mL minyak ikan  Cairan kental berwarna kuning
 Ditambahkan 5 mL  Terbentuk 2 fasa, sampel tidak larut
reagen TCA Fasa atas : reagen TCA
Fasa bawah : minyak ikan
Hasil uji negatif, tidak mengandung vitamin A

V.2Uji Vitamin D

Perlakuan Hasil
 1 mL minyak ikan  Cairan kental berwarna kuning
 Ditambahkan 5 tetes  Terdapat 2 fasa terdapat gelembung
larutan H2O2
 Dipanaskan  Gelembung hilang, terdapat 2 fasa
Fasa atas : minyak ikan
Fasa bawah : larutan H2O2
 Didinginkan dalam  Terdapat 2 fasa
air kran mengalir Fasa atas : minyak ikan
Fasa bawah : larutan H2O2
 Ditambahkan reagen  Terdapat 2 fasa
TCA Fasa atas : minyak ikan
Fasa bawah : larutan H2O2
Hasil uji negatif, tidak mengandung vitamin D

V.3Uji Vitamin E

Perlakuan Hasil
 1 kapsul vitamin E  Cairan berwarna kuning bening
 Ditambahkan 0,5 ml  Cairan berwarna kuning
alkohol 95%
 Ditambahkan 0,5 mL  Terbentuk 2 fasa
asam nitrat Fasa atas : larutan berwarna jingga
Fasa bawah : larutan berwarna
kuning bening
Hasil uji positif, mengandung vitamin E

V.4Uji Vitamin B1

Perlakuan Hasil
 Serbuk vitamin B1  Serbuk berwarna putih
 Ditambahkan 5 mL  Larutan berwarna merah muda
akuades, dikocok keputihan
 Diambil 1 ml larutan  Larutan berwarna merah muda
vitamin B1 keputihan
 Ditambahkan NaOH  Larutan berwarna merah muda
30% keputihan
 Ditambahkan larutan  Larutan berwarna merah muda
K4Fe(CN6)3 keputihan
Hasil uji negatif, tidak mengandung vitamin B1

V.5Penentuan kadar vitamin C

Perlakuan Hasil
 Tomat segar 300 gram  Tomat berwarna merah
 Tomat digerus  Slurry berwarna jingga
 Tomat diblender  Slurry halus berwarna jingga
 30 gram slurry tomat  Slurry halus berwarna jingga
dimasukkan kedalam
labu takar 100 ml
 Ditambahkan akuades  Larutan berwarna jingga
sampai tanda batas,
dihomogenkan
 Larutan disaring  Filtrat : larutan berwarna kuning
(--)
Residu : padatan berwarna jingga
 Ditambahkan 3 tetes  Larutan berwarna kuning (---)
amilum 1%
 Ditambahkan 20 mL  Larutan keruh berwarna kuning
akuades (----)
 Dititrasi dengan larutan  Larutan berwarna biru
iodin V awal V akhir V pakai
(mL) (mL) (mL)
0,0 1,3 1,3

V.6Standarisasi larutan Na2S2O3 0,01 N

Perlakuan Hasil
 10 mL larutan K2Cr2O7 0,01  Larutan berwarna jingga
N ditambahkan 3 mL KI 1%
 Ditambahkan 10 mL H2SO4  Larutan berwarna jingga
 Ditirasi dengan Na2S2O3  Larutan berwarna kuning
hingga kuning pucat pucat
V awal V akhir V pakai
(mL) (mL) (mL)
0,1 11,1 11,0
 Ditambahkan 3 tetes amilum  Larutan berwarna biru
1%
 Dititrasi kembali dengan  Larutan BTM
Na2S2O3 hingga BTM V awal V akhir V pakai
(mL) (mL) (mL)
11,0 25,0 13,9

V.7Standarisai larutan I2

Perlakuan Hasil
 10 mL larutan Na2S2O3  Larutan tidak berwarna
 Dititrasi dengan I2 0,01 N  Larutan berwarna kuning
hingga kuning bening
 Ditambahkan 3 tetes amilum  Larutan berwarna biru tua
1%
 Dititrasi kembali dengan I2  Larutan berwarna coklat
0,01 N pekat
V awal V akhir V pakai
(mL) (mL) (mL)
0,0 34,1 34,1

V.8Titrasi larutan blanko

Perlakuan Hasil
 Akuades 20 mL  Larutan tidak berwarna
 Ditambahkan 2 mL amilum  Larutan tidak berwarna
1%
 Dititrasi dengan larutan  Larutan berwarna biru
iodin 0,01 N V awal V akhir V pakai
(mL) (mL) (mL)
0,0 2,55 2,55

VI. Perhitungan
VI.1 Pembuatan larutan
Larutan TCA 10% sebanyak 50 mL
massa
(b/v %) = ×100 %
mL
massa
10% = ×100 %
50 mL
Massa = 5 gram

NaOH 30% ; 50 mL KI 10% ; 20 mL


massa massa
(b/v %) = ×100 % (b/v %) = ×100 %
mL mL
massa massa
10% = ×100 % 20% = ×100 %
50 mL 20 mL
Massa = 5 gram massa = 2 gram

K2Cr2O7 0,01 N ; 100 mL Na2S2O3 0,01 N ; 100 mL


massa 1000 massa 1000
N ¿ × N ¿ ×
Mr v Mr v
massa 1000
0,01 N = × 0,01 N =
294,1846 g /mol 100 mL

massa 1000
×
158,10774 g /mol 100 mL
Massa = 0,2942 gram massa = 0,1581 gram

I2 0,01 N ; 250 mL
massa 1000
N ¿ ×
Mr v
massa 1000
0,01 N = ×
158,10774 g /mol 100 mL
Massa = 0,635 gram
Amilum 1% ; 50 mL K4Fe(CN6)3 5% ; 50 mL
massa massa
(b/v %) = ×100 % (b/v %) = ×100 %
mL mL
massa massa
1% = ×100 % 5% = ×100 %
50 mL 50 mL
Massa = 0,5 gram massa = 2,5 gram

H2SO4 4M ; 10 mL
ρ× 10 ×%
M =
Mr
g
1,84 ×10 × 97 %
= mL
98,019 g /mol
= 18, 2087 M
M1.V1 = M2.V2
4M.10ml = 18,2087m . V2
V2 = 2,1968 mL
VI.2 Standarisasi
Standarisasi Na2S2O3
Na2S2O3 = K2Cr2O7
V1 . M1 = V2 . M2
13,9 mL . M1 = 10 mL . 0,01 N
M1 = 0,00719 M

Standarisasi I2
I2 = Na2S2O3
V1 . M1 = V2 . M2
34,1 mL . M1 = 10 mL . 0,00719 M
M1 = 0,0021 M

VI.3 Kadar vitamin C


Vtitrasi× [ I 2 ] × Mr . vit C × fp
VI.3.1 mg vitamin C =
2
g 100
( 2,55−1,3 ) ml × 0,0021 M ×176,12 ×
= mol 20
2
= 1,1558 mg

mg vit . C
% Vitamin C = ×100 %
mg sampel
1,1158 mg
= ×100 %
30000 mg
= 0,00385%
Vtitrasi× 0,88 × [ I 2 ] × fp
VI.3.2 % vitamin C = ×100 %
berat sampel
=

100
( 2,55−1,3 ) ml × 0,88× 0,0021 M ×
20
×100 %
30 gram
= 0,0385% ,

VII. Pembahasan

AI KUSMIATI (1147040004)

Vitamin adalah zat-zat kimia organik dengan komposisi beraneka ragam


yang dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk memelihara fungsi metabolisme
normal. Kebutuhannya berkisar dari beberapa mikrogram, misalnya vitamin B12
sampai ratusan milligram (vitamin C dan E). Banyak vitamin secara biologis tidak
aktif, tetapi membutuhkan pengubahan kimia, misalnya fosforelasi (Vitamin B1,
B2, B3 dan B4). Berdasarkan daya larutnya dalam air atau lemak. Vitamin
digolongkan menjadi dua kelompok, yakni vitamin yang larut dalam air (Vitamin
B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak (Vitamin A, D, E dan K).

Percobaan pertama yaitu analisis kualitatif vitamin A, B1, D dan E. Pada


analisis vitamin A sampel yang digunakan adalah minyak ikan. Karena pada
umumnya vitamin A ditemukan dalam bahan-bahan yang berlemak, kemudian
ditambahkan 5 ml reagen TCA, reagen ini merupakan dasar penentuan secara
kualitatif adanya vitamin A. Akan tetapi hasil uji dari dari vitamin A negatif
karena tidak terjadi perubahan warna menjadi biru kehijauan. Mungkin untuk uji
vitamin A dengan sampel minyak ikan harus menggunakan reagen carr price
karena reagen ini mengandung kloroform yang bersifat nonpolar dan vitamin A
hanya larut dalam pelarut nonpolar. Saat larut vitamin A pecah menjadi retinol,
retinal dan retinoic acid ,lalu asam asetat yang terkandung dalam reagen carr price
akan memberikan reaksi warna pada vitamin A dan Kristal SbCl3 yang didalamnya
terdapat sebagai Kristal akan membuat warna merah cokelat.

Selanjutnya uji vitamin B1 dengan sampel obat neurobron. Vitamin B1


(thramin) bersifat larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak (non
polar). Serbuk vitamin B1 ditambahkan aquades tujuannya adalah untuk
melarutkan vitamin tersebut. Kemudian ditambahkan NaOH 30 o C sampai pH
sekitar 10. Kemudian ditambahkan larutan K4Fe(CN6)3 tujuan penambahan NaOH
adalah untuk memberi suasana basa, selain itu NaOH berfungsi untuk
mereaksikan vitamin B menjadi tiol. Pemberian suasana basa karena vitamin B1
akan rusak dalam suasana netral atau alkalis. Penambahan K 4Fe(CN6)3 adalah
untuk memberi suasana asam karena thramin tahan terhadap asam dan supaya
thramin stabil serta tidak rusak, seharusnya uji ini menghasilkan endapan coklat
kehitaman, akan tetapi pada sampel neurobion hasil uji negatif tidak terbentuk
endapan seharusnya dalam literatur pada neurobion terkandung vitamin B1.

Selanjutnya uji vitamin D pada sampel minyak ikan, vitamin D umumnya


stabil pada pemanasan asam dan oksigen. Pemanasan dan penambahan H2O2
bertujuan untuk merusak vitamin A yang terdapat dalam minyak ikan sehingga
vitamin D dapat terindentifikasi secara jelas sebab vitamin D tahan terhadap
pemanasan H2O2 disini bertindak sebagai reduktor yang mengoksidasi. Oksidasi
ini ditandai dengan hilangnya gelembung secara perlahan. Pemanasan dengan
hidrogen peroksida tidak merusak vitamin D kemudian didinginkan ditambahkan
reagen TCA, akan tetapi tidak terjadi perubahan warna menjadi jingga hasil uji
negatif.

Selanjutnya vitamin E pada sampel natur-E. Vitamin E tahan terhadap


suhu tunggi dan asam tetapi karena bersifat antoksidan vitamin E mudah
teroksidasi. Penambahan alkohol dan asam nitrat pada uji vitamin E berfungsi
untuk membentuk senyawa α – kuinon yang dapat di reduksi menghasilkan
kulnol. Dengan adanya pereaksi HNO3 pekat maka α – tokoferol dapat
menghasilkan α – kuinon. Pada sampel natur E positif mengandung vitamin E
karena terjadi perubahan menjadi warna jingga.

Kemudian selanjutnya analisis kuantitatif vitamin C pada sampel tomat.


Penetapan kadar vitamin C ini dilakukan denggan menggunakan metode titrimetri
(iodometri) berdasarkan reaksi redoks merupakan reaksi yang menyebabkan naik
turunnya biloks reduksi. Larutan baku yang digunakan adalah larutan I2 0,01 N
indikator yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Titik akhir titrasi pada
iodometri apabila warna biru tepat menghilang. Pertama tomat yang digunakan
digerus untuk memperoleh slurrynya kemudian di blender sampai halus, kemudian
diambil sebanyak 30 gram lalu diencerkan sampai 100 ml. pengenceran dilakukan
agar pada saat dilakukan titrasi tidak terlalu banyak iodin yang dipakai. Kemudian
disaring untuk diambil filtratnya, filtrat tersebut akan dititrasi oleh larutan baku I 2
dengan penambahan indikator amilum. Kadar vitamin C yang didapat pada
sampel tomat berdasarkan perhitungan mg vitamin C adalah 0,00385% dan tanpa
perhitungan mg vitamin C adalah 0,0385%. Hasil dari percobaan yang didapat
kadarnya sangat kecil ini diakibatkan oleh faktor dari standarisasi I 2 yang kuran
teliti dan standarisasi Na2S2O3. Menurut literaturr pada buah tomat mengandung
vitamin C 40 mg, sedangkan dari hasil percobaan vitamin C yang didapat sebesar
1,1558 mg. hal ini mengalami perbedaan yang sangat jauh dari literatur dan
percobaan.

Daftar pustaka (Ai Kusmiati 1147040004)

Deman, John m.1997. Kimia Makanan. Bandung : Institut Teknologi bandung

Fauzi, Muhammad.1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). Jember :


UNEJ

Poedjadji, A. 2014. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Supardi, W. 2010. Biokimia Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Winarno, F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia

CECEP SUPARMAN (1147040016)

Vitamin C
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan adar vitamin C dengan metode
iodimetri. Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metode penentuan
atau penentuan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang
bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi Antara sampel dengan ion
iodide. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitratnya. Dalam reaksi
redoks, harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah
bilangan osidasinya (melepaskan electron), maka harus ada suatu unsur yang
bilangan oksidasinya berkurang (menangkap electron). Dalam bidang pangan,
penetapan ini dilakukan untuk mengetahui kadar Vitamin C yang terkandung
dalam buah.

Sampel yang digunakan dalam percobaan in adalah buah tomat. Indicator


yang digunakan adalah amilum. Amulum digunakan karena akan membentuk
kompleks ion-amilum yang berwarna biru tua meskipun konsentrasi I 2 sangat
kecil dan molekul iod terikat pada permukaan beta amilosa seperti amilum.
Indicator amilum yang dgunakan harus dalam keadaan panas agar mendapatkan
hasil titrasi yang maksimal dan juga karena amilum tidak dapat larut jika tidak
dipanaskan. Tetapi, dalam pemanasannya harus diperhatikan agar larutan amilum
tidak berubah menjadi encer.

Sebelum dilakukan titrasi, sampel buah apel harus dilakukan terlebih


dahulu penghalusan dengan cara diblender. Kemudian slury yang terbentuk dari
proses pemblenderan ditimbang sebanyak 30 gram dan dilakukan pengenceran
sebanyak 100 mL. Pegenceran ini dilakukan supaya larutan Vitamn C yng akan
dianalisis berada dalam suasana encer sehingga mudah dilakukan titrasi.

Kemudian larutan Vitamin C dititrasi secara perlahan dengan larutan


iodium. Ketika akan mencapai batas akhir titrasi, larutan Vitamin C terkadang
menimbulkan warna biru, akan tetapi warna biru tersebut hilang lagi. Hal ini
dikarenakan masih ada Vitamin C yang belum bereaksi dengan iodium. Setelah
beberapa saat, maka didapatlah hasil larutan yang berwarna biru mantap. Hal ini
menandakan bahwa Vitamin C telah habis bereaksi dan titik akhir titrasi telah
tercapai. Warna bir terbentuk karena dalam larutan amilum, terdapat unit-unit
glukosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unti
glukosa. Bentuk ini menyebabkan amilum dalam bentuk kompleks dengan
molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan
arna biru tua pada kompleks tersebut. Berikut reaksi yang terjadi Antara Vitamin
C dengan iodium.

C6H12O6 + I2 ----------------> C6H6O6 + 2I- + 2H+

Volume larutan iodium yang digunakan sampai mencapai akhir titrasi


adalah 1,3 mL untuk Vitamin C yang mengalami proses pegenceran, sedangkan
1,1 mL yang tidak mengalami pengenceran. Kemudian setelah itu dilakukan
perhitungan kadar Vitamin C yang terkandung dlam sampel dan didpat kadar
Vitamin C nya.

Vitamin A

Sumber Vitamin A adalah karoten dan karotenoid yang banyak terdapat


dalam bahan-bahan nabati sebagai provitamin. Dalam jaringan hewan, Vitamin A
diperoleh dalam bentuk retinol. Vitamin A dapat rusak apabila dioksidasi dan
didehidrogenasi. Penentuan adanya vitamin A ini dilakukan dengan pereaksi Carr-
Price atau pereaksi trikloroasetat (TCA). Jika dengan pereaksi Vitamin A bereaksi
dengan pereaksi TCA, maka akan diperoleh larutan berwarna bru yang keudian
berubah menjadi merah colat maka zat tersebut positi mengandung Vitamin A.
intensitas warna biru ebnding denan banyaknya Vitamin A yang dikandun oleh
suatu bahan sehingga dapat dijadikan dasar penentuan kuantitatif Vitamin A
secara kolorimetri.

Dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah kapsul minyak ikan.
Namun setelah dilakukan penambahan TCA, tidak terjadi perubahan warna
menjadi merah coklat. Hal ini menandakan bahwa minya ikan tersebut negatif
mengandung Vitamin A.

Vitamin D

Dua jenis Vitamin D yang penting yaitu Vitamin D 2 (ergokalsiferol) dan


Vitamin D3 (kolekalsiferol). Vitamin D2 banyak terdapat dalam bahan nabati
seperti ragi, Vitamin D3 banyak terdapat dalam minyak hati ikan. Umumnya
Vitamin D stabil terhadap pemanaan, asam, dan oksigen. Vitamin D secara lambat
didekstruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara dan cahaya.
Pemanasan dengan hydrogen peroksida tidak merusak Vitamin D tetapi Vitamin
A dapat rusak.

Dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah minyak ikan. Minyak
ikan ini dilakukan penambahan hidrogen perosida untuk merusak Vitamin A yang
terdapat di dalamnya. Selanjutnya dilakukan pemanasan karena Vitamin D stabil
terhadap pemanasan. Dari perlakuan ini bahwa minyak ikan berwarna jingga
kekuningan yang menandakan adanya Vitamin D.

Vitamin B1

Vitamin B1 atau tiamn mengandung sistm dua cincin yaitu inti pirimidin
dan thiazol. Dalam tanaman, terutama serelia, Vitamin B 1 terdapat dalam keadaan
bebas, sedangan dalam jaringan hewan terdapat sebagai koenzim yaitu tiamin
piroposfat (TPP). Tiamin bersifat larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut
lemak. Dalam larutan netral atau alkalis, tiamin mudah rusak, sedangkan dalam
keadaan asam tidak tahan. Tiamin stabil pada pemanasan kering, tetapi mudah
terurai oleh zat-zat pengoksidasi dan teradap radiasi sinar UV.

Dalam percobaan kali ini, sampel yang digunakan adalah serbuk vitamin B
yang berwarna putih/ serbuk ini dilarutkan oleh aquades kemudian ditambah oleh
natrium hidroksida supaya larutan Vitamn B berada dalam suasana basa. Setelah
itu ditambahkan dengan larutan K4Fe(CN6)3 untuk membentuk kompleks. Setelah
itu ditambahan dengan pereaksi TCA. Dari hasil ini diperoleh larutan Vitamin B
berwarna putih kemerahan yang menandakan positif mengandung vitamin B

Vitamin E

Sampel yang digunakan dalm percobaan ini adalah Nature E. kapsul ini
dicairkan dan direaksikan dengan pereaksi alkoholis dan asam nitrat. Dari hasil
percobaan ini, diperoleh larutan vitamin E berwarna jingga. Dengan demikian,
sampel nature E mengandung Vitamin E.

Daftar pustaka (Cecep Suparman 1147040016)

 Brown. 1990. “The Principles of Biochemistry” USA: McGrawhill


 James, E.1994. “Kimia universitas edisi ke-5” Jakarta: Erlangga
 Lehniger. 1982. “Dasar-dasar Biokimia jilid 1” Jakarta: Erlangga
 Ngili, Yohanis. 2010. “Biokimia Dasar”. Bandung: Rekayasa Sains
 Poeadji, Anna. 2005. “Dasar-dasar Biokimia” Depok: UI Press

FITRIANI NURUL HIDAYATI (11040027)

Vitamin adalah molekul organik dalam makanan yang dibutuhkan untuk


metabolisme normal tetapi tidak dapat disintesis dalam jumlah cukup oleh tubuh
manusia. Vitamin dibutuhkan pada diet manusia hanya dalam jumlah milligram
atau mikrogram per hari, maka vitamin disebut mikronutrien. vitamin diperlukan
hanya dalam jumlah sedikit karena vitamin bekerja sebagai katalisator yang
memungkinkan transformasi kimia makronutrien yang secara bersama-sama kita
sebut metabolisme. Seperti halnya enzim, bentuk aktif vitamin hanya terdapat
pada konsentrasi yang rendah di dalam jaringan (Lehninger : 1990, dan martin :
1987)

Berdasarkan daya larutnya , vitamin digolongkan menjadi dua kelompok


yaitu viamin larut dalam air dan larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air
yaitu vitamin B dan vitamin C dimana vitamin ini disimpan dalam jumlah sedikit
dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan
pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran
darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Sedangkan vitamin yang larut dalam
lemak yaitu Vitamin A, D, E dan K. Dimana vitamin ini disimpan di dalam
jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Kemudian Vitamin ini akan
dikeluarkan melalui urin dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan.
Berdasarkan sifat dari vitamin ini dapat dilakukan analisi kualitatif diantaranya :

A. Analisis Vitamin A
Untuk analisis Vitamin A , sampel yang digunakan yaitu minyak ikan
dalam bentuk kapsul. Menurut data kementrian Kesehatan RI , kandungan
dominan dari minyak ikan yaitu vitamin A sebanyak 80.000 IU , Omega 3 , EPA
(Eicosapentanoic Acid), DHA (Docosaheksanoat Acid). Terdapat 2 prosedur
untuk menentukan kandungan Vitamin A secara kualitatif yaitu penambahan
reagen Carr Price (Asam Asetat ninhidrin, Kristal SbCl3 dan kloroform) serta
reagen TCA dalam kloroform. Namun prosedur yang dilakukan pada percobaan
ini yaitu penambahan reagen TCA kedalam 1 mL sampel minyak ikan . Hasil
yang diperoleh yaitu negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya warna biru
kehijauan pada sampel. Hal ini dikarenakan , sampel yang digunakan tidak
dilarutkan kedalam kloroform terlebih dahulu sehingga kandungan vitamin A
dalam minyak ikan tidak dapat bereaksi dengan reagen TCA. Vitamin A
merupakan vitamin yang hanya larut dalam pelarut non polar (termasuk lemak)
sehingga untuk melarutkan nya diperlukan pelarut non polar seperti kloroform.
Saat larut didalam reagen TCA , Vitamin A akan terpecah menjadi retinol,retinal
dan asam retinoat. Retinol yang bersifat basa akan bereaksi dengan TCA (asam)
membentuk warna biru kehijauan. Intensitas warna biru akan sebanding dengan
jumlah vitamin A yang terkandung . Adapun Persaman reaksi yang terjadi yaitu :


+ TCA Larutan Biru kehijauan

B. Analisis Vitamin D

Untuk analisis Vitamin D , sampel yang digunakan yaitu minyak ikan yang
sama seperti analisis vitamin A. Hal ini dikarenakan selain vitamin A juga
terkandung Vitamin D sejumlah 1.360 IU. Untuk melakukan analisis Sampel yang
digunakan ditambahkan larutan H2O2 yang bertujuan untuk merusak vitamin A
yang terdapat didalam sampel sehingga vitamin D teridentifikasi dengan jelas
kemudian dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk merusak
keseluruhanVitamin A yang terkandung. Hal ini dikarenakan Vitamin D tahan
terhadap pemanasan , asam dan oksigen. Setelah Vitamin A rusak yang ditandai
dengan hilangnya gelembung pada proses pemanasan kemudian sampel
ditambahkan reagen TCA . Hasil yang diperoleh menunjukkan uji negative
dikarenakan smapel tidak menunjukkan warna jingga-kuning. Hal ini disebabkan
karena sampel tidak dilarutkan kedalam kloroform (pelarut non polar) sehingga
tidak dapat bereaksi dengan TCA . Adapun persamaan reaksi yang terjadi yaitu :

+ TCA → Larutan Jingga-Kuning


C. Analisis Vitamin E

Untuk analisis Vitamin E , sampel yang digunakan yaitu Natur E dimana


soft kapsul NaturE terbuat dari ekstrak minyak biji bunga matahari yang
mengandung Vitamin E aktif dan alami (D-α tokoferol) sebanyak 100 IU. Sampel
Natur E ditambahkan alcohol yang berfungsi untuk mengisolasi Vitamin E dari
sampel karena sifat Vitamin E dan alcohol yaitu non polar sehingga dapat saling
melarutkan . Kemudian ditambahkan HNO3 pekat yang bertujuan untuk mengubah
α tokoferol menjadi α-quinon . Berdasarkan percobaan , sampel Natur E positif
mengandung Vitamin E yang ditandai dengan terbentuknya larutan jingga.
Vitamin E tahan terhadap suhu tinggi dan asam namun karena bersifat antioksidan
sehingga vitamin E mudah teroksidasi terutama bila ada lemak tengik, timah dan
garam besi. (Winarno,1992). Adapun persaman reaksi yang terjadi yaitu :

+ HNO3 → Larutan Jingga

D. Analisis Vitamin B1

Untuk analisis vitamin B1, sampel yang digunakan yaitu Neurobion.


Berdasarkan data dari dechacare.com, Neurobion mengandung 100 mg vitamin B1
dan Vitamin B12 sebanyak 5000 mcg setiap kapsulnya. Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan hasil uji yang diperoleh yaitu negative yang ditandai dengan
tidak terbentuknya warna merah kecoklatan . Hal ini dimungkinkan terjadi karena
larutan [K4Fe(CN6)3] telah terkontaminasi dan teroksidasi sehinggga tidak
bereaksi dengan sampel. Uji positif terjadi ketika sampel Vitamin B1 ditambahkan
larutan NaOH yang bertujuan untuk memberikan keadaan basa pada larutan dan
terjadi reaksi pertukaran basa yang melibatkan nukleofilik dan pemindahan gugus
metilen dari bagian pirimidin sehingga menghasilkan warna kuning .Kemudian
ditambahkan larutan [K4Fe(CN6)3] untuk mempercepat dekomposisi thiamin
sehingga warna kuning yang terbentuk akan mengendap menjadi merah
kecoklatan yang menunjukkan sampel positif mengandung vitamin B 1 (tiamin).
Melalui persamaan reaksi berikut :
H3C N NH2
S
Cl-
N N+
OH →
CH3

Vitamin B1 + [K4Fe(CN6)3] Endapan merah kecoklatan

E. Analisis Kuantitatif kadar Vitamin C

Sampel yang digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yaitu tomat


segar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes RI (1972) terdapat banyak
kandungan vitamin dalam tomat segar diantara nya Vitamin A (1500 SI) , vitamin
B1 (60µg) dan vitamin C yaitu sebanyak 40 mg. Untuk menentukan kadar vitamin
C dapat dilakukan dengan metode titrasi iodometri berdasarkan reaksi redoks .
Titran yang digunakan yaitu larutan I2 yang sebelumnya sudah distandarisasi
dengan Na2S2O3 dan diperoleh normalitas iodin yaitu 0,0021 N. Karena larutan
Na2S2O3 juga bukan merupakan standar baku primer sehingga harus distandarisasi
terlebih dahulu dengan larutan K2Cr2O7 yang merupakan standar baku primer dan
diperolejh normalitas Na2S2O3 yaitu 0,00719 N. Sedangkan untuk indicator yang
digunakan yaitu indikator kanji 1 % dimana titik akhir titrasi ditandai dengan
terbentuknya warna biru dan untuk titrat yang digunakan yaitu sampel tomat yang
telah diperoleh dalam bentuk slurry yang sebelumnya telah dihaluskan agar
kandungan asam askorbat dalam sampel mudah diperoleh. Dalam hal ini , asam
askorbat bertindak sebagai oksidator. Slurry yang diperoleh kemudian
ditambahkan aquades hingga volume larutan 100 mL dan dikocok yang bertujuan
untuk melarutkan dan mengekstraksi sampel agar homogen. Setelah homogen
campuran larutan disaring untuk memisahkan dan membebaskan sampel dari zat
pengotor.

Setelah diperoleh filtrat dari slurry sampel tomat segar kemudian diambil
10 mL filtrate dan ditambahkan indicator kanji/ amilum 1 %. Reaksi yang terjadi
pada proses titrasi yaitu asam askorbat akan terreduksi dengan penambahan
larutan iodin (I2) dalam keadaan asam menghasilkan asan dehidroksiaskorbat dan
ion I- dan terbentuknya larutan berwarna biru yang menandakan titik akhir titrasi
telah tercapai. Adapun persamaan reaksi yang terjadi yaitu :

Asam Askorbat + I2 → Asam dehidroaskorbat + 2HI


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar vitamin C
yang terkandung dalam tomat segar yaitu 0,0385 % atau 1,158 mg. Sedangkan
berdasarkan literatur dalam 100 mg tomat mengandung 40 mg Vitamin C .
Terjadinya Perbedaan hasil pada literature dan percobaan yang sangat jauh
mungkin dikarenakan larutan Iodin memiliki sifat yang mudah rusak dan
teroksidasi dengan adanya cahaya dan asam askorbat pada tomat juga telah ter
reduksi karena telah didiamkan lama diruangan . Selain itu, pengaruh praktikan
saat titrasi juga dapat menyebabkan kesalahan terutama dalam penentuan titik
akhir titrasi yang dilihat dari perubahan warna biru pada larutan.

Daftar pustaka (Fitriani Nurul H)

 Lehniger. 1982. “Dasar-dasar Biokimia jilid 1” Jakarta: Erlangga


 Ngili, Yohanis. 2010. “Biokimia Dasar”. Bandung: Rekayasa Sains
 Poeadji, Anna. 2005. “Dasar-dasar Biokimia” Depok: UI Press
 Supardi, W. 2010. Biokimia Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka.
 Winarno, F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada sampel minyak ikan tidak mengandung vitamin A hasil uji negatif
2. Pada sampel minyak ikan tidak mengandung vitamin D hasil uji negatif
3. Pada sampel natur-E mengandung vitamin E hasil uji positif
4. Pada sampel neurobion tidak mengandung vitamin A hasil uji negatif
5. Kadar vitamin C dalam sampel tomat adalah sebesar 0,00385%
6. Kadar vitamin C dalam sampel tomat tanpa perhitungan mg vitamin C adalah
sebesar 0,0385%

DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J., R.C. Denney, G.H. Jeffery, dan J. Mendham, 1994, Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Fennema, Owen R. 1996. Food Chemistry. New York: Marcel Dekker, Inc.

Lehniger. 1982. Dasar-dasar Biokimia jilid 1. Jakarta: Erlangga

Poedjadji, A. 2014. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Prawirokusumo, Soeharto, Prof. Dr. M.Sc., 1991, Biokimia Nutrisi dan Vitamin, BPFE,
Yogyakarta.
Winarno, F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia

LAMPIRAN

j
Uji Vitamin A Uji Vitamin E Uji Vitamin B1

Uji vitamin D

Anda mungkin juga menyukai