Anda di halaman 1dari 2

 

ABSTRAK

Globalisasi berawal dari pengertian ekonomi. Prinsipnya globalisasi dibagi menjadi


intensional dan impersonal. Pemicu globalisasi disebut sebagai Triple T Revolution.
Globalisasi disebut Baruet dan Cavana (1995) sebagai proses penyatuan umat manusia
dalam citra global, mal global, tempat kerja global, dan keuangan global.
Maka, James Champy, menyatakan bahwa lingkungan harus memiliki 5 (lima) ketahanan
dalam menghadapi masa depan. Kartasasmita (1996) mengatakan bahwa transformasi
global ditentukan 2 kekuatan besar. Emil Salim malah mengatakan bahwa liberalisasi
ekonomi imbas ke dunia politik. Jhon Naishir mengatakan bahwa globalisasi memiliki
paradoks di 7 (tujuh) bidang. Appadurai menguraikan 6 dampak globalisasi.Globalisasi
masih dipertanyakan apakah mengurangi nation state atau rasa kebangsaan suatu negara.
Malah Konichie Ohmae menyebutnya sebagai dunia tanpa batas. Negara tidak akan
terhapus melalui globalisasi karena manusia memiliki 3 peran

BAB I

PENDAHULUAN

I Nasionalisme, berasal dari kata induk nasional yang yang dalam bahasa Inggris
diartikan sebagai kebangsaan. Pengkajian ilmiah tentang konsep bangsa pertama kali
dilakukan oleh Ernest Renan pada tanggal 11 maret 1882 di Universitas Sorbonne,
Paris. Menurutnya bangsa merupakan jiwa, suatu azas yang ditimbulkan dari kemuliaan
bangsa diwaktu sekarang, sehingga merupakan suatu persetujuan atau solidaritas besar
dalam bentuk tetap menggunakan warisan dari masa lalu bagi waktu sekarang dan
seterusnya. Sedangkan nasionalisme, berdasarkan studi semantik Guido Zernatto
(1944), berasal dari kata Latin natio, berakar pada kata nascor, yang berarti ''saya lahir''.
Dengan kata lain, semua orang yang lahir di Indonesia seyogyanya memiliki jiwa
nasionalisme.

BAB II

PEMBAHASAN/ISI

A. Persoalan Mendasar Yang Harus Menjadi Pemahaman Bersama

bahwa setiap masa membawa tantangannya sendiri. Penjajahan dalam bentuknya yang
halus hadir bersama gelombang pasang globalisasi, yaitu bergulirnya suatu proses
transformasi berbagai dimensi kehidupan sosial yang mengarah kepada satu pusat
budaya kosmopolitan dengan mendesakkan uniformitas secara universal. Secara
perlahan, tetapi pasti, proses universalisasi ini mengikis batas-batas identitas individu
dan negara secara hampir bersamaan melalui liberalisasi ekonomi dan demokratisasi di
tingkat global maupun nasional. Dampak nyata yang kita rasakan adalah adanya
kecenderungan menguatnya sikap konsumerisme dan individualisme, serta mereduksi
semangat kolektivitas yang memunculkan gejala penolakan terhadap konsep persatuan
dan kesatuan sebagai sebuah dogma.

B. Semangat Reformasi Nasional Menuju Masa Depan

Bangsa yang lebih baik, kita pun dirisaukan dengan berbagai fenomena yang
mengindikasikan menurunnya semangat nasionalisme bangsa kita. Oleh karena itulah,
semangat cinta tanah air yang merupakan cikal bakal kebangkitan Nasional 1908 dan
semangat sumpah pemuda 1928 seharusnya dapat menjadi inspirasi dalam memperkokoh
dan mengaktualisasikan wawasan kebangsaan dan nasionalisme Indonesia dalam
menghadapi tuntutan perkembangan yang ada.
Pernyataan Ernest Gellner (dalam Nations and Nationalism, 1983) bahwa “Nasionalisme
Melahirkan Bangsa” serasa menambah keyakinan betapa pentingnya selalu mengilas balik
lahirnya pergerakan Boedi Oetomo (1908) yang telah menggugah inspirasi bangkitnya
nasionalisme dalam kancah pergerakan bangsa Indonesia. Melahirkan Bangsa” serasa
menambah keyakinan betapa pentingnya selalu mengilas balik lahirnya pergerakan Boedi
Oetomo (1908) yang telah menggugah inspirasi bangkitnya nasionalisme dalam kancah
pergerakan bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Nasionalisme Indonesia
dibangun dengan prinsip mengutamakan kebersamaan dan hak kolektif. Karena hanya
dengan kebersamaan dan kolektivitas, potensi konflik akibat keanekaragaman suku,
agama, ras, dan adat istiadat dapat dicegah dan dieliminasi. Tanpa itu, sulit rasanya
terwujud Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke. Dalam keadaannya yang demikian, keanekaragaman merupakan
sebuah potensiâ berharga yang telah terbingkai oleh founding fathers kita dalam sesanti
Bhinneka Tunggal Ika yang ruh sesungguhnya tidak lain dari persatuan dan kesatuan.

Persoalan mendasar yang harus menjadi pemahaman bersama bahwa setiap masa membawa
tantangannya sendiri. Penjajahan dalam bentuknya yang halus hadir bersama gelombang
pasang globalisasi, yaitu bergulirnya suatu proses transformasi berbagai dimensi kehidupan
sosial yang mengarah kepada satu pusat budaya kosmopolitan dengan mendesakkan
uniformitas secara universal. Secara perlahan, tetapi pasti, proses universalisasi ini
mengikis batas-batas identitas individu dan negara secara hampir bersamaan melalui
liberalisasi ekonomi dan demokratisasi di tingkat global maupun nasional. Dampak nyata
yang kita rasakan adalah adanya kecenderungan menguatnya sikap konsumerisme dan
individualisme, serta mereduksi semangat kolektivitas yang memunculkan gejala penolakan
terhadap konsep persatuan dan kesatuan sebagai sebuah dogma.

Jika tantangan yang harus kita hadapi memang demikian, tidak ada jalan lain untuk
menghadapinya kecuali dengan revitalisasi dan reaktualisasi kebangsaan dan nasionalisme
kita.
Kekuatan nasionalisme harus kita perkokoh lagi dengan melepaskan sikap individualistis,
egoistis, hedonistis, dan konsumeristis yang mengoyak kebersamaan, toleransi, semangat
gotong royong, dan musyawarah mufakat yang selama ini menjadi kekayaan bangsa
Indonesia. 
BIBLIOGRAPHY
Amien, Z. I. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka.
https://karyatulisilmiah.com/ancaman-globalisasi-terhadap-nasionali.

Agie Setiyo Nugroho. 2012.


Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-nilai Kehidupan Masyarakat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai