Anda di halaman 1dari 15

Nama M. RIFKY A.

NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1. Tuliskan hasil pengamatan anda dari presumptive test seri 5 tabung

Sampel Pengenceran Jumlah Kombinasi Nilai MPN count/ml Keterangan


tabung MPN
positif
DSLB 5
Air Sungai SSLB 100 4 39 x (1/10-1) Data
4-3-2 39
SSLB 10-1 3 = 390 MPN/ml Primer
SSLB 10-2 2
DSLB 5
Air Sumur SSLB 100 5 110 x (1/10-1) Data
5-3-1 110
SSLB 10-1 3 = 1100 MPN/ml Sekunder 1
SSLB 10-2 1
DSLB 2
Air Isi Ulang SSLB 100 5 920 x (1/10-1) Data
5-5-3 920
Kemasan SSLB 10-1 5 = 9200 MPN/ml Sekunder 2
SSLB 10-2 3
SSLB 10-5 6
Air Limbah SSLB 10-6 3 >110 x (1/10-1)
3-3-3 >110
Tahu SSLB 10-7 3 = >1100 MPN/ml
SSLB 10-8 3
SSLB 10-4 3
Air Jamu SSLB 10-5 2 >110 x (1/10-1)
3-3-3 >110
Gendong SSLB 10-6 3 = >1100 MPN/ml
SSLB 10-7 3
SSLB 10-5 3
SSLB 10-6 3 46 x (1/10-1)
Air Es Cincau 3-3-1 46
SSLB 10-7 3 = 460 MPN/ml
SSLB 10-8 1
SSLB 10-2 3
Air Cucian SSLB 10-3 3 110 x (1/10-1)
3-3-2 110
Beras SSLB 10-4 3 = 1100 MPN/ml
SSLB 10-5 2
Nama M. RIFKY A.
NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

2. Tuliskan cara perhitungan anda untuk mendapatkan nilai MPN count/ml pada seluruh
sampel!
1. Sampel air sungai
*Nilai MPN = 39
*Faktor pengenceran tengah = 10-1
*Perhitungan : 39 x (1/10-1) = 390 MPN/ml
2. Sampel air sumur
*Nilai MPN = 110
*Faktor pengenceran tengah = 10-1
*Perhitungan : 110 x (1/10-1) = 1100 MPN/ml
3. Sampel air isi ulang kemasan
*Nilai MPN = 920
*Faktor pengenceran tengah = 10-1
*Perhitungan : 920 x (1/10-1) = 9200 MPN/ml
4. Sampel air limbah tahu
*Nilai MPN = > 110
*Faktor pengenceran tengah = 10-1
*Perhitungan : > 110 x (1/10-1) = > 1100 MPN/ml
5. Sampel air jamu gendong
*Nilai MPN = > 110
*Faktor pengenceran tengah = 10-1
*Perhitungan : > 110 x (1/10-1) = > 1100 MPN/ml
6. Sampel air es cincau
*Nilai MPN = 46
*Faktor pengenceran tengah = 10-1
*Perhitungan : 46 x (1/10-1) = 460 MPN/ml
7. Sampel air cucian beras
*Nilai MPN = 110
*Faktor pengenceran tengah = 10-1
*Perhitungan : 110 x (1/10-1) = 1100 MPN/ml
Nama M. RIFKY A.
NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

3. Tempelkan foto hasil pengamatan anda pada confirmed test (uji penguat) menggunakan
EMBA

Sampel: Air sungai (DSLB) Sampel: Air sungai (SSLB 100)


Keterangan: Koloni berwarna hijau metalik Keterangan: Koloni berwarna hijau metalik
(teridentifikasi adanya bakteri koliform (teridentifikasi adanya bakteri koliform
fekal) fekal)

Sampel: Air sungai (DSLB)

Sampel: Air sungai (SSLB 10-1) Sampel: Air sungai (SSLB 10-2)
Keterangan: Koloni berwarna hijau metalik Keterangan: Koloni tidak berwarna
(teridentifikasi adanya bakteri koliform (teridentifikasi adanya bakteri koliform
fekal) non-fekal)
Nama M. RIFKY A.
NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

Sampel: Air sumur (DSLB) Sampel: Air sumur (SSLB 100)


Keterangan: Koloni berwarna hijau metalik Keterangan: Koloni berwarna hijau metalik
(teridentifikasi adanya bakteri koliform (teridentifikasi adanya bakteri koliform
fekal) fekal)

Sampel: Air sumur (SSLB 10-1) Sampel: Air sumur (SSLB 10-2)
Keterangan: Koloni berwarna hijau metalik Keterangan: Koloni tidak berwarna
(teridentifikasi adanya bakteri koliform (teridentifikasi adanya bakteri koliform
fekal) non-fekal)
Nama M. RIFKY A.
NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

Sampel: Air isi ulang kemasan (DSLB) Sampel: Air isi ulang kemasan (SSLB 100)
Keterangan: Koloni tidak berwarna Keterangan: Koloni tidak berwarna
(teridentifikasi adanya bakteri koliform (teridentifikasi adanya bakteri koliform
non-fekal) non-fekal)

Sampel: Air isi ulang kemasan (SSLB 10-2)


Sampel: Air isi ulang kemasan (SSLB 10-1)
Keterangan: Koloni tidak berwarna
Keterangan: Koloni tidak berwarna
(teridentifikasi adanya bakteri koliform
(teridentifikasi adanya bakteri koliform
non-fekal)
non-fekal)
Nama M. RIFKY A.
NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

4. Bahas data yang Anda peroleh dari sampel yang diuji! (data primer)
Pada sampel air sungai, pada uji penduga yang dilakukan pada media LB diperoleh
hasil pada tabung DSLB yang digunakan sebagai kontrol dan pengenceran pada tabung
SSLB 100, 10-1, dan 10-2 dengan jumlah tabung positif berturut – turut lima, empat, tiga,
dan dua. Dari hal tersebut didapatkan nilai MPN untuk air sungai 39 dan MPN count/ ml
nya 390/ml. Dari hasil MPN count/ ml pada sampel air sungai, jumlah bakteri koliform
pada air sungai hasil uji penduga tidak terlalu banyak sehingga aman untuk dikonsumsi.
Sedangkan pada uji penguat yang dilakukan pada media EMBA, didapatkan hasil pada
sampel DSLB, SSLB 100, dan SSLB 10-1 terdapat koliform fekal tang ditandai dengan
koloni berwarna hijau metalik. Sedangkan pada sampel SSLB 10 -2 terdapat koloni tidak
berwarna yang menandakan kolini tersebut merupakan koloni koliform non-fekal. Dari
hal tersebut dapat diketahui bakteri koliform pada sampel air sungai didominasi oleh
koliform fekal. Hasil uji dari uji penduga dan penguat pada sampel ai sungai telah sesuai
dengan literatur. Pada literatur disebutkan bahwa beberapa air sungai memiliki tingkat
pencemaran bakteri koliform yang cukup rendah, seperti pada sungai pedesaan. Serta
untuk nilai MPN kombinasi 4-3-2 telah sesuai dengan literatur dan untuk perhitungan
dan hasil dari nilai MPN count juga telah menggunakan rumus yang tertera pada literatur
yaitu MPN count/ml = index mpn x 1/faktor pengenceran tengah (Corry, 2011). Pada uji
penguat, hasil yang didapatkan telah sesuai literatur dimana warna dari koloni bakteri
koliform fekal ketika ditumbuhkan pada media EMBA ialah hijau metalik dan untuk
koliform non-fekal ialah tidak berwarna atau merah muda keunguan. Hal tersebut telah
sesuai dengan literatur yang menyebutkan warna dari koloni bakteri koliform fekal ialah
hijau metalik dan untuk non-fekal ialah merah muda keunguan atau tidak berwarna
(Novalino dkk, 2016).

6
Nama M. RIFKY A.
NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

5. Bandingkan dan bahas data yang anda peroleh dengan data kelompok lainnya yang
menggunakan sampel berbeda! (data sekunder)

Pada sampel air sumur, hasil uji penduga yang dilakukan pada media LB diperoleh
hasil pada tabung DSLB yang digunakan sebagai kontrol dan pengenceran pada tabung
SSLB 100, 10-1, dan 10-2 dengan jumlah tabung positif berturut – turut lima, lima, tiga,
dan satu. Dari hal tersebut didapatkan nilai MPN untuk air sungai 110 dan MPN count/
ml nya 1100/ml. Dari hasil MPN count/ml pada sampel air sumur, diketahui jumlah
bakteri koliformnya banyak yang mana apabila dikonsumsi tanpa diberi penanganan yang
benar akan sangat berbahaya mengingat bakteri koliform beberapa bersifat patogen.
Sedangkan pada uji penguat yang dilakukan pada media EMBA, didapatkan hasil pada
sampel DSLB, SSLB 100, dan SSLB 10-1 terdapat koliform fekal tang ditandai dengan
koloni berwarna hijau metalik. Sedangkan pada sampel SSLB 10 -2 terdapat koloni tidak
berwarna yang menandakan kolini tersebut merupakan koloni koliform non-fekal. Dari
hal tersebut dapat diketahui bakteri koliform pada sampel air sumur didominasi oleh jenis
fekal yang bersifat patogen. Hasil dari uji penduga telah sesuai literatur, dimana hasil
kombinasi 5-3-1 ialah 110 dan rumus yang digunakan untuk menghitung nilai MPN
count telah sama dengan yang ada di leteratur (Corry, 2011). Sedangkan pada uji penguat,
hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur dimana disebutkan bahwa bakteri koliform
fekal koloninya berwarna hijau metalik saat ditumbuhkan pada media EMBA dan non-
fekal akan berwarna merah muda keunguan atau tidak berwarna sesuai dengan warna
media (Novalino dkk, 2016).
Pada sampel air isi ulang kemasan, hasil uji penduga yang dilakukan pada media
LB diperoleh hasil pada tabung DSLB yang digunakan sebagai kontrol dan pengenceran
pada tabung SSLB 100, 10-1, dan 10-2 dengan jumlah tabung positif berturut – turut dua,
lima, lima, tiga. Dari hal tersebut didapatkan nilai MPN untuk air sungai 920 dan MPN
count/ ml nya 9200/ml. Dari hasil MPN count/ml pada air isi ulang kemasan diketahui
bahwa jumlah bakteri koliformnya masuk dalam kategori berbahaya apabila dikonsumsi.
Sedangkan pada uji penguat yang dilakukan pada media EMBA, didapatkan hasil pada
semua sampel tidak terdapat bakteri koliform fekal. Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa bakteri koliform yang tumbuh pada sampel air isi ulang kemasan tidak bersifat
patogen, namum tetap tidak baik apabila dikonsumsi langsung dan terus – menerus.
Beberapa hasil uji tidak sesuai dengan literatur, seperti pada jumlah tabung positif pada
tabung DSLB lebih sedikit dibandingkan tabung SSLB 10 -2. Seharusnya jumlah uji
positifnya lebih banyak mengingat tabung SSLB 10-2 telah melalui pengenceran dua kali
sehingga jumlah bakteri koliformnya berkurang. Kesalahan tersebut dapat terjadi akibat
kesalahan saat meletakkan tabung durham. Selebihnya seperti nilai MPN dan rumus yang
telah digunakan telah sesuai dengan literatur. Begitupula pada uji penguat pada media
EMBA, hasil uji pada bakteri koliform non-fekal telah sesuai dengan literatur dimana
koloninya berwwarna merah muda keunguan atau tidak berwarna sesuai dengan warna
media tumbuh bakteri tersebut (Nicholson, 2017).

7
Nama M. RIFKY A.
NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

PERTANYAAN

1. Apakah terbentuknya gelembung gas di dalam tabung durham pada media lactose broth
sudah dapat menunjukkan adanya bakteri koliform pada sampel? Jelaskan!
Keberadaan bakteri koliform dapat dideteksi melalui metode MPN (Most Probable
Number), metode ini menghitung jumlah bakteri koliform yang paling mungkin melalui uji
penduga, uji penguat, dan uji pelengkap. Hasil positif pada uji penduga dan pelengkap
ditandai adanya gelembung pada tabung durham. Namun, adanya gelembung pada uji
pendua belum sepenuhnya menunjukkan adanya bakteri koliform pada sampel uji. Hal
tersebut karena tidak hanya bakteri koliform saja yang dapat memfermentasikan laktosa.
Sedangkan adanya gelembung pada uji pelengkap sudah dapat menunjukkan adanya bakteri
koliform pada sampel uji. Hal tersebut karena sampel yang diinokulasikan pada uji
pelengkap telah melewati seleksi melalui dua uji, sehingga besar kemungkinan bakteri yang
berada pada sampel uji tersebut merupakan bakteri koliform (Agustin dkk, 2019).

2. Mengapa bakteri koliform digunakan sebagai indikator sanitasi air yang akan dikonsumsi
manusia?
Keberadaan bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator pencemaran air oleh
tinja. Kontaminasi tinja dapat menimbulkan bahaya yang signifikan bagi kesehatan
manusia. Jumlah bakteri koliform di dalam air berbanding lurus dengan tingkat
pencemaran pada air tersebut. Maka semakin banyak bakteri koliform di dalam air tersebut,
maka akan semakin tercemar air tersebut. Air yang memiliki jumlah bakteri koliform yang
sangat banyak akan sangat berbahaya jika dikonsumsi. Ketika dikombinasikan dengan
indikator lain seperti karakteristik fisik air serta distribusi dan akses ke air, keberadaan
bakteri dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi alasan di balik kontaminasi
(Nicholson et al, 2017).

8
Nama M. RIFKY A.
NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

3. Jelaskan kemungkinan perubahan warna yang dapat terjadi pada media EMBA saat
ditumbuhi oleh beberapa jenis bakteri koliform. Jelaskan pula mekanisme perubahan
warnanya!

Bakteri koliform dibagi menjadi dua jenis, yaitu fekal dan non-fekal. Saat diuji pada
media EMBA, kedua jenis tersebut menghasilkan hasil yang berbeda. Pada koliform fekal
yang koliform yang bersifat patogenik, warna kolininya ialah hijau metalik. Sedangkan
koliform non-fekal saat ditumbukan pada media EMBA, koloninya menghasilkan warna
merah muda keunguan (Sari dkk, 2019). Menurut Novalino dkk (2016), mekanisme dari
terbentuknya warna hijau metalik ialah akibat eosin yang terkandung pada media EMBA
merespon terhadap hasil fermentasi dari bakteri koliform. Bakteri koliform dapat
memfermentasi laktosa, dimana salah satu hasil fermentasi tersebut ialah asam. Asam
tersebut akan menurunkan pH pada media yang akan direspon oleh senyawa eosin. Dari
hasil respon tersebut terbentuklah warna hijau metalik. Sedangkan pada bakteri koliform
non-fekal, walaupun sama-sama dapat memfermentasikan laktosa, namun bakteri koliform
non-fekal dapat melakukan deaminasi protein yang mana menyebabkan pH lingkungan
meningkat. Meningkatnya pH lingkunagn tidak direspon oleh eosin, sehingga
mengakibatkan terbentuknya warna merah muda keunguan atau sama dengan warna media
EMBA.
4. Apakah metode MPN bisa digunakan untuk mengetahui jumlah koliform pada sampel
padat? Jelaskan!

Menurut Sari dan Apridamayanti (2014), metode MPN merupakan suatu metode
enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan
mikroorganisme pada medium cari spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel cari
ataupun padat yang ditanamn berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan terlebih dahulu
sehingga didapatkan jumlah mikroorganisme yang diinginkan yang akan diuji dalam nilai
MPN/satuan volume atau massa sampel. Dari penjelasan tersebut, dapat disimulkan bahwa
metode MPN dapat digunkaan untuk mengetahui jumlah koliform pada sampel padat,
namun sampel padat tersebut perlu dihancurkan terlebih dahulu lalu kemudian dilakukan
pengenceran bertingkat pada sampel tersebut. Hal tersebut dilakukan mengingat metode
MPN pengujiannya kebanyakan menggunakan medium cair.

9
Nama M. RIFKY A.
NIM 195100501111002
Kelas Q
Kelompok Q6

KESIMPULAN
Tujuan dari praktikum MPN (Most Probable Number) ialah menentukan ada
tidaknya bakteri koliform pada sampel, menghitung jumlah bakteri koliform pada sampel
air dengan metode MPN, dan mengkonfirmasi keberadaan bakteri koliform pada sampel
positif pada uji penduga. Sedangkan prinsip dari metode MPN ialah menghitung jumlah
bakteri koliform pada sampel dengan menggunakan uji penduga, penguat, dan uji
pelengkap. Tujuan dari uji penduga ialah mendeteksi keberadaan dari bakteri koliform
pada sampel. Prinsip uji ini adalah mendeteksi ada tidaknya bakteri koliform yang
ditunjukkan dengan terbentuknya gelembung atau gas pada tabung durham dan terjadinya
kekeruhan pada media LB. Gelembung dan kekeruhan diakibatkan adanya proses
fermentasi oleh bakteri pada sampel. Hasil dari uji penduga pada sampel air sungai antara
lain jumlah tabung positif berturut – turut dari DSLB, SSLB 100, SSLB 10-1, SSLB 10-2
antara lain lima, empat, tiga, dan dua dengan nilai MPN 39 dan nilai MPN count/ml 390.
Pada sampel air sumur antara lain jumlah tabung positif berturut – turut dari DSLB, SSLB
100, SSLB 10-1, SSLB 10-2 antara lain lima, lima, tiga, dan satu dengan nilai MPN 110
dan nilai MPN count/ml 1100. Pada sampel air isi ulang kemasan antara lain jumlah
tabung positif berturut – turut dari DSLB, SSLB 100, SSLB 10-1, SSLB 10-2 antara lain
dua, lima, lima, dan tiga dengan nilai MPN 920 dan nilai MPN count/ml 9200. Pada
sampel air limbah tahu antara lain jumlah tabung positif berturut – turut dari DSLB, SSLB
100, SSLB 10-1, SSLB 10-2 antara lain enam, tiga, tiga, dan tiga dengan nilai MPN >110
dan nilai MPN count/ml >1100. Pada sampel air jamu gendong tahu antara lain jumlah
tabung positif berturut – turut dari DSLB, SSLB 100, SSLB 10-1, SSLB 10-2 antara lain
tiga, dua, tiga, dan tiga dengan nilai MPN >110 dan nilai MPN count/ml >1100. Pada
sampel air es cincau antara lain jumlah tabung positif berturut – turut dari DSLB, SSLB
100, SSLB 10-1, SSLB 10-2 antara lain tiga, tiga, tiga, dan satu dengan nilai MPN 46 dan
nilai MPN count/ml 460. Serta pada sampel cucian beras antara lain jumlah tabung positif
berturut – turut dari DSLB, SSLB 100, SSLB 10-1, SSLB 10-2 antara lain tiga, tiga, tiga,
dan dua dengan nilai MPN 110 dan nilai MPN count/ml 1100.
Pada uji penguat tujuannya ialah membedakan koliform fekal dan non-fekal pada
tabung positif uji penduga. Serta prinsipnya ialah membedakan koliform fekal dan non
fekal dengan media EMBA, dimana koliform fekal akan berwarna hijau metalik dan
koliform non fekal berwarna merah atau tidak berwarna pada media. Hasil dari uji
penguat pada sampel air sungai dan air sumur ialah sama dimana hanya pada media SSLB
10-2 saja yang ditumbuhi bakteri koliform non-fekal, sedangkan pada media DSLB, SSLB
100, dan SSLB 10-1 ditumbuhi bakteri koliform fekal. Sedangkan pada sampel air isi ulang
kemasan, semua media baik DSLB, SSLB 10 0, SSLB 10-1, dan SSLB 10-2 ditumbuhi
bakteri koliform non-fekal.

10
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Agustin, D., Rahmawati., W, Elvi, R, P. 2019. “Angka Paling Mungkin (Most Probable
Number/MPN) Coliform Sampel Kue Bingke Berendam di Pontianak”. Jurnal
Protobiont. 8(1) : 64 – 68.
Corry, J. 2011. Handbook of Culture Media for Food and Water Microbiology. Cambridge :
The Royal Society of Chemistry.
Nicholson, K, N., et al. 2017. “E. coli and Coliform Bacteria as Indicators for Drinking Water
Quality and Handling of Drinking Water in the Sagarmatha National Park,
Nepal”. Enviromental Management and Sustainable Developmen. 6(2) : 411 –
428.
Novalino, R., Suharti, N., Amir, A. 2016. “Kualitas Air Sumur Gali Kelurahan Lubuk Buaya
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Berdasarkan Indeks Most Probable
Number (MPN)”. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(3) : 562 – 569.
Sari, I, P., Rahmawati., Kurniatuhadi, R. 2019. “Angka Paling Mungkin dan Deteksi
Coliform Pada Sampel Lalapan Daun Kemangi (Ocimum bacilicum) Di Kota
Pontianak”. Jurnal Probiont. 8(3) : 34 – 40.
Sari, R dan Apridamayanti, P. 2014. “Cemaran Bakteri Eschericia Coli dalam Beberapa
Makanan Laut yang Beredar Di Pasar Tradisional Kota Pontianak”. Kartika
Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(2) : 14 – 19.

11
LAMPIRAN BUKTI DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Pertanyaan NO.2

12
Pertanyaan NO.3

13
Pertanyaan NO.1

14
Pertanyaan NO.4

15

Anda mungkin juga menyukai