Anda di halaman 1dari 3

Kena Batunya

Pagi yang cerah, seperti biasa sebelum guru memasuki kelas, siswa kelas XI Bahasa
masih tampak bermain-main.

Arga : “Ssst Bu Indari datang.” (sambil berlari ke tempat duduk)

Bu Indari : “Selamat pagi anak-anak.”

Siswa : “Selamat pagi, Bu” (menjawab serentak)

Bu Indari : “kemarin ibu memberikan tugas sastra kepada kalian untuk


membuat pantun, apa kalian sudah mengerjakannya?”

Siswa : “Sudah, Bu.” (menjawab serentak)

Bu Indari : “ Kalau sudah, sekarang ibu minta Arga baca PR yang kamu buat di
depan kelas!”

Dengan wajah optimis Arga melangkah ke depan kelas.

Arga : “Jalan ke hutan melihat salak

Ada pula pohon-pohon tua

Ayam jantan terbahak-bahak

Lihat Inka giginya dua.”

Siswa : “Ha..........a.......(tertawa terbahak-bahak)

Bu Indari : “Arga...kamu tidak boleh begitu dengan temanmu! Tidak baik


mengolok-olok teman! Sekarang anak-anak kumpulkan PR yang
sudah kalian kerjakan!” (sambil mengambil buku PR yang
dikumpulkan siswa)

Bu indari pun kembali mel;anjutkan pelajaran dan siswa pun belajar seperti biasa.
Setelah semua pelajaran diteriama siswa, akhirnya bel yang menandakan siswa boleh
beristirahat pun berbunyi. Semua siswa pun bergegas keluar kelas setelah guru
mengucapkan salam penutup.

Ketika pulang sekolah, Inka dan Gendis pun pulang bersama.

Inka : “Dis.....aku kesal sekali lho dengan Arga, tidak bosan-bosan dia
mengejek dan mengolok-olok aku. Apalagi tadi saat palajaran
Sastra, aku kan malu Dis..! (bercerita dengan wajah kesal)

Gendis : “ Aku juga In...., tadi saat jam istirahat saja aku dikatakan gembul
sama Arga. Baru aku gendut, dia tega bilang begitu sama aku. Ingin
rasanya aku balas dia In, biar dia kapok! (menjawab dengan wajah
marah, sambil meremas-remas tangannya.)

Inka : “Kamu tidak boleh begitu Dis..... walau begitu dia itu tetap teman
kita, kekerasan kan tidak baik dilawan dengan kekerasan juga.”
(sambil menepuk pundak Gendis)

Gendis : “Iya juga sih....kalau dipikir-pikir memang benar juga ka.... )kata
Gendis terputus)

Tiba-tiba Arga berteriak dari belakang Inka dan Gendis sambil mengendarai sepeda.

Arga : “Minggir-minggir..........pangeran ganteng ibi mau lewat! Rakyat


jelata harap minggir...!” (sambil menggayung sepeda dan
mengibas-ngibaskan tangan.)

Gendis : “Minggir In..... tu si Arga bawa sepeda ngebut!” (menarik tangan


Inka)

Arga menggayung sepeda dengan kencang, karena kurang hati-hati akhirnya


sepedanya pun menabrak pohon. Arga pun terjatuh.

Arga : “a....duh....aduh...aduh....sakit” (sambil memegang kakinya yang


terluka)

Inka : “Lihat tu...Arga jatuh. Ayo kita tolong dia!” (mengajak Gendis
dengan menarik tangannya.)

Gendis : “Ah....paling pura-pura saja, nanti kita malah dikerjai lagi.”


(menahan tarikan Inka)

Inka : “ tidak mungkin....kamu lihat kan tadi dia jatuh? Ayo kita tolong...!
(kembali menarik Gendis)

Mereka pun berlari menghampiri Arga yang meringis kesakitan.

Gendis : “Kamu tidak apa-apa Ga...? Mana yang sakit? (sambil meraba-raba
kaki Arga)

Arga : “Kakiku Dis.... Aduuuuh! (meringis karena kakinya yang terluka


tidak sengaja disentuh Inka)

Inka : “Uh....... maaf Ga, aku tidak sengaja.” (melepas pegangan pada kaki
Arga)

Gendis : “Ini aku kasi obat, kebetulan aku bawa obat merah.” (mengambil
obat merah di dalam tas dan mengoleskannya di kaki Arga)
Arga : “Aaaaaduh...pelan-pelan ya....! Makasi ya Dis, kamu juga Ka. Kalian
memang teman yang baik. Kalian mau bantu aku, walau aku sering
mengejek kalian. Aku jadi meras bersalah pada kalian. Aku janji
mulai sekarang tidak lagi menjaili kalian, juga teman-teman yang
lain.” (dengan wajah malu)

Gendis : “Ya..... sebagai teman kita kan harus tolong menolong.”

(Akhirnya Arga, Inka, dan Gendis pun bersahabat.)

Anda mungkin juga menyukai