Anda di halaman 1dari 2

Hamil 38 Minggu Tidak Lagi Dianggap Term

29 Oktober 2013 pukul 22:14

Koas, bersiaplah mengkoreksi referat kamu. American College of Obstetricians and


Gynecologists (ACOG) baru saja mengeluarkan definisi baru untuk hamil term. Dalam definisi
baru ini, kehamilan term dibagi menjadi empat: early term (37 sampai 38 minggu), full term (39
sampai 40 minggu), late term (40 sampai 41 minggu), dan post-term (42 minggu ke atas).
Mungkin kalian bertanya-tanya dalam hati, MENGAPA? Belum cukup rempongkah stase
kebidanan, sehingga bahkan definisi hamil term harus diribetkan?

Well, ternyata para petinggi ACOG punya alasan yang baik. Menurut definisi lama, usia
kehamilan term adalah dari tiga minggu sebelum tanggal perkiraan persalinan (40 minggu
setelah hari pertama haid terakhir) sampai dua minggu sesudahnya. Definisi ini dibuat dengan
kepercayaan bahwa semua bayi yang lahir antara 37 sampai 41 minggu memiliki kondisi dan
prognosis yang sama. Lagipula, organ yang terakhir mengalami pematangan (paru-paru)
akhirnya menjadi matang di minggu ke-37. Jadi, seluruh bayi yang lahir setelah itu akan fine-
fine aja dong. Iya kan?

Salah. Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa bayi-bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 dan 38 minggu memiliki kondisi yang lebih buruk dibandingkan bayi-bayi yang
lahir sesudahnya. Bayi-bayi early term ini lebih mungkin mengalami komplikasi sistem
pernapasan, sepsis, hipoglikemia, bahkan perawatan ICU dan ventilasi mekanis.

Hal ini sangat mengkhawatirkan karena di saat yang sama, persalinan elektif semakin meningkat
frekuensinya, terutama yang dilakukan dengan sectio Caesarea. Dan tidak sedikit dokter yang
melakukan persalinan-persalinan ini di minggu ke-37 dan 38, dengan anggapan tidak ada
risikonya. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa persalinan early term berhubungan dengan
mortalitas yang lebih tinggi. Kalaupun tidak mati, komplikasi yang terjadi dapat menyebabkan
biaya medis meningkat.

Diharapkan dengan definisi baru ini, induksi persalinan atas dasar nonmedis akan berkurang,
sehingga ibu dan anak terhindar dari kerugian yang tidak perlu terjadi. Lalu, apa arti berita ini
bagi kalian para koas? (Atau dokter yang entah mengapa masih follow Koas Racun.) Setidaknya
kita bisa memberi edukasi pada pasien, supaya mereka tidak merasa perlu buru-buru melahirkan
anaknya. Selama si kecil masih asyik-asyik di dalam sana (dan DJJ 120-160 kali/menit,
tentunya), biarkan saja dia sampai bosan sendiri dan akhirnya merengek keluar (baca: bloody
show). In other words, just let nature takes its course.
 

Untuk info lebih lanjut, kunjungi acog.org dalam topik Definition of Term Pregnancy.

@paulkris

Anda mungkin juga menyukai