Anda di halaman 1dari 16

A.

  Judul
“PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP MINAT
BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 5 BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN
PELAJARAN 2011/2012”

B.  Latar Belakang Masalah


Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai peserta
didik. Apabila peserta didik tidak memiliki minat dalam belajar maka hasil belajar yang
diperoleh tidak akan bisa optimal. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai
berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting
yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan,
baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara
terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya.
Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisi
budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Belajar merupakan aktivitas yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan
atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar membawa perubahan bagi si pelaku.
Baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.
Belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan. Dalam belajar, kita tidak bisa melepaskan diri dari beberapa hal yang dapat
mengantarkan kita berhasil dalam belajar. Banyak orang yang belajar dengan susah payah,
tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa hanya kegagalan yang ditemui. Penyebabnya tidak
lain karena belajar tidak teratur, tidak disiplin, dan kurang semangat, tidak tahu bagaimana
cara berkonsentrasi dalam belajar, mengabaikan masalah pengaturan waktu dalam belajar,
kurangnya minat dalam belajar, dan tidak adanya motivasi dalam diri individu tersebut. SMP
N 5 Brebes Kabupaten Brebes
Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan
penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. Minat berperan sangat
penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap
dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras
dibandingkan siswa yang kurang berminat dalam belajarnya. Minat sangat besar pengaruhnya
terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas
belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang
menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
Akan tetapi di era globalisasi ini para peserta didik mengalami minat belajar yang
rendahdikarenakan jenuh dalam belajarnya, karena pergaulan, motivasi belajar yang rendah,
kesehatan fisik, kompetensi/kemamapuan yang dimiliki peserta didik, fasilitas yang dimiliki,
jarang masuk sekolah, tidak tertarik pada mata pelajaran tersebut dan
sebagainya. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru pembimbing di SMP N 5
Brebes Kabupaten Brebes diperoleh data bahwa siswa kelas VIIISMP N 5 Brebes Kabupaten
Brebes mempunyai masalah minat belajar yang kurang, hal ini di sebabkan oleh beberapa
faktor antara lain: masih rendahnya prosentase untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih
tinggi sehingga siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar lebih giat lagi, kesadaran
orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, letak/ lokasi sekolah yang jauh
dari jalan atau lokasi yang masuk ke dalam desa sehingga menyebabkan tidak banyak siswa
yang mau sekolah di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes.

Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah di SMP


N 5 Brebes Kabupaten Brebes melalui peran guru pembimbing dalam membantu sisiwa
untuk mengubah dan mengembangkan minat belajar yang masih rendah pada siswa,
kebanyakan hanya dengan menggunakan layanan konseling individual. Upaya tersebut
kurang mendapat hasil optimal, karena layanan konseling individual itu dilakukan secara
perseorangan sehingga tidak efektif diberikan kepada siswa yang jumlahnya cukup banyak.
Kegiatan bimbingan kelompok juga belum dilaksanakan secara intensif oleh guru
pembimbing di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes. Hal itu disebabkan karena kurangya
waktu, sehingga pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok yang belum bisa dilaksanakan
dengan baik oleh guru pembimbing.
Kegiatan bimbingan kelompok tersebut cukup efektif membantu siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi, khususnya dalam meningkatkan dan mengembangkan
minat belajar. Dimanadalam kegiatan layanan bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika
kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan
atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta layanan. Dinamika kelompok
merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok. Dinamika kelompok
ini dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling kelompok. Manfaat yang
bisa diperoleh konseli dalam melakukan kegiatan bimbingan kelompok antara lain:
meningkatkan persaudaraan antara anggota-anggotanya, melatih keberanian konseli dalam
berbicara di depan orang banyak dalam menanggapi permasalahan yang dialami anggota
kelompok yang lain, serta melatih keberanian konseli untuk mengemukakan masalahnya.
Hasil yang bisa diperoleh dari kegiatan bimbingan kelompok adalah konseli lebih mampu
memahami diri dan lingkungannya, dan dapat mengembangkan diri secara optimal untuk
kesejahteraan diri dan kesejahteraan masyarakat. Untuk menumbuhkan minat belajar peserta
didik konselor diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan dalam belajar. Dengan
bimbingan kelompok diharapkan peserta didik dapat saling bertukar pikiran dan
mengemukakan pendapat yang dimilikinya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian ”Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Minat
Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2011/2012”.

C.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat teridentifikasi permasalahan antara
lain: kegiatan bimbingan dan konseling di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes belum
mencapai hasil yang optimal, pelaksanaan bimbingan kelompok di SMP N 5 Brebes
Kabupaten Brebes belum dilaksanakan secara intensif, masih banyak yang memiliki minat
belajar yang rendah, tingkat melanjutkan sekolah masih rendah, masih banyak siswa SMP N
5 Brebes Kabupaten Brebes yang membolos saat jam pelajaran, pengaruh layanan bimbingan
kelompok dalam membantu meningkatkan minat belajar siswa.

D.  Pembatasan Masalah
Terdapat beberapa masalah yang dapat diteliti berkaitan dengan judul yang telah
dipilih sebelumnya dan ada upaya untuk membantu minat belajar siswa yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain: media elektronik, buku,ekstrakulikuler, pengarahan dari
guru, dan lain sebagainya. Namun kenyataannya alternatif-alternatif itu belum cukup ampuh
untuk membantu minat belajar siswa di sekolah. Dalam penelitian ini hanya akan
mengungkap  pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap minat belajar siswa kelas VIII
di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran2011/2012.

E.  Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah sejauh manakah
pengaruh bimbingan kelompok terhadap minat belajar siswa kelas VIII di SMP N 5 Brebes
Kabupaten BrebesTahun Pelajaran 2011/ 2012?

F.   Tujuan Penelitian 
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh bimbingan kelompok terhadap  minat belajar siswa pada siswa kelas
VIII di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2011/ 2012.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan praktis.
Manfaat teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan di
bidang bimbingan dan konseling, khususnya bagi pengembangan teori bimbingan kelompok
untuk mengetahui minat belajar siswa. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan
bagi peneliti lain yang berminat meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini.
Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh siswa, guru pembimbing,
maupun peneliti itu sendiri. Bagi siswa, dapat meningkatkan minat belajar setelah mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok. Bagi guru pembimbing di sekolah, sebagai bahan masukan
dalam melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok. Serta bagi peneliti, dapat menambah
pengalaman dan ketrampilan cara meningkatkan minat belajar siswa melalui pemberian
layanan bimbingan kelompok.

H.  Definisi Operasional Variabel


1.    Minat belajar
Minat belajar peserta didik: merupakan suatu kemauan dalam diri yang dimiliki peserta didik
untuk mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar.
Minat belajar tersebut diperoleh melalui skala psikologis minat belajar yang terdiri atas 4
pilihan jawaban antara lain: untuk pertanyaan yang sesuai (favorable) sangat setuju (ss)
dengan bobot nilai 4, setuju (s) dengan bobot nilai 3, tidak setuju (ts) dengan bobot nilai 2,
dan sangat tidak setuju (sts) dengan bobot nilai 1 sedangkan untuk pertanyaan yang tidak
sesuai (unfavorable) sangat setuju (ss) dengan bobot nilai 1, setuju (s) dengan bobot nilai 2,
tidak setuju (ts) dengan bobot nilai 3, dan sangat tidak setuju (sts) dengan bobot nilai 4. Hasil
dari skala psikologis tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan menggunakan
rumus uji t.

2.    Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan suatu proses layanan pemberian bantuan yang
diberikan oleh guru pembimbing atau konselor kepada individu atau peserta didik dengan
memanfaatkan dinamika kelompok guna mengembangkan diri peserta didik untuk
menunjang pemahaman dan perkembangan minat belajar siswa. Teknik yang peneliti
gunakan dalam bimbingan kelompok ini yaitu berupa teknik umum dan permainan kelompok.
Teknik umum berupa komunikasi multiarah secara efektif, dinamis dan terbuka, pemberian
rangsangan kepada siswa untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan dan diskusi,
memberi dorongan minimal untuk memantapkan respon siswa dalam mengikuti aktifitas
kelompok. Permainan kelompok ini dapat berupa permainan sederhana dan tidak
membutuhkan banyak tenaga sebagai selingan supaya anggota kelompok tidak merasa bosan
dalam mengikuti kegiatan.Kegiatan bimbingan kelompok ini terdiri dari empat tahap
pelaksanaan yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap pengakhiran.
Bentuk kelompok dari bimbingan kelompok itu sendiri ada 2 macam yaitu kelompok tugas
dan kelompok bebas, kelompok tugas adalah kelompok yang membahas masalah yang
berasal dari pemimpin kelompok sedangkan kelompok babas membahas masalah yang
berasal dari anggota kelompok itu sendiri. Layanan bimbingan kelompok ini diberikan
kepada siswa kelas VIII SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes. Adapun materi yang akan
peneliti berikan yaitu materi-materi yang sesuai dengan minat belajar seperti: cara belajar
efektif dan efisien, cara belajar yang menyenangkan, cara mengatur waktu belajar, motivasi
belajar, serta pengaruh positif dan negatif dalam belajar. Materi tersebut akan dibahas oleh
anggota kelompok dan masing-masing anggota kelompok memberikan pendapat sesuai
pernyataan yang anggota kelompok temukan dalam pengalamannya. Kegiatan bimbingan
kelompok ini direncanakan dalam 5 X pertemuan.

Kajian Teori
1.    Minat belajar
a.    Pengertian minat belajar
Menurut Wibowo (1984: 146) minat adalah kecenderungan yang terarah pada objek orang
atau pekerjaan tertentu yang dinyatakan dalam berbagai kegiatan yang menarik dan
memuaskan dirinya. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang
disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan. Menurut Slameto (2010: 180)
minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang
dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Winkel dan Sri Hastuti
(2006: 650), menyatakan minat merupakan kecenderungan yang agak menetap pada
seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan pada
sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus
yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Slameto (2010: 2) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Menurut Syah (2007: 68) belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif. Menurut Darsono (2000: 23) belajar adalah suatu kegiatan
yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk mencapai suatu
tujuan yang mana tujuan belajar disini untuk mencapai perubahan tingkah laku.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah proses dimana tingkah
laku dapat tumbuh dan diubah berdasarkan pengalaman yang telah diperolehnya.
Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat belajar di sini adalah suatu kemampuan
umum yang dimiliki siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat ditunjukkan
dengan kegiatan belajar.

b.    Ciri-ciri siswa berminat dalam belajar


Menurut Slameto (2010: 58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus, ada rasa suka dan senang pada
sesuatu yang diminati, memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati, ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati, lebih menyukai
suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya, serta dimanifestasikan melalui
partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
c.    Membangkitkan minat belajar siswa di sekolah
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak
menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari
pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga
dapat mingkatkan prestasi belajar.
Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat mempelajari hal
tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.
Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat
bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan diri sendiri
sebagai individu.
Menurut Slameto (2010: 180) proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana
penetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu
alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari
pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada dirinya, ia akan lebih berminat untuk
mempelajarinya. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin
besar minatnya.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat diusahakan agar mempunyai
minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi
kehidupannya serta berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat
tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran
mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Menurut ilmuwan
pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa adalah
dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan membentuk minat-minat baru
pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa
mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan
pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat
dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita
sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari: adanya perhatian, adanya ketertarikan,
dan rasa senang. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian
terhadap bahan pelajaran, memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-soal pelajaran.
Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan pelajaran dan untuk
menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui bahan
belajar, memahami bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal.

2.    Bimbingan kelompok
a.    Pengertian bimbingan kelompok
Prayitno (1995: 178) menjelaskan bahwa bimbinhgan kelompok adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Menurut
Winkel dan Sri Hastuti (2006: 564) bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman
melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan. Menurut
pendapat Romlah (2003: 3) bimbingan kelompok adalah salah satu teknik bimbingan yang
berusaha membantu individu agar dapt mencapai perkembangannya secara otimal sesuai
dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang di anutnya dan dilaksanakan dalam
situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada
siswa dan mengembangkan potensi siswa.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok
merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok dengan
memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan untuk menggali dan mengembangkan diri
dan potensi yang dimiliki individu. Dalam kelompok ini semua peserta bebas mengeluarkan
pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain sebagainya; topik yang dibicarakan itu
semuanya bermanfaat untuk diri peserta lainnya. Bimbingan kelompok sangat tepat bagi
kelompok remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan,
permasalahan, melepas keragu-raguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang
berbagi pengalaman dan keluhan-keluhan pada teman sebayanya.
b.   Tujuan layanan bimbingan kelompok
Kesuksesan layanan bimbingan kelompok sangat dipengaruhi oleh sejauh mana
keberhasilan tujuan yang akan dicapai dalam layanan bimbingan kelompok yang
diselenggarakan. Adapun tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 178-179)
yaitu:  mampu berbicara di muka orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran,
tanggapan, perasaan, dan lain sebagainya kepada orang banyak, belajar menghargai pendapat
orang lain, bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya, mampu mengendalikan
diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif), dapat bertenggang rasa,
menjadi akrab satu sama lainnya, membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan
atau menjadi kepentingan bersama.
Menurut pendapat Romlah (2003: 14-15) bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah
memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi
pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial,
memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok, untuk mencapai
tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif dari pada melalui kegiatan
bimbingan individual, serta untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih
efektif.
 Dengan adanya kegiatan bimbingan kelompok memungkinkan kepada individu untuk
bisa melatih diri dan mengembangkan dirinya dalam memahami dirinya sendiri, orang lain
dan lingkungannya. Adanya interaksi dan dinamika kelompok yang hidup, memberikan
stimulus dan dukungan kepada anggota kelompok untuk bisa mewujudkan kemampuannya
dalam hubungan dengan orang lain, melatih diri untuk berbicara di depan teman-temannya
dalam ruang lingkup yang berkelompok, memahami dirinya dalam membina sikap yang
responsibel dan perilaku yang normatif. Dengan demikian bimbingan kelompok ini
mempunyai tujuan yang praktis dan dinamis dalam mewujudkan minat belajar dalam setiap
individu.

c.    Asas-asas bimbingan kelompok


Menurut Prayitno (1995: 179) ada empat asas-asas dalam bimbingan kelompok, yaitu:
asas kerahasiaan yaitu anggota kelompok harus menyimpan dan merahasiakan data apa saja
dan informasi yang di dengar dan dibicarakan dalam kelompok  terutama hal-hal yang tidak
boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain, asas keterbukaan  yaitu semua peserta bebas
dan terbuka mengeluarkan pendapat ide saran dan apa saja yang disarankan dan
dipikirkannya, asas kesukarelaan yaitu semua paserta dapat menampilkan dirinya secara
spontan tanpa disuruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh teman yang lain atau oleh
pemimpin kelompok, asas kenormatifan yaitu semua yang dibicarakan dan yang dilakukan
dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan peraturan yang berlaku.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asas dalam kegiatan bimbingan kelompok
ada empat, yaitu asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan, dan asas
kenormatifan. Asas-asas bimbingan kelompok perlu dilaksanakan supaya kegiatan tersebut
dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan bersama
dalam kelompok.

d.    Peranan anggota kelompok bimbingan kelompok


Prayitno (1995: 32) menyebutkan peranan anggota kelompok yang hendaknya dimainkan
oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok benar-benar dapat diwujudkan seperti yang
diharapkan, yaitu: membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota
kelompok, mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok,
berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama, membantu
tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik, benar-benar berusaha
untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok, mampu
mengkomunikasikan secara terbuka, berusaha membantu anggota lain, memberikan
kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalani perannya, menyadari pentingnya
kegiatan kelompok tersebut.
Di atas telah dikemukakan beberapa peranan anggota kelompok, selanjutnya akan
dijabarkan beberapa peranan pemimpin kelompok dalam bimbingan kelompok (Prayitno,
1995: 35-36): Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur
tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi, baik hal-hal yang
bersifat isi dari yang dibicarakan maupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri.
Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam
kelompok itu baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.
Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami itu. Jika kelompok itu
tampaknya kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu
memberikan arah yang dimaksudkan itu. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan
tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok itu, baik yang
bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok. Lebih lanjut lagi, pemimpin kelompok juga
diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok pemegang aturan permainan
(menjadi wasit) pendamai dan pendorong kerjasama serta suasana kebersamaan. Disamping
itu pemimpin kelompok diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di
dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota
kelompok sehinggaia/ mereka itu menderita karenanya. Sifat kerahasiaan dari kegiatan
kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga
menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
Peranan para anggota dan pemimpin kelompok sangat menentukan keberhasilan dari
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, apabila anggota dan pemimpin kelompok tidak
bisa membina keakraban, melibatkan diri dalam kegiatan kelompok, mematuhi aturan dalam
kegiatan kelompok, terbuka, membantu orang lain maka sulit untuk menuju ketahap demi
tahap dalam bimbingan kelompok.

e.    Tahap-tahap kegiatan bimbingan kelompok


Pada pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok ini mengacu pada tahap-tahap
bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (1995: 40) dan beberapa pakar
bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap yang sebelumnya diawali dengan tahap
permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok. Tahap-tahap tersebut
yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.
1)   Tahap I (Pembentukan)
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap memasukkan diri
ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan
diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicaapai baik oleh
masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Tahap ini merupakan masa keheningan
dan kecanggungan. Para anggota mulai mempelajari perilaku-perilaku dasar dari menghargai,
empati, penerimaan, perhatian dan menanggapi semua perilaku yang membangun
kepercayaan. Dalam tahap ini anggota kelompok mulai belajar untuk terlibat dalam interaksi
kelompok.
Menurut Prayitno (1995: 44) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal,
adalah:  mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan konseling kelompok, menjelaskan
cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok, saling memperkenalkan dan
mengungkapkan diri, permainan penghangatan atau pengakraban. Fungsi dan tugas utama
pemimpin selama tahap ini adalah mengajarkan cara untuk berpartisipasi dengan aktif
sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif.
Selain itu mengajarkan kepada anggota dasar hubungan antar manusia seperti mendengarkan
dan menanggapi dengan aktif. Pemimpin kelompok harus dapat memastikan semua anggota
berpartisipasi dalam interaksi kelompok sehingga tidak ada seorangpun yang merasa
dikucilkan.
2)   Tahap II (Peralihan)
Tahap kedua, tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana kelompok mulai
terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Karakteristik tahap transisi ditandai
perasaan ditandai perasaan khawatir, defence (bertahan) dan berbagai bentuk perlawanan.
Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu untuk memberikan motivasi
dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkannya dan
belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan.
Menurut Prayitno (1995: 47) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini,
adalah:  menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, menawarkan atau
mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap
ketiga), membahas suasana yang terjadi, meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota,
kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan). 
3)   Tahap III (Kegiatan)
Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi isi
pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipi untuk menyadari
bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Jadi mereka harus
didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan mengenai topik atau masalah
yang di hadapi untuk di gali dalam kelompok, dan belajar bagaimana menjadi bagian
kelompok yang integral sekaligus memahami kepribadiannya sendiri dan juga dapat
memahami orang lain serta dapat menyaring umpan balik yang diterima dan membuat
bkesimpulan yang komprehensif dari berbagai pendapat masukan-masukan dalam
pembahasan kelompok dan memutuskan apa yang harus dilakukannya nanti.
Kegitan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah: masing-masing anggota
secara bebas menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau
masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik atau
masalah secara mendalam dan tuntas, kegiatan selingan. Adapun fungsi utama dari pemimpin
pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingakah laku
kelompok yang di inginkan. Selain itu dapat memberikan dukungan pada kesukarelaan
anggota untuk mengambil resiko dan mengarahkan untuk menerapkan untuk menerapkan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
4)   Tahap IV (Pengakhiran)
Tahap keempat adalah tahap akhir yang merupakan konsolidasi dan terminasi. Pada tahap
ini “pokok perhatian utama bukanlah pada beberapa kali kelompok itu harus bertemu namun
pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok ketika menghentikan pertemuan (Prayitno, 1995:
58). Pada saat kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok sebaiknya
dipusatkan pada pembahasan tentang apakah anggota kelompok akan mampu menerapkan
hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan anggota sehari-hari.
Selama tahap akhir kelompok akan muncul sedikit kecemasan dan kesedihan terhadap
kenyataan perpisahan. Para anggota memutuskan tindakan-tindakan apa yang harus mereka
ambil. Tugas utama yang di hadapi para anggota selama tahap akhir yaitu mentransfer apa
yang telah mereka pelajari dalam kelompok ke dunia luar. Kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan pada tahap ini, adalah: pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan
segera diakhiri, pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil
kegiatan, membahas kegiatan lanjutan, mengemukakan pesan dan harapan.
Peranan pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang hangat,
memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggoat serta
memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa persahabatan dan simpati,
di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah memperjelas arti dari tiap
pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan mengajak para anggota untuk menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari serta menekankan kembalin akan pentingnya pemeliharaan
hubungan antar anggota setelah kelompok berakhir.
    Setelah semua tahap di atas telah terlaksana, kemudian diadakan evaluasi dan follow
up. Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada kegiatan
tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat membicarakan tentang upaya-upaya yang telah
ditempuh. Mereka dapat melaporkan tentang kesulitan-kesulitan yang mereka temui, berbagai
kesukacitaan dan keberhasilan dalam kelompok. Para anggota kelompok menyampaikan
tentang pengalaman mereka dan hasilnya selama mengikuti kegiatan bimbingan kelompok
dalam kehidupan sehari-hari.
    Pemimpin kelompok dapat mengadakan evaluasi dengan memberikan pertanyaan atau
wawancara dengan batas tertentu dan dilihat apakah anggota sudah dapat menguasai topik
yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberi gambaran akan keberhasilan
kegiatan kelompok.

I.     Kerangka Berpikir
            Dalam bimbingan kelompok ini klien yang di hadapi bukanlah bersifat individual
tetapi terdiri dari beberapa orang yang akan bersama-sama memanfaatkan dinamika
kelompok untuk memebahas topik/ permasalahan dan belajar untuk lebih mengembangkan
dirinya termasuk mengembangkan minat belajar mereka. Dengan adanya hubungan yang
interaktif tersebut anggota kelompok akan merasa lebih mudah dan leluasa karena
anggotanya merupakan teman sebaya mereka sendiri. Selain itu dengan melakukan
bimbingan kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok ini, siswa juga belajar untuk
memahami dan mengendalikan diri sendiri, memahami orang lain, saling bertukar pendapat
tentang minat belajar. Fenomena ini dapat dimaknai sebagai petunjuk yang mengandung
implikasi bahwa interaksi dan dinamika yang tumbuh dalam bimbingan kelompok diharapkan
dapat digunakan untuk meningkatkan mkinat belajar siswa.
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bimbingan
kelompok dan minat belajar adalah bimbingan kelompok merupakan faktor eksternal dari
minat belajar. Tujuan bimbingan kelompok tersebut secara umum adalah untuk
meningkatkan minat belajar. Apabila bimbingan kelompok ini menurut persepsi siswa
bermanfaat, maka bimbingan kelompok yang diberikan diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap peningkatan minat belajar siswa.  
       Dari uraian di atas penulis mengajukan hipotesis kerja bahwa bimbingan
kelompok efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP N 5 Brebes
Kabupaten Brebes tahun pelajaran 2011/2012 dalam belajar.

J.    Tempat dan Waktu


Penelitian ini direncanakankan di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes tahun pelajaran
2011/ 2012, pada bulan Juni.
  
K. Populasi Sampel dan Sampling
1.    Populasi
Sebelum mengadakan penelitian penelitian terlebih dahulu harus menentukan siapa yang
akan menjadi subjek penelitian. Arikunto (2006: 130) memberikan batasan mengenai
populasi yaitu keseluruhan subjek penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII
di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2011/ 2012, berjumlah 61 siswa yang
terbagi dalam dua kelas yaitu VIII A dan VIII B.

Kelas L P Jumlah
VIII A 14 16 30
VIII B 15 16 31
Jumlah 29 32 61

2.   Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Arikunto (2006: 131) menyarankan
jika jumlah subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil sampel antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat
dari waktu, tenaga, dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari subyek karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar akan lebih baik.
Karena jumlah populasi kurang dari 100 maka pada penelitian ini jumlah siswa kelas
VIII SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes yaitu 61 siswa, diambil sermua sebagai sampel.
3.   Sampling
Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh yakni
tekinik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2006: 61).   
L.       Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen untuk mengungkap data tentang minat belajar yaitu
dengan menggunakan skala minat belajar yang dikembangkan peneliti sendiri berdasarkan
teori yang ada.
1.    Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto,
2006: 168).
Dalam menguji validitas item instrumen dengan menggunakan rumus korelasi product
momentsebagai berikut:
         

Keterangan :
       rxy        : Koefiosien korelasi antara variabel X dan Y
            X         : skor butir
            Y         : Total skor
            X      : Jumlah skor item
            Y      : Jumlah skor total
            XY   : Jumlah skor total item
            X2     : Jumlah skor item kuadrat
            Y2     : Jumlah skor total kuadrat
            N         : Jumlah subyek 

2.    Uji Reliabilitas 
“Relibilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data
karena instrumen itu cukup baik” (Arikunto, 2006: 178). Dalam hal ini suatu alat ukur itu
disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap dan
stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan, mampu mengungkapkan data sama atau sesuai
untuk beberapa kali pemberian kepada responden sehingga hasilnya akurat. Untuk mengukur
realibilitas menggunakan rumus alpha, sebagai berikut:
                 
Keterangan :
                        r11           : reliabilitas instrumen
                        k          : banyaknya butir pertanyaan
                        Σαb2     : jumlah varians butir
αt2          : varians total
M.     Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dapat peneliti uraikan adalah sebagai berikut: persiapan
penelitian yaitu mengadakan pendekatan dan konsultasi kepada guru pembimbing dan kepala
sekolah di SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes tentang rencana penelitian yang akan
dilakukan di sekolah, mempersiapkan surat ijin penelitian yang akan diserahkan kepada
kepala sekolah SMP N 5 Brebes Kabupaten Brebes. Membuat jadwal penelitian yang
meliputi pembuatan instrumen, analisis hasil skala untuk dijawab responden serta
menganalisis uji instrumen sebagai alat ukur variabel.
Mempersiapkan instrumen alat pengumpul data termasuk membuat kisi-kisi
pengembangan instrumen peserta analisis instrumen yang sesuai dengan aspek yang akan
diungkap serta perhitungan skornya, menentukan variabel yang akan diteliti, menyusun dan
mengadakan instrumen untuk selanjutnya disampaikan responden. Pelaksanaan penelitian
adalah mempersiapkan instrumen guna mengadakan instrumen penelitian alat pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah angket penelitian yang telah disediakan, untuk diisi oleh
siswa. Setelah menganalisis hasil dari angket, langkah selanjutnya  adalah memberikan
layanan bimbingan kelompok kepada kelas yang dijadikan sampel penelitian.

N.      Analisis Data
Analisis merupakan bagian yang teramat penting dalam penelitian, karena dengan analisis
data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian (Nasir, 2005: 346).

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


       

Keterangan:
       Md      : mean dari perbedaan pre test dengan post test
       xd        : devisiasi masing-masing subjek ( d-Md )
∑X2d   : jumlah kuadrat devisiasi
N         : subjek pada sampel
d.b.     : ditentukan dengan N-1 ( Arikunto, 2006: 306 )

O.      Rancangan Penelitian
Menurut Nasir (2005: 84) “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Jenis penelitian ini adalah pre
experiment (eksperiment tidak sebenarnya) atau quasi experiment. Peneliti menggunakan one
group pre-test and   post-test designkarena tidak ada perbandingan dengan kelompok kontrol,
sehingga satu kelompok tes diberikan satu perlakuan yang sama sebelum dan sesudah
mendapatkan perlakuan tertentu.
Dalam desain ini, subjek dikenakan dua kali pengukuran. Pengukuran yang pertama
dilakukan untuk mengukur minat belajar siswa sebelum diberikan kegiatan bimbingan
kelompok (pre  test) dengan kode T0, dan pengukuran yang kedua untuk mengukur minat
belajar siswa sesudah diberikan kegiatan bimbingan kelompok (post test) dengan kode T1.

P.       Hipotesis Statistik
Apabila hasil hipotesis nihil (H0) = thitung pada taraf sinifikan 5% maka (H0) diterima dan
hipotesis alternatif (Ha) ditolak, jika thitung  ≥ ttabel maka (H0) ditolak dan (Ha) diterima.
Dari uraian diatas, maka hipotesisnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
            H0 = thitung < ttabel
            Ha = thitung≥ ttabel  

Q.      Daftar pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.
Darsono, max. 2000. Belajar Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Pers      
Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia                          
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Padang: Ghalia
Indonesia
Romlah, Tatik. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian.  Bandung: Alfabeta  
Syah, Muhibin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wibowo, Eddy Mungin. 1984. Teknik Bimbingan dan Konseling (jilid 1). Semarang: IKIP
Semarang
Winkel, dan Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yoyakarta: Media
Abadi

Anda mungkin juga menyukai