Takikan pada ujung balok tidak boleh melebihi ¼ tinggi balok untuk balok masif
atau 1/10 tinggi balok untuk balok glulam (Kayu laminasi struktural)
Apabila balok diletakkan secara tidur (dimensi lebar lebih
besar dari pada dimensi tebal/tinggi) sehingga menderita
tegangan lentur pada sumbu lemahnya, maka tahanan lentur
acuan dapat di kalikan dengan faktor koreksi penggunaan
datar (Cfu)
Balok yang berdimensi b (lebar), d (tinggi) dan dibebani terhadap sumbu kuatnya
(Berotasi), jika memiliki perbandingan
d/b > 2 dan dibebani terhadap sumbu kuatnya di perlukan pengekang latera
2 < d/b < 5, Semua tumpuan harus dikekang menggunakan kayu masif pada
seluruh ketinggian balok
5 ≤ d/b < 6: sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok;
6 ≤ d/b < 7: pengekang penuh setinggi balok harus dipasang untuk setiap
selang 2.400 mm kecuali bila kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara
bersamaan atau bila sisi tekan balok dikekang pada seluruh panjangnya oleh
lantai dan pada tumpuan-tumpuannya diberi pengekang lateral untuk mencegah
rotasi
d/b > 7, Kedua sisi tekan dan tarik di kekang secara bersamaan pada seluruh
panjangnya
Pengaku lateral harus diadakan pada
semua balok kayu masif berpenampang
persegi panjang sedemikian sehingga rasio
kelangsingannya (Rb) tidak melebihi 50 dengan
le adalah panjang efektif ekivalen yang nilainya
𝑙𝑒 𝑑
Rb = ≤ 50
𝑏2
Tahanan lentur balok dihitung dengan anggapan nilai
koreksi stabilitas balok (CL) = 1,00
Tahanan lentur terkoreksi balok terhadap sumbu kuatnya
(x-x) ;
M’= Mx’= Sx.Fbx’
Dimana :
M’ = Mx’= Tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat
Sx= Modulus penampang lentur terhadap sumbu kuat
(b.d2/6 , Balok empat persegi)
Fbx’= Kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat, dengan
CL=1
Tahanan lentur terkoreksi balok terhadap sumbu
lemah (y-y)
M’= My’=Sy.Fby’
Dimana :
M’ = My’= Tahanan lentur terkoreksi terhadap
sumbu lemah
Sy= Modulus penampang lentur terhadap sumbu
lemah (b2.d/6 , Balok empat persegi)
Fby’= Kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu
lemah, dengan CL=1
Tahanan lentur terkoreksi yang ditetapkan
harus dikalikan dengan faktor koreksi bentuk
(Cf) sebesar 1,15 untuk komponen struktur
berpenampang bundar selain daripada untuk
tiang dan pancang, dan harus dikalikan dengan
faktor bentuk sebesar 1,40 untuk komponen
struktur berpenampang persegi panjang yang
terlentur terhadap sumbu diagonal.
Tahanan lentur terkoreksi balok tanpa
pengekang terhadap sumbu kuatnya (x-x)
M’= CL.Sx.Fbx
Faktor stabilitas balok (CL) dihitung sebagai
berikut:
1: 𝛼𝑏 1:𝛼𝑏 2 𝛼𝑏
CL = - ( ) -
2𝑐𝑏 2𝑐𝑏 𝑐𝑏
Dengan
∅𝑠𝑀𝑒
𝛼𝑏 =
λ∅𝑏𝑀𝑥
o Sx adalah modulus penampang untuk lentur
terhadap sumbu kuat (x–x);
o Mx adalah tahanan lentur untuk lentur
terhadap sumbu kuat (x–x)
o cb= 0,95;
o Øs = 0,85 adalah faktor tahanan stabilitas;
o Me adalah momen tekuk lateral elastis
Me =2,40E’
𝐼𝑦
y05 𝑙
𝑒
Apabila beban yang mengakibatkan lentur bekerja pada
muka balok yang berlawanan dengan muka tumpuan maka
seluruh beban yang terletak di dalam jarak d (tinggi balok)
dari bidang muka tumpuan tidak perlu diperhitungkan
dalam menentukan gaya geser
Vu ≤ V’
𝟐
V’ = 𝐹𝑣′.𝑏ℎ
𝟑
Dimana :
Vu = Gaya geser terfaktor
V’ = Tahanan geser terkoreksi
Fv’= Kuat geser sejajar serat terkoreksi
b = lebar penampang
h= tinggi penampang
LENTUR
MURNI
LENTUR
GESER
LENTUR
MURNI
LENTUR
GESER
Lendutan batang lentur ditentukan oleh banyak faktor, seperti; Gaya luar,
bentang balok, momen inersia penampang dan modulus elastisitas terkoreksi
Lendutanijinkomponenbatanglentur
Padakonstruksiterlindung: L/300
Konstruksitidakterlindung: L/400
1. Balok dari sistim lantai mendukung beban mati terbagi
merata sebesar 5 kN/m’ (termasuk berat sendiri) seperti
gambar di bawah. Apabila dimensi balok kayu yang
digunakan adalah 80/200 dengan kode mutu E19,
tunjukkan apakah dimensi balok yang dipilih memenuhi
persyaratan tahanan lentur, geser, dan lendutan ijin.
Gunakan faktor koreksi CM = Ct= Cpt= CF= 1,00.
200
2500
0
Penyelesaian :
Karena balok berasal dari sistem lantai, maka dapat diamsumsikan
terdapat kekangan lateral pada kedua ujungnya setinggi balok dan
kekangan pada sisi tekan (sisi atas) balok sepanjang bentang.
Sehingga faktor koreksi stabilitas balok (CL) tidak perlu diperhitungkan
𝑤𝐿 1,4𝑥5 2,5
Gaya geser maksimum = = = 8,75 kNm
2 2
a. Kontrol tahanan lentur
Fbx’ = Fb. CM. Ct. Cpt. CF
Fbx’ = 44 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 = 44 MPa
Modulus Penampang (Sx)
𝑏𝑑2 80 𝑥 2002
Sx = = = 533.333 mm3
6 6
= 59,73 kN
Gaya Geser terfaktor (Vu)
Vu ≤ λ Øu V’
8,75 kN ≤ 0,6 x 0,75 x 59,73 = 26,88 kN ... OK
c. Kontrol Lendutan
E’ = Ew. CM. Ct. Cpt
E’ = 18000 x 1,0 x 1,0 x 1,0 = 18000 MPa
𝐿 2500
Lendutan Ijin = 300
= 300
= 8,3 mm
5 5𝑥25004
= 384 18000 𝑥 53,33𝑒6
P = 5 kN
w = 4 kN/m’
3000 mm
b
Penyelesaian :
Hasil analisis struktur dengan kombinasi
pembebanan 1,4D
𝑤𝐿2 𝑃𝐿
Mmax = +
8 4
4 𝑥 32 5𝑥3
= + = 8,25 kNm
8 4
Me = 2,40E’
𝐼𝑦
y05 𝑙
𝑒
5.400.000
= 2,4 x 13.110 = 31,8 kNm
5340
∅𝑠𝑀𝑒
𝛼𝑏 =
λ∅𝑏𝑀𝑥
0,85 𝑥 31,8
=
0,6 𝑥 0,85 𝑥 10,575
=5
1:𝑎𝑏 1:5
= = 3,16
2𝑐𝑏 2 𝑥 0,95
1: 𝛼𝑏 1:𝛼𝑏 2 𝛼𝑏
CL = - ( ) -
2𝑐𝑏 2𝑐𝑏 𝑐𝑏
5
= 3,16 - 3,162 −
0,95
= 0,987
Tahanan momen lentur terkoreksi (Mx’)
Mx’ = CL. Sx. Fbx’
= 0,987 x 225.000 x 47
= 10,4 kNm
Momen lentur terfaktor
Mu ≤ λ Øb Mx’
11,55 kNm ≤ 0,6 x 0,85 x 10,4 = 5,3 kN TIDAK OK
Trial 2
Penampang balok adalah 100/180 (b= 100 mm dan d= 180 mm)
Karena nilai d/b (180/100 = 1,8) lebih kecil daripada 2,0, maka
pada balok tidak diperlukan kekangan lateral; faktor koreksi
stabilitas balok (CL) bernilai 1,00
Kontrol tahanan lentur
Fbx’ = 47 MPa
𝑏𝑑2
Sx =
100 𝑥 1802
= = 540.000 mm3
6 6