Anda di halaman 1dari 33

Perencanaan batang lentur meliputi empat hal

yaitu: perencanaan lentur, geser, lendutan, dan


tumpuan. Perencanaan sering kali diawali dengan
pemilihan sebuah penampang batang sedemikian
sehingga tegangan lentur yang terjadi memenuhi
persyaratan, kemudian dilakukan kontrol terhadap
tegangan geser dan lendutan. Apabila kontrol
terhadap tegangan geser atau lendutan tidak
terpenuhi, maka dilakukan perubahan penampang
batang.
Batang lentur direncanakan untuk dapat
mendukung gaya momen lentur dan gaya
geser. Tahanan terkoreksi adalah hasil
perkalian tahanan acuan dengan faktor-faktor
koreksi. Komponen struktur lentur yang
memikul gaya-gaya setempat harus diberi
pendetailan tahanan dan kestabilan yang
cukup pada daerah bekerjanya gaya-gaya
tersebut.
Mu ≤ λ Øb M’
Vu ≤ λ Øu V’
Keterangan :
Mu = Momen lentur terfaktor
Vu = Gaya geser terfaktor
M’ = Tahanan lentur terkoreksi
V’ = Tahanan geser terkoreksi
λ = Faktor waktu
Øb = Faktor tahanan lentur 0,85
Øu = Faktor tahanan geser 0,75
Bentang rencana harus digunakan dalam
menghitung momen lentur, gaya geser, dan
lendutan. Untuk komponen struktur
berbentang sederhana yang tidak menyatu
dengan tumpuan-tumpuannya maka bentang
rencana adalah bentang bersih ditambah
setengah kali panjang tumpuan pada masing-
masing ujung
 Takikan pada Balok harus di hindari, terutama yang terletak jauh dari tumpuan
dan berada pada sisi tarik

 Konsentrasi tegangan yang disebabkan oleh takikan dapat dikurangi dengan


menggunakan konfigurasi takikan yang di iris miring

 Takikan pada ujung balok tidak boleh melebihi ¼ tinggi balok untuk balok masif
atau 1/10 tinggi balok untuk balok glulam (Kayu laminasi struktural)
Apabila balok diletakkan secara tidur (dimensi lebar lebih
besar dari pada dimensi tebal/tinggi) sehingga menderita
tegangan lentur pada sumbu lemahnya, maka tahanan lentur
acuan dapat di kalikan dengan faktor koreksi penggunaan
datar (Cfu)
Balok yang berdimensi b (lebar), d (tinggi) dan dibebani terhadap sumbu kuatnya
(Berotasi), jika memiliki perbandingan

 d/b > 2 dan dibebani terhadap sumbu kuatnya di perlukan pengekang latera

 d/b ≤ 2: tidak diperlukan pengekang lateral

 2 < d/b < 5, Semua tumpuan harus dikekang menggunakan kayu masif pada
seluruh ketinggian balok

 5 ≤ d/b < 6: sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok;

 6 ≤ d/b < 7: pengekang penuh setinggi balok harus dipasang untuk setiap
selang 2.400 mm kecuali bila kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara
bersamaan atau bila sisi tekan balok dikekang pada seluruh panjangnya oleh
lantai dan pada tumpuan-tumpuannya diberi pengekang lateral untuk mencegah
rotasi

 d/b > 7, Kedua sisi tekan dan tarik di kekang secara bersamaan pada seluruh
panjangnya
Pengaku lateral harus diadakan pada
semua balok kayu masif berpenampang
persegi panjang sedemikian sehingga rasio
kelangsingannya (Rb) tidak melebihi 50 dengan
le adalah panjang efektif ekivalen yang nilainya

𝑙𝑒 𝑑
Rb = ≤ 50
𝑏2
 Tahanan lentur balok dihitung dengan anggapan nilai
koreksi stabilitas balok (CL) = 1,00
 Tahanan lentur terkoreksi balok terhadap sumbu kuatnya
(x-x) ;
M’= Mx’= Sx.Fbx’
Dimana :
 M’ = Mx’= Tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat
 Sx= Modulus penampang lentur terhadap sumbu kuat
(b.d2/6 , Balok empat persegi)
 Fbx’= Kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat, dengan
CL=1
 Tahanan lentur terkoreksi balok terhadap sumbu
lemah (y-y)
M’= My’=Sy.Fby’
Dimana :
 M’ = My’= Tahanan lentur terkoreksi terhadap
sumbu lemah
 Sy= Modulus penampang lentur terhadap sumbu
lemah (b2.d/6 , Balok empat persegi)
 Fby’= Kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu
lemah, dengan CL=1
Tahanan lentur terkoreksi yang ditetapkan
harus dikalikan dengan faktor koreksi bentuk
(Cf) sebesar 1,15 untuk komponen struktur
berpenampang bundar selain daripada untuk
tiang dan pancang, dan harus dikalikan dengan
faktor bentuk sebesar 1,40 untuk komponen
struktur berpenampang persegi panjang yang
terlentur terhadap sumbu diagonal.
 Tahanan lentur terkoreksi balok tanpa
pengekang terhadap sumbu kuatnya (x-x)
M’= CL.Sx.Fbx
 Faktor stabilitas balok (CL) dihitung sebagai
berikut:
1: 𝛼𝑏 1:𝛼𝑏 2 𝛼𝑏
CL = - ( ) -
2𝑐𝑏 2𝑐𝑏 𝑐𝑏
Dengan
∅𝑠𝑀𝑒
𝛼𝑏 =
λ∅𝑏𝑀𝑥
o Sx adalah modulus penampang untuk lentur
terhadap sumbu kuat (x–x);
o Mx adalah tahanan lentur untuk lentur
terhadap sumbu kuat (x–x)
o cb= 0,95;
o Øs = 0,85 adalah faktor tahanan stabilitas;
o Me adalah momen tekuk lateral elastis

Me =2,40E’
𝐼𝑦
y05 𝑙
𝑒
Apabila beban yang mengakibatkan lentur bekerja pada
muka balok yang berlawanan dengan muka tumpuan maka
seluruh beban yang terletak di dalam jarak d (tinggi balok)
dari bidang muka tumpuan tidak perlu diperhitungkan
dalam menentukan gaya geser
Vu ≤ V’
𝟐
V’ = 𝐹𝑣′.𝑏ℎ
𝟑

Dimana :
Vu = Gaya geser terfaktor
V’ = Tahanan geser terkoreksi
Fv’= Kuat geser sejajar serat terkoreksi
b = lebar penampang
h= tinggi penampang
LENTUR
MURNI
LENTUR
GESER
LENTUR
MURNI

LENTUR
GESER
Lendutan batang lentur ditentukan oleh banyak faktor, seperti; Gaya luar,
bentang balok, momen inersia penampang dan modulus elastisitas terkoreksi

Lendutanijinkomponenbatanglentur

 Padakonstruksiterlindung: L/300

 Konstruksitidakterlindung: L/400
1. Balok dari sistim lantai mendukung beban mati terbagi
merata sebesar 5 kN/m’ (termasuk berat sendiri) seperti
gambar di bawah. Apabila dimensi balok kayu yang
digunakan adalah 80/200 dengan kode mutu E19,
tunjukkan apakah dimensi balok yang dipilih memenuhi
persyaratan tahanan lentur, geser, dan lendutan ijin.
Gunakan faktor koreksi CM = Ct= Cpt= CF= 1,00.

200

2500
0
Penyelesaian :
Karena balok berasal dari sistem lantai, maka dapat diamsumsikan
terdapat kekangan lateral pada kedua ujungnya setinggi balok dan
kekangan pada sisi tekan (sisi atas) balok sepanjang bentang.
Sehingga faktor koreksi stabilitas balok (CL) tidak perlu diperhitungkan

Hasil analisis struktur dengan kombinasi pembebanan 1,4D

𝑤𝐿2 1,4𝑥5 2,52


Momen lentur maksimum = = = 5,47 kNm
8 8

𝑤𝐿 1,4𝑥5 2,5
Gaya geser maksimum = = = 8,75 kNm
2 2
a. Kontrol tahanan lentur
Fbx’ = Fb. CM. Ct. Cpt. CF
Fbx’ = 44 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 = 44 MPa
Modulus Penampang (Sx)
𝑏𝑑2 80 𝑥 2002
Sx = = = 533.333 mm3
6 6

Tahanan momen lentur terkoreksi (Mx’)


Mx’ = Fbx’ x Sx
= 44 x 533.333
= 23,47 kNm
Mu ≤ λ Øb M’
5,47 kNm ≤ 0,6 x 0,85 x 23,47 = 11,97 kNm ..... OK
b. Kontrol tahanan geser
Fv’ = Fv. CM. Ct. Cpt
Fv’ = 5,6 x 1,0 x 1,0 x 1,0 = 5,6 MPa
Tahanan geser terkoreksi (V’)
2
V’ = Fv’bd
3
2
= x 5,6 x 80 x 200
3

= 59,73 kN
Gaya Geser terfaktor (Vu)
Vu ≤ λ Øu V’
8,75 kN ≤ 0,6 x 0,75 x 59,73 = 26,88 kN ... OK
c. Kontrol Lendutan
E’ = Ew. CM. Ct. Cpt
E’ = 18000 x 1,0 x 1,0 x 1,0 = 18000 MPa
𝐿 2500
Lendutan Ijin = 300
= 300
= 8,3 mm

Lendutan maksimum (∆)


𝑏𝑑3 80 𝑥 2003
I= = =53,33x106 mm4
12 12
5 𝑤𝐿4
∆=
384 𝐸 ′ 𝐼

5 5𝑥25004
= 384 18000 𝑥 53,33𝑒6

= 2,65 mm < lendutan ijin (8,3mm)


Dimensi balok 80/200 memenuhi persyaratan tahanan lentur,
tahanan geser, dan lendutan ijin. Walaupun demikian, dimensi
balok bisa diperkecil apabila diinginkan
2. Balok dengan sistem pembebanan seperti gambar di bawah
terbuat dari kayu dengan kode mutu E20. Beban terbagi merata
dan beban titik berasal dari beban mati (D). Pada balok tidak
terdapat pengaku lateral baik pada kedua ujungnya maupun
pada sisi tekan. Berdasarkan kombinasi pembebanan 1,4D dan
faktor waktu (λ) = 0,6, tentukan dimensi balok yang memenuhi
persyaratan gaya lentur dan gaya geser.

P = 5 kN
w = 4 kN/m’

3000 mm
b
Penyelesaian :
Hasil analisis struktur dengan kombinasi
pembebanan 1,4D
𝑤𝐿2 𝑃𝐿
Mmax = +
8 4

4 𝑥 32 5𝑥3
= + = 8,25 kNm
8 4

Mu = 1,4 x 8,25 = 11,55 kNm


𝑤𝐿 𝑃 5𝑥3 5
Vmax = + = + =8,5 kN
2 2 2 2

Vu = 1,4 x 8,5 =11,9 kN


Trial 1
Penampang balok adalah 60/150 (b = 60 mm dan d= 150
mm) Karena tidak ada pengekang lateral pada balok, balok
terlentur pada sumbu kuatnya, dan nilai d/b (150/60 = 2,5)
lebih besar daripada 2,00, maka kontrol tahanan lentur
ditentukan dengan
 Kontrol tahanan lentur
Fbx’ = Fbx= 47 MPa (semua faktor koreksi dianggap = 1,00)
 Modulus Penampang (Sx)
𝑏𝑑2 60 𝑥 1502
Sx = = = 225.000 mm3
6 6
 Menghitung faktor stabilitas balok (CL)
Mx = Sx. Fbx
= 225.000 x 47
= 10,575 kNm
lu/d = 3000/150 = 20
Karena lu/d lebih besar 14,3 maka :
le = 1,63lu + 3d
= (1,63 x 3000) + (3 x 150)
= 5340 mm
 Rasio Kelangsingan (Rb)

𝑙𝑒𝑑 5340 𝑥 150


Rb = 𝑏2
= 602
= 14,9 (< 50) OK
Ey05’ = 0,69 E’w = 0,69 x 19000 = 13.110 MPa
𝑑𝑏3 150 𝑥 603
Iy = = = 5.400.000 mm4
12 12

Me = 2,40E’
𝐼𝑦
y05 𝑙
𝑒

5.400.000
= 2,4 x 13.110 = 31,8 kNm
5340
∅𝑠𝑀𝑒
𝛼𝑏 =
λ∅𝑏𝑀𝑥

0,85 𝑥 31,8
=
0,6 𝑥 0,85 𝑥 10,575
=5
1:𝑎𝑏 1:5
= = 3,16
2𝑐𝑏 2 𝑥 0,95
1: 𝛼𝑏 1:𝛼𝑏 2 𝛼𝑏
CL = - ( ) -
2𝑐𝑏 2𝑐𝑏 𝑐𝑏

5
= 3,16 - 3,162 −
0,95

= 0,987
 Tahanan momen lentur terkoreksi (Mx’)
Mx’ = CL. Sx. Fbx’
= 0,987 x 225.000 x 47
= 10,4 kNm
 Momen lentur terfaktor
Mu ≤ λ Øb Mx’
11,55 kNm ≤ 0,6 x 0,85 x 10,4 = 5,3 kN TIDAK OK
Trial 2
Penampang balok adalah 100/180 (b= 100 mm dan d= 180 mm)
Karena nilai d/b (180/100 = 1,8) lebih kecil daripada 2,0, maka
pada balok tidak diperlukan kekangan lateral; faktor koreksi
stabilitas balok (CL) bernilai 1,00
 Kontrol tahanan lentur
Fbx’ = 47 MPa
𝑏𝑑2
Sx =
100 𝑥 1802
= = 540.000 mm3
6 6

Mx’ = Fbx’ x Sx = 540.000 x 47 = 25,38 kNm


 Momen lentur terfaktor
Mu ≤ λ Øb Mx’
11,55 kNm ≤ 0,6 x 0,85 x 25,38 = 12,94 kNm OK
 Kontrol tahanan geser
Fv’ = Fv. CM. Ct. Cpt
Fv’ = 5,8 x 1,0 x 1,0 x 1,0 = 5,8 MPa
 Tahanan geser terkoreksi (V’)
2
V’ = Fv’bd
3
2
= x 5,8 x 100 x 180
3
= 69,6 kN
 Gaya Geser terfaktor (Vu)
Vu ≤ λ Øu V’
8,75 kN ≤ 0,6 x 0,75 x 69,6 = 31,32 kN ... OK

Anda mungkin juga menyukai