DISLIPIDEMIA
KELOMPOK 3
LISNA (F201902007)
KELAS : C5NR
PRODI S1 FARMASI
STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Dislipidemia..................................................................................3
B. Epidemiologi Dislipidemia.........................................................................4
C. Klasifikasi Dislipidemia.............................................................................4
D. Patogenesa Dislipidemia............................................................................5
E. Etiologi Dislipidemia.................................................................................6
F. Manifestasi Klinis......................................................................................8
G. Penatalaksanaan Dislipidemia...................................................................10
A. KESIMPULAN........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya layak untuk Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami kelompok 3 dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “DISLIPIDEMIA”.
Saat ini di Indonesia terjadi perubahan epidemiologi, dimana terjadi
peningkatan epidemik penyakit tidak menular. Indonesia harus menghadapi dua beban,
peningkatan penyakit tidak menular dan masih tingginya jangka penyakit menular.
Perubahan gaya hidup dan transisi nutrisi telah membawa banyak perubahan pada pola
penyakit.
Deteksi dislipidemia itu sendiri sering kali masih terbatas karena masih
terdapat kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dan mungkin para dokter untuk
melakukan pemeriksaan profil lipid pada kelompok yang berisiko.Selain itu penanganan
masalah dislipidemia nampaknya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hasil
studi menunjukkan bahwa sekitar 30% dari subjek dengan dislipidemia yang
mencapai target pengobatan dislipidemia.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2012 menunjukkan
bahwa penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke menduduki urutan nomer satu
dan dua sebagai penyebab kematian di dunia. Keduanya menyebabkan 14,1 juta
kematian diseluruh dunia pada tahun 2012. Jumlah ini meningkat
dibandingkan dengan data pada tahun 2000. Data dari kementerian
kesehatan Indonesia memasukkan penyakit jantung koroner sebagai penyebab utama
kematian di Indonesia, sedangkan stroke berada diurutan kelima. Prevalensi (angka
kejadian) stroke di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2007 adalah delapan per seribu penduduk atau 0,8 persen. Sebagai perbandingan,
prevalensi stroke di Amerika Serikat adalah 3,4 per persen per 100 ribu
penduduk, di Singapura 55 per 100 ribu penduduk dan di Thailand 11 per 100 ribu
penduduk. Dari jumlah total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5 persen atau
250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat. Pada 2020
mendatang diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke(3). Data riskesdas
2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia sebesar 1.5 %
dimana jumlahnya meningkat seiring dengan bertambahnya umur dimana kelompok
tertinggi adalah yang berusia 65-74 tahun.
Untuk mengupayakan penurunan jumlah kematian akibat PJK dan stroke badan
kesehatan dunia menyarankan agar setiap negara membuat kebijakan untuk melakukan
pencegahan terhadap kedua penyakit ini, karena meskipun kebanyakan faktor risikonya
sama untuk semua negara, namun ada perbedaan pendekatan antar negara dalam
masalah budaya, sosial ekonomi dan juga ketersediaan obat. Kadar kolesterol darah yang
tinggi (dislipidemia) merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya PJK
dan stroke disamping hipertensi, merokok, abnormalitas glukosa darah, dan
inaktifitas fisik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan dislipidemia ?
2. Bagaimanakah epidemiologi dari dislipidemia ?
1
3. Bagaimanakah patogenesa dari dislipidemia ?
4. Apa saja etiologi dari dislipidemia ?
5. Bagaimanakah manifestasi klinik dari dislipidemia ?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada penyakit dislipidemia ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan dislipidemia.
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari dislipidemia.
3. Untuk mengetahui patogenesa dari dislipidemia.
4. Untuk mengetahui etiologi dari dislipidemia.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari dislipidemia.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penyakit dislipidemia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Dislipidemia
3
B. Epidemiologi
Banyak penelitian hingga saat ini menemukan bahwa dislipidemia sebagai penyebab
morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan yang tinggi. Selain itu, dislipidemia merupakan
salah satu faktor risiko penting terjadinya penyakit jantung koroner yang merupakan
penyebab kematian utama di Amerika Serikat. World Health Organization (WHO)
memperkirakan dislipidemia berhubungan dengan kasus penyakit jantung iskemik secara
luas, serta menyebabkan 4 juta kematian per tahun.
Penelititan Multinational monitoring of trends and determinants in cardiovascular
disease (MONICA) di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada
wanita adalah 206,6 mg/dL dan pria 199,8 mg/dL, tahun 1993 meningkat menjadi 213,0 g/dL
pada wanita dan 204,8 mg/dL pada pria. Di beberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu
Surabaya (1985) sebesar 195 mg/dL, Ujung Pandang (1990) sebesar 219 mg/dL dan Malang
(1994) sebesar 206 mg/dL.
C. Klasifikasi Dislipidemia
yakit lain. Pembagian ini penting dalam menentukan pola pengobatan yang akan
diterapkan.
1. Dislipidemia primer
primer.
4
2. Dislipidemia sekunder
o Diabetes melitus
o Hipotiroidisme
o Sindroma nefrotik
C. Patogenesa
Meskipun penyakit dislipidemia belum sepenuhnya dimengerti, perkembangan
dislipidemia pada penyandang Diabetes Melitus (DM) diyakini berlatar resistensi insulin.
Resistensi insulin
dalam jaringan lemak menyebabkan peningkatan produksi dan pelepasan asam lemak,
yang akan merangsang produksi trigliserida serta VLDL jika asam lemak ini terperangkap di
dalam hati. Partikel trigliserida dan VLDL menempati posisi ikatan tempat enzim lipase
bekerja, menyebabkan enzim ini tidak lagi mampu membersihkan lemak. Akibatnya, waktu
paruh triggliserida dalam plasma memanjang.
Dengan menggunakan pendekatan nutrisi, dislipidemia terjadi melalui mekanisme:
1. Asupan makanan
Makanan padat energi yang sering dikonsumsi dan erat kaitannya dengan perubahan gaya
hidup antara lain :
5
- Daging berlemak
- Soft drinks (khusus yang mengandung gula)
- Junk food
- Mentega/margarin/krim/santan
- Konsumsi minyak yang berlebihan
- Konsumsi gula yang berlebihan
- Alkohol (termasuk alkohol tradisional seperti tuak, dan lain-lain)
- Nutrisi enteral : pemberian formula yang tidak sesuai dengan kapasitas metabolisme lipid
- Nutrisi parenteral : pemberian preparat lipid yang berlebihan (melampaui batas
kemampuan lipid clearance)
Melalui mekanisme asupan makanan, dislipidemia sering dikaitkan dengan rendahnya serat
makanan (sayur mayur, buah-buahan, dan kacang-kacangan) terutama apabila disertai dengan
konsumsi makanan padat energi.
2. Asupan zat gizi
Asupan jenis-jenis zat gizi dibawah ini dapat menyebabkan dislipidemia :
- Asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh trans
- P/S ratio < 1
- Defisiensi biotin
3. Gangguan komposisi tubuh
- (Morbid) obesity
- Obesitas central (obdiminal obesity)
- Prader-Willie Syndrome
4. Gangguan metabolisme lipid
- Hiperkilomikronemia
- Defisiensi enzim lipoprotein lipase
- Difisiensi reseptor LDL
D. Etiologi
Dislipidemia dapat terjadi akibat faktor asupan (intake) lemak yang tinggi dan adanya
faktor keturunan atau riwayat penyakit keluarga, alkohol, hormon estrogen, dan obat-
obatan. Pada wanita, saat usia menopause akan meningkat resiko dislipidemianya lebih
tinggi. Asupan lemak total berkaitan dengan kegemukan (berat badan berlebih). Untuk
mengetahui apakah anda kegemukan atau tidak gunakan rumus: BB / TB (M)2. Bila
hasilnya adalah: 18.5 – 22.9 maka ia normal, bila 23 – 24.9 maka ia overweight, dan di
6
atas 25 maka ia obesitas. Etiologi dari dislipedemia dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Jenis Kelamin
Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita. Hal tersebut
disebabkan karena pada wanita produktif terdapat efek perlindungan dari hormon
reproduksi. Pria lebih banyak menderita aterosklerosis, dikarenakan hormon seks pria
(testosteron) mempercepat timbulnya aterosklerosis sedangkan hormon seks wanita
(estrogen) mempunyai efek perlindungan terhadap aterosklerosis. Akan tetapi pada
wanita menopause mempunyai risiko lebih besar terhadap terjadinya aterosklerosis
dibandingkan wanita premenopouse.
2. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu
juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam
tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi,
sedangkan kolesterol HDL relatif tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak perlemakan
sudah dapat ditemukan di lumen pembuluh darah dan meningkat kekerapannya pada
usia 30 tahun.
3. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya dislipidemia.
Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen untuk sifat – sifat tertentu (spesific –
trait) diturunkan secara berpasangan yaitu kita memerlukan satu gen dari ibu dan satu
gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dapat diakibatkan oleh faktor
dislipidemia primer karena faktor kelainan genetik.
1. Faktor Kegemukan
Kegemukan erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah komplikasi
yang dapat terjadi sendiri – sendiri atau bersamaan. Kegemukan disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara energi yang masuk bersama makanan, dengan energi yang
dipakai. Kelebihan energi ini ditimbun dalam sel lemak yang membesar. Pada orang
yang kegemukan menunjukkan output VLDL trigliserida yang tinggi dan kadar
trigliserida plasma yang lebih tinggi. Trigliserida berlebihan dalam sirkulasi juga
mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL dan HDL mengalami lipolisis,
akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas ini secara tipikal ditandai
dengan kadar HDL kolesterol yang rendah.
2. Faktor Olah Raga
7
Olah raga yang teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
dan trigliserida menurun dalam darah, sedangkan kolesterol HDL meningkat secara
bermakna. Lemak ditimbun dalam di dalam sel lemak sebagai trigliserida. Olahraga
memecahkan timbunan trigliserida dan melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam
aliran darah.
3. Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida,
dan menekan kolesterol HDL. Pada seseorang yang merokok, rokok akan merusak
dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang
hormon adrenalin, sehingga akan mengubah metabolism lemak yang dapat
menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah.
4. Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis.
Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan
LDL sehingga mempunyai risiko terjadinya dislipidemia.
E. Manifestasi klinik
1. Hiperkolesterolemia
Keadaan ini merupakan hiperkolesterolemia yang paling sering ditemukan (lebih dari
90%) yang merupakan interaksi antara kelainan gen yang multiple nutrisi, faktor-faktor
lingkungan lainnya serta mempunyai lebih dari satu dasar metabolik. Hiperkolesterolemia
biasanya ringan atau sedang dan tidak ada xantoma.
2. Hipertrigliseridemia
Pada keadaan ini terdapat hipertrigliseridemia berat maupun ringan. Peningkatan
trigliseridemia yang ringan menunjukkan kenaikan kadar very low density lipoprotein
(VLDL), sedangkan dalam bentuk yang lebih berat biasanya disertai dengan
kilomikronemia.
3. Campuran hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia
Kelainan ini ditandai dengan peningkatan kolesterol dan trigliserida (dislipidemia
kombinasi) dan beratnya bervariasi. Spektrum manifestasi klinis bervariasi luas dari
asimptomatik hingga ke manifestasi klinis yang jelas. Penderita dapat muncul dengan
manifestasi klinis nyeri abdomen, xanthoma pada telapak tangan dan kelopak mata,
tendinitis, arcus cornea, xanthoma tuberosum, obesity dan bahkan dengan manifestasi
coronary heart diseases. Manifestasi klinis yang tampak dapat membantu membedakan
type kelainan ini dengan menggunakan klassifikasi Fredrickson dan Lees.
8
Pemeriksaan Kadar Kolesterol
Pemeriksaan kadar kolesterol dan lipoprotein dapat mengidentifikasi anak-anak yang
berada dalam kategori acceptable, borderline atau high. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
pada anak-anak yang muncul dengan kecurigaan menderita hiperlipidemia atau yang
memiliki manifestasi klinis yang disebutkan di atas.
Selain itu, pemeriksaan ini dianjurkan pada anak-anak yang:
a. Memiliki orang tua atau kakek/nenek yang pada usia dibawah 55 tahun menderita penyakit
jantung koroner, menjalani pemeriksaan arteriografi koroner atau didiagnosa menderita
kelainan aterosklerosis koroner. Ini termasuk mereka yang menjalani balon angioplasti
atau coronary artery bypass surgery.
b. Memilki orang tua atau kakek/nenek yang pada usia dibawah dari 55 tahun didiagnosa
menderita infark miokard, angina pektoris, peripheral vascular diseases, penyakit serebro
vaskuler dan sudden death.
- Memiliki orang tua dengan kadar kolesterol total melebihi 240 mg/dl
- Keluarga dengan kelainan kadar lipid
- Berada dalam kondisi medis yang mengarah kepada kemungkinan menderita penyakit
jantung koroner seperti obesitas, aktivitas fisik yang kurang, merokok, diabetes,
peningkatan tekanan darah, penyakit ginjal dan aktivitas tyroid
- Riwayat keluarga yang tidak diketahui
Pemeriksaan total kolesterol dapat dilakukan setiap 5 tahun pada anak dengan total
kolesterol kurang dari 170 mg/dl; sedangkan anak dengan total kolesterol antara 170-
199/100ml perlu dilakukan analisa lipoprotein yang difollow up secara reguler sesuai dengan
hasil analisa tersebut.15 Pemeriksaan yang dilakukan harus didasarkan pada alasan mengapa
pemeriksaan dikerjakan. Misalnya jika pemeriksaan pada anak dilakukan karena orang
tuanya memiliki kadar kolesterol total melebihi 240 mg/dl, maka pemeriksaan awal yang
dilakukan adalah kadar kolesterol total anak. Bila kadar ini melebihi 200 mg/dl, barulah
pemeriksaan analisa lipoprotein puasa dilakukan. Sebaliknya, bila anak memiliki orang tua
dengan diagnosa kelainan kardiovaskular premature, pemeriksaan analisa lipoprotein puasa
perlu dilakukan secara lengkap.
Komplikasi
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama mengenai lapisan
intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan sedang serta merupakan
kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik. Lesi aterosklerosis diklasifikaiskan alas 3
9
tahap secara morfologik: bercak perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum
terjadinya bercak perlemakan sudah ada gel-gel busa. Bercak perlemakan sudah bisa
ditemukan pada usia 10 tahun dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun. Flak fibrosa
adalah bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang. Lesi
terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh peningkatan
nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau diquamasi permukaan endotel diatasnya dan
pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat mengakibatkan gangguan aliran di lumen
pembuluh darah.
b. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner merupakan suatu manifestasi
khusus dan arterosklerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri
yang kearah arteri koronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirkum
flex. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard
.
F. Penatalaksanaan Dislipidemia
Langkah awal penatalaksanaan dislipidemi dimulai dengan penilaian jumlah faktor risiko
koroner yang ditemukan pada pasien tersebut (risk assessment) untuk menentukan sasaran
kolesterol yang harus dicapai. Penatalaksanaan dislipidemi terdiri atas : Penatalaksanaan non-
farmakologik dan Penatalaksanaan farmakologik menggunakan obat2 penurun lipid.
A. Terapi Non-Farmakologis
1. Aktivitas fisik
10
Bagi orang dewasa, disarankan untuk mengkonsumsi diet rendah
kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran (≥ 5 porsi / hari), biji-bijian (≥
6 porsi / hari), ikan, dan daging tanpa lemak. Asupan lemak jenuh, lemak trans, dan
kolesterol harus dibatasi, sedangkan makronutrien yang menurunkan kadar
LDL-C harus mencakup tanaman stanol/sterol (2 g/ hari) dan serat larut air
(10-25 g /hari).
3. Berhenti merokok
B. Terapi farmakologis
Prinsip dasar dalam terapi farmakologi untuk dislipidemia baik pada ATP
III maupun ACC/AHA 2013 adalah untuk menurunkan risiko terkena penyakit
kardiovaskular. Berbeda dengan ATP III yang menentukan kadar K-LDL tertentu
yang harus dicapai sesuai dengan klasifikasi faktor risiko, ACC/AHA 2013 tidak
secara spesifik menyebutkan angka target terapinya, tetapi ditekankan kepada
pemakaian statin dan persentase penurunan K-LDL dari nilai awal. Hal tersebut
merupakan hasil dari evaluasi beberapa studi besar yang hasilnya menunjukkan bahwa
penggunaan statin berhubungan dengan penurunan risiko ASCVD tanpa melihat
target absolut dari K-LDL.
Namun demikian, jika mengacu kepada ATP III, maka selain statin, beberapa
kelompok obat hipolipidemik yang lain masih dapat digunakan yaitu Bile acid
sequestrant, Asam nikotinat, dan Fibrat dengan profil sebagai berikut
11
Golongan Efek terhadap Efek Kontraindikasi
Statin LDL ↓ 18-55 % HDL ↑ 5- Miopati, peningkatan Absolut: penyakit hati akut atau
15 % TG ↓ 7-30 % emzim hati kronik Relatif : penggunaan
HDL ↑ 10%–
12
Berikut ini akan dirinci lebih lanjut tentang jenis obat hipolipidemik mengenai
farmakokinetik dan farmakodinamiknya.
1. Statin
• Keputusan untuk memulai terapi statin harus didahului dengan pemberian informasi
yang jelas kepada pasien tentang risiko dan manfaat dari statin, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor tambahan seperti komorbiditas, harapan hidup
dan aspek ekonomi.
• Target untuk kolesterol total dan kolesterol LDL tidak dianjurkan jika indikasi
pemberian statin adalah untuk pencegahan primer
13
dibuat oleh pasien dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan penggunaan statin
selanjutnya dan kapan melakukan evaluasi ulang dari profil lipid.
14
Statin sebagai pencegahan sekunder
• Terapi statin direkomendasikan pada pasien dewasa yang disertai dengan bukti
klinis kelainan kardiovaskular
2. Asam Fibrat
3. Asam Nikotinik
4. Ezetimibe
Penentuan masalah pada pasien dicari dengan melakukan proses klinis yang
terdiri dari anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium penunjang.
Dari proses klinis tersebut diatas maka akan dapat diidentifikasi masalah pasien yang
dapat dibagi menjadi :
• Masalah non-kardiovaskular.
Setelah penentuan masalah pada pasien pada langkah pertama, maka langkah
kedua adalah melakukan penghitungan risiko kardiovaskular, dan melakukan
klasifikasi kelompok risiko yang akan mempengaruhi pilihan terapi. Untuk langkah
kedua ini bisa menggunakan panduan alur dari ATP III (alur 1) atau bisa dengan
menggunakan panduan ACC/AHA 2013 (alur 2).
yang pertama dilakukan adalah identifikasi adanya PJK atau masalah yang
setara dengan PJK seperti adanya penyakit arteri karotis, penyakit arteri
perifer, atau aneurisma aorta abdominalis.
o jika K-LDL ≥ 130 mg/dl dengan target K-LDL < 100 mg/dl. Untuk kelompok
risiko sedang yang mempunyai lebih dari dua faktor risiko mayor dan SRF >
10-20% maka target LDL < 130 mg/dl dengan pemberian statin jika K-
LDL ≥ 130 mg/dl.
o Untuk kelompok risiko sedang dengan 2 faktor risiko mayor dan SRF <
10% maka dilakukan pemberian statin jika K-LDL ≥ 160 mg/dl dengan target
K-LDL < 130 mg/dl. Pada kelompok risiko rendah pemberian statin jika
LDL ≥ 190 mg/dl dengan target < 160 mg/dl
• Pada alur dua (ACC/AHA 2013) dimulai dengan identifikasi adanya bukti
klinis ASCVD seperti sindroma koroner akut, riwayat infark miokard, angina stabil
maupun angina unstabil, riwayat revaskularisasi koroner, stroke atau penyakit arteri
perifer.
pasien mengeluhkan nyeri otot atau mengalami kelemahan otot. Untuk keadaan
keadaan khusus seperti stroke dan sindroma koroner akut, maka pemantauan dan
evaluasi dilakukan sesuai dengan perjalanan penyakitnya seperti yang telah
disebutkan pada bab sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam dekade terakhir, makin banyak bukti ilmiah yang membuktikan
hubungan terjadinya dislipidemia dengan timbulnya penyakit kardiovaskuler
seperti stroke dan penyakit jantung koroner.
Meskipun banyak faktor yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler namun
peningkatan kadar LDL disepakati sebagai faktor risiko yang terpenting sehingga
merupakan target utama terapi.
Pengelolaan pasien dislipidemia terdiri dari terapi gaya hidup sehat dan
terapi farmakologi. Statin merupakan obat yang direkomendasikan untuk menurunkan
LDL karena bekerja dengan jalan menghambat sintesis LDL di hati. Disamping itu
statin juga mempunyai efek pleiotropik yang berguna dalam pengelolaan penyakit-
penyakit kardiovaskuler.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grundy SM, Cleeman JI, Merz CNB. Implications of Recent Clinical Trials for
the National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III
Guidelines. Circulation. 2004;110:227-39.
2. World Health Organization 2014 : A Wealth of information on global public health.
2014.
3. Laporan nasional riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007. In: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, editor. 2007.
4. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI
tahun 2013. Laporan nasional riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013. 2014.
5. Grundy SM, Ji Cleeman , Merz CN. Implications of recent clinical trials for
the National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III
Guidelines. Circulation 2004;110:227–39.
6. Tan Hoan Tjay,Drs, dkk.2002. Obat-Obat Penting Edisi Kelima. Gramedia : Jakarta.
7. Anderson TJ, Grégoire J, Hegele RA, Couture P, Mancini J, McPherson
R. 2012 Update of the Canadian Cardiovascular Society Guidelines for the
Diagnosis and Treatment of Dyslipidemia for the Prevention of Cardiovascular
Disease in the Adult. Canadian Journal of Cardiology. 2013;29(151-167).
8. Perkeni. 2015. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta.2015
9. Jellinger PS, Smith DA, Mehta AE, Ganda O. American association of clinical
endocrinologist guidelines for management of dyslipidemia and prevention of
atherosclerosis. Endocr Pract. 2012;18(Suppl 1).