Anda di halaman 1dari 47

PROJEK PROPOSAL PENELITIAN

O
L

Nama : Joan Meltri Sinaga

Nim : 5172121003

Kelas : PTM A

Mapel :Metodologi Penelitian pendidikan

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke pada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-nya yang

melimpah sehingga projek ini dapat terselesaikan dengan baik. Projek ini yang berjudul

“Hubungan yang positif antara disiplin belajar terhadap prestasi belajar keterampilan

membubut” kelas XI Jurusan Mesin Produksi (MP) di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun

Ajaran 2017/2018 semester genap. Namun berkat karunia dari Tuhan dan dukungan serta

semangat dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. SyamsulGultom, S.KM. M.Kes. SelakuRetorUniversitasNegri Medan

2. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Medan

3. Ibu Dr. Rosnelli, M.Pd, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Teknik

Universitas Negeri Medan.

Medan, November 2019

Joan Meltri Sinaga

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….ii
DAFTAR ISI x

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………1


A.Latar Belakang Masalah..
B.Identifasi Masalah
C.Pembatasan Masalah
E.Tujuan Penelitian
F.Manfaat penelitian

BAB IIKAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS…10


A.Deskripsi Teori…………………………………………………………….10
1.Rasa percayaan Diri………………………………………………………..10
2.Kerpercayaan Diri Lahir…………………………………………………...16
3.Prestasi belajar……………………………………………………………...19
4.Kesiapan Kerja……………………………………………………………..24
B.Penelitian Yang Relevan…………………………………………………..29
C.Kerangka Berpikir…………………………………………………………31
2.Hubungan Prestasi Mata Diklat kejuruan Dengan Kesiapan Kerja………..32

3.Hubungan Rasa Percaya Diri Siswa dan Prestasi Mata Diklat Kejuruan dengan
Kesiapan Kerja……………………………………………………………….32
D.Hipotesis Penelitian……………………………………………………….33
E.Paradigma Penelitian………………………………………………………34

BAB IIIMETODPENELITIAN…………………………………………….35
A.Disain Penelitian………………………………………………………......35
B.Defenisi Operasional Variabel Penelitian…………………………………35
1.Defenisi Operasional Penelitian……………………………………………35
C.Populasi dan Sampel Peneltian…………………………………………….36
D.Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………37

27
1.Kuisioner atau Angket…………………………………………………….37
2.okumentasi…………………………………………………………………37
E.Variabel Penelitian…………………………………………………………37
F.Instrumen Penelitian………………………………………………………..38
G.Uji Coba Instrumen………………………………………………………..40
1.Uji Validitas Angket Rasa Percaya Diri Dan Kesiapan Kerja…………….40
2.Uji Reliabilitas Angket……………………………………………………..42
3.Teknik Analisis Data………………………………………………………43

H.Uji Persyaratan Analisis……………………………………………………44


1.Uji Normalitas………………………………………………………………44
2.Uji Linearitas……………………………………………………………..…45
I.Pengujian Hipotesis………………………………………………………….46
1.Analisis Kofisin Korelasi Jenjang Nihil Variabel Penelitian………………..46
2.Korelasi Persial………………………………………………………………47
3.Perhitungan kofisien korelasi ganda…………………………………………48

28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

individu yang secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang

dan mengikuti laju perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

dalam rangka untuk mensukseskan pembangunan yang senantiasa mengalami

perubahan, sejalan dengan tuntutan kebutuhan industri keterampilan. Pendidikan

dan ketenagakerjaan mempunyai hubungan yang erat. Pendidikan yang baik akan

meningkatkan kualitas tenaga kerja atau disebut pengembangan sumber daya

manusia yang mencakup semua usaha yang dilakukan, serta mempersiapkan

seseorang menjadi manusia seutuhnya yang mampu berpikir logis dan rasional.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia selalu mengadakan

berbagai upaya untuk mengembangkan kehidupannya. Manusia harus mampu

menghadapi perubahan dan permasalahan yang timbul dalam kehidupan ditengah-

tengah masyarakat, manusia juga harus menemukan jati dirinya, dan manusia

tidak pernah berhenti belajar agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan

dan perubahan yang terjadi. Sehubungan dengan upaya-upaya tersebut maka

penddikan akan memegang peranan penting.

Hal ini sejalan dengan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN) NO. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa “Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

29
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan

negara”.

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, maka Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan lembaga pendidikan formal,

bertanggung jawab mempersiapkan lulusannya menjadi tenaga kerja yang

terampil dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja yang

tersedia di industri dan mampu mengembangkan potensi dirinya dalam

mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Garis-garis Besar

Program Pengajaran (GBPP) kurikulum 2009 menyatakan bahwa tujuan SMK

adalah sebagai:

1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta pengembangan

sikap profesional.

2. Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karir, mampu berkompetisi, dan

mampu mengembangkan diri.

3. Menyiapkan tenaga kerja menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha

dan dunia industri pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.

4. Menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

Menurut Hamalik (2001:32), guna mencapai tujuan-tujuan di atas

pemerintah indonesia telah banyak menempuh usaha perbaikan dalam pendidikan.

Usaha perbaikan yang dilaksanakan diantaranya: (1) Perubahan kurikulum, (2)

Peningkatan kualitas, (3) Pengadaan metode pengajaran, (4) penyediaan bahan-

30
bahan pengajaran, dan (5) Pengembangan media pendidikan dan pengadaan alat-

alat laboratorium dan sebagainya.

Dunia pendidikan mengalami banyak hambatan yang cukup pelik yang

membutuhkan pemecahannya. Seperti yang terjadi dewasa ini semakin

meningkatnya jumlah remaja usia sekolah yang tidak mencerminkan sikap sebagai

pelajar misalnya terlampau santai, bolos dari sekolah, ikut-ikutan tauran dan

sebagainya. Penyebab kenakalan remaja adalah lingkungannya, baik lingkungan

keluarga seperti kurangnya komunikasi dan motivasi dari orang tua dan juga

lingkungan sekolah seperti kurangnya disiplin belajar disekolah.

Rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor yang

diantaranya berhasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang sering disebut factor

internal dan juga yang berasal dari luar diri siswa yang juga sering disebut faktor

eksternal. Faktor yang berasal dari dalam siswa itu sendiri siswa tersebut adalah

kemampuan, tanggung jawab, minat belajar, motivasi belajar, kemandirian serta

kedisplinan belajar.

SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan adalah salah satu lembaga pendidikan

yang berbasis pengetahuan, teknologi, keterampilan, sikap mandiri, dan

kedisiplinan serta etos kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai

dengan bidangnya. Hal tersebut di perlukan untuk menyiapkan lulusan yang dapat

memenuhi kebutuhan di dunia industri saat ini.

Dalam proses belajar, disiplin merupakan bentuk pengendalian diri yang

dilakukan dengan kesadaran untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa yang

memiliki disiplin belajar akan menunjukkan ketaatan dan patuh terhadap

31
peraturan-peraturan untuk dapat menjalankan kewajibannya dalam belajar yang

dilakukan dengan senang hati dan kesadaran diri dalam mencapai suatu kondisi

untuk prestasi belajar yang lebih baik, baik belajar di sekolah maupun belajar di

rumah. Selain disiplin belajar, dalam proses belajar motivasi juga sangat

diperlukan. Motivasi belajar merupakan sebuah keinginan kuat yang timbul dalam

diri siswa untuk mampu memahami, menguasai dan menyerap segala materi yang

disampaikan guru pada saat proses pembelajaran. Bila tidak adanya motivasi

belajar siswa, mungkin di dalam diri siswa tersebut akan timbul rasa malas untuk

menyelesaikan semua tugas-tugas yang diberikan oleh guru maupun dalam

mengikuti proses belajar mengajar disekolah.

Pudjijogyanti (1998:11), dari pengamatan yang dilakukan ternyata banyak

siswa mengalami kegagalan dalam pelajaran bukan disebabkan oleh tingkat

intelegensi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, melainkan oleh adanya

perasaan individu terhadap kualitas kemampuan yang dia miliki akan

mempengaruhi motivasinya dalam melakukan tugasnya.

Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dilapangan kepada guru

mata pelajaran teknik pemesinan bubut yakni nilai siswa dalam pelajaran

keterampilan membubut masih jauh dari yang diharapkan, dapat dilihat pada

daftar nilai siswa kelas XI Jurusan Mesin Produksi (MP) di SMK Negeri 1 Percut

Sei Tuan pada Tahun Ajaran 2017/2018, terdata persentase nilai ketuntasan dan

nilai yang tidak tuntas yaitu :

32
1. Nilai yang mencapai ketuntasan hanya sebesar 67% atau sebanyak 39

siswa dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 58 siswa.

2. Nilai yang tidak mencapai ketuntasan sebesar 33% atau sebanyak 19 siswa

dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 58 siswa.

Dari pemaparan data diatas menunjukkan bahwa masih banyak s kelas XI

Jurusan Mesin Produksi (MP) di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan yang

memperoleh nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah

ditentukan yaitu 70, sehingga harus dilakukan remedial atau pemberian tugas

tambahan. Untuk terjun menuju dunia industri dikalangan siswa SMK menuntut

peserta didik harus memperoleh nilai yang tidak hanya memenuhi KKM saja

melainkan dengan nilai diatas KKM yang telah ditetapkan agar memenuhi kriteria

yang sedang dibutuhkan industri.

Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang

siswa, namun dalam hal ini peneliti merasa bahwa dengan adanya disiplin belajar

dan tingginya motivasi belajar maka prestasi belajar keterampilan membubut akan

cenderung tinggi. Dengan demikian penulis beranggapan bahwa selain faktor

ekonomi keluarga, kesehatan, lingkungan dan faktor-faktor lain yang dapat

meningkatkan prestasi belajar yang tinggi faktor disiplin belajar dan motivasi

belajar mempunyai pengaruh yang bersifat positif. Untuk membuktikan hal

tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Hubungan Disiplin Belajar dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi

Belajar Keterampilan Membubut Kelas XI Teknik Pemesinan SMK Negeri 1

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang T.A 2018/2019”.

33
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah disiplin belajar siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK

Negeri 1 Percut Sei Tuan?

2. Bagaimanakah motivasi belajar siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK

Negeri 1 Percut Sei Tuan?

3. Bagaimanakah prestasi belajar keterampilan membubut pada siswa kelas

XI Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan?

4. Apakah disiplin belajar mempengaruhi prestasi belajar keterampilan

membubut pada siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Percut

Sei Tuan?

5. Apakah motivasi belajar mempengaruhi prestasi belajar keterampilan

membubut pada siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Percut

Sei Tuan?

6. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi prestasi belajar keterampilan

membubut pada siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Percut

Sei Tuan?

7. Bagaimana hubungan disiplin belajar dan motivasi belajar terhadap

prestasi belajar keterampilan membubut kelas XI Teknik Pemesinan SMK

Negeri 1 Percut Sei Tuan?

34
C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah di

jabarkan diatas, banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar keterampilan

membubut pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Pemesinan di SMK

Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang T.A 2018/2019. Agar

pembahasan masalah mengarah pada tujuan yang akan dicapai maka dari latar

belakang masalah dan identifikasi masalah diatas peneliti membatasi masalah

hanya pada variabel disiplin belajar dan motivasi belajar yang dihubungkan

dengan prestasi belajar keterampilan bubut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan yang positif dan berarti antara disiplin belajar

terhadap prestasi belajar keterampilan membubut?

2. Apakah terdapat hubungan yang positif dan berarti antara motivasi belajar

terhadap prestasi belajar keterampilan membubut?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan berarti antara disiplin belajar

dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar keterampilan membubut?

35
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara disiplin belajar terhadap

prestasi belajar keterampilan membubut?

2. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara motivasi belajar terhadap

prestasi belajar keterampilan membubut?

3. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara disiplin belajar dan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar keterampilan membubut?

F. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan

memberi manfaat :

1. Manfaat secara praktis :

Sebagai bahan masukan bagi sekolah SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya paket keahlian

Teknik Pemesinan, dan dapat berguna bagi SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan

dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan prestasi belajar

praktek pemesinan siswa jurusan teknik pemesinan.

2. Manfaat secara teoritis :

Sebagai bahan referensi sehingga dapat digunakan untuk mendapat

gambaran mengenai disiplin belajar, motivasi belajar dan prestasi belajar

keterampilan membubut, Dan sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih

lanjut tentang hal yang sama dalam penelitian ini.

36
BAB II

KAJIAN TEORI

A. KERANGKA TEORITIS

1. Hakekat Prestasi Belajar Ketarampilan Membubut

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni

prestasi dan belajar. Antara prestasi dan belajar mempunyai arti yang

berbeda. Untuh lebih mengetahui tentang prestasi belajar yang dimaksud,

maka perlu adanya pembahasan, apa sebenarnya pengertian prestasi

belajar tersebut?

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan

baik secara individu maupun secara kelompok. Menurut hamdani

( 2011:138) prestasi adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas

dalam mengajar. Sedangkan menurut syah (2015:139) menyatakan prestasi

adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dalam sebuah program. Jadi prestasi itu adalah kemapuan nyata seorang

sebagai hasil dari melakukan suatu usaha kegiatan tertentu yang dapat

diukur hasilnya.

Istilah belajar sudah akrab dengan kehidupan kita sehari-hari, yaitu kita

sering menjumpai penggunaan istilah belajar, seperti belajar membaca,

belajar bernyanyi, belajar berbicara, belajar metematika dan lain-lain.

Masih banyak penggunaan istilah belajar, bahkan kegiatan belajar yang

sifatnya lebih umum dan tidak mudah diamati, seperti belajar hidup

37
mandiri, belajar menghargai waktu, belajar berumah tangga, belajar

bermasyarakat dan sebagainya. Djamrah (2011:13) mengatakan bahwa

belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

prubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengamatan individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotor. Sedangkan menurut Slameto (2010:2) adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Jadi yang dimaksud dengan

belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Maksudnya adalah proses

perubahan tingkah laku menuju pada pengetahuan, pemahaman, konsep

dan keterampilan serta perubahan pada sikap, dari yang tidak tahu menjadi

tahu, dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru yang bisa bermanfaat

bagi lingkungan dan individu itu sendiri. Belajar merupakan kegiatan yang

terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung

seumur hidup.

Menurut Hamalik (2007:68) Prestasi belajar merupakan sesuatu yang

dibutuhkan seseorang untuk mengetahui kemampuan setelah melakukan kegiatan

yang bersifat belajar, karena prestasi adalah hasil belajar yang mengandung unsur

penilaian, hasil usaha kerja dan ukuran kecakapan yang dicapai suatu saat.

Sedangkan menurut Wirawan (1996:2002) menyatakan bahwa prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya sebagian dinyatakan

dengan nilai-nilai dalam buku rapornya.

38
Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga

ranah yaitu:

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif menitikberatkan pada masalah bidang intelektual, sehingga

kemampuan akal akan mendapatkan perhatian yaitu kerja otak untuk dapat

menguasai berbagai pengetahuan yang diterimanya. Ranah kognitif

diklasifikasikan dalam beberapa tingkat yaitu pengetahuan, pemahaman,

penerapan (aplikasi), analisis (pengkajian), sintesis dan evaluasi.

b. Ranah afektif

Ranah afektif menitikberatkan pada bidang sikap dan tingkah laku. Aspek

ini berkaitan dengan sikap mental, perasaan dan kesadaran siswa. Prestasi

belajar aspek afektif dapat dikatakan berhasil apabila siswa benar-benar

mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan dan apa

yang diharapkan guru. Ranah afektif diklasifikasikan dalam beberapa

tingkatan kategori yaitu penerimaan, penanggapan (merespon), penilaian,

pengorganisasian dan karakterisasi.

c. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor adalah kemampuan didalam masalah skill atau

keterampilan dan kemampuan bertindak. Prestasi belajar aspek psikomotor ini

merupakan tingkah laku nyata dan dapat diamati. Ranah psikomotor

diklasifikasikan dalam beberapa aspek yaitu persepsi, kesiapan, Respon

terpimpin, mekanisme dan respon yang komplek.

39
Dalam setiap perbuatan manusia untuk mencapai tujuan, selalu diikuti oleh

pengukuran dan penilaian, demikian pula halnya dengan proses pembelajaran.

Dengan mengetahui prestasi belajar, dapat diketahui kedudukan anak di dalam

kelas, apakah anak termasuk kelompok pandai, sedang atau kurang. Prestasi

belajar dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun simbol pada periode

tertentu, misalnya tiap semester. Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku

yang berwujud perubahan ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan

nilai yang dapat diukur melalui tes atau angka yang diberikan guru. Bila angka

yang diberikan guru rendah, maka prestasi seseorang dianggap rendah, dan

sebaliknya bila angka yang diberikan guru tinggi, maka prestasi seorang siswa

dianggap tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa yang sukses dalam belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui proses belajar

mengajar akan menyebabkan perubahan pada individu terhadap suatu keadaan

yang lebih mengacu pada tingkat keberhasilan belajar yang diorientasikan pada

hasil yang di capai sebagai prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan suatu

pencapaian yang di tunjukkan dengan nilai yang diraih oleh siswa berupa skor

atau angka yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menguasai materi

pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan tes terhadap mata pelajaran

terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan keadaan tinggi rendahnya

prestasi yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar

siswa biasanya pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan

40
dalam buku laporan prestasi belajar siswa atau raport. Raport merupakan

perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi

belajar. Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi

anak didik, pendidik, wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang

diberikan merupakan prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan

keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah.

Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar

mengajar.

Sudjana (2005:11) mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses

pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

Dalam penilaian, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan

dan tingkah laku yang dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan

acuan penilaian.

Prestasi belajar dapat dilihat dari hasil ulangan harian (formatif), nilai

ulangan tengah semester (sub sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).

Dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi belajar siswa adalah hasil ujian

semester ganjil siswa kelas XI paket keahlian teknik pemesinan pada mata

pelajaran teknik pemesinan bubut.

Mata pelajaran teknik pemesinan bubut merupakan salah satu mata

pelajaran di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan. Mata pelajaran ini mempelajari

tentang mengetahui apa itu mesin bubut, mengetahui komponen-komponen mesin

41
bubut hingga sampai kepada, bagaimana menggunakan mesin bubut sehingga

dapat menghasilkan suatu produk.

Sumbodo (2008:273) mengemukakan bahwa mesin bubut merupakan

salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip kerja mesin bubut ialah menghilangan

bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu dimana benda kerja

diputar dengan kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses

pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu

putar benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan

gerakkan translasi dari pahat disebut gerak makan (feeding).

Penilaian keterampilan adalah suatu penilaian yang dilakukan untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan untuk

melakukan tugas tertentu di dalam berbagai macam konteks sesuai dengan

indikator pencapaian kompetensi dalam pelaksanaannya, penilaian keterampilan

dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti penilaian kinerja, penilaian

proyek, dan penilaian portofolio.

Dapat disimpulkan prestasi belajar keterampilan membubut adalah

kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan praktek membubut,

berupa kemampuan psikomotorik dan dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau

kata-kata baik, sedang dan kurang dan untuk mendapatkan prestasi belajar

keterampilan membubut siswa adalah kemampuan praktek siswa pada mata

pelajaran teknik pemesinan bubut dalam satu semester yang dapat dilihat dari

Daftar Kumpulan Nilai (DKN).

42
2. Hakekat Disiplin Belajar

Disiplin berasal dari bahasa latin “discilina” yang menunjukan pada

kegiatan belajar dan mengajar sedangkan bahasa inggrisnya yaitu “discipline”

yang berarti tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri,

meluruskan atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau

karakter moral, hukuman yang diberikan untuk mealatih dan memperbaiki atau

kumpulan sistem-sistem peraturan bagi tingkah laku.

Suparman (2010:127) menyatakan bahwa disiplin belajar merupakan suatu

proses yang dapat menambahkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan

meningkatkan tujuan belajarnya secara obyektif, melalui kepatuhannya

menjalankan peraturan yang diberikan. Seorang siswa yang mempunyai disiplin

belajar yang tinggi pasti akan mencapai kesuksesan dan prestasi belajar yang

besar di bandingkan dengan siswa yang mempunyai disiplin yang rendah. Dengan

disiplin belajar yang tinggi yang dimiliki siswa, siswa tersebut akan memiliki

waktu dan kemauan yang lebih besar untuk belajar, sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajarnya.

Menurut Hurlock (1978:83) mengemukakan bahwa disiplin itu perlu untuk

perkembangan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu

diantaranya: (1) Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa

yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. (2) Dengan membantu anak

menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah, perasaan

yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk.

Disiplin memungkinkan anak hidup standar yang di setujui kelompok sosial dan

43
dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. (3) Dengan disiplin, anak

belajar bersikap menurut cara yang akan mendatngkan pujian yang akan

ditafsirkan amak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. (4) Disiplin yang

sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai pendorong ego yang mendorong

anak mencapai apa yang diharapkan darinya. (5) Disiplin membantu anak

mengembangkan hati nurani atau suara dari dalam yang membimbing dalam

mengambil suatu keputusan dan pengendalian perilaku.

Henri Leberti (2006:157) mengatakan disiplin adalah suatu tata tertulis

yang mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Kemudian Djamarah

(2006) menyatakan ada dua jenis disiplin, yaitu: (1) Disiplin yang muncul karena

kesadaran yang disebabkan faktor seseorang dengan sadar bahwa hanya dengan

disiplin akan dapat kesuksesan dalam segala hal, dengan disiplin didapatkan

keteraturan dalam kehidupan. (2) Disiplin yang muncul karena keterpaksaan

biasanya dilakukan dengan paksaan. Keterpaksaan ini karena takut atau dikenakan

sanksi hukuman akibat pelanggaran terhadap peraturan.

Seorang dikatakan memiliki disiplin jika ia mengarahkan tingkah lakunya

sesuai dengan kebutuhan dan selaras pula dengan patokan-patokan tingkah laku

yang berlaku. Demilkian juga dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan baik

itu didalam keluarga maupun masyarakat, bagaimana individu itu mampu

diarahkan dan dikendalikan.

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan

lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan disekolahnya, dan

44
setiap siswa di tuntut untuk dapat berprilaku sesuai dengan tata tertib yang berlaku

disekolahnya.

Sekolah merupakan institusi sosial yang melatih generasi muda supaya

berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia, sekolah sebagai lembaga pendidikan

dan juga merupakan salah satu lembaga yang ikut membentuk dan membina

disiplin anggota masyarakat. Adapun aspek-aspek disiplin dapat dijalan sebagai

berikut:

1. Pengendalian diri dalam belajar

Pengendalian diri dalam belajar adalah kemampuan siswa dalam

mengendalikan kegiatan atau suatu tindakan yang akan dilakukan, dalam

hal ini mengatasi hambatan yang datang dari luar dirinya yang merupakan

ajakan dari keinginan yang dapat mengganggu proses belajar yang telah di

rencanakan.

2. Kepatuhan siswa terhadapat peraturan sekolah

Dalam hal ini kepatuhan siswa terhadap peraturan sebagai wujud nyata

dari disiplin belajar adalah kepatuhan siswa yang muncul karena adanya

kesadaran untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat. Hal ini dilakukan

bukan karena ada sanksi hukum akibat pelanggaran terahadap peraturan.

3. Persiapan diri dalam belajar

Dalam hal ini seorang siswa ditentukan untuk melaksakan disiplin belajar

secara kontiniu atau terus menerus karena adanya kesadaran pribadi

sehingga menjadi suatu kebiasaan untuk smpai kepada belajar yang efisien

maka siswa harus mampu mengatur waktu belajarnya, selalu menjaga

45
konsentrasi dalam belajar, mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan waktu

yang ditentukan. Persiapan diri dalam belajar haruslah terlatih dan

dibiasakan dengan rutin agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

4. Prilaku yang tertib dalam belajar

Perilaku yang tertib dalam belajar adalah kemampuan siswa dalam

melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan aturan, mentaati

dengan ikhlas jadwal belajar yang telah di susun dan menyelesaikanny

dengan tepat waktu merupakan wujud dari rasa menghargai waktu dan

mengorbankan apa saja demi perjuangan menegakkan disiplin belajar dan

melakukannya penuh semangat.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

disiplin belajar adalah ketaatan (kepatuhan) sikap seseorang yang menunjukkan

ketaatan dalam peraturan atau tata tertib dalam belajar yang telah ada dilakukan

dengan senang hati dan kesadaran diri. Maka seorang siswa yang memilik disiplin

belajar maka akan belajar dengan terarah. Dari uraian terdahulu di dapat beberapa

indikator disiplin belajar, yaitu: (1) Pengendalian diri dalam belajar, (2)

Kepatuhan siswa terhadap suatu peraturan sekolah, (3) Persiapan diri dalam

belajar keterampilan membubut, (4) Prilaku dan tindakan dalam belajar

keterampilan membubut.

46
3. Hakekat Motivasi Belajar

Motivasi berawal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, daya penggerak dari

dalam diri untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Berawal dari kata “motif” maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak

(Sardiman, 2011:73). Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) disebut bahwa

motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak

sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Menurut Mc. Donald dalam Djamarah (2011:73) yang mengatakan bahwa

“motivasi adalah suatu perubahan energi didalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan”. Perubahan energi didalam diri seseorang itu dapat berbentuk suatu

aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Oleh karena seseorang mempunyai tujuan

dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk

mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan.

Menurut Hamalik dalam Kompri (2015:231) motivasi sangat menunjukkan

tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa, belajar tanpa adanya

motivasi akan sangat sulit untuk berhasil. Sebab, seseorang yang tidak

mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas

belajar. Menurut Sumiati dan Astra (2007:59) motivasi belajar adalah sesuatu

yang mendorong siswa untuk berprilaku yang langsung menyebabkan munculnya

47
prilaku dalam belajar. Siswa akan melakukan kegiatan belajar betapapun beratnya

jika ia mempunyai motivasi yang tinggi, motivasi belajar memegang peranan

yang cukup besar terhadap pencapaian hasil, tanpa motivasi belajar siswa tidak

akan dapat belajar.

Motivasi belajar menurut Winkel (2007) ialah keseluruhan daya penggerak

psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin

kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu

demi mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Sardiman (2011) menyatakan bahwa

dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan segala keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar san yang memberikan arah pada kegiatan

belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar mengajar sangat penting,

karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan

semangat kepada siswa dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk

atas perbuatan yang dilakukannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka harus

dilakukan suatu upaya agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Dengan

demikian siswa yang bersangkutan dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.

Manusia merupakan faktor yang sangat penting setiap organisasi. Apakah

itu organisasi politik, pemerintahan, sosial, kemasyarakatan, perdagangan,

keagamaan, pendidikan dan sebagainya. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan

(sekolah) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat ditentukan oleh

48
berbagai perilaku manusia yang ada dalam sekolah itu sendiri, perilaku manusia

yang diwujudkan dalam hasil belajar siswa yang unggul merupakan tolok ukur

keberhasilan suatu sekolah untuk menghasilkan hasil belajar siswa yang optimal

sebagai wujud dari perilaku positif sangat ditentukan oleh motivasi yang dimiliki

oleh setiap individu yang menjadi anak didik suatu sekolah tersebut.

Motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang

anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuannya dalam bentuk

keahliannya atau ketrampilan, tenaga dan waktuuntuk menggerakkan berbagai

kegiatan yang menjadi tanggungjawbnya dan menunaikan kewajiban dalam

rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya

(Siagian:1995).

Selanjutnya siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi adalah orang

(siswa) yang merasa senang dan mendapatkan kepuasan belajar. Ia akan lebih

berusaha untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dengan semangat yang

tinggi, serta selalu berusaha mengembangkan tugas dan dirinya, dan senantiasa

merasa senang terhadap tugasnya sebagai peserta didik. Pada dasarnya, pada diri

setiap manusia ada dorongan untuk ingin maju, ingin lebih baik dari orang lain

dan makin kuat imannya, maka semakin menyadari bahwa hari esok harus lebih

baik dari hari ini.

Dari uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dapat

mempengaruhi prilaku seseorang mencapai sasaran yang diinginkan, sebaliknya

siswa yang tidak memiliki motivasi yang tinggi akan belajar dengan seadanya

saja, yang penting aktifitas belajar itu tidak menjadi masalah baginya. Jadi

49
motivasi belajar siswa ialah keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah

pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan yang dikehendaki agar dapat belajar

dengan baik. Kuat dan lemahnya motivasi belajar seorang peserta didik akan turut

menentukan besar kecilnya hasil belajar, dengan indikator: (1) Melakukan sesuatu

dengan sebaik mungkin, (2) Melakukan sesuatu yang sangat penting yang berarti

pada pelajaran teknik pemesinan bubut, (3) Senang terhadap tugasnya (belajar),

(4) Melakukan atau menyelesaikan pelajaran yang sukar pada pelajaran teknik

pemesinan bubut dengan baik, (5) Bersedia menerima kritikan, (6) menghasilkan

inisiatip dalam belajar.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan

penelitian ini sebagai berikut:

Pertama penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal (2017) tentang

hubungan fasilitas belajar dan motivasi belajar dengan hasil belajar teknik

pemesinan bubut siswa kelas XI paket keahlian teknik pemesinan SMK Swasta

Budhi Darma Indrapura Kabupaten Batu Bara Tahun Ajaran 2016/2017, bahwa

terdapat hubungan yang positif dan berarti antara fasilitas belajar dan motivasi

belajar dengan hasil belajar teknik pemesinan bubut

Kedua penelitian yang dilakukan oleh Ade Kurniawan (2013) tentang

hubungan antara membaca gambar teknik mesin dan disiplin belajar dengan hasil

belajar menggunakan mesin bubut siswa kelas tingkat II kompetensi keahlian

teknik pemesinan SMK Indonesia Membangun 1 Medan bahwa terdapat

50
hubungan yang positif dan berarti antara kemampuan membaca gambar teknik

mesin dan disiplin belajar dengan hasil belajar menggunakan mesin bubut.

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Rudi Agustia (2017) tentang

hubungan antara motivasi belajar dan disiplin belajar dengan hasil belajar dasar

pengukuran pada siswa Kelas XI SMK Harapan Stabat Tahun Ajaran 2016/2017,

bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dan

disiplin belajar dengan hasil belajar dasar pengukuran.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar Keterampilan

Membubut

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang tertera di krangka teoritis, bahwa

disiplin belajar adalah ketaatan (kepatuhan) sikap seseorang yang menunjukkan

ketaatan dalam peraturan atau tata tertib dalam belajar yang telah ada dilakukan

dengan senang hati dan kesadaran diri. Seorang siswa yang memiliki disiplin

belajar yang tinggi maka akan belajar dengan terarah. Faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa, salah satunya adalah disiplin dalam belajar.

Prestasi belajar keterampilan membubut adalah kemampuan yang

diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan praktek membubut, berupa

kemampuan psikomotorik dan dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-

kata baik, sedang dan kurang dan untuk mendapatkan prestasi belajar

keterampilan membubut siswa adalah kemampuan praktek siswa pada mata

pelajaran teknik pemesinan bubut dalam satu semester yang dapat dilihat dari

Daftar Kumpulan Nilai (DKN). Dengan demikian dengan adanya disiplin diri

51
dalam belajar yang tertanam dalam diri setiap siswa, hal ini akan menjadikan

mereka lebih aktif dan kreatif serta akan meningkatkan ketekunan serta

memperbesar kemungkinan siswa untuk berkreasi dan berprsestasi dalam

keterampilan membubut. Oleh karena itu, setiap siswa harus memiliki disiplin

dalam belajar agar mereka bisa memiliki prestasi yang bagus.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diduga bahwa terdapat hubungan

yang positif dan berarti antara disiplin belajar terhadap prestasi belajar

keterampilan membubut.

2. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Keterampilan

Membubut

Sebagaimana telah dijelaskan dalam kerangka teoritis bahwa motivasi

belajar sangatlah diperlukan karena dengan motivasi, hasil belajar akan menjadi

lebih optimal. Motivasi belajar juga merupakan suatu keadaan yang mendorong

siswa untuk melakukan aktivitas belajar berupa dorongan untuk berprestasi,

harapan besar untuk sukses, semangat belajar, usaha-usaha belajar yang

dilakukan, kebutuhan dan prestasi belajar yang diharapkan.

Prestasi belajar keterampilan membubut adalah kemampuan yang

diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan praktek membubut, berupa

kemampuan psikomotorik dan dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-

kata baik, sedang dan kurang dan untuk mendapatkan prestasi belajar

keterampilan membubut siswa adalah kemampuan praktek siswa pada mata

pelajaran teknik pemesinan bubut dalam satu semester yang dapat dilihat dari

Daftar Kumpulan Nilai (DKN). Dengan demikian jika seorang siswa memiliki

52
motivasi belajar yang tinggi maka keterampilan, pengetahuan serta sikap siswa

akan meningkat semakin tinggi dalam pelajaran teknik keterampilan membubut

dan siswa akan berusaha mengatur waktunya dengan baik, sesuai dengan tugas

pokoknya sebagai siswa yang dalam proses belajar selagi masih dalam usia belajar

serta memiliki kreatifitas untuk mengembangkan dirinya sebagai bekalnya

ditengah-tengah dunia industri atau dunia usaha.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diduga bahwa bila seorang siswa

memiliki motivasi belajar yang tinggi akan menimbulkan prestasi belajar

keterampilan membubut yang tinggi/baik pula, dengan kata lain terdapat

hubungan yang positif dan berarti antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar

keterampilan membubut.

3. Hubungan Disiplin Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Keterampilan Membubut

Berdasarkan berbagai pendapat dan krangka berpikir di atas, disiplin dan

motivasi pada dasarnya memiliki keterkaitan dan sangat dibutuhkan dalam diri

siswa agar proses belajar mengajar mendapatkan hasil yang baik dalam meraih

suatu prestasi belajar. Siswa yang memiliki disiplin belajar akan menunjukkan

ketaatan dan patuh terhadap peraturan-peraturan untuk dapat menjalankan

kewajibannya dalam belajar yang dilakukan dengan senang hati dan kesadaran

diri dalam mencapai suatu kondisi untuk prestasi belajar yang lebih baik, baik

belajar di sekolah maupun belajar di rumah. Untuk mendorong timbulnya disiplin

belajar, perlu juga adanya motivasi belajar, bila tidak adanya motivasi belajar

siswa, mungkin di dalam diri siswa tersebut akan timbul rasa malas untuk

53
menyelesaikan semua tugas-tugas yang diberikan oleh guru maupun dalam

mengikuti proses belajar mengajar disekolah. Siswa yang memiliki disiplin belajar

dan motivasi belajar akan berperan aktif pada saat proses belajar di sekolah, hadir

tepat waktu di sekolah, memiliki keseriusan dalam belajar, memiliki jiwa

berkompetensi, mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru.

Dengan demikian dapat diduga terdapat hubungan yang positif dan berarti

secara bersama-sama antara disiplin belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi

belajar keterampilan membubut.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berfikir yang telas dijelaskan

diatas, maka dapat diajukan hipotesis yang perlu diuji kebenarannya,

Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara hubungan disiplin

belajar terhadap prestasi belajar keterampilan membubut.

2. Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara hubungan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar keterampilan membubut.

3. Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara hubungan disiplin

belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar keterampilan

membubut.

54
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas XI Jurusan Mesin Produksi

(MP) di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2017/2018 semester genap.

Sedangkan pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Maret 2018.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Jurusan Mesin

Produksi (MP) di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2017/2018 yang

terdiri dari 3 kelas dengan siswa keseluruhan 97 orang. Jumlah siswa tiap-tiap

kelas terdiri dari kelas XI MP-1 sebanyak 32 orang, kelas XI MP-2 sebanyak 31

orang, dan kelas XI MP-3 sebanyak 34 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan sebagai sumber

data. Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan adalah

sampling jenuh. Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi.

Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Mengutip

pendapat Suharsimi Arikunto (2010:112), apabila populasi kurang dari 100 orang,

maka diambil keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang, maka sampel

diambil sebesar 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Berdasarkan pendapat

55
tersebut yang menjadi sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Jurusan

Mesin Produksi (MP) di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2017/2018,

yaitu sebanyak 97 orang.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif. Dengan demikian penelitian

ini tidak dilakukan perlakuan, tetapi data diungkap berdasarkan fakta yang telah

terbentuk sebelumnya.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui seberapa besar

hubungan disiplin belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa,

maka digunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian

korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang akan diteliti.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu

dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yaitu Disiplin Belajar

(X1) dan Motivasi Belajar (X2). Variabel terikat yaitu Prestasi Belajar

Keterampilan Membubut (Y).

X1

X2

1
2

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Keterangan:

X1 = Disiplin Belajar

X2 = Motivasi Belajar

Y = Prestasi Belajar Keterampilan Membubut.

= Arah Hubungan

E. Defenisi Operasional

Untuk mengukur variabel secara kuantitatif perlu diberi definisi

operasional, sebagai berikut:

a. Prestasi Belajar Keterampilan Membubut (Y) adalah hasil belajar yang

diperoleh melalui proses belajar mengajar mata pelajaran teknik

pemesinan bubut pada aspek psikomotorik (keterampilan) dimana hasilnya

dapat dinyatakan dengan angka, huruf atau kata-kata baik, sedang dan

kurang.

b. Disiplin Belajar (X1) adalah ketaatan (kepatuhan) sikap seseorang yang

menunjukkan ketaatan dalam peraturan atau tata tertib dalam belajar yang

telah ada dilakukan dengan senang hati dan kesadaran diri. Maka seorang

siswa yang memilik disiplin belajar maka akan belajar dengan terarah,

dengan indikator (1) Pengendalian diri dalam belajar keterampilan

membubut, (2) Kepatuhan siswa terhadap suatu peraturan sekolah, (3)


3

Persiapan diri dalam belajar keterampilan membubut, (4) Prilaku dan

tindakan dalam belajar keterampilan membubut.

c. Motivasi Belajar (X2) adalah daya dorong yang dimiliki oleh seorang

peserta didik untuk mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya

agar dapat bekerja dan belajar dengan baik, dengan indikator (1)

Melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin, (2) melakukan sesuatu yang

sangat penting dan berarti pada pelajaran teknik pemesinan bubut, (3)

senang terhadap tugasnya (belajar), (4) melakukan atau menyelesaikan

pelajaran yang sukar pada pelajaran teknik pemesinan bubut dengan baik,

(5) bersedia menerima kritikan, dan (6) menghasilkan inisiatif dalam

belajar.

F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data berkaitan dengan proses pengujian hipotesis, untuk itu

dalam pengumpulan data dilakukan dengan cermat untuk menghindari kesalahan-

kesalahan yang mungkin timbul.

1. Instrumen Prestasi Belajar Keterampilan Membubut

Pengumpulan data untuk prestasi belajar keterampilan membubut (Y)

dilakukan dengan dokumentasi. Pengambilan data dokumentasi ini dilakukan

dengan mengumpulkan nilai hasil ujian semester ganjil mata pelajaran teknik

pemesinan bubut yang diperoleh dari Daftar Kumpulan Nilai (DKN) di sekolah.

2. Instrumen Disiplin Belajar


4

Data disiplin belajar (X1) dijaring dengan menggunakan angket model

Skala Likert. Penggunaan angket model Likert ini terdiri dari empat jawaban

yang merentang dari “Sangat Setuju” sampai pada “Sangat Tidak Setuju”. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Skala Penilaian Angket Disiplin Belajar

No Pilihan Skor
1. Sangat Setuju 4

2. Setuju 3

3. Tidak Setuju 2

4. Tidak Sangat Setuju 1

Adapun item angket yang akan digunakan untuk menjaring data disiplin

belajar adalah 35 butir dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2

Kisi-kisi Angket Disiplin Belajar

No Indikator Nomor Butir Jumlah

1. Pengendalian diri dalam 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,


8
belajar 8
2. Kepatuhan siswa terhadap 9, 10, 11, 12, 13,
9
suatu peraturan sekolah 14, 15, 16, 17
3. Persiapan diri dalam belajar 18, 19, 20, 21, 22,
9
keterampilan membubut 23, 24, 25, 26
4. Prilaku dan tindakan dalam 27, 28, 29, 30, 31,
9
belajar keterampilan 32, 33, 34, 35
5

membubut
Jumlah 35

3. Instrumen Motivasi Belajar

Data motivasi belajar (X2) siswa dijaring dengan menggunakan angket

model Skala Likert. Penggunaan angket ini lebih cocok bila penelitian lebih

menekankan respon kelompok secara umum, waktu yang diperlukan untuk

meresponnya relatif singkat, membentuk subjek dalam menafsirkan butir yang

diajukan sehingga mengurangi salah tafsir dan lebih mudah dalam penskoran

hasilnya dan lebih efisien. Pengumpulan data model Likert ini terdiri dari 4

jawaban yang merentang dari “Selalu” sampai “Tidak Pernah”. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Skala Penilaian Angket Motivasi Belajar

No Pilihan Skor
1. Selalu 4

2. Sering 3

3. Kadang-Kadang 2

4. Tidak Pernah 1

Adapun kisi-kisi dari angket motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4

Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar


6

No Indikator No Butir Jumlah


7

Melakukan sesuatu dengan


1. 1, 2, 3, 4, 5 5
sebaik mungkin
Melakukan sesuatu yang

sangat penting dan berarti


2. 6, 7, 8, 9, 10 5
pada pelajaran teknik

pemesinan bubut
Senang terhadap tugasnya
3. 11, 12, 13, 14 4
(Belajar)
Melakukan atau

menyelesaikan pelajaran yang


4. 15, 16, 17, 18, 19 5
sukar pada pelajaran teknik

pemesinan bubut dengan baik


5. bersedia menerima kritikan 20, 21, 22, 23, 24 5
menghasilkan inisiatip dalam 25, 26, 27, 28, 28,

6. belajar 29, 30, 31, 32, 33, 11

34, 35
Jumlah 35
G. Uji Coba Instrumen

Sebelum menggunakan instrumen terlebih dahulu akan dilakukan uji coba

instrumen untuk mendapatkan instrumen yang sahih dan handal (valid dan

reliabel). Uji coba instrumen dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu alat ukur

mampu mengukur apa yang harus diukur (kesahihan) dan sejauh mana suatu alat

ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten dalam waktu dan

tempat yang berbeda (keterhandalan). Uji coba instrumen juga sekaligus untuk

melihat sampai se jauhmana responden dapat memahami butir-butir pertanyaan.

Uji coba instrumen ini dilakukan pada siswa kelas XI TP-1 di SMK Negeri

1 Lubuk Pakam.
8

1. Instrumen Disiplin Belajar

a. Uji Validitas (Kesahihan)

Uji coba kesahihan (validitas) butir instrumen dilaksanakan untuk

mengetahui tingkat ketepatan instrumen yang dilaksanakan. Untuk mengetahui

validitas suatu butir angket digunakan rumus Korelasi Product moment dengan

taraf signifikansi 5%, seperti yang di kemukakan Suharsimi Arikunto. (2010:317)

dengan rumus sebagai berikut:

N Σ XY − ( Σ X ) (Σ Y )
r xy = 2 2
√ {( N Σ X )−( Σ X ) }{( N ΣY ) −( ΣY ) }
2 2

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y

N = Jumlah responden uji coba

ΣX = Jumlah sekor butir X

ΣY = Jumlah sekor butir Y

Σ X 2 = Jumlah kuadrat sekor butir X

ΣY 2 = Jumlah kuadrat sekor butir Y

Σ XY = jumlah perkalian sekor antara X dan Y

Kriteria yang digunakan untuk uji validitas butir adalah mempunyai

koefisien korelasi rhitung > rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05. Artinya butir

dinyatakan valid, rhitung > rtabel sebaliknya jika rhitung < rtabel dinyatakan tidak valid.

Butir yang tidak valid tersebut tidak digunakan dalam menjaring data penelitian.

b. Uji Reliabilitas (Kehandalan)


9

Angket yang digunakan haruslah sahih dan handal. Oleh karena itu

kehandalan angket akan dianalisis dengan teknik Alpa Granbach.

k ∑ σ 2b
( )(
r 11 =
k −1
1− 2
σt )
Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrument

k = Banyak butir soal atau butir pertanyaan

∑ σ 2b = Jumlah varian butir

σ 2t = Varian total

Rumus varian butir angket

∑ σ 2b=∑ X 2−¿ ¿ ¿

Rumus varian total angket

σ 2t =∑ Y 2−¿ ¿ ¿

Sebuah instrumen dikatakan mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi

apabila test tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Hasil perhitungan ini

diketahui kehandalannya dengan menggunakan kriteria yang diberikan oleh

Suharsimi Arikunto. (2010:65) sebagai berikut:

1) Antara 0,800 sampai dengan 1,000 tergolong sangat tinggi

2) Antara 0,600 sampai dengan 0,799 tergolong tinggi

3) Antara 0,400 sampai dengan 0,599 tergolong cukup

4) Antara 0,200 sampai dengan 0,399 tergolong rendah

5) Antara 0,00 sampai dengan 0,199 tergolong sangat rendah


10

2. Instrumen Motivasi Belajar

Untuk istrumen motivasi belajar dilakukan sama halnya dengan pengujian

pada instrumen disiplin belajar, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas angket

tersebut. Uji validitas angket disiplin belajar di uji dengan menggunakan rumus

Product Momen dan uji reliabilitas menggunakan rumus Koefisien Alpha.

3. Instrumen Prestasi Belajar Keterampilan Membubut

Instrumen prestasi belajar keterampilan membubut tidak perlu dilakukan

lagi uji validitas dan uji reliabilitas, karena datanya adalah dokumentasi dimana

instrumen untuk menjaring data tersebut telah dianggap valid dan reliabel karena

dibuat oleh para ahli yang berkompeten dibidang keterampilan membubut.

H. Teknik Analisis Data Penelitian

Teknik analisis data adalah kegiatan mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mendeskripsikan data, mencari tingkat

kecendrungan variabel penelitian, menguji persyaratan analisis.

1. Deskripsi Data

Untuk mengetahui keadaan data yang sudah diproleh maka terlebih dahulu

dihitung besaran dari rata-rata skor atau mean (M) dengan besaran dari standar

deviasi (SD).

ΣX Σ X 2 −Σ X
M=
N
SD=
√ n−1 n(n−1)

Keterangan:

M = Harga rata-rata
11

SD = Standar deviasi

N = Jumlah sampel penelitian

ΣX = Jumlah produk skor

Σ X 2 = Jumlah kuadrat produk skor X

2. Uji Kecendrungan

Untuk mengetahui katagori kecendrungan dari data penelitian yang

diperoleh maka dilakukan uji kecendrungan dengan menggunakan rata-rata/skor

ideal (Mi) dan Standard Deviasi ideal (SDi) dengan cara sebagai berikut :

Nt + Nr Nt −Nr
Mi= Sdi=
2 6

Keterangan:

Mi = Rata-rata ideal

Sdi = Simpangan baku ideal

Nr = Nilai terendah ideal

Nt = Nilai tertinggi ideal

Berdasarkan Mi dan Sdi maka skor setiap variabel penelitian

dikelompokkan menjadi empat katagori seperti yang diungkapkan Suharsimi

Arikunto (2007). Sebagai berikut:

a. > Mi + 1,5 Sdi Kategori cenderung tinggi

b. Mi s/d Mi + 1,5 Sdi Kategori cenderung cukup

c. Mi - 1,5 Sdi s/d Mi Kategori cenderung kurang

d. < Mi - 1,5 Sdi Kategori cenderung rendah


12

3. Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis yang di lakukan adalah untuk mengetahui apakah

data penelitian sudah menjadi sebaran normal serta untuk mengetahui apakah data

variabel bebas (X1, X2) linier terhadap data variabel terikat (Y). Untuk itu

dilakukan uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya data yang

berkaitan dengan teknik analisis data yang digunakan. Uji normalitas dilakukan

dengan rumus Chi-Kuadrat seperti yang di kemukakan Suharsimi Arikunto

(2010), sebagai berikut:

(F o−F h)2
X2 = Σ
Fh

Keterangan :

X2 = Chi-kuadrat

Fo = Frekuensi observasi

Fh = Frekuensi harapan

Harga Chi-kuadrat yang digunakan dengan taraf signifikan 5 % dan derajat

kebebasan sebesar jumlah kelas frekuensi dikurangi 1 (dk = k-1). Apabila

X 2hitung < X 2tabel , maka distribusi data adalah normal.

b. Uji Linieritas

Sudjana (2005:315) mengatakan untuk dapat menentukan persamaan

regresi linier, maka harus dihitung terlebih dahulu harga a dan b, harga koefisien a

dan b dicari dengan persamaan:


13

( ∑ X 2 ) ( ∑ Y )−( ∑ X ) (∑ XY )
a =
N ∑ X 2 −(∑ X )2

N (∑ XY )−( ∑ X )( ∑Y )
b =
N ∑ X 2−(∑ X )2

Keterangan :

a = Bilangan konstan

b = Bilangan regresi X dan Y

X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

Untuk melakukan pengujian linieritas sederhana dengan taraf signifikasi

5% maka digunakan persamaan:

RJK ( TC)
FO =
RJK (E)

Dalam pengujian keberartian regresi dari hubungan variabel digunakan

teknik analisis varians dengan taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (K-2)

dan (N-K). Untuk uji kebebasan regresi, digunakan rumus sebagai berikut:

RJK (b/a)
FO =
RJK (res)

Hasil dari FO dikonsultasikan dengan Ftabel. Jika FO < Ftabel pada taraf

signifikan 5%, maka garis regresi adalah linier. Dengan demikian model linieritas

diterima.

4. Uji Hipotesis Penelitian

Setelah didapat uji persyaratan analisis maka langkah selanjutnya

dilakukan pengajuan hipotesis, sebelum menguji hipotesis terlebih dahulu


14

dihitung besarnya korelasi antar variabel dengan menggunakan korelasi jenjang

nihil.

a. Analisa Koefisien Korelasi Jenjang Nihil Variabel Penelitian

Analisa korelasi jenjang nihil dipergunakan untuk mengetahui koefisien

korelasi antar variabel bebas dan antara variable bebas dengan variabel terikat.

Perhitungan koefisien antar variabel bebas dengan variabel terikat digunakan

rumus Product Moment seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:369)

sebagai berikut:

N Σ XY − ( Σ X ) (Σ Y )
r xy = 2 2
√ {( N Σ X )−( Σ X ) }{( N ΣY ) −( ΣY ) }
2 2

Dengan kriteria pengujian diterima apabila r xy > r t pada taraf signifikan

5%.

b. Korelasi Parsial

Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan korelasi parsial

bertujuan untuk mengetahui hubungan murni antara variabel X dan variabel Y

dengan mengontrol salah satu variabel yang lainya. Rumus yang digunakan

adalah seperti yang dikemukakan Sudjana, (2005:378).

Rumus I

r y1−r y 2 r 1.2
r y 1,2=
2
√ (1−r y2 )(1−r 21.2)
Rumus II

r y2−r y 1 r 1.2
r y 2,1=
2
√ (1−r y1 )(1−r 21.2)
15

Untuk menguji keberartian korelasi parsial digunakan uji-t yang

dikemukakan oleh Sudjana (2005:380):

r √ n−2
t=
√1−r 2
Uji signifikansi dari korelasi ini diterima bila t hitun g >t tabel, yaitu pada taraf

signifikan 5%.

c. Perhitungan Koefisien Korelasi Ganda

Untuk menguji hipotesis ketiga digunakan dengan koefisien korelasi

ganda. Sebelum perhitungan terlebih dahulu dicari dengan rumus yang

dikemukakan oleh Sudjana (2005:355).

JKreg
k
Fh =
JKres
(N−k−1)

Selanjutnya untuk menghitung koefisien korelasi ganda dihitung dengan

rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:383) sebagai berikut:

JK(reg)
R 2=
∑Y2

Dari rumus diperoleh harga R, yaitu:

JK (reg)
R=
√ ∑Y 2

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

R = Koefisien korelasi ganda


16

Untuk mengambil kesimpulan terhadap harga koefisien korelasi ganda,

terlebih dahulu diadakan uji keberartian regresi ganda, sesuai dengan rumus yang

dikemukakan Sudjana (2005:385), yaitu:

R2
k
F=
(1−R 2)
(N−k−1)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda

K = Jumlah variabel independen

N = Jumlah anggota sampel

Koefisien korelasi dianggap berarti apabila Fhitung > Ftabel pada taraf

signifikan 5% dengan derajat kebebasan K lawan (N-k-1), maka mempunyai

hubungan yang berarti, dan sebaliknya jika Fhitung < Ftabel, maka tidak mempunyai

hubungan yang berarti.

Anda mungkin juga menyukai