Anda di halaman 1dari 2

4. A.

Sumpah decisoir disebut juga sumpah pemutus, ada juga yang mempergunakan istilah
sumpah menentukan, yaitu sumpah yang oleh pihak yang satu (boleh penggugat atau
tergugat) diperintahkan kepada pihak yang lain untuk menggantungkan pemutusan perkara
atas pengucapan atau pengangkatan sumpah. Sumpah inilah yang disebut sumpah pemutus,
yaitu

a. merupakan sumpah yang diucapkan oleh salah satu pihak atas perintah atau
permintaan pihak lawan;
b. pihak yang memerintahkan atau meminta mengucapkan sumpah disebut deferent,
yaitu orang atau pihak yang memerintahkan sumpah pemutus, sedangkan pihak yang
diperintahkan bersumpah disebut delaat atau gedefereerde.

Makna sumpah pemutus yakni memiliki daya kekuatan memutuskan perkara atau
mengakhiri perselisihan. Jadi, sumpah pemutus ini mempunyai sifat dan daya litis decisoir,
yang berarti pengucapan sumpah pemutus
a. dengan sendirinya mengakhiri proses pemeriksaan perkara;
b. diikuti dengan pengambilan dan menjatuhkan putusan berdasarkan ikrar sumpah yang
diucapkan;
c. dan undang-undang melekatkan kepada sumpah pemutus tersebut nilai kekuatan
pembuktian sempurna, mengikat, dan menentukan.

B.

5. Dalam perkara pidana, persidangan yang terbuka untuk umum pada dasarnya adalah hak
terdakwa, yakni hak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum. Prinsip
ini disebut juga dalam Pasal 153 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (“KUHAP”):

“Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan
terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-
anak.”

Tidak dipenuhinya ketentuan ini mengakibatkan batalnya putusan demi hukum

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali hal ini
bertujuan agar semua persidangan pengadilan jelas, terang dilihat dan diketahui
masyarakat. Tidak boleh persidangan gelap dan bisik-bisik.

Anda mungkin juga menyukai