Anda di halaman 1dari 27

VIRUS

Virus adalah organisme aseluler bersifat patogen terkecil(20-300 nm) yang mengandung RNAatau DNA

memiliki kapsid. Virus memerlukan organel sel terinfeksiuntuk berkembang biak.

Penyebab infeksi virus jarang menimbulkan gejala

Memiliki daur hidup litik dan lisogenik

Memiliki bentuk beragam: bentuk T, bulat, segi banyak memanjang (filamen), bentuk batang(silindris),
polyhedral.Infeksi berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakitsering digolongkan ke dalamsistem
organ yang terkena

Banyak infeksi tanpa disertai eliminasi virus dari tubuhtetapi menetap bertahun-tahun atau seumur
hidup,multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagaiinfeksi menahun atau hidup di dalam bentuk
laten non-infektif

misalnyau virus herpes zooster penyebab cacar air (varicella) dapat menetap dalam bentuk laten di
gangliadorsalis dan secara periodik diaktifkan timbul sebagaivesikel dikulit yang dapat menyebabkan
rasa sakit

Agen-agen infeksius virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia dan chlamydia. Oleh kelompok ii 2
virus virus adalah suatu partikel materi genetic yang di kelilingi protein. Ukuran virus : diameter
virus berkisar 100-300 nanometer. Yang terkecil kira- kira 500 kali lebih kecil dari sel darah
merah manusia. Yang terbesar kira-kira seukuran dengan sel bakteri terkecil. ( buku stephen
bresnick, m, d. Halaman 42 ) 3 riwayat hidup virus virus merupakan parasit obligat intrasel ;
karena itu, virus hanya dapat bereproduksi didalam sel hidup ( pejamu ) bakteriofage adalah
virus yang menginfeksi sel bakteri. Bakteriofage ini memiliki struktur kepala ihosa hedral yang
meliputi materi genetic ( dna ), sebuah selubung, dan serat ekor. 4 struktur bakteriofage 5 bakteri
bakteri adalah mikroorganisme bersel satu prokariotik yang hidup bebas dan di temukan di
beberapa lingkungan seperti udara, tanah, air, serta hidup dalam tubuh hewan, tumbuhan, atau
manusia. 6 bentuk bakteri secara umum bakteri mempunyai 4 macam bentuk, yaitu : bentuk
coccus(kokus) bentuknya bulat seperti peluru. Sehubungan dengan cara pembelahanya dan
susunanya setelah pembelahan dibagi dalam beberapa bagian : 1. Diplococcus 2. Tetra coccus 3.
Staphylococcus 7 bentuk bacillus( batang) bentuknya seperti batang. Bentuk vibrio ( coma)
berupa batang yang bengkok. Bentuk spirillum( spiral) berupa batang yang melilit 8 clamidia
clamidia adalah sebuah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri bernama
chlamydia trachomatis 9 tanda dan gejala clamidia jarang menunjukan beberapa gejala dan tanda
pada tahap awal. Ketika ada tanda dan gejala, biasanya berupa beberapa hal ini : demam ringan
pembengkakan di area genitalia sakit di bagian perut bawah rasa sakit selama berhubungan
seksual 10 penyebab klamidia disebabkan oleh bakteri yang disebut chlamydia trachomatis, dan
dapat menyebar dengan mudah melalui seks vagina, oral, dan anal. Jika ibu hamil yang terinfeksi
klamidia, dapat menyebarkan infeksi juga terhadap bayinya. 11 parasit parasit merupakan
organisme yang hidup dari organisme lain. Infeksi parasit biasanya terjadi karena parasite
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui mulut atau kulit. Parasit yang masuk melalui mulut dan
tertelan dapat bertahan di dalam usus, atau membuat lubang dalam dinding usus. Sedangkan
infeksi parasit melalui kulit, terjadi karena gigitan vektor (penyebar penyakit), misalnya serangga
yang membawa parasit. 12 gejala parasit gejala infeksi parasit pada manusia tergantung dari jenis
parasit yang menyerang dan berkembang di dalam tubuh. Gejala lain dapat muncul pada infeksi
parasit, misalnya infeksi toxoplasma, yang menimbulkan gejala seperti flu dan nyeri otot. 13
rikettsia rikettsia adalah suatu mikroorganisme yang mempunyai sifat antara bakteri dan virus.
Bentuknya pleomorfik, berbentuk coccus, coccobacillus, bacillus, ukuran : panjang antara 0,3-
2,0 mikron dan tebal antara 0,3-0,5 mikron. Mempunyai dinding sel yang jelas (seperti bakteri).
Dapat dilihat dengan mikroskop biasa. 14 penularan penyakit epidemic typhus ditularkan oleh
pediculus humanus murine typhus ( endemic typhus ) ditularkan oleh xenopsylla cheopis 15
jamur anggota dari kingdom jamur adalah eukariotik, organisme serupa tumbuhan yang memiliki
dinding sel namun, tidak dapat melakukan fotosintesis. 16 cara hidup jamur saprofit memperoleh
zat organic dari mekhluk hidup yang telah mati parasit memperoleh zat organic dari makhluk
hidup yang masih hidup dan menjadi inangnya mutual jamur mutual hidup pada inangnya
Atau telusuri agen-agen infeksius virus, bakteri, jamur, parasite, rikettsia dan clamedya. Oleh
kelompok ii 2 virus virus adalah suatu partikel materi genetic yang di kelilingi protein. Ukuran
virus : diameter virus berkisar 100-300 nanometer. Yang terkecil kira- kira 500 kali lebih kecil
dari sel darah merah manusia. Yang terbesar kira-kira seukuran dengan sel bakteri terkecil.
( buku stephen bresnick, m, d. Halaman 42 ) 3 riwayat hidup virus virus merupakan parasit
obligat intrasel ; karena itu, virus hanya dapat bereproduksi didalam sel hidup ( pejamu )
bakteriofage adalah virus yang menginfeksi sel bakteri. Bakteriofage ini memiliki struktur kepala
ihosa hedral yang meliputi materi genetic ( dna ), sebuah selubung, dan serat ekor. 4 struktur
bakteriofage 5 bakteri bakteri adalah mikroorganisme bersel satu prokariotik yang hidup bebas
dan di temukan di beberapa lingkungan seperti udara, tanah, air, serta hidup dalam tubuh hewan,
tumbuhan, atau manusia. 6 bentuk bakteri secara umum bakteri mempunyai 4 macam bentuk,
yaitu : bentuk coccus(kokus) bentuknya bulat seperti peluru. Sehubungan dengan cara
pembelahanya dan susunanya setelah pembelahan dibagi dalam beberapa bagian : 1. Diplococcus
2. Tetra coccus 3. Staphylococcus 7 bentuk bacillus( batang) bentuknya seperti batang. Bentuk
vibrio ( coma) berupa batang yang bengkok. Bentuk spirillum( spiral) berupa batang yang melilit
8 clamidia clamidia adalah sebuah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
bernama chlamydia trachomatis 9 tanda dan gejala clamidia jarang menunjukan beberapa gejala
dan tanda pada tahap awal. Ketika ada tanda dan gejala, biasanya berupa beberapa hal ini :
demam ringan pembengkakan di area genitalia sakit di bagian perut bawah rasa sakit selama
berhubungan seksual 10 penyebab klamidia disebabkan oleh bakteri yang disebut chlamydia
trachomatis, dan dapat menyebar dengan mudah melalui seks vagina, oral, dan anal. Jika ibu
hamil yang terinfeksi klamidia, dapat menyebarkan infeksi juga terhadap bayinya. 11 parasit
parasit merupakan organisme yang hidup dari organisme lain. Infeksi parasit biasanya terjadi
karena parasite tersebut masuk ke dalam tubuh melalui mulut atau kulit. Parasit yang masuk
melalui mulut dan tertelan dapat bertahan di dalam usus, atau membuat lubang dalam dinding
usus. Sedangkan infeksi parasit melalui kulit, terjadi karena gigitan vektor (penyebar penyakit),
misalnya serangga yang membawa parasit. 12 gejala parasit gejala infeksi parasit pada manusia
tergantung dari jenis parasit yang menyerang dan berkembang di dalam tubuh. Gejala lain dapat
muncul pada infeksi parasit, misalnya infeksi toxoplasma, yang menimbulkan gejala seperti flu
dan nyeri otot. 13 rikettsia rikettsia adalah suatu mikroorganisme yang mempunyai sifat antara
bakteri dan virus. Bentuknya pleomorfik, berbentuk coccus, coccobacillus, bacillus, ukuran :
panjang antara 0,3-2,0 mikron dan tebal antara 0,3-0,5 mikron. Mempunyai dinding sel yang
jelas (seperti bakteri). Dapat dilihat dengan mikroskop biasa. 14 penularan penyakit epidemic
typhus ditularkan oleh pediculus humanus murine typhus ( endemic typhus ) ditularkan oleh
xenopsylla cheopis 15 jamur anggota dari kingdom jamur adalah eukariotik, organisme serupa
tumbuhan yang memiliki dinding sel namun, tidak dapat melakukan fotosintesis. 16 cara hidup
jamur saprofit memperoleh zat organic dari mekhluk hidup yang telah mati parasit memperoleh
zat organic dari makhluk hidup yang masih hidup dan menjadi inangnya mutual jamur mutual
hidup pada inangnya

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen, dan bersifat sangat dinamis.
Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor
penyebab penyakit (agen), faktor manusia atau pejamu (host) dan faktor lingkungan.

Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba patogen memiliki sifat-sifat khusus yang sangat berbeda
dengan agen penyebab penyakit lainnya. Sebagai makhluk hidup, mikroba patogen memiliki ciri-ciri
kehidupan, yaitu :

a. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak

b. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya

c. Bergerak dan berpindah tempat


1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan virus ?

2. Apa yang dimaksud dengan bakteri ?

3. Apa yang dimaksud dengan jamur ?

4. Apa yang dimaksud dengan parasit ?

5. Apa yang dimaksud dengan ricketsia ?

6. Apa yang dimaksud dengan clamidia ?

7. Apa agen infeksi opportunistik ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang virus

2. Untuk mengetahui tentang bakteri

3. Untuk mengetahui tentang jamur

4. Untuk mengetahui tentang parasit

5. Untuk mengetahui tentang ricketsia

6. Untuk mengetahui tentang clamidia

7. Untuk mengetahui agen infeksi opportunistic


1.4. Manfaat

Menambah wawasan kita untuk mengetahui tentang virus, bakteri, jamur, parasit, ricketsia, clamidia,
dan agen infeksi opportunistik. Sehingga, mahasiswa mampu memahami dan membuat resume setelah
proses pembelajaran kelengkapan materi dan mahasiswa mampu memahami dan membuat resume
setelah ketepatan jawaban dalam resume.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Virus

Virus berasal dari bahasa Yunani venom yang berarti racun. Virus merupakan suatu partikel yang masih
diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda
mati karena ia dapat dikristalka, sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat
memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang., Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini
sehingga akhirnya partikel tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu
virus.Virus merupakan organisme non-seluler, karena ia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma,
organel sel, dan tidak bisa membelah diri sendiri.
Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik yang mengandung salah satu asam
nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua
kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang.
Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri dari asam nukleat yang
dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak melakukan aktivitas biosinteis dan
reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang, baru kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus
ketika memasuki sel inang akan mengambil alih aktivitas inang untuk menghasilkan komponen-
komponen pembentuk virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat.
Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang
membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel
yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut
secara permanen. Berdasarkan sifat hidupnya maka virus dimasukan sebagai parasit obligat, karena
keberlangsungan hidupnya sangat tergandung pada materi genetic inang.

Ukuran virus lebih kecil dibandingkan dengan sel bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer
sampai 0,3 mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam
nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah
satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil
yang hanya berukuran 28 nm.

2.2. Bakteri

Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki selubung inti). Bakteri sebagai
makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat
khusus ( nukleus ) dan tidak ada membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa
disebut nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri
juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler
( Jawetz, 2004) .

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah

a. Sumber energi, yang diperlukan untuk reaksi – reaksi sintesis yang membutuhkan energi dalam
pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan keseimbangan cairan, gerak dan sebagainya.

b. Sumber karbon

c. Sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam nukleat.

d. Sumber garam-garam anorganik, khususnya folat dan sulfat sebagai anion dan potasium, sodium
magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation.

e. Bakteri-bakteri tertentu membutuhkan faktor-faktor tumbuh tambahan, disebut juga vitamin


bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis metabolik esensial (Koes Irianto, 2006).

2.3. Jamur
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yangberarti tumbuh dengan subur.
Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di
atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991).

Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid,
tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti
banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara
absorpsi (Gandjar, et al., 2006).

Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit keras
dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai
komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik
seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara
seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya
(Alexopoulus dan Mimms, 1979). Banyak jamur yang sudah dikenal peranannya, yaitu jamur yang
tumbuh di roti, buah, keju, ragi dalam pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab, serta
beberapa jenis cendawan yang dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi antibiotik yang digunakan
dalam terapi melawan berbagai infeksi bakteri (Tortora, et al., 2001). Diantara semua organisme, jamur
adalah organisme yang paling banyak menghasilkan enzim yang bersifat degradatif yang menyerang
secara langsung seluruh material oganik. Adanya enzim yang bersifat degradatif ini menjadikan jamur
bagian yang sangat penting dalam mendaur ulang sampah-sampah alam, dan sebagai dekomposer
dalam siklus biogeokimia (Mc-Kane, 1996). Semua unsur kimia di alam akan beredar melalui jalur
tertentu dari lingkungan ke organisme atau makhluk hidup dan kembali lagi ke lingkungan. Semua bahan
kimia dapat beredar berulang-ulang melewati ekosistem secara tak terbatas. Jika suatu organisme itu
mati, maka bahan organik yang terdapat pada tubuh organisme tersebut akan dirombak menjadi
komponen abiotik dan dikembalikan lagi ke dalam lingkungan. Peredaran bahan abiotik dari lingkungan
melalui komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan dikenal sebagai siklus biogeokimia (Odum,
1993). Tubuh buah suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang ditunjukkan
dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan lamella (gills) serta cawan (volva).
Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam
melakukan identifikasi suatu jenis jamur (Smith, et al., 1988). Menurut Alexopoulus dan Mimms (1979),
beberapa karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil
sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang
disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual. Secara
alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Reproduksi
secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan fragmentasi miselium, pembelahan
(fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan. Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap
tunas membentuk individu baru, pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah
membentuk hifa yang selanjutnya berkembang menjadi miselium (Pelczar dan Chan, 1986). Reproduksi
secara seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses reproduksi secara seksual
terdiri dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis. Plasmogami merupakan proses
penyatuan antara dua protoplasma yang segera diikuti oleh proses kariogami (persatuan antara dua
inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora. Pada fase tersebut dihasilkan
masing-masing sel dengan kromosom yang bersifat haploid (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur


a. Kelembaban

Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water

activity). Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity).

Ketersediaan air di lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya

dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat

menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas permukaan substrat

(Carlile dan Watkinson, 1995). Variasi suhu yang rendah dan kelembaban yang relative tinggi ini sangat
berkaitan dengan curah hujan yang tinggi (Bernes, et al., 1998).

b. Suhu

Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk tumbuh
berkisar 30⁰C sampai 40⁰C dan optimalnya pada suhu 20⁰C sampai 30⁰C. Jamur- jamur kelompok
Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan Pleurotus spp, tumbuh optimal pada suhu 22⁰C
(Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur Coprinus spp, tumbuh optimal
pada kisaran suhu 25⁰C sampai 28⁰C (Kitomoro, et al., 1999).

c. Intensitas cahaya

Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan struktur alat-
alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase
tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp
dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya. Contoh spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum
akan terbentuk dalam kondisi gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya (Purdy,
1956). Jamur dari famili polyporaceae tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi (Nugroho,
2004). Hal ini dimungkinkan karena kebanyakan jamur family polyporaceae memiliki tubuh buah yang
relatif besar. Jamur dari famili polyporaceae merupakan jamur pembusuk kayu (Arora, 1996).

d. pH

Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran pH 4-9, dan
optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi pertumbuhan meskipun
tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung
pada permukaan sel. Hal ini memungkinkan nutrisi yang diperlukan jamur untuk tumbuh dengan baik
cukup tersedia. Kebanyakan jamur tumbuh dengan baik pada pH yang asam sampai netral (Carlile dan
Watkinson, 1995).

2.4. Parasit

Parasit berasal dari kata “Parasitus” (Latin) = “Parasitos” (Grik), yang artinya seseorang yang ikut makan
semeja. Mengandung maksud seseorang yang ikut makan makanan orang lain tanpa seijin orang yang
memiliki makanan tersebut. Jadi Parasit adalah organisme yang selama atau sebagian hayatnya hidup
pada atau didalam tubuh organisme lain, dimana parasit tersebut mendapat makanan tanpa ada
konpensasi apapun untuk hidupnya.

Pertumbuhan dan perkembangan parasit

Tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan mengenali dan segera
memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal tubuhnya sendiri. Seperti pada kekebalan
terhadap bakteri, cendawan, dan virus,kekebalan dalam parasitologi terdiri dari kekebalan bawaan yang
mungkin disebabkan spesifitas inang, karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang khas dan kebiasaan
inang serta kekebalan didapat. Kekebalan didapat dibedakan menjadi:- Kekebalan secara pasif,
contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum ibunya.- Kekebalan didapat secara aktif.
Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen.Tergantung dari
sifat antigen sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T mempunyai
reseptor khusus terhadap antigen tertentu,sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang dikenal
sebagai imunoglobulin yang akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus penularan ialah
cara atau metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya, cara penularan penyakit
parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food-borne parasitosis),melalui kulit, melalui
plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti
halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga
dari sumber penyakit kepada inang baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan
penyakit parasit ialah organisme baik hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah,
air,makanan dan minuman. Faktor meteorologi yang berpengaruh pada kelangsungan hidup parasit
adalah:

a. Data biometeorology

b. Penguapan air

c. Kandungan air dalam tanah.

d. Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit

2.5. Ricketsia

Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Rickettsia bersifat parasit intraselular obligat, dan dapat
menyebabkan penyakit Rickettsia.Metode perkembangan Rickettsia dalam embrio ayam ditemukan oleh
Ernest William Goodpasture dan koleganya di Universitas Vanderbilt pada tahun 1930-an.

2.6. Clamidia

Klamidia adalah bakteri yang umum ditularkan melalui infeksi menular seksual. Infeksi ini menulari
wanita dan pria, termasuk pria yang berhubungan seksual dengan pria. Pada wanita, bakteri ini
menyebabkan infeksi pada serviks dan pada pria menyebabkan infeksi pada uretra. Walaupun jarang
terjadi, tetapi Klamidia dapat menginfeksi anus dan menyebabkan conjunctivitis (inflamasi pada mata).
Sebagian besar pria dan wanita tidak memperlihatkan gejala atau tanda. Ketika ada gejala, hal-hal
berikut mungkin akan muncul:

Pria

· Kemerahan pada mulut penis

· Rasa terbakar atau perih saat buang air kecil

· Adanya cairan yang keluar dari penis (biasanya berwarna jernih) Bila tidak segera ditangani,
Klamidia dapat menyebabkan rasa sakit dan bengkaknya salah satu atau bahkan keduatestis/buah zakar.

Wanita

· Adanya perubahan pada cairan vagina

· Perdarahan yang tidak tentu (biasanya setelah berhubungan seks)

· Nyeri panggul, termasuk nyeri saat berhubungan seksual

· Rasa terbakar atau perih saat buang air kecil Bila tidak segera ditangani, Klamidia dapat
menyebabkan penyakit radang panggul yaitu terjadinya infeksi pada uterus dan saluran tuba. Lebih
lanjut penyakit radang panggul dapat menyebabkan infertilitas.

Klamidia biasanya ditularkan melalui seks vaginal ataupun anal. Kondom dapat mencegah penularan
tersebut.

2.7. Agen Infeksi Opportunistik

Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan
penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka membutuhkan "kesempatan" untuk menginfeksi
seseorang.

RANSMISI AGEN INFEKSIUS

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.
Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius
terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berkembang biak dan menyebabkan
perubahan pada jaringan normal. (Potter&Perry Fundamental Keperawatan .edisi 4.hal: 933-942:2005)

Transmisi adalah penularan atau penyebaran penyakit. Setiap penyakit memiliki karakteristik transmisi
berdasarkan sifat agen infeksi yang menyebabkannya. Biasanya setiap jenis agen infeksi disebabkan oleh
satu atau beberapa organisme yang berbeda. Transmisi bisa bersifat langsung, tidak langsung, lewat
udara, atau air. Tempat masuk bakteri patogen ke dalam tubuh yang paling sering adalah tempat
bertemunya selaput lendir dengan kulit: saluran pernapasan (jalan napas atas dan bawah),
gastrointesnital (terutama mulut), genital, dan saluran kemih.

Penyakit dapat menular sebagai akibat dari adanya interaksi agen, proses transmisi, dan penjamu.
Beberapa faktor yang memengaruhi transmisi agen infeksius yakni:

Faktor dari agen infeksius sendiri

Potensi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit tergantung beberapa faktor, antara
lain: kecukupan jumlah organisme (dosis), virulensi atau kemampuan agen untuk bertahan hidup dalam
tubuh host atau di luar tubuh host, kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam tubuh host,
dan kerentanan tubuh host (daya tahan host).

Sumber penular (reservoir)

Tempat di mana patogen dapat bertahan hidup tetapi belum tentu dapat berkembang biak. Meski
begitu tetap ada peluang bagi agen infeksius melakukan transmisi dan menimbulkan infeksi pada
makhluk hidup. Reservoir terdiri dari hewan dan manusia.

Contoh: Virus Hepatitis A bertahan hidup dalam kerang laut tetapi tidak dapat berkembang biak,
Pseudomonas dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoir nebulizer, serta berbagai
mikroorganisme yang banyak hidup di kulit, di rongga, dalam cairan, dan cairan yang keluar dari tubuh.

Penularan kontak secara langsung

Yaitu penularan melalui kontak fisik antara sumber dengan penjamu yang rentan atau individu ke
individu. Contoh:

Kontaminasi dan luka

misal, infeksi luka rabies.

Inokulasi

misal, gigitan serangga, suntikan serum hepatitis.

Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi


misal, hepatitis A, poliomielitis, dan kolera.

Menghirup debu dan droplets

Misal, influenza dan tuberkulosis.

Penularan kontak secara tidak langsung

Yaitu penularan melalui kontak penjamu yang rentan dengan benda mati yang terkontaminasi.
Misalnya, melalui jarum, benda tajam, lingkungan, udara (airbone), air, dan vektor (lalat, nyamuk).

Kerentanan host (penjamu)

Dapat terkena infeksi tergantung pada keretanannya terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung
pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun secara konstan kontak dengan
mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap
kekuatandan jumlah mikroorganisme tersebut.

Penjamu yang rentan banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, mereka yang mengalami
gangguan sistem kekebalan tubuh meliputi anak kecil atau bayi, lanjut usia, orang dengan penyakit
kronois, orang yang menerima terapi medis seperti kemoterapi, atau steroid dosis tinggi, orang dengan
luka terbuka.

gen Infeksius, Faktor yang Mempengaruhi, dan Perbedaan Proses Agen-agen infeksiusInfeksi merupakan
peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuhpejamu (Pronggoutomo, 2002).
Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme
yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus,bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia.VirusVirus adalah organisme patogen terkecil (20-300 nm) yang mengandung RNA atauDNA
serta memiliki kapsid. Virus tidak mampu bermetabolisme/bereplikasi mandiri sehinggamemerlukan
organel sel terinfeksi untuk berkembang biak. Virus merupakan penyebabtersering timbulnya
penyakit pada manusia sering tanpa gejala dan berkembang tanpadiketahui. Hal demikian
menyebabkan perbedaan antara infeksi virus (replikasi di tubuhpenjamu) dan penyakit virus (replikasi
disertai kerusakan jaringan) sangat kritis. Banyakinfeksi tanpa disertai eliminasi virus dari tubuh tetapi
menetap bertahun-tahun atau seumurhidup, multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagai
infeksi menahun atau hidup didalam bentuk laten non-infektif dengan potensi direktifkan kemudian,
misalnyau virus herpeszoster penyebab cacar air (varicella) dapat menetap dalam bentuk laten di
ganglia dorsalis dansecara periodik diaktifkan timbul sebagai vesikel dikulit yang dapat menyebabkan
rasa sakit.Infeksi berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakit sering digolongkan ke dalamsistem
organ yang terkena seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yangditimbulkan seperti virus
yang menyebabkan eksantema, dan sifat infeksi laten virus. BakteriBakteri merupakan mikrobia
prokariotik uniselular, berukuran antara 0,5-10 µm.Bakteri juga merupakan organisme hidup dan
dapat ditemukan di mana-mana. Ada waktu saatsistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan
suatu infeksi bakteri. Infeksi bakteri seringterjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri atau borok
pada bagian tubuh. Bakterimemiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau fimbriae, kapsula atau lapisan
lendir, dinding sel

sistem imun dengan hidup di dalam sel hostatau membentuk kista yang resisten terhadap efektor
imun. Parasit dapatmenyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat
padaantibodi spesifik.4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-
masingparasit.RiketsiaRiketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang
samadengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang
pentinguntukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta
merubahasam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari
sel.

Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golonganpenyebab
spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh suburjikametabolisme sel
hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas padasuhu 32o C. Pada umumnya
riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahan-bahan
bakterisid.ClamidiaClamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding
seldaripeptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanelllaatau
Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidakbergerak dan
merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapastadium mulai dari
badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti
dan sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubahmenjadi badan inisial dan kemudian
badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidiamemakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai
2 jenis antigen yaitu antigen grup danantigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Antigen
spesies tetap dalam dindingsel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon
atau deoksikholat.Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan jenis hospes yang
diserangnya.Dua spesies yangterpenting adalah 1. Clamidia psittaci, membentuk badan inklusi
intrasitoplasma yang tersebar secara difusdan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit
Psittacosis pada manusia,ornitosis pada burung, dan lain-lain.2. Clamidia trachomatis, membentuk
badan inklusi intrasitoplasma yang padat danmengandung glikogen. Dapat menyebabkan
pneumonitis padatikus.Pada manusiadapat menyebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas inklusi,
uretritis, non-spesifik,salpingitis, servisitis, dan pneumonitis.Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi
agen-agen infeksiusPenyakit dapat menular terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi agen,
prosestransmisi dan pejamu. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi
ageninfeksius diantaranya adalah sebagai berikut:a. Faktor penyebab atau agenb. Sumber penular

Sumber penular juga mempengaruhi proses transmisi agen infeksius seperti hewan,manusia,
air, dan lain-lain.c. Penularan Kontak secara langsung, mis. penyakit kelamin Kontaminasi dan luka, mis.
infeksi luka, rabies. Inokulasi, mis. gigitan serangga (malaria), suntikan (serum hepatitis) Menelan
makanan dan minuman yang terkontaminasi, mis. hepatitis A, poliomielitis,kolera Menghirup debu dan
droplets, mis. influenza, tuberkulosis.Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksiusPejamu memiliki
benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan danmencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama diperankan oleh kulityang utuh, membran mukosa
permukaan dan sekret yang diproduksi. Contohnya lisozym airmata merusak peptidoglikan dinding
bakteri.Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.Infeksi
virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke dalam sistem organ yangterkena, seperti
infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang di timbulkan sepertivirus yang menyebabkan
eksastema, dan sifat infeksi infeksi laten virus. Infeksi yangdisebabkan oleh bakteri sering
terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borokpada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem
kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatuinfeksi bakteri. Masing-masing faktor penyebab
memiliki karakteristik tersendiri. Jamurmenimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur
lebih cenderung mengenaidaerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan,
kaki, lipatan paha,dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi
melalui kontaklangsung maupun tidak langsung. Riketsia. Clamidia.

2.1 Pengertian Infeksi

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan

bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga

faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor

manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan.4

2.2 Penyebaran Penyakit Infeksi

Dalam garis besarnya mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang

rentan melalui dua cara:7

1. Transmisi Langsung

Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari

pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya

droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah dengan

darah yang terkontaminasi mikroba patogen.

2. Transmisi Tidak Langsung

Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik berupa

barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.

a. Vehicle Borne

Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang

terkontaminasi seperti peralatan makan, minum, alat-alat

bedah/kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan infus/transfusi.

b. Vektor Borne

Sebagai media perantara adalah vektor (serangga) yang memindahkan


mikroba patogen ke pejamu adalah sebagai berikut:

 Cara Mekanis

Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum mikroba patogen, lalu

hinggap pada makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke

saluran cerna pejamu.

 Cara Bologis

Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus

perkembangbiakkan dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya

mikroba dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.

c. Food Borne

Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk

menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui saluran cerna.

d. Water Borne

Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama

untuk kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang meliputi

aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis diharapkan terbebas dari mikroba

patogen sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika tidak, sebagai media

perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu,

melalui pintu masuk saluran cerna atau yang lainnya.

e. Air Borne

Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara

yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dideteksi.

Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran nafas pejamu dalam

bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau

bersin, bicara atau bernafas, melalui mulut atau hidung. Sedangkan debu

merupakan partikel yang dapat terbang bersama partikel lantai/tanah.

Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan

yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan,


atau pada laboratorium klinik.

Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka akan berinterksi

dengan mikroba patogen yang secara alamiah akan melewati 4 tahap:4

1. Tahap Rentan

Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat namun peka

atau labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena

penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial

ekonomi, dan lain-lain. Faktor predisposisi tersebut mempercepat

masuknya mikroba patogen untuk berinteraksi dengan pejamu.

2. Tahap Inkubasi

Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai bereaksi,

namun tanda dan gejala penyakit belum tampak. Saat mulai masuknya

mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan

gejala penyakit disebut inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda

dengan penyakit lainnya, ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula

yang bertahun-tahun.

3. Tahap Klinis

Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat

memunculkan tanda dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya,

penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan

gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan

aktivitas sehari-hari. Jika bertambah parah, penderita sudah tidak

mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Tahap Akhir Penyakit

Perjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5 alternatif, yaitu:

a. Sembuh sempurna

Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi

sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sedia kala.


b. Sembuh dengan cacat

Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan.

Cacat dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.

10

c. Pembawa ( carrier )

Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai dengan

menghilangnya tanda dan gejalan penyakit. Pada kondisi ini agen

penyebab penyakit masih ada, dan masih potensial sebagai sumber

penularan.

d. Kronis

Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang

tetap atau tidak berubah.

e. Meninggal dunia

Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi–fungsi

organ.

2.2.1 Sifat-sifat penyakit infeksi

Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba patogen memiliki sifat–sifat khusus

yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya.8 Sebagai makhluk

hidup, mikroba patogen memiliki ciri–ciri kehidupan, yaitu :

a. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak.

b. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya.

c. Bergerak dan berpindah tempat.

11

Ciri–ciri kehidupan mikroba patogen tersebut di atas, merupakan sifat–sifat

spesifik mikroba patogen dalam upaya mempertahankan hidupnya. Cara

menyerang/invasi ke pejamu/ manusia melalui tahapan sebagai berikut.:9

1. Sebelum pindah ke pejamu (calon penderita), mikroba patogen hidup dan

berkembang biak pada reservoir (orang/penderita, hewan, benda–benda lain).

2. Untuk mencapai pejamu (calon penderita), diperlukan adanya mekanisme


penyebaran.

3. Untuk masuk ke tubuh pejamu (calon penderita), mikroba patogen memerlukan

pintu masuk (port d’entrée) seperti kulit/mukosa yang terluka, hidung, rongga

mulut, dan sebagainya.Adanya tenggang waktu saat masuknya mikroba patogen

melalui port d’entrée sampai timbulnya manifestasi klinis, untuk masing –

masing mikroba patogen berbeda–beda.

4. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang oleh mikroba

patogen, namun berbeda mikroba patogen secara selektif hanya menyerang

organ–organ tubuh tertentu dari pejamu/target organ.

5. Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis dari mikroba

patogen terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa faktor berikut.

a. Infeksivitas

Besarnya kemampuan mikroba patogen melakukan invasi, berkembang biak

dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jaringan tubuh pejamu.

12

b. Patogenitas

Derajat respons/reaksi pejamu untuk menjadi sakit.

c. Virulensi

Besarnya kemampuan merusak mirkoba patogen terhadap jaringan pejamu.

d. Toksigenitas

Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan toksin, di mana

toksin berpengaruh dalam perjalanan penyakit.

e. Antigenitas

Kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme pertahanan

tubuh/antibodi pada diri pejamu. Kondisi ini akan mempersulit mikroba

patogen itu sendiri untuk berkembang biak, karena melemahnya respons

pejamu menjadi sakit.

2.2.2 Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Infeksi

Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan


yang paling utama. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan

rantai penularannya. Rantai penularan adalah rentetan proses berpindahnya mikroba

patogen dari sumber penularan (reservoir) ke pejamu dengan/tanpa media

perantara.10 Jadi, kunci untuk mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah

mengeliminasi mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati

mekanisme transmisinya, khususnya yang menggunakan media perantara.4

13

Sebagai sumber penularan atau reservoir adalah orang/penderita, hewan,

serangga (arthropoda) seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus dapat berfungsi

sebagai media perantara. Contoh lain adalah sampah, limbah, ekskreta/sekreta dari

penderita, sisa makanan, dan lain–lain. Apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi

budaya dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari–hari, serta sanitasi

lingkungan yang sudah terjamin, diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi

dapat ditekan seminimal mungkin.

2.2.3 Faktor –faktor yang terlibat dalam infeksi rumah sakit

Kejadian, dan berbagai efek infeksi rumah sakit pada dasarnya

bergantung pada mikroorganisme, tuan rumah (pasien dan staf),

lingkungan, dan pengobatan.4

1. Mikroorganisme agen infeksi

Walaupun sebenarnya setiap infeksi dapat diperoleh dari pasien atau

staf rumah sakit ada beberapa organisme patogen tertentu yang

terutama berkaitan dengan infeksi rumah sakit, dan beberapa jarang

menyebabkan infeksi dalam lingkungan lain. Peranan mereka

sebagai penyebab infeksi rumah sakit bergantung pada patogenitas

atau virulensi (kemampuan dari spesies atau strain menyebabkan

penyakit), dan jumlah mereka juga bergantung pada ketahanan

pasien. Dan karena banyak pasien di dalam rumah sakit yang

resistensinya kurang disebabkan oleh penyakit atau pengobatan

14
mereka. Organisme yang relatif tidak berbahaya pada orang sehat

dapat menyebabkan penyakit dalam rumah sakit.

2. Tuan rumah (pasien atau anggota staf)

Kerentanan tuan rumah, dan virulensi (derajat patogenitas suatu

mikroorganisme). Seseorang pasien dapat memiliki resistensi umum

yang lemah, misalnya pada bayi sebelum antibodi terbentuk, dan

apabila jaringan yang menghasilkan antibodi belum sempurna

dikembangkan atau resistensi lemah mungkin berhubungan dengan

suatu penyakit (seperti diabetes atau leukemia yang tidak terkendali

atau luka bakar yang parah), atau dengan gizi yang buruk, atau

dengan bentuk pengobatan tertentu seperti penggunaan obat-obatan

imunosupresif yang diberikan untuk mencegah penolakan organ

yang ditransplantasi atau kemoterapi kanker. Resiko infeksi diantara

anggota staf melalui kontaminasi dengan darah, dan eksudat

(campuran serum, sel atau sel yang rusak keluar dari pembuluh

darah ke dalam jaringan biasanya akibat radang), pasien dengan

hepatitis B (HBV), dan HIV.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi, dan respon

tubuh pasien adalah:

a. Umur

b. Status imunitas penderita

15

c. Penyakit yang diderita

d. Obesitas dan malnutrisi

e. Orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan, dan

steroid

f. Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakaukan

diagnosa dan terapi

3. Lingkungan
Tempat ketika pasien ditangani mempunyai suatu pengaruh penting

pada kemungkian infeksi yang diperolehnya serta pada sifat

infeksinya. Berbagai lokasi rumah sakit yang berbeda mempunyai

infeksi tersendiri. Suatu tujuan dalam pengendalian infeksi rumah

sakit adalah untuk meminimalkan infeksi dari bahaya mikroba

patogen yang didapat di luar rumah sakit.

2.3 Kamar Jenazah

Kamar jenazah harus bersih dan bebas dari kontaminasi khususnya hal

yang membahayakan petugas atau penyulit analisa kemurnian

identifikasi (termasuk kontaminasi DNA dalam kasus forensik).

Demikian pula harus aman bagi petugas yang bekerja, termasuk

terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit

mematikan.11

16

2.3.1 Tujuan Pelayanan Kamar Jenazah

Apabila kamar jenazah menerima korban yang meninggal karena

penyakit menular misalnya AIDS, maka dalam perawatan jenazah

perlu diterapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :12

1. Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang

sekitarnya menjadi tertular.

2. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah,

kotoran, dll) bisa mengandung kuman sehingga menjadi

sumber penularan.

3. Penerapan Universal Precaution:

a. Menggunakan tutup kepala.

b. Menggunakan google.

c. Menggunakan masker.

d. Sarung tangan.

e. Apron.
f. Sepatu boot.

4. Alat yang dipakai merawat jenazah diperlakukan khusus

dengan cara dekontaminasi (direndam) dengan klorin 0,5%

selama 10 menit.

17

2.3.2 Kriteria Kamar Jenazah

 Area harus tertutup dan tidak bisa diakses oleh orang yang tidak

berkepentingan.10

 Jalur jenazah : berdinding keramik, berlantai yang tidak berpori,

memiliki sistem pembuangan limbah, sistem sirkulasi udara, sistem

pendingin.

 Hubungan antar jalur jenazah dengan petugas :

a. Ruang autopsi berhubungan langsung dengan ruang

ganti pakaian, dipisahkan dengan antiseptic footbath.

 Hubungan antara area tertutup dengan area terbuka :13

a. Jalur masuk-keluar jenazah menggunakan pintu ganda.

b. Jalur petugas melalui :

1. Ruang administrasi forensik yang berhubungan

dengan ruang administrasi kamar jenazah.

2. Kamar ganti pakaian dengan koridor.

 Ruang autopsi : minimalis, mempunyai sistem pendingin udara dan

sirkulasi udara yang baik.

a. Tersedia lemari alat, lemari barang bukti, air berish,

saluran pembuangan air limbah, kulkas dengan freezer,

meja periksa organ, timbangan organ, dll.

18

b. Ruang autopsi infeksius memiliki system penghisap

udara ke bawah, lantainya sebaiknya tidak berpori.

c. Ruang autopsi viewing theatre, memiliki pembatas


transparan (kaca) antar meja periksa dengan kursi

penonton.

d. Ruang ganti pakaian dilengkapi dengan kamar mandi

dan toilet, terpisah laki-laki dan perempuan.

1. Antiseptic footbath.

2. Tempat cuci tangan dengan antiseptik.

3. Kamar ganti.

4. Kamar mandi.

2.4 Pengertian infeksi dapatan dari kamar jenazah

Infeksi dapatan dari kamar jenazah adalah infeksi yang didapat dari jenazah

yang dimana didalam tubuh jenazah masih terdapat kuman patogen yang

berpotensi menimbulkan sakit bila terkena ke manusia yang masih hidup.15

Organisme dalam jenazah tidak menulari orang sehat dengan kulit yang intak,

tetapi tetap ada kemungkinan penularan yang akan terjadi melalui:3

1. Cedera oleh jarum dengan alat yang terkontaminasi atau fragmen tulang

yang tajam.

19

2. Mikroba patogen usus dari lubang anal dan oral.

3. Melalui luka lecet dan luka pada kulit terbuka.

4. Aerosol yang terkontaminasi dari lubang tubuh atau luka misalnya basil

tuberkel ketika kondensasi mungkin bisa tertekan keluar melalui mulut.

5. Cipratan aerosol ke mata.

2.4.1 Faktor yang mempengaruhi infeksi

Sejumlah faktor yang berperan dalam terjadinya infeksi dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Faktor intrinsik: seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum, resiko terapi,

adanya penyakit lain, tingkat pendidikan dan lamanya waktu kerja.

b. Faktor ekstrinsik: seperti dokter, perawat, penderita lain, bangsal/lingkungan,

peralatan, material medis, pengunjung/keluarga, makanan dan minuman.

c. Faktor keperawatan: lamanya hari perawatan, menurunnya standar perawatan,


padatnya jumlah penderita.

d. Faktor mikroba patogen: kemampuan invasi/merusak jaringan, lamanya

pemaparan.

20

2.5 Berbagai Penyakit Infeksi Dapatan Kamar Jenazah

1. Tuberkulosis

Faktor resiko tuberkulosis terdiri dari trias epidemiologi yaitu

agen, host, dan lingkungan. Agen penyakit ini adalah

Mycobacterium tuberculose. Penularan yang sering terjadi jika

penderita batuk dan bersin. Jika host sudah meninggal,

tuberkulosis tetap dapat menular. Ini karena dalam jenazah

mengandung partikel yang mengandung material tuberkulosis yang

dapat keluar saat proses autopsi.

2. Meningitis dan Septikemia

Meningitis dapat disebabkan oleh bermacam-macam organisme,

tapi yang paling sering menyebabkan kematian adalah Neisseria

meningitidis.Penggunaan antibiotik yang teratur dapat menurunkan

insidensi infeksi.16

3. Organisme Gastrointestinal

Contohnya adalah Escherichia colli. Semua yang menangani

kadaver yang diduga infeksius harus menggunakan alat proteksi

yang benar, misalnya sarung tangan dan apron. Selain itu juga

harus hati-hati terhadap barang yang terkontaminasi dan cuci

tangan setelah pemeriksaan cadaver dan sebelum makan.17

21

4. Hepatitis

Hepatitis A ditularkan melalui rute fecaloral dan pencegahannya

sama seperti organisme gastrointestinal. Sedangkan hepatitis B

lebih sering angka kejadiannya dari yang lain. Penularannya dapat


secara vertikal ataupun horizontal. Jika vertikal, maka cara

penularannya dari ibu ke bayi yang ditularkan saat persalinan.

Sedangkan horizontal, dapat terjadi karena penggunaan alat suntik

yang tercemar, transfusi darah, lendir, luka yang mengeluarkan

darah, dan hubungan seksual dengan penderita.18 Hepatitis C

penularannya sama dengan hepatitis B, tapi tidak seganas hepatitis

B. Hepatitis C belum mempunyai vaksin, jadi proteksi diri harus

diutamakan.19

5. HIV

HIV kurang menular dibanding hepatitis B dan resiko terkena dari

kadaver yang terinfeksi lebih jarang. Virus ini dapat bertahan

hidup untuk beberapa hari setelah penderita meninggal di dalam

jaringan yang diawetkan. Pada kadaver yang terinfeksi, selain HIV

biasanya diikuti juga oleh infeksi organisme lainnya, seperti

Mycobacteria, yang lebih infeksius dari HIV.20

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Virus merupakan organisme non-seluler, karena ia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma,
organel sel, dan tidak bisa membelah diri sendiri. Bakteri adalah salah satu golongan organisme
prokariotik (tidak memiliki selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi
genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus ( nukleus ) dan tidak ada membran
inti. Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yangberarti tumbuh dengan
subur

Parasit adalah organisme yang selama atau sebagian hayatnya hidup pada atau didalam tubuh
organisme lain, dimana parasit tersebut mendapat makanan tanpa ada konpensasi apapun untuk
hidupnya. Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Klamidia adalah bakteri yang umum ditularkan
melalui infeksi menular seksual. Infeksi ini menulari wanita dan pria, termasuk pria yang berhubungan
seksual dengan pria.Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya
tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat
menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk

3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak
yang dapat di pertanggung jawabkan.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami sendiri sebagai penulis
dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini rekan mahasiswa Perawat lebih
memahami tentang agen-agen infeksius dan infeksi opportunitis serta untuk lebih menambah wawasan
mahasiswa sehingga bermanfaat di masa yang akan datang.

https://books.google.co.id/books?id=lEJRDwAAQBAJ&pg=PA204&dq=Agen-
agen+infeksius&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiAzeGrqq3oAhWQPXAKHW03CZAQ6AEIRjAE#v=onepage&q=
Agen-agen%20infeksius&f=false

https://books.google.co.id/books?id=u4KGDwAAQBAJ&pg=PT40&dq=Agen-
agen+infeksius&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiAzeGrqq3oAhWQPXAKHW03CZAQ6AEITTAF#v=onepage&q
=Agen-agen%20infeksius&f=false
https://books.google.co.id/books?id=PGeUDORSAEQC&pg=PA15&dq=Agen-
agen+infeksius&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiAzeGrqq3oAhWQPXAKHW03CZAQ6AEIJzAA#v=onepage&q=
Agen-agen%20infeksius&f=false

https://books.google.co.id/books?id=l_pDDwAAQBAJ&pg=PA55&dq=faktor-
faktor+yang+mempengaruhi+transmisi+agen-
agen+infeksius&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwja9OPfrK3oAhXQMN4KHV5UA3YQ6AEIJzAA#v=onepage&q=f
aktor-faktor%20yang%20mempengaruhi%20transmisi%20agen-agen%20infeksius&f=false

Dapatkan versi cetak buku ini▼

Sampul Depan

0 Resensi

Tulis resensi

Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner

Anda mungkin juga menyukai