Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH Al-QUR’AN HADIS PADA MI/MTS

“Mengenal Q.S. Al-Ma’un(107),Al-Fil(105),Al-A’sr(103),dan Al-


Qadr(97)”

Kelompok IV / PAI-6 / Semester IV

Isra Mulia Fahma (0301182165)

Halimahtun Sakdiah (0301182202)

Miftahurrohmah (0301182197)

Tansri Riziq Hilman Afif (0301182162)

A. PENDAHULUAN
Seorang muslim wajib mempelajari Al-Quran sehingga amat penting
dalam hal ini pendidik untuk mengenalkan makna kandungan isi,Asbab
An-Nuzul surah dalam ayat Al-Quran kepada peserta didik.
I. PENGANTAR
Kitab Al-Qur’anul karim salah satu mukjizat terbesar Nabi
Muhammad saw. yang diturunkan Allah melalui perantara malaikat
jibril,dan didalamnya terdapat pedoman hidup utama seorang muslim,
maka sudah sepatutnya kita umat islam untuk mengkaji kandungan isi
surah yang terdapat dalam Al-Qur’an sebagaimana peribahasa tak
kenal maka tak sayang,begitu pula dengan Al-Qura’n bagaimana bisa
kita menyayangi Al-Qura’an yang mulia ini jika kita pun tak tahu dan
merasa asing sama kitab kita sendiri.
II. URGENSI
Dalam hal ini pentingnya makalah ini dibuat untuk memudahkan
peserta didik maupun mahasiswa memahami Al-Qur’an dengan
mengenalkannya terlebih dahulu mengenai Asbaban An-Nuzul
(sebab turunnya ayat),kandungan isi surah,dll. dalam surah yang
terdapat di Al-Qur’an tersebut.
III. HAL-HAL YANG DIBAHAS DALAM MAKALAH
Adapun hal-hal yang akan diuraikan dalam makalah ini yaitu
a) Asbaban An-Nuzul, isi kandungan dan Hikmah yang terdapat
dalam QS. Al-Ma’un.
b) Asbaban An-Nuzul, isi kandungan dan Hikmah yang terdapat
dalam QS.AL-Fill.
c) Asbaban An-Nuzul, isi kandungan dan Hikmah yang terdapat
dalam QS.Al-‘Asr.
d) Asbaban An-Nuzul, isi kandungan dan Hikmah yang terdapat
dalam QS.Al-Qadr.

B. ISI MATERI DALAM MAKALAH


1) ISI MATERI PEMBAHASAN QS.Al-MA’UN
a) Asbaban An-Nuzul QS.Al-MA’UN
 Mengenai sebab turunya surah Al-Ma’un,menurut tafsir Al-Misbah
yang dikarang oleh Prof.Quraish Shihab,alasan turunnya QS.AL-
Maun ayat 1 sampai 3 berkaitan dengan seorang yang sedang
memperselisihkan seseorang yang diantaranya Abu Sufyan dan
Al-‘Ash Ibn Walid yang biasanya setiap minggu menyembelih seekor
unta namun pada suatu hari ada anak yatim yang meminya sedikit
daging unta yang disembelih tadi,tapi mereka malah
mengharkdinya,dan tidak memberi anak yatim itu bahkan mereka
dengan tongkat yang sedang dipegangnya untuk mengusir anak yatim
itu. 1

1
Shihab,M.Quraisy, Tafsir Al-Misbah: Pesan kesan dan Keserasian Al-Qura’an, (Jakarta :
Lentera Hati,2002),hlm.644.
Lalu disuatu riwayat yang ditafsirkan ahli tafsir alasan turunya ayat
4 sampai 7 dalam QS.Al-Maun berkaitan peringatan Allah kepada
siapun orang yang melakukan kebaikan karena mengaharap pujian
manusia yang ini terjadi pada zaman nabi dimana orang Munafiq
saat sedang shlat mereka dengan rasa ria memamerkan shalat dan
amal perbuatan mereka kepada kaum mu’min,namun ketika orang
mu’min tidak melihat mereka sholat mereka pun menanggalkan
sholatnya dan enggan untuk memberi bantuan kepada anak yatim
maupun fakir miskin.2

b) Kandungan Isi QS.Al-MA’UN


Masih menurut pendapat Prof Quraisy Shihab bahwa kandungan isi
diPermulaan ayat dalam QS.Al-Ma’un dimana pada permualaan ayat ini
Allah memulai dengan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada nabi
Muhammad kemudian Allah pun menjelaskan mengenai sifat tercela
dari pendusta agama yang tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin dan juga menghardik anak yatim yang itulah hakikat pendusta
agama pada ayat selanjutnya Allah pun memberikan ancaman pada
kaum mukmin yang lalai dengan shalatnya,dan sikapnya yang mengikuti
orang munafiq.3
Sedangkan menurut pendapat Muhammad Asad,bahwa kata Al-ma’un
dalam QS.Al-Ma’un yang secara kesuluruhan menjelaskan hal-hal yang
kecil yang begitu diperlukan untuk seseorang dalam keseharian baik
pertolongan yang baik berupa bantuan kepada sesama manusia yang
membutuhkan dalam hal yang kecil.4
Namun terkait isi kandungan QS.Al-Ma’un para mufasir berpendapat
mengenai permulaan ayat hingga terakhir pada QS.Al-Ma’un diantarnya

2
Shaleh,Qamaruddin,dkk.,Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-
Qur’an,(Bandung : Diponegoro,1990),hlm.613.
3
Shihab,M.Quraisy,Op. Cit.,hlm.648.
4
Muhammad Asad, The Massege of the Qur’an, (Watsonville California: The Book
Foundation,2004). hlm. 102.
1) Ara’ayta al-Lażī yukażżibu bid-Dīni
Makna “Ad-Diin” menurut al-siddieqy adalah masalah ketuhanan
dan masalah yang gaib,yaitu:
“Apakah kamu mengetahui, siapakah orang yang mendustakan
masalah ketuhanan dan masalah yang gaib? Maknanya kamu(orang
mu’min) dapat mengetahui orang itu, dengan memperhatikan tingkah
laku mereka”.
Senada dengan itu makna “Ad-Diin” menurut al-tabari adalah
mendustakan pahala dan siksa Allāh. maksudnya kata itu ialah
tahukah kamu hai Muhammad, orang yang mendustakan pahala dan
siksa Allāh, sehingga tidak mematuhi-Nya dalam hal perintah dan
larangan-Nya.
2) Fażālika al-Lażī yadu’u al-Yatīm
Menurut al-Mahali & al-Suyuti makna “Fażālika”
sesudah huruf “ ‫ ” ف‬ditetapkan adanya lafal huwa, artinya: maka
dia itulah. Senada dengan itu menurut Hamka , di dalam ayat ini
tertulis “ yadu’ul ” (dengan tasydid), artinya yang asal ialah
menolak. yaitu menolaknya dengan tangan bila dia mendekat.
Pemakaian kata “yadu’ul” yang kita artikan dengan menolakan itu
adalah membayangkan kebencian yang sangat. Rasa tidak senang
rasa jijik dan tidak boleh mendekat. Kalau dia coba mendekat
ditolakkan, biar dia jatuh tersungkur, Maka, makna ayat ini adalah
bahwa orang yang membenci anak yatim adalah orang yang
mendustakan agama walaupun dia beribadaħ, dikarenaka rasa benci,
rasa sombong dan bākhil tidak boleh ada di dalam jiwa seorang yang
mengaku beragama.
3) Wa lā yaḥuḍḍu ‘alā ṭa ‘āmi al-Miskīni
Pada ayat ke tiga ini, menguraikan ciri pendusta agama yaitu mereka
yang tidak mau menganjurkan atau memberi bantuan kepada orang
miskin. Ayat ini menggunakan kata tha’am (makanan) bukan ith’am
(memberi makanan) yang mengidentifikasikan orang yang mengajak
atau memberi tidak merasa bahwa ia telah memberi makan orang-
orang yang butuh, akan tetapi pemberian itu memang sudah menjadi
hak milik orang yang butuh itu Allah juga menyeru untuk
mengintrospeksi diri kita bahwa apa yang kita punya di dunia ini
hanya sebuah titipan Allah kepada kita, maka sudah sepantasnya kita
untuk saling mengajak dan memberi kepada mereka orang miskin
atau yang membutuhkan, dimuali dari saudara-saudara dan keluarga
dekat terlebih dahulu baru kepada masyarakat secara umum
Yang pada intinya, mereka yang dicela oleh ayat ini adalah orang-
orang yang memang memiliki sifat kikir dan tidak mau berbagi,
bukan orang-orang yang tidak dapat berbagi karena mereka memang
tidak mampu untuk berbagi. Maka turunlah ayat pada sūraħ al-Mā’ūn
ini untuk mencela orang-orang yang seperti itu karena makna ayat ini
adalah mereka termasuk orang-orang yang tidak mampu maka
mereka tidak akan menganjurkan orang lain untuk berbagi
4) Fawaylun lilmuṣallīna
Arti ‘celaka’ dalam ayat ini yaitu bagi mereka yang mempunyai
beberapa kriteria sebagai orang celaka dalam Shalātnya yang pada
ayat selanjutnya akan dijelaskan, sedangkan seseorang yang dengan
sadar bahkan sudah menjadi kebiasaan untuk tidak melaksanakan
Shalāt mereka adalah pendusta agama yang celaka karena Shalātnya.
Menurut Qutub ayat ini adalah do`a atau ancaman kebinasaan bagi
orang-orang yang Shalāt,lalu siapakah gerangan orang-orang yang
celaka dari Shalātnya itu? Maka akan dijelaskan pada ayat
selanjutnya. Senada dengan pendapat al-Jazairi huruf “ ‫ ” ف‬di dalam
ayat ini untuk menunjukkan pancabangan dan urutan. Pertanyaannya,
“Bagaimana bisa dikatakan ayat ini merupakan bagian dari ayat
sebelumnya?” ayat-ayat ini turun di Madīnaħ ditunjukkan kepada
orang-orang munafik sedangkan ayat-ayat sebelumnya diturunkan di
kota Makkaħ dan ditunjukkan kepada orang-orang musyrik? Ini
semua adalah akibat dari tidak adanya keimanan terhadap agama
Islām yaitu terhadap hari perhitungan dan hari pembalasan di akhirat.
Inilah sifat orangorang yang berlaku zalim. Yaitu orang yang suka
menahan hak orang lain, tidak mengasihi, dan tidak menyayanginya.
sebagaimana menurut al-Jazairi jika beriman dengan balasan yang
ada di akhirat, maka mereka akan bersegera mengamalkan kebaikan
dan meninggalkan kejelekan. Barangsiapa yang ingin melihat orang
yang mendustakan agama, maka lihatlah mereka yang melampaui
batas, berhati keras, tidak pernah menyayangi, tidak memberi dan
berbuat baik kepada fakir miskin.
5) Al-Lażīna hum ‘an ṣalātihim sāhūna
Yang terkandung dalam ayat ini adalah ayat yang menjelaskan
tentang ciri seseorang celaka dalam shalātnya, bahwa orang-orang
yang dengan sengaja melalaikan dalam menegakan shalāt yang akan
celaka dalam shalātnya, apalagi kalau dengan sengaja
meninggalkannya. Sementara al-zamakhsyari dalam al-Qurtubĩ
menguraikan dalam al-Kasysyāf (4/236) sebagai berikut:
“Apabila anda mengatakan apa perbedaan antara kalimat ‘an
ṣalātihim dan kalimat fī ṣalātihim? maka saya akan menjawab: makna
kaliamat ’an ṣalātihim adalah mereka melupakan dan lalai, mereka
jarang sekali mengingatnya. Ini adalah perbuatan orang-orang
munafik ataupun kaum muslimin yang selalu berbuat keburukan dan
kefasikan. Sedangkan makna kalimat fī ṣalātihim adalah mereka
terlupa dalam shalātnya tanpa disengaja, entah itu karena bisikan dari
syetan ataupun dari dalam dirinya sendiri. Namun hal ini adalah
sangat manusiawi dan wajar sekali, karena tidak seorang pun yang
dapat menghindarkan dirinya dari kelupaan. Bahkan Rasūl Allāh
sendiri pernah terlupa dalam shalātnya, walaupun dengan alasan yang
berbeda dengan kaum muslimin lain pada umumnya. Oleh karena itu
yang dimaksud ayat ini Allāh akan menimpakan adzab kepada orang
yang bersembahyang hanya dengan gerakan tubuh dan lisannya,
tetapi tidak kelihatan pengaruh sembahyang pada dirinya dan tidak
menghasilkan buah yang diharap dari sembahyang itu (al-
Siddieqy,2003, hlm. 4710).
6) Al-Lażīna hum yurā’ūna
Ayat ini juga menjelaskan sifat-sifat orang yang mendustakan
agama. Walaupun dia beramal, selain kadang-kadang dia bermuka
manis kepada anak yatim, kadang-kadang dia menganjurkan memberi
makan fakir miskin, kadang-kadang kelihatan dia khusyu’
sembahyang, tetapi semuanya itu dikerjakannya karena riya.
Hidupnya penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. (Hamka, 1985,
hlm. 282). Mereka melakukan perbuatan-perbuatan itu hanya karena
ingin mendapatkan pujian orang lain. Tetapi hati mereka Sama sekali
tidak mengetahui hikmah dan rahasia-rahasianya. (al-Marāgi, 1993,
hlm. 437). Kandungan dalam ayat ini menjelaskan kepada kita untuk
tidak melakukan sifat pamrih, sombong, pamer, dan sebagainya yang
sama sifatnya ayat ini juga masih mempunyai keterkaitan dengan ayat
sebelumnya yakni wail (celaka). Maka kita sebagai orang beriman
harus menjauhi sifat riya’.
7) Wa yamna’ūn al-Mā’ūna
Yang terkandung dalam ayat ini adalah mereka orang-orang yang
enggan menolong dengan barang berguna, sedangkan makna barang
berguna ini adalah barang-barang yang lazim untuk dipergunakan
dalam menolong orang lain, bisa berupa barang berharga seperti emas
atau uang atau juga barang yang bukan tergolong bernilai namum
bisa dipergunakan untuk menolong orang lain. Di samping beribadaħ
secara riya (pamer), mereka juga sangat kikir, tidakmemberikan atau
meminjamkan kepada orang lain tentang sesuatu yang biasa
dipinjamkan (al-siddieqy, 2003, hlm.4711). Maksudnya adalah
menghalangi manusia-manusia dari manfaat-manfaat yang ada pada
mereka (al-Tabari, 2009, hlm. 994-1013).
Inti kandungan pada ayat ini adalah menjelaskan
kejelekan mendustakan agama dan sifatnya, yaitu:
menyia-nyiakan kemaslahatan anak yatim, tidak mau
memperhatikannya, dan tidak mau berusaha
membantu memenuhi kepentingan orang miskin. Azab
dan kecelakaan ditimpahkan kepada orangorang yang
bersembahyang dengan hati yang lalai, yang beramal
dengan riya (pamer), dan tidak mau membantu dan
meminjamkan harta mereka kepada orang miskin juga
anak yatim.5

c) Hikmah Yang Terdapat Dalam QS.Al-MA’UN

Dari sebuah jurnal yang saya kutip menurut Amin Bin Abdullah
Asy- Syaqawi ada beberapa hikmah pelajaran yang dapat dipetik dari
QS.Al-Ma’un yaitu

1) Ayat ini menjelaskan tentang anjuran memberi makan kepada orang


miskin dan anak yatim. Diriwyatkan oleh AL-Bukhari di dalam kitab
shahihnya dari Sahl bin Sa’d dijelaskan bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda: Aku bersama orang yang menanggung anak yatim
seperti ini”. Dan beliau menjadikan jari telunjuk berjejeran dengan
jari tengah. Diriwyatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab
shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda: Orang yang berusaha untuk kebutuhan wanita janda dan
miskin seperti seorang mujahid di jalan Allah”, dan aku menyangka
beliau bersabda: “Seperti orang yang bangun malam tanpa merasa
putus asa dan orang yang puasa yang tidak pernah
meninggalkannya”.

5
Fajriana Noviana,Nabila,dan Fahrudin,Aam Abdussalam,2016, NILAI-NILAI PENDIDIKAN
DALAM QS. AL Ma’uN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN PAI DI
PERSEKOLAHAN (Studi Tafsīr tentang QS. al-Ma’un) ,Vol.3 No.1, TARBAWY,hlm.41-
46.dikutip dari https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/article/download/
2) Anjuran untuk menunaikan shalat pada waktunya sebagaimana Allah
SWT berfirman:
“Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Nisa’: 103)
Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab
shahihnya dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata: Aku bertanya
kepada Nabi Muhammad SAW: Amal apakah yang paling dicintai
oleh Allah?. Beliau SAW bersabda:Shalat tepat pada waktunya”.

3) Anjuran untuk mengerjakan kebajikan, dan berbuat baik kepada


orang lain dengan memberikan meminjam harta walaupun kecil,
seperti meminjamkan bejana, timba, buku, parang dan yang lainnya
sebab Allah mencela orang yang tidak berbuat demikian.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Ibnu
Amr bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Empat puluh kebaikan,
dan yang paling tinggi adalah menghadiahkan seekor kambing betina.
Tidaklah seseorang mengerjakan salah satu dari bagian tersebut
karena mengharap pahala dari Allah dan percaya akan dijanjikan
kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga”.Hasan berkata:
Maka kami kembali dan menghitung apa saja yang termasuk dalam
pemberian yang nilainya di bawah kambing betina, seperti menjawab
salam, mendo’akan orang yang bersin, menjauhkan gangguan dari
jalan umum dan yang lainnya, dan kami tidak mampu menyebut lima
belas kebaikan.
4) Keempat: Anjuran untuk berbuat ikhlas dalam beramal dan waspada
terhadap riya dan sum’ah, sebagaimana firman Allah tentang sifat
orang orang yang beriman:
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan Sesungguhnya Kami
memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan
Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula
(ucapan) terima kasih.(QS. Al-Insan: 8-9)
Diriwyatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits riwayat Jundub
RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Barangsiapa yang
memperdengarkan amal baiknya maka Allah akan
memperdengarkannya dan barangsiapa yang memperlihatkan amal
baiknya maka Allah akan memperlihatkan amal baiknya di hadapan
orang lain”.
Maknanya adalah barangsiapa yang senang memperdengarkan amal
baiknya maka Allah akan menyingkapnya dan menjelaskan serta
mambuka kedoknya di hadapan masyarakat bahwa orang tersebut
tidak ikhlas dalam berbuat namun dia ingin memperdengarkan
kebaikannya agar manusia memujinya atas ibadah yang telah
dikerjakannya begitu pula dengan orang yang memperlihatkan amal
baiknya maka Allah pun akan memperlihatkan amal tersebut
dihadapan orang lain dan menyingkap kedoknya baik cepat atau
lambat.6

2) ISI MATERI PEMBAHASAN QS.AL-Fill


a) Asbaban An-Nuzul QS.Al-Fill
Menurut tafsir ibnu katsir surah ini turun berkaitan dengan
peristiwa dimana raja Abrahah dari yaman berencana memindahkan
kunjungan ibadah bangsa arab tidak ke ka’bah lagi namun ke syam
dengan membangun sebuah gereja dikota Shan’a yang bernama Al-
Qullais,dengan bangunan yang tinggi menjulang dan ditaburi batu
permata disetiap penjurunya sehingga timbulah kebencian dihati
suku Adnan dan Qathan bahkan suku Quraisy begitu murka lalu
membuat dari seorang dari mereka pergi kegereja pada malam hari
untuk membuat kerusuhan didalamnya saat akan kembali Abrahah
6
Amin bin Abdullah asy-Syaqawi,2010,Merenungi Tafsir Surah Al Ma’un,islam house Maktab
Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah,hlm.7-9, dikutip dari
https://islamhouse.com/id/articles/311823/pdf .
mengetahui hal itu sehingga dia bersumpah akan pergi ke ka’bah
yang berada dimekkah untuk merobohkannya berkeping-keping.
Kemudian Abrahah pun pergi dengan membawa bala tentara
yang banyak dan kuat yang ikut pula seekor gajah yang tubuhnya
amat besar bernama Mahmud,ketika sampai dikota thaif suku itu
begitu ramah menyambut Abrahah ,hingga suku Arab memiliki
pandangan bahwa mereka harus mempertahankan ka’bah maka
keluarlah seorang pemuka dan raja Quraisy Dzu Nafar bersama
kaumnya namun dia begitu mudah ditawan Abrahah sama halnya
dengan Nufail bin Habib al-Khats’ami yang ikut menghalangi
Abrahah,ia ditawan dan hendak dibunuh tapi dimaafkan kemudian
ditugaskan sebagai penujuk arah ke negeri hijaz,hingga
sesampainya dikota al-Mughammas yang berdekatan dengan
madinah bala tentaranya merampas harta penduduk mekkah yang
terdiri dari unta-unta,dll.tapi diantara harta rampasan itu terdapat
200 ekor unta milik Abdul Muthalib.
Abrahah kemudian mengutus Hanathan al-Himyari agar
menangkap penduduk Quraisy yang paling terhormat untuk bertemu
Abarahah dan memberitahukan penduduk mekah bahwa bala tentara
Abrahah tidak datang untuk memerangi mereka kecuali mereka
menghalangi,Hanathan pun datang membawa Abdul
Muthalib,mereka pun duduk bersama diatas permadani kemudian
Abrahah bertanya pada Abdul muthalib melalui penerjemahnya
tentang keinginannya,Abdul Muthalib menjawab “Aku hanya ingin
anda mengembalikan 200 ekor unta milikku”,Abrahah berkata “Aku
sangat heran dengan pandanganmu dan perkataanmu yang
membuatku antipati kepadamu,apa engkau mengajak aku untuk
membicarakan 200 ekor unta milikmu yang telah kurampas lalu
engkau lupakan rumah yang merupakan simbol agamamu,Abdul
Muthalib menjawab “ Sesungguhnya aku adalah pemilik unta
itu,sedangkan rumah itu ada yang memilikinya,dan Dia sendiri yang
akan mempertahankannya”.Abarahah berkata”Dia tidak akan
sanggup menghalngi aku”,Abdul Muthalib menjawab ”Kamu akan
berurusan dengan Dia”.maka Abrahah pun mengembalikan unta
yang tadi ia rampas kepada Abdul Muthalib.
Esok harinya Abrahah menyiapkan gajahnya dan mengarahkannya
ke kota Mekkah ,datang Nufail bin Habib yang berdiri disamping
Gajah kemudian ia memegang telinga gajah itu sambil berbisik
“Berhentilah engkau,hai Mahmud!kembalilah dengan benar
ketempat dimana kamu datang karena kamu kini berada dinegeri
Allah yang haram,Nufail melepaskan telinganya kemudian gajah itu
pun berhenti,sehingga bala tentara Abrahah pun memukuli gajah itu
untuk berdiri tapi ia tetap diam,bila mereka mengarahkan gajah itu
kemana saja gajah itu bergerak dan pergi namun bila diarahkan ke
ka’bah gajah itu berhenti dan diam tidak mau berdiri.
Hingga Allah pun mengutus sekawanan burung yang beramai-rami
melempari mereka dengan batu dari sijjil untuk membinasakan bala
tentara bergajah dan menjadikan mereka seperti dedaunan yang
dimakan ulat yang sebagimana halnya terjadi pada raja mereka
Abrahah diman ia termasuk orang yang daging dan anggota
tubuhnya berjatuhan sepotong demi sepotong dan ketika ia sampai
di negerinya dia belum mati melainkan setelah menceritakan
peristiwa yang terjadi pada mereka,lalu ia mati dengan hatinya yang
terbelah.7
b) Kandungan Isi QS.Al-Fill
‫هَّللا‬
ِ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح‬
‫ِيم‬
‫ َوأَرْ َس َل َعلَي ِْه ْم َطيْرً ا‬.‫ِيل‬
ٍ ‫ أَلَ ْم َيجْ َع ْل َك ْي َد ُه ْم فِي َتضْ ل‬.‫ِيل‬
ِ ‫ب ْالف‬ِ ‫ك ِبأَصْ َحا‬ َ ‫أَلَ ْم َت َر َكي‬
َ ‫ْف َف َع َل َر ُّب‬
ٍ ‫ف َمأْ ُك‬
‫ول‬ ٍ ْ‫ َف َج َعلَ ُه ْم َك َعص‬.‫يل‬ ٍ ِّ‫ار ٍة مِنْ سِ ج‬
َ ‫ِيه ْم ِبح َِج‬ ِ ‫ َترْ م‬.‫أَ َب ِابي َل‬

7
Ar-Rifa’i,Muhammad Nasib,Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,(Jakarta :
Gema Insani,2000),Jilid.IV,hlm.1046- 1049.
Artinya: Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana
Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?(1) Bukankah
Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? (2) Dan Dia
mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong (3)
yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar
(4) sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang
dimakan (ulat). (5).
Berikut ini isi kandungan surat Al Fil yang kami sarikan dari sejumlah
tafsir. Yakni Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir, Tafsir Al
Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Quran karya
Sayyid Qutb dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.

1. QS. Al- Fil ini menceritakan tentang balasan dari Allah SWT kepada
Abrahah dan pasukan bergajah yang hendak menyerbu Makkah.

2. QS. Al- Fil memotivasi Rasulullah dan umatnya, termasuklah orang kafir
Quraisy, untuk memperhatikan tanda kekuasaan Allah khususnya dari
sejsejara

3. QS. Al- Fil menjelaskan nikmat Allah kepada orang-orang Quraisy.


Allah telah menyelamatkan mereka dari pasukan Abrahah karena
perlindungan-Nya kepada Ka’bah yang ada di tengah-tengah suku
Quraisy.

4. Allah Maha Kuasa, segala kekuasaan tunduk pada kekuasaan-Nya. Maka


siapa yang dilindungi-Nya, tidak ada yang mampu mencelakainya.
Sebaliknya, siapa yang dihancurkan Allah, tidak ada yang mampu
melindunginya.
5. Sangat mudah bagi Allah untuk menolong siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan sangat mudah bagi Allah menghancurkan siapa yang ingin
dihancurkan-Nya. Juga sangat mudah bagi Allah menghadirkan cara dan
jalan kehancuran musuh-musuh-Nya.8
c. Hikmah Yang Terdapat Dalam QS.Al-Fill

1. Peristiwa ini secara tidak langsung mengangkat peranan orang-


orang Quraisy di tengah-tengah kabilah Arab
lainnya.Perlindungan Allah terhadap Ka’bah menjadikan
mereka sebagai kabilah yang terlindungi. Lain halnya dengan
kabilah diluar Mekkah, mereka dengan mudah dikuasai oleh
pasukan Abrahah yang melintas menuju Mekkah. Lantas Allah
mengutus Nabi dari suku Quraisy, dan dengan perjuangan
panjang beliau, kabilah Quraisy menjadi pengikutnya yang
diikuti oleh kabilah-kabilah Arab lainnya. Dengan demikian
kabilah Quraisy ibarat kepala, dan kabilah-kabilah Arab lainnya
adalah anggota tubuhnya.
2. Laki-laki yang melumuri dinding al-Qulais dengan kotoran, ia
menempuh perjalanan jauh itu untuk menolong aqidahnya,
menjaga kehormatan Ka’bah. sebuah fenomena yang semestinya
mengingatkan kita, tentang hak Islam atas kita. Bahwa kita
mesti berjalan, berjuang, dan berkorban demi dakwah kepada
Allah.
3. Kondisi bangsa Arab saat itu, menunjukkan mereka
terkelompok dan terbagi-bagi. Di antara mereka ada yang
tunduk kepada kaisar Irak, Persia. Di antara mereka ada yang
tunduk kepada Romawi. Dan di antara mereka ada yang tunduk
kepada imperium Yaman. Sisanya adalah kabilah-kabilah yang
selalu melakukan perang saudara. Sehingga tatkala pasukan
yang berasal dari luar datang dan melintasi mereka. Mereka
tidak mampu melakukan perlawanan dan mudah untuk dikuasai.

8
We muslimah.com di akses pada 27 April 2020
4. Menjadi peringatan bagi setiap pribadi yang tergoda untuk
melakukan perlawanan terhadap Baitullah. Allah sendiri yang
akan menjaga Rumah-Nya. Allah melindunginya walaupun pada
saat itu masih dikelilingi oleh kemusyrikan. Maka bagaimana
dengan sekarang, saat Rumah Allah itu dikelilingi oleh orang-
orang mukmin yang berthawaf, i’tikaf, ruku, dan bersujud.
5. Memberikan kemantapan Iman bagi setiap mukmin yang
berjuang untuk melawan makar musuh Allah. Karena jika Allah
menjaga dan menyelamatkan Rumah-Nya, maka pastilah Dia
akan menjaga dan menyelamatkan orang yang berjuang untuk
agama-Nya, membela Rasul-Nya, dan hamba-hamba-Nya yang
beriman, karena martabat seorang mukmin lebih besar dari
martabat Ka’bah.9

3) ISI MATERI PEMBAHASAN QS.AL -‘Asr


a) Asbaban An-Nuzul QS.AL -‘Asr
Dalam buku tafsir Al-Bayan menurut pendapat Hasby Ashiddiqi
turunnya ayat ini berhubungan erat dengan kebiasaan penduduk
Arab jahiliyah terdahulu ketika hari mulai senja mereka senang
duduk berbincang-bincang mengenai berbagai hal yang terjadi
dalam kehidupannya dan banyak dari sebahagian mereka bermegah-
megahan terhadap kedudukannya,harta kekayaan yang dia miliki
dan terhadap asal usul nenek moyangnya yang berakibat
perbincangan yang mereka lakukan menjadi ngelantur hingga
terjadi permusuhan dan pertikaian karena perbincangan yang
mereka lakukan.bahkan banyak dari sebahagian penduduk arab
jahiliyah terdahulu begitu sangat mengutuk waktu ‘ashar karena
mereka beranggapan bahwa waktu ‘ashar merupakan waktu yang
mendatangkan marabahaya untuk mereka,yang kemudian dari
peristiwa ini Allah pun menurunkan surah ini kepada nabi

9
Zaid bin Abdul Karim, Fiqh surah nabawwiyah. (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2016)
Muhammad untuk menerangkan kepada manusia mengenai
kerugian menyia-nyiakan waktu ketika ‘ashar.10

b) Kandungan Isi QS.AL -‘Asr

ِ ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحيم‬
c) ‫صوْ ا‬
َ ‫ت َوت ََوا‬ ٍ ‫إِ َّن اإْل ِ ْن َسانَ لَفِي ُخس‬ )1( ‫َو ْال َعصْ ِر‬
ِ ‫إِاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬ )2( ‫ْر‬
)3( ‫صب ِْر‬ َّ ‫صوْ ا بِال‬ ِّ ‫بِ ْال َح‬
َ ‫ق َوت ََوا‬
Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.

Al-Asr artinya zaman atau masa yang padanya Bani Adam bergerak


melakukan perbuatan baik dan buruk. Malik telah meriwayatkan
dari Zaid ibnu Aslam bahwa makna yang dimaksud adalah waktu
asar. TetapiTetapi pendapat yang terkenal adalah yang pertama.
Allah (Subhanahu wa Ta'ala) bersumpah dengan menyebutkan
bahwa manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, yakni rugi
dan binasa.

ِ ‫}إِال الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬


{‫ت‬
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.
(Al-'Asr:3). Maka dikecualikan dari jenis manusia yang terhindar
dari kerugian, yaitu orang-orang yang beriman hatinya dan anggota
tubuhnya mengerjakan amal-amal yang saleh.

ِّ ‫اصوْ ا بِ ْال َح‬


{‫ق‬ َ ‫} َوتَ َو‬
dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran. (Al-'Asr: 3)
Yakni menunaikan dan meninggalkan semua yang diharamkan.

10
Ashiddiqi, Hasby, Tafsir Al Bayaan II,(Bandung : PT. Al-Ma’arif,1977),Jilid.II, hlm.1572.
َ ‫} َوتَ َو‬
َّ ‫اصوْ ا بِال‬
{‫صب ِْر‬
dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (A1-'Asr: 3)
Yaitu tabah menghadapi musibah dan malapetaka serta gangguan
yang menyakitkan dari orang-orang yang ia perintah melakukan
kebajikan dan ia larang melakukan kemungkaran.

a. Ayat I, Allah swt bersumpah dengan menyebut masa. Masa berarti


waktu yang dilalui, waktu yang dialami seseorang. Apabila Allah swt,
bersumpah dengan makhluknya berarti suatu isyarat bagi Rasulullah
saw., dan orang-orang yang beriman agar memerhatikan terhadap
makhluk yang digunakan untuk bersumpah. Dengan demikian, maksud
ayat pertama surah ini adalah agar Rasulullah saw, dan orang-orang
yang beriman lebih memperhatikan masalah waktu, dan mampu
memanfaat waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang terpuji sesuai
ajaran Islam. Kita sadari atau tidak, waktu itu tidak akan berhenti
walaupun sedetik, apalagi terulang, pagi hari ini bukan pagi hari
kemarin bukan pula pagi hari esok.

b. Ayat 2, dijelaskan bahwa kebanyakan manusia dalam keadaan


merugi. Melihat, kenyataan hidup ini, ternyata banyak manusia yang
merugi dibanding dengan yang beruntung. Lalu kerugian apa yang
dialami manusia ? Kerugian yang dialami oleh manusia bahwa
kesempatan hidup didunia tidak dapat dipergunakan dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan petunjuk agama. hari-harinya hanya diisi dengan
kesibukan menikmati dunia sesuai dengan keinginan hawa nafsunya
tanpa ada pemikiran kalau dunia ini hanyalah sementara dan yang kekal
adalah ada hari akhirat.

c. Ayat 3, menjelaskan bagaimana cara yang harus dilakukan agar tidak


termasuk orang yang rugi. pada ayat ini, adatiga syarat agar tidak
menjadi orang yang rugi, yaitu beriman dan beramal saleh, saling
menasehati tentang kebenaran, tentang menasehati tentang kesabaran.

Dengan perincian keterangan ayat diatas maka kita sebagai manusia


agar selalu ingat bahwa kita seharusnya:

a. Beriman dan beramal sholeh.


Beriman berarti meyakin bahwa maanusia hidup didunia ini karena
kehendak Allah, Manusia harus tunduk kepada Allah yang
mencipta, yang memberi rezki, dan memeliharanya sampai pada
saat yang telah ditentukan.Hanya dengan iman manusia bisa dapat
menyadari keberadaannya hidup di dunia.Setelah memiliki
keimanan, seorang harus membuktikannya dengan perbuatan yaitu
beramal sholeh (amal kebajikan). Yang dimaksud dengan kebajikan
ialah semua perkara yang sesuai dengan ajaran Islam. Iman dan
amal sholeh adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan ,
iman tanpa amal sholeh tidak cukup, sebaliknya amal tanpa iman,
tidak berarti dihadapan Allah SWT.

b. Saling menasehati tentang kebenaran.


Agar tidak tergolong menjadi orang yang merugi ialah, adanya
kesediaan untuk menerima dan memberi nasehat tentang kebenaran.
kita sadari atau tidak, manusia mempunyai banyak kekurangan dan
kesalahan. Hanya orang-orang sombonglah yang tidak mau
mengakui kekurangan dan kesalahannya. Orang yang mengaku
beriman harus mau menerima dan memberi nasehat menuju
kebenaran yang sesuai dengan ajaran Islam.

c. Saling menasehati tentang kesabaran.


Salah satu syarat orang tidak merugi kata Allah adalah adanya
kesediaan untuk menerima dan memberi nasehat tentang kesabaran.
Sabar adalah perkara yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk
dilaksanaknn, tidak mudah bagi kita untuk memiliki kesabaran,
karena kesabaran butuh waktu dan harus selalu melatih diri untuk
membiasakan sifat kesabaran tersebut, karena persoalan hidup
senantiasa mengintai kita yang terkadang persoalan yang kita hadapi
sulit untuk dipecahkan dan diselesaikan hanya dengan akal
pikiran .dan kesabaran itu butuh keikhlasan.11

c) Hikmah Yang Terdapat Dalam QS.AL -‘Asr

Adapun hikmah dari surah al – ‘ashr yaitu :

1.    mereka petunjuk bagi seluruh umat manusia.

2.   dengan mengimani surah ini kita akan lebih menghargai waktu yang
kita miliki saat ini.

3.    Kita dapat memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan cara


mengisinya dengan berbagai kegiatan positif dan bermanfaat.

4.    Dari surat yang pendek ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa


kita berada pada tingkat yang rendah atau dalam kerugian apabila kita
tidak mengembangkan diri kita dengan iman dan amal shaleh.
Masyarakat kita juga menjadi masyarakat yang rendah bila kita tidak
menegakkan Al-Haq dan Ash-Shabr di tengah-tengah masyarakat kita

4) ISI MATERI PEMBAHASAN QS.AL- Qadr


a) Asbaban An-Nuzul QS.Al-Qadr
Adapun Asbabun Nuzul mengenai surat al-Qadr yang berisi
tentang lailatul qadar sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Aziz
Muhammad As-Salam adalah sebagaimana yang tertera dalam
riwayat Ibn Abbas bahwa Jibril a.s. menuturkan kepada Rasulullah
saw. Seorang pejuang tangguh bernama Syam‟un.

11
Tafsir Ibnu Katsir
Ia pernah memerangi orang-orang kafir selama 1000 bulan.
Dengan sekali tebasan senjatanya, ia mampu membunuh banyak
orang kafir. Begitulah yang ia lakukan sampai usianya menginjak
1000 bulan. Dengan bantuan pengkhianatan istrinya, orang-orang
kafir dapat memperdayanya dan hendak membunuhnya. Akan
tetapi, Allah menyelamatkannya. Sebagai rasa syukur, ia beribadah
kepada Allah. Malam harinya ia gunakan untuk shalat, sedangkan
siang harinya puasa. Mendengar cerita itu, para sahabat menangis
merindukan dapat melakukan hal yang sama. Mereka bertanya,
“wahai Rasulullah! Tahukah engkau berapa banyak pahala
Syam‟un?” beliau menjawab, “tidak tahu,” setelah itu, turunlah
surat al-Qadr. Jibril lalu berkata, wahai Muhammad, Allah telah
memberimu dan umatmu lailatul qadar. Beribadahlah pada malam
itu lebih baik daripada ibadah selama 1000 bulan.”12

b) Kandungan Isi QS.Al- Qadr

{ ‫ف َشه ٍْر‬ ِ ‫} لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر خَ ْي ٌر ِّم ْن أَ ْل‬2{ ‫} َو َما أَ ْد َراكَ َما لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر‬1{ ‫إِنَّا أَن َز ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر‬
{ ‫ ِر‬œ ْ‫طلَ ِع ْالفَج‬ْ ‫} َساَل ٌم ِه َي َحتَّى َم‬4{ ‫} تَنَ َّز ُل ْال َماَل ئِ َكةُ َوالرُّ و ُح فِيهَا بِإ ِ ْذ ِن َربِّ ِهم ِّمن ُك ِّل أَ ْم ٍر‬3
}5

Artinya :

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam


kemuliaan.

2. Dan tahukah anda Apakah malam kemuliaan itu?

3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

12
Abdul Aziz Muhammad As-Salam, Menuai Hikmah Ramadhan dan Keistimewaan Lailatul Qadar,
hlm. 240.
4. Pada malam itu, turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan
izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

5. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.

Allah SWT mengkhabarkan bahwa Dia menurunkan Al-


Qur’an di malam lailatul qadar, yaitu malam yang penuh dengan
keberkahan.

Ibnu Katsir mengutip pendapat Ibnu Abbas bahwa Ibnu


Abbas dan lain-lainnya mengatakan Allah SWT menurunkan Al-
Qur’an sekaligus dari lauh mahfuz ke Baitul izzah di langit yang
terdekat. Kemudian diturunkan secara terpisah-pisah sesuai dengan
kejadian-kejadian dalam masa 23 tahun kepada Rasulullah SAW.
Kemudian Allah berfirman keagungan kedudukan lailatul qadar
ialah karena malam itu dikhususkan oleh Allah SWT sebagai
malam yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Maka Allah SWT
berfirman:
ِ ‫} لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر َخ ْي ٌر ِّم ْن أَ ْل‬2{ ‫ك َما لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر‬
}3{ ‫ف َشه ٍْر‬ َ ‫َو َما أَ ْد َرا‬

Artinya :

Artinya: dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam


kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan (Q.S. Al-Qadr/ 97:
2-3)13

Ibnu Katsir berpendapat mengenai surat al-Qadr ayat 4


yakni, ayat ini menjelaskan tentang banyak malaikat yang turun di
malam kemuliaan itu karena berkahnya yang banyak. Para malaikat
turun bersamaan dengan turunnya berkah dan rahmat. Adapun
mengenai ar-ruh Ibnu Katsir berpendapat makana yang dimaksud

13
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul Adzim, (Mesir: Darul Hadis, 2005), Juz 8, hlm. 411.
adalah jibril a.s. menurut pendapat lain menyebutkan, ar-ruh adalah
sejenis malaikat tertentu, untuk mengatur segala urusan.

Ibnu Katsir berpendapat mengenai surat al-Qadr ayat 5


yakni, ayat ini menjelaskan tentang malam yang penuh
keselamatan, setan tidak mampu berbuat keburukan padanya atau
melakukan gangguan padanya. Semua urusan ditetapkan di
dalamnya dan semua ajal serta rizki ditakdirkan. Malam itu penuh
dengan keselamatan hingga terbit fajar.

c) Hikmah Yang Terdapat Dalam QS.Al- Qadr

Hikmah yang dapat diambil dalam surah Al-qadr adalah

1. Mengajarkan kita manusia agar bersungguh-sungguh dalam


beramal dan beribadah di seluruh malam bulan Ramadhan.
2. Mengajarkan seorang muslim untuk benar-benar berusaha dan
memaksimalkan dirinya untuk beribadah, berdo’a, berdzikir,
kepada Allah.

C. KESIMPULAN
Isi Kandungan Surah Al-Maun adalah mengenai orang-orang yang
disebut sebagai pendusta agama yakni orang-orang yang menindas yatim,
tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang fakir dan peminta-minta,
orang riya', orang yang gemar shalat namun tidak berkenan memberi manfaat
(hal berguna) pada orang lain
Isi Kandungan Surah Al-fill adalah tentang kehancuran pasukan bergajah
berkeinginan menghancurkan Ka'bah. Pasukan bergajah diazab oleh Allah
swt. dengan mengirimkan burung ababil yang melempari mereka batu panas
sehingga mereka binasa.
Isi Kandungan Surah Al-Asr adalah berupa peringatan dan perintah dari
Allah bahwa seluruh manusia berada dalam kerugian, kerugian karena waktu
terus berjalan namun manusia terjebak dalam keterbatasan waktu ini menuju
kebinasaan. kecuali mereka yang menghabiskan waktunya untuk 3 perkara,
yaitu mereka yang beriman kapada Allah , berbuat amal kebajikan kemudian
mereka berdakwah ditengah manusia untuk mengajak manusia kepada
kebajikan dan menasehati dalam kebenaran serta mereka yang sabar.
Isi Kandungan Surah Al-Qadr adalah tentang Al-Qur'an yang
diturunkan pada malam Lailatul Qadr. Beribadah pada malam Lailatul Qadr
itu lebih baik daripada ibadah 1000 bulan. Malaikat Jibril beserta para
malaikat turun ke bumi pada malam Lailatur Qadr yaitu untuk mengatur
segala urusan yang diperintahkan oleh Allah Swt.

D. DAFTAR PUSTAKA
Shihab,M.Quraisy.2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan kesan dan Keserasian Al-
Qura’an. Jakarta : Lentera Hati.
Shaleh,Qamaruddin,dkk.1990. Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis
Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Bandung : Diponegoro.
Muhammad Asad.2004. The Massege of the Qur’an. Watsonville California:
The Book Foundation.
Abdul Aziz Muhammad As-Salam, Menuai Hikmah Ramadhan dan
Keistimewaan Lailatul Qadar,
Ar-Rifa’i,Muhammad Nasib.2000. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir. Jakarta : Gema Insani. Jilid.IV.
Ashiddiqi, Hasby.1977. Tafsir Al Bayaan II. Bandung : PT. Al-
Ma’arif.Jilid.II.
Ibnu Katsir, 2005. Tafsir Al-Qur’anul Adzim, Mesir: Darul Hadis.
Fajriana Noviana,Nabila,dan Fahrudin,Aam Abdussalam.2016. NILAI-NILAI
PENDIDIKAN DALAM QS. AL Ma’uN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN PAI DI PERSEKOLAHAN (Studi Tafsīr tentang QS. al-
Ma’un).Vol.3.No.1.TARBAWY.hlm.41-46.dikutip dari
https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/article/download/ .
Amin bin Abdullah asy-Syaqawi.2010. Merenungi Tafsir Surah Al Ma’un.
islam house Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah.hlm.7-9. dikutip
dari https://islamhouse.com/id/articles/311823/pdf .

Anda mungkin juga menyukai