Miftahurrohmah (0301182197)
A. PENDAHULUAN
Seorang muslim wajib mempelajari Al-Quran sehingga amat penting
dalam hal ini pendidik untuk mengenalkan makna kandungan isi,Asbab
An-Nuzul surah dalam ayat Al-Quran kepada peserta didik.
I. PENGANTAR
Kitab Al-Qur’anul karim salah satu mukjizat terbesar Nabi
Muhammad saw. yang diturunkan Allah melalui perantara malaikat
jibril,dan didalamnya terdapat pedoman hidup utama seorang muslim,
maka sudah sepatutnya kita umat islam untuk mengkaji kandungan isi
surah yang terdapat dalam Al-Qur’an sebagaimana peribahasa tak
kenal maka tak sayang,begitu pula dengan Al-Qura’n bagaimana bisa
kita menyayangi Al-Qura’an yang mulia ini jika kita pun tak tahu dan
merasa asing sama kitab kita sendiri.
II. URGENSI
Dalam hal ini pentingnya makalah ini dibuat untuk memudahkan
peserta didik maupun mahasiswa memahami Al-Qur’an dengan
mengenalkannya terlebih dahulu mengenai Asbaban An-Nuzul
(sebab turunnya ayat),kandungan isi surah,dll. dalam surah yang
terdapat di Al-Qur’an tersebut.
III. HAL-HAL YANG DIBAHAS DALAM MAKALAH
Adapun hal-hal yang akan diuraikan dalam makalah ini yaitu
a) Asbaban An-Nuzul, isi kandungan dan Hikmah yang terdapat
dalam QS. Al-Ma’un.
b) Asbaban An-Nuzul, isi kandungan dan Hikmah yang terdapat
dalam QS.AL-Fill.
c) Asbaban An-Nuzul, isi kandungan dan Hikmah yang terdapat
dalam QS.Al-‘Asr.
d) Asbaban An-Nuzul, isi kandungan dan Hikmah yang terdapat
dalam QS.Al-Qadr.
1
Shihab,M.Quraisy, Tafsir Al-Misbah: Pesan kesan dan Keserasian Al-Qura’an, (Jakarta :
Lentera Hati,2002),hlm.644.
Lalu disuatu riwayat yang ditafsirkan ahli tafsir alasan turunya ayat
4 sampai 7 dalam QS.Al-Maun berkaitan peringatan Allah kepada
siapun orang yang melakukan kebaikan karena mengaharap pujian
manusia yang ini terjadi pada zaman nabi dimana orang Munafiq
saat sedang shlat mereka dengan rasa ria memamerkan shalat dan
amal perbuatan mereka kepada kaum mu’min,namun ketika orang
mu’min tidak melihat mereka sholat mereka pun menanggalkan
sholatnya dan enggan untuk memberi bantuan kepada anak yatim
maupun fakir miskin.2
2
Shaleh,Qamaruddin,dkk.,Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-
Qur’an,(Bandung : Diponegoro,1990),hlm.613.
3
Shihab,M.Quraisy,Op. Cit.,hlm.648.
4
Muhammad Asad, The Massege of the Qur’an, (Watsonville California: The Book
Foundation,2004). hlm. 102.
1) Ara’ayta al-Lażī yukażżibu bid-Dīni
Makna “Ad-Diin” menurut al-siddieqy adalah masalah ketuhanan
dan masalah yang gaib,yaitu:
“Apakah kamu mengetahui, siapakah orang yang mendustakan
masalah ketuhanan dan masalah yang gaib? Maknanya kamu(orang
mu’min) dapat mengetahui orang itu, dengan memperhatikan tingkah
laku mereka”.
Senada dengan itu makna “Ad-Diin” menurut al-tabari adalah
mendustakan pahala dan siksa Allāh. maksudnya kata itu ialah
tahukah kamu hai Muhammad, orang yang mendustakan pahala dan
siksa Allāh, sehingga tidak mematuhi-Nya dalam hal perintah dan
larangan-Nya.
2) Fażālika al-Lażī yadu’u al-Yatīm
Menurut al-Mahali & al-Suyuti makna “Fażālika”
sesudah huruf “ ” فditetapkan adanya lafal huwa, artinya: maka
dia itulah. Senada dengan itu menurut Hamka , di dalam ayat ini
tertulis “ yadu’ul ” (dengan tasydid), artinya yang asal ialah
menolak. yaitu menolaknya dengan tangan bila dia mendekat.
Pemakaian kata “yadu’ul” yang kita artikan dengan menolakan itu
adalah membayangkan kebencian yang sangat. Rasa tidak senang
rasa jijik dan tidak boleh mendekat. Kalau dia coba mendekat
ditolakkan, biar dia jatuh tersungkur, Maka, makna ayat ini adalah
bahwa orang yang membenci anak yatim adalah orang yang
mendustakan agama walaupun dia beribadaħ, dikarenaka rasa benci,
rasa sombong dan bākhil tidak boleh ada di dalam jiwa seorang yang
mengaku beragama.
3) Wa lā yaḥuḍḍu ‘alā ṭa ‘āmi al-Miskīni
Pada ayat ke tiga ini, menguraikan ciri pendusta agama yaitu mereka
yang tidak mau menganjurkan atau memberi bantuan kepada orang
miskin. Ayat ini menggunakan kata tha’am (makanan) bukan ith’am
(memberi makanan) yang mengidentifikasikan orang yang mengajak
atau memberi tidak merasa bahwa ia telah memberi makan orang-
orang yang butuh, akan tetapi pemberian itu memang sudah menjadi
hak milik orang yang butuh itu Allah juga menyeru untuk
mengintrospeksi diri kita bahwa apa yang kita punya di dunia ini
hanya sebuah titipan Allah kepada kita, maka sudah sepantasnya kita
untuk saling mengajak dan memberi kepada mereka orang miskin
atau yang membutuhkan, dimuali dari saudara-saudara dan keluarga
dekat terlebih dahulu baru kepada masyarakat secara umum
Yang pada intinya, mereka yang dicela oleh ayat ini adalah orang-
orang yang memang memiliki sifat kikir dan tidak mau berbagi,
bukan orang-orang yang tidak dapat berbagi karena mereka memang
tidak mampu untuk berbagi. Maka turunlah ayat pada sūraħ al-Mā’ūn
ini untuk mencela orang-orang yang seperti itu karena makna ayat ini
adalah mereka termasuk orang-orang yang tidak mampu maka
mereka tidak akan menganjurkan orang lain untuk berbagi
4) Fawaylun lilmuṣallīna
Arti ‘celaka’ dalam ayat ini yaitu bagi mereka yang mempunyai
beberapa kriteria sebagai orang celaka dalam Shalātnya yang pada
ayat selanjutnya akan dijelaskan, sedangkan seseorang yang dengan
sadar bahkan sudah menjadi kebiasaan untuk tidak melaksanakan
Shalāt mereka adalah pendusta agama yang celaka karena Shalātnya.
Menurut Qutub ayat ini adalah do`a atau ancaman kebinasaan bagi
orang-orang yang Shalāt,lalu siapakah gerangan orang-orang yang
celaka dari Shalātnya itu? Maka akan dijelaskan pada ayat
selanjutnya. Senada dengan pendapat al-Jazairi huruf “ ” فdi dalam
ayat ini untuk menunjukkan pancabangan dan urutan. Pertanyaannya,
“Bagaimana bisa dikatakan ayat ini merupakan bagian dari ayat
sebelumnya?” ayat-ayat ini turun di Madīnaħ ditunjukkan kepada
orang-orang munafik sedangkan ayat-ayat sebelumnya diturunkan di
kota Makkaħ dan ditunjukkan kepada orang-orang musyrik? Ini
semua adalah akibat dari tidak adanya keimanan terhadap agama
Islām yaitu terhadap hari perhitungan dan hari pembalasan di akhirat.
Inilah sifat orangorang yang berlaku zalim. Yaitu orang yang suka
menahan hak orang lain, tidak mengasihi, dan tidak menyayanginya.
sebagaimana menurut al-Jazairi jika beriman dengan balasan yang
ada di akhirat, maka mereka akan bersegera mengamalkan kebaikan
dan meninggalkan kejelekan. Barangsiapa yang ingin melihat orang
yang mendustakan agama, maka lihatlah mereka yang melampaui
batas, berhati keras, tidak pernah menyayangi, tidak memberi dan
berbuat baik kepada fakir miskin.
5) Al-Lażīna hum ‘an ṣalātihim sāhūna
Yang terkandung dalam ayat ini adalah ayat yang menjelaskan
tentang ciri seseorang celaka dalam shalātnya, bahwa orang-orang
yang dengan sengaja melalaikan dalam menegakan shalāt yang akan
celaka dalam shalātnya, apalagi kalau dengan sengaja
meninggalkannya. Sementara al-zamakhsyari dalam al-Qurtubĩ
menguraikan dalam al-Kasysyāf (4/236) sebagai berikut:
“Apabila anda mengatakan apa perbedaan antara kalimat ‘an
ṣalātihim dan kalimat fī ṣalātihim? maka saya akan menjawab: makna
kaliamat ’an ṣalātihim adalah mereka melupakan dan lalai, mereka
jarang sekali mengingatnya. Ini adalah perbuatan orang-orang
munafik ataupun kaum muslimin yang selalu berbuat keburukan dan
kefasikan. Sedangkan makna kalimat fī ṣalātihim adalah mereka
terlupa dalam shalātnya tanpa disengaja, entah itu karena bisikan dari
syetan ataupun dari dalam dirinya sendiri. Namun hal ini adalah
sangat manusiawi dan wajar sekali, karena tidak seorang pun yang
dapat menghindarkan dirinya dari kelupaan. Bahkan Rasūl Allāh
sendiri pernah terlupa dalam shalātnya, walaupun dengan alasan yang
berbeda dengan kaum muslimin lain pada umumnya. Oleh karena itu
yang dimaksud ayat ini Allāh akan menimpakan adzab kepada orang
yang bersembahyang hanya dengan gerakan tubuh dan lisannya,
tetapi tidak kelihatan pengaruh sembahyang pada dirinya dan tidak
menghasilkan buah yang diharap dari sembahyang itu (al-
Siddieqy,2003, hlm. 4710).
6) Al-Lażīna hum yurā’ūna
Ayat ini juga menjelaskan sifat-sifat orang yang mendustakan
agama. Walaupun dia beramal, selain kadang-kadang dia bermuka
manis kepada anak yatim, kadang-kadang dia menganjurkan memberi
makan fakir miskin, kadang-kadang kelihatan dia khusyu’
sembahyang, tetapi semuanya itu dikerjakannya karena riya.
Hidupnya penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. (Hamka, 1985,
hlm. 282). Mereka melakukan perbuatan-perbuatan itu hanya karena
ingin mendapatkan pujian orang lain. Tetapi hati mereka Sama sekali
tidak mengetahui hikmah dan rahasia-rahasianya. (al-Marāgi, 1993,
hlm. 437). Kandungan dalam ayat ini menjelaskan kepada kita untuk
tidak melakukan sifat pamrih, sombong, pamer, dan sebagainya yang
sama sifatnya ayat ini juga masih mempunyai keterkaitan dengan ayat
sebelumnya yakni wail (celaka). Maka kita sebagai orang beriman
harus menjauhi sifat riya’.
7) Wa yamna’ūn al-Mā’ūna
Yang terkandung dalam ayat ini adalah mereka orang-orang yang
enggan menolong dengan barang berguna, sedangkan makna barang
berguna ini adalah barang-barang yang lazim untuk dipergunakan
dalam menolong orang lain, bisa berupa barang berharga seperti emas
atau uang atau juga barang yang bukan tergolong bernilai namum
bisa dipergunakan untuk menolong orang lain. Di samping beribadaħ
secara riya (pamer), mereka juga sangat kikir, tidakmemberikan atau
meminjamkan kepada orang lain tentang sesuatu yang biasa
dipinjamkan (al-siddieqy, 2003, hlm.4711). Maksudnya adalah
menghalangi manusia-manusia dari manfaat-manfaat yang ada pada
mereka (al-Tabari, 2009, hlm. 994-1013).
Inti kandungan pada ayat ini adalah menjelaskan
kejelekan mendustakan agama dan sifatnya, yaitu:
menyia-nyiakan kemaslahatan anak yatim, tidak mau
memperhatikannya, dan tidak mau berusaha
membantu memenuhi kepentingan orang miskin. Azab
dan kecelakaan ditimpahkan kepada orangorang yang
bersembahyang dengan hati yang lalai, yang beramal
dengan riya (pamer), dan tidak mau membantu dan
meminjamkan harta mereka kepada orang miskin juga
anak yatim.5
Dari sebuah jurnal yang saya kutip menurut Amin Bin Abdullah
Asy- Syaqawi ada beberapa hikmah pelajaran yang dapat dipetik dari
QS.Al-Ma’un yaitu
5
Fajriana Noviana,Nabila,dan Fahrudin,Aam Abdussalam,2016, NILAI-NILAI PENDIDIKAN
DALAM QS. AL Ma’uN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN PAI DI
PERSEKOLAHAN (Studi Tafsīr tentang QS. al-Ma’un) ,Vol.3 No.1, TARBAWY,hlm.41-
46.dikutip dari https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/article/download/
2) Anjuran untuk menunaikan shalat pada waktunya sebagaimana Allah
SWT berfirman:
“Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Nisa’: 103)
Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab
shahihnya dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata: Aku bertanya
kepada Nabi Muhammad SAW: Amal apakah yang paling dicintai
oleh Allah?. Beliau SAW bersabda:Shalat tepat pada waktunya”.
7
Ar-Rifa’i,Muhammad Nasib,Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,(Jakarta :
Gema Insani,2000),Jilid.IV,hlm.1046- 1049.
Artinya: Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana
Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?(1) Bukankah
Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? (2) Dan Dia
mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong (3)
yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar
(4) sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang
dimakan (ulat). (5).
Berikut ini isi kandungan surat Al Fil yang kami sarikan dari sejumlah
tafsir. Yakni Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir, Tafsir Al
Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Quran karya
Sayyid Qutb dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.
1. QS. Al- Fil ini menceritakan tentang balasan dari Allah SWT kepada
Abrahah dan pasukan bergajah yang hendak menyerbu Makkah.
2. QS. Al- Fil memotivasi Rasulullah dan umatnya, termasuklah orang kafir
Quraisy, untuk memperhatikan tanda kekuasaan Allah khususnya dari
sejsejara
8
We muslimah.com di akses pada 27 April 2020
4. Menjadi peringatan bagi setiap pribadi yang tergoda untuk
melakukan perlawanan terhadap Baitullah. Allah sendiri yang
akan menjaga Rumah-Nya. Allah melindunginya walaupun pada
saat itu masih dikelilingi oleh kemusyrikan. Maka bagaimana
dengan sekarang, saat Rumah Allah itu dikelilingi oleh orang-
orang mukmin yang berthawaf, i’tikaf, ruku, dan bersujud.
5. Memberikan kemantapan Iman bagi setiap mukmin yang
berjuang untuk melawan makar musuh Allah. Karena jika Allah
menjaga dan menyelamatkan Rumah-Nya, maka pastilah Dia
akan menjaga dan menyelamatkan orang yang berjuang untuk
agama-Nya, membela Rasul-Nya, dan hamba-hamba-Nya yang
beriman, karena martabat seorang mukmin lebih besar dari
martabat Ka’bah.9
9
Zaid bin Abdul Karim, Fiqh surah nabawwiyah. (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2016)
Muhammad untuk menerangkan kepada manusia mengenai
kerugian menyia-nyiakan waktu ketika ‘ashar.10
10
Ashiddiqi, Hasby, Tafsir Al Bayaan II,(Bandung : PT. Al-Ma’arif,1977),Jilid.II, hlm.1572.
َ } َوتَ َو
َّ اصوْ ا بِال
{صب ِْر
dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (A1-'Asr: 3)
Yaitu tabah menghadapi musibah dan malapetaka serta gangguan
yang menyakitkan dari orang-orang yang ia perintah melakukan
kebajikan dan ia larang melakukan kemungkaran.
2. dengan mengimani surah ini kita akan lebih menghargai waktu yang
kita miliki saat ini.
11
Tafsir Ibnu Katsir
Ia pernah memerangi orang-orang kafir selama 1000 bulan.
Dengan sekali tebasan senjatanya, ia mampu membunuh banyak
orang kafir. Begitulah yang ia lakukan sampai usianya menginjak
1000 bulan. Dengan bantuan pengkhianatan istrinya, orang-orang
kafir dapat memperdayanya dan hendak membunuhnya. Akan
tetapi, Allah menyelamatkannya. Sebagai rasa syukur, ia beribadah
kepada Allah. Malam harinya ia gunakan untuk shalat, sedangkan
siang harinya puasa. Mendengar cerita itu, para sahabat menangis
merindukan dapat melakukan hal yang sama. Mereka bertanya,
“wahai Rasulullah! Tahukah engkau berapa banyak pahala
Syam‟un?” beliau menjawab, “tidak tahu,” setelah itu, turunlah
surat al-Qadr. Jibril lalu berkata, wahai Muhammad, Allah telah
memberimu dan umatmu lailatul qadar. Beribadahlah pada malam
itu lebih baik daripada ibadah selama 1000 bulan.”12
{ ف َشه ٍْر ِ } لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر خَ ْي ٌر ِّم ْن أَ ْل2{ } َو َما أَ ْد َراكَ َما لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر1{ إِنَّا أَن َز ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر
{ ِرœ ْطلَ ِع ْالفَجْ } َساَل ٌم ِه َي َحتَّى َم4{ } تَنَ َّز ُل ْال َماَل ئِ َكةُ َوالرُّ و ُح فِيهَا بِإ ِ ْذ ِن َربِّ ِهم ِّمن ُك ِّل أَ ْم ٍر3
}5
Artinya :
12
Abdul Aziz Muhammad As-Salam, Menuai Hikmah Ramadhan dan Keistimewaan Lailatul Qadar,
hlm. 240.
4. Pada malam itu, turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan
izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Artinya :
13
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul Adzim, (Mesir: Darul Hadis, 2005), Juz 8, hlm. 411.
adalah jibril a.s. menurut pendapat lain menyebutkan, ar-ruh adalah
sejenis malaikat tertentu, untuk mengatur segala urusan.
C. KESIMPULAN
Isi Kandungan Surah Al-Maun adalah mengenai orang-orang yang
disebut sebagai pendusta agama yakni orang-orang yang menindas yatim,
tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang fakir dan peminta-minta,
orang riya', orang yang gemar shalat namun tidak berkenan memberi manfaat
(hal berguna) pada orang lain
Isi Kandungan Surah Al-fill adalah tentang kehancuran pasukan bergajah
berkeinginan menghancurkan Ka'bah. Pasukan bergajah diazab oleh Allah
swt. dengan mengirimkan burung ababil yang melempari mereka batu panas
sehingga mereka binasa.
Isi Kandungan Surah Al-Asr adalah berupa peringatan dan perintah dari
Allah bahwa seluruh manusia berada dalam kerugian, kerugian karena waktu
terus berjalan namun manusia terjebak dalam keterbatasan waktu ini menuju
kebinasaan. kecuali mereka yang menghabiskan waktunya untuk 3 perkara,
yaitu mereka yang beriman kapada Allah , berbuat amal kebajikan kemudian
mereka berdakwah ditengah manusia untuk mengajak manusia kepada
kebajikan dan menasehati dalam kebenaran serta mereka yang sabar.
Isi Kandungan Surah Al-Qadr adalah tentang Al-Qur'an yang
diturunkan pada malam Lailatul Qadr. Beribadah pada malam Lailatul Qadr
itu lebih baik daripada ibadah 1000 bulan. Malaikat Jibril beserta para
malaikat turun ke bumi pada malam Lailatur Qadr yaitu untuk mengatur
segala urusan yang diperintahkan oleh Allah Swt.
D. DAFTAR PUSTAKA
Shihab,M.Quraisy.2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan kesan dan Keserasian Al-
Qura’an. Jakarta : Lentera Hati.
Shaleh,Qamaruddin,dkk.1990. Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis
Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Bandung : Diponegoro.
Muhammad Asad.2004. The Massege of the Qur’an. Watsonville California:
The Book Foundation.
Abdul Aziz Muhammad As-Salam, Menuai Hikmah Ramadhan dan
Keistimewaan Lailatul Qadar,
Ar-Rifa’i,Muhammad Nasib.2000. Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir. Jakarta : Gema Insani. Jilid.IV.
Ashiddiqi, Hasby.1977. Tafsir Al Bayaan II. Bandung : PT. Al-
Ma’arif.Jilid.II.
Ibnu Katsir, 2005. Tafsir Al-Qur’anul Adzim, Mesir: Darul Hadis.
Fajriana Noviana,Nabila,dan Fahrudin,Aam Abdussalam.2016. NILAI-NILAI
PENDIDIKAN DALAM QS. AL Ma’uN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN PAI DI PERSEKOLAHAN (Studi Tafsīr tentang QS. al-
Ma’un).Vol.3.No.1.TARBAWY.hlm.41-46.dikutip dari
https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/article/download/ .
Amin bin Abdullah asy-Syaqawi.2010. Merenungi Tafsir Surah Al Ma’un.
islam house Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah.hlm.7-9. dikutip
dari https://islamhouse.com/id/articles/311823/pdf .