Anda di halaman 1dari 5

VII.

Pembahasan
Pada tanggal 17 April 2020 tepatnya pukul 08.00 WIB kami melakukan
percobaan praktikum yang dilakukan secara online dengan topic acara “Persaingan
Interspesifik Pada Tanaman” dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh persaingan
antara dua jenis tanaman jagung dan kacang hijau dan membandingkan pertumbuhan
tanaman yang ditanam secara monospecies dengan heterospecies.
Berdasarkan hasil diskusi kelompok yang telah kami lakukan secara online
bahwa pada tanaman yang ditanam lebih dari 1 dan ditanam pada 1 pot yang sama
terjadi interaksi berupa kompetisi, dimana keduanya tidak hanya memperebutkan
tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air, dan cahaya matahari
untuk melakukan fotosintesis. Kompetisi merupakan interaksi antara dua organisme
yang berusaha untuk hal sama. Interaksi kompetisi biasanya interspesifik berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan proses bertahan hidup oleh dua atau lebih spesies populasi.
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang
saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas ppada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negative terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu
jenis tumbuhan atau lebih Sumber daya alam tersebut contohnya air, hara, cahya, CO2
dan ruang tumbuh.
Adapun pengaruh terhadap biji yang direndam sebelum ditanam yaitu untuk
mengaktifkan perkecambahan pada biji Proses perkecambahan biji sangat bergantung
pada kondisi internal biji yaitu endosperm biji tersebut. Selain itu perkecambahan juga
dipengaruhi oleh kemampuan imbibisi biji serta ketersedian air dilingkungan. Secara
fisik air berperan untuk membantu melunakkan kulit biji melalui proses imbibisi. Dan
perendaman terhadap biji dalam air merupakan salah satu cara untuk mempercepat
perkecambahan. Namun lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah
sangat penting perhatikan, karena biji yang tidak direndam tidak dapat melanjutkkan
pertumbuhannya dalam tahap perkecambahan. Lama perendaman biji juga harus
diperhatikan karena setiap biji memiliki kemampuan menyerap air yang berbeda,
sehingga kapasitas air yang masuk juga berbeda. Perendaman dihentikan ketika biji
sudah menyerap air sesuai dengan kebutuhannya, biji yang direndam oleh air terlalu
lama juga kakan mengalami kerusakan jaringan akibat pecahnya lapisan kulit biji yang
disebabkan masuknya air yang berlebihan. Pada dasarnya perendaman terhadap biji ini
tidak berkaitan dengan intraksi atau persaingan interspesifik yang terjadi pada biji
tanaman yangan direndam, namun hanya berfungsi sebagai pengaktifan perkecambahan
pada biji sebelum ditanam.
Untuk mengetahui ciri-ciri khusus tersendiri pada tanaman yang mengalami
persaingan baik interspesifik maupun intraspesifik yaitu dapat dilihat dari jarak antar
tanaman ketika ditanam dalam satu wadah, di mana persaingan yang paling keras
adalah terjadi pada tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari
spesies tunggal jarang ditemukan di alamnya. Selain itu juga dapat ciri-cirinya dapat
dilihat dari interaksi kompetisi dari kedua tanaman (interspesifik) ditanam dalam satu 1
pot yang biasanya melibatkan atau memperebutkan ruang lingkup (tempat) , makanan,
nutrisi, cahaya matahari, air, unsur hara, udara, agen penyerbukan, agen dispersal dan
tipe-tipe lain dari interaksi. Adapun ciri-ciri khusus dari tanaman yang mengalami
persaingan dapat dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap persaingan
intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan, antara lain: jenis tanaman, kepadatan
tumbuhan, penyebaran tanaman, dan waktu.
a. Jenis Tanaman : pada jenis tanaman berupa faktor ini meliputi sifat biologi
tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah
pada tanaman ilalang yang memiliki system perakaran yang menyebar luas sehingga
menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun yang
lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga
menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
b. Kepadatan tumbuhan : Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat
menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang
tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
c. Penyebaran tanaman : Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan
penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya
dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman
yang menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi karena factor
penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti suhu,
cahaya, oksigen, dan air.
d. Waktu : Lamanya periode tanaman sejenis hidup bersama dapat memberikan
tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Periode 25-30
% pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap
kerugian yang disebabkan oleh kompetisi.
Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri tanaman yang mengalami persaingan dapat dilihat
apabila kedua tanaman berbeda (interspesifik) ditanam dalam satu wadah secara
bersamaan.
Adapun hipotesis hasil pengukuran tinggi dari percobaan yang kami dapatkan dari
jurnal tentang “Pengaruh Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Kacang Hijau (Vigna radiata)” bahwa
untuk hasil data tabel pada tanaman jagung yang ditanam dalam polybag selama 3
minggu menunjukkan hasil rerata tinggi tanaman jagung pada persaingan intraspesifik
yang menunjukkan perlakuan 1 dengan polybag berisi 1 tanaman jagung memperoleh
hasil paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu sebesar 35 cm. Hasil
tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2 yang mana polybag berisi 2 tanaman
jagung dengan tinggi tanaman sebesar 31,8 cm. Sedangkan jika dibandingkan dengan
perlakuan 3 dan 4 terjadi perbedaan nyata tinggi tanaman yaitu sebesar 27,4 dan 23,8.
Hasil yang didapatkan pada perlakuan 3 dan 4 lebih rendah dibandingkan perlakuan 1
dan 2, hal ini dikarenakan adanya persaingan tanaman pada perlakuan 3 dan 4 dengan
jumlah tanaman yang cukup banyak dalam satu polybag. Data tersebut jika
dibandingkan dengan literatur yang ada menurut Molles (1999) kompetisi atau
persaingan dapat diartikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada
pengurangan kemampuan hidup mereka. Dengan perlakuan penanaman benih jagung
yang lebih banyak dalam satu polybag maka akan terjadi kompetisi atau persaingan antar
sesama jenis tanaman yang biasa disebut persaingan intraspesifik untuk memperebutkan
sumber daya yang tersedia sesuai dengan pernyataan Gopal dan Bhardwaj (1979),
persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang
(tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau
faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiaptiap
organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. Sehingga pada perlakuan 3 dan 4 yang
mana terdapat cukup banyak tanaman jagung pertumbuhannya kurang optimal.
Untuk hasil hipotesis pada percobaan yang dilakukan pada tanaman kacang hijau
diperoleh data rerata tinggi tanaman tiap perlakuan selama 3 minggu menunjukkan
bahwa hasil rerata rerata tinggi tanaman yang tertinggi diperoleh dari perlakuan 2 yang
mana polybag berisi 2 tanaman sebesar 22,4 cm, hal ini tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 1 atau tanaman kontrol yang mana polybag berisi satu tanaman dengan tinggi
tanaman 21,86 cm. Sedangkan jika dibandingkan dengan perlakuan 3 dan 4
menunjukkan perbedaan nyata yang mana hasil rerata tinggi tanamannya lebih rendah
yaitu sebesar 17,4 cm dan 15,2 cm. Hal tersebut diduga karena adanya kompetisi antar
tanaman. sejenis di mana pada polybag yang berisi lebih banyak tanaman mengalami
pertumbuhan yang terhambat. Sesuai dengan Kastono (2005) yang menyatakan bahwa
kompetisi atau persaingan juga sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang
saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis
tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan
ruang tumbuh.
Untuk hipotesis hasil pengukuran tinggi pada tanaman jagung dan kacang hijau
diperoleh data rerata tinggi tanaman tiap perlakuan selama 3 minggu. Data tersebut
menunjukkan hasil rerata tinggi tanaman jagung dan kacang hijau yang ditanam secara
bersamasama dalam satu polybag. Menunjukkan bahwa pada perlakuan 1 dengan 1
tanaman jagung dan 1 tanaman kacang hijau dalam satu polybag menghasilkan rerata
tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain yaitu sebesar 36,8 cm
dan 25,6 cm. Hal tersebut berbeda nyata dengan 2 perlakuan lainnya yang mana terdapat
tanaman jagung dan kacang hijau lebih banyak jumlahnya dalam satu polybag. Dengan
adanya perbedaann nyata hasil rerata tinggi tanaman tersebut menunjukkan adanya
kompetisi atau persaingan antar jenis tanaman yang berbeda dalam satu polybag.
Semakin banyak jumlah tanaman yang berada dalam satu polybag persaingannya akan
semakin ketat untuk mendapatkan ruang, unsur hara yang terkandung. Sehingga
menghambat pertumbuhan tanaman tersebut. Dan pertumbuhan tanaman jagung lebih
tinggi dibandingkan dengan kacang hijau. Hal ini sesuai dengan teori Wolf (1990) yang
ada bahwa tanaman kacang hijau membantu pertumbuhan tanaman jagung melalui
pengikatan unsur nitrogen oleh akar tanaman kedelai yang merupakan famili
leguminoceae karena tanaman jagung merupakan tanaman yang aktif mengambil
nitrogen di dalam tanah dan juga termasuk tanaman yang rakus akan unsur hara. Adapun
persaingan yang terjadi pada perlakuan ini adalah persaingan (kompetisi) interspesifik
karena terjadi pada tanaman yang berbeda spesies.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Ekologi.2019. Modul Petunjuk Praktikum Ekologi. Universitas Muhammmadiyah


Jember. Kota Jember
Eka, Dian.2018. Pengaruh Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung (Zea mays) dan Kacang Hijau (Vigna radiata). Jurnal Agroradix. Vol. 1
No.2. Diambil dari internet online https://www.google.com/url?sa=t &source=web
&rct=j&url=http://ejurnal.unisda.ac.id/index.php/agro/article/view/923&ved=2ahUKEwj
Rz9uM1fvoAhUDXisKHYcfCGYQFjABegQIBRAC&usg=AOvVaw0S7wZOYD_9Ku
wDe4bQ3G1b. Diakses pada tanggal 21 April 2020 pukul 18.30 WIB
Chaza, Ahcmad.2015. Kompetisi Interspesifik Dan Intraspesifik Sebagai Faktor Pembatas
Biotik. Diambil dari internet online https://www.google.com/url?sa=t&source=we b&rct
=j&url=https://dokumen.tips/amp/documents/acara-5-praktikum-dasar-dasar ekologi
.html&
ved=2ahUKEwiJ5q3g1PvoAhXOeisKHcBnA_wQFjACegQIAhAB&usg=AOvVaw2s7h
zicvVEBmFyVPKrU9l&ampcf=1. Diakses pada tanggal 21 April 2020 pukul 18.30 WIB
Sahroni, Handayani, dkk. 2018. Pengaruh Perendaman Dan Letak Posisi Biji Dalam Buah
Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Kecambah Biji Kakao (Theobroma cacao
L.). Jurnal Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati. Vo;.5 No. 1 Hal: 27-36.
Diambil dari Internet Online https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ur
l=http://repository.lppm.unila.ac.id/9053/1/5.1.4_ok.pdf&ved=2ahUKEwi16ob7ufvoAh
XbT30KHRPqC3sQFjACegQICRAH&usg=AOvVaw0WXWvEcwIpcfrJUttvnbF1 .
Diakses pada tanggal 21 April 2020 pukul 18.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai