Makalah Pajak Sanksi Pajak 1
Makalah Pajak Sanksi Pajak 1
MAKALAH
SANSI PAJAK
MAKALAH
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Disusun Oleh :
( KELOMPOK 4 )
Universitas Brawijaya
NOVEMBER 201
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Ilahi robbi yang telah melimpahkan rahmat
dan petunjuk-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terimaksih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan sanksi-sansi pajak di Indonesia.
Selain itu, makalah ini kami susun dimaksudkan memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Perpajakan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami sangat menerima masukan-masukan sebagai pelajaran untuk kami kedepan supaya lebih
baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Bangsa Indonsia merupakan salah satu dari negara yang mempunyai jumlah
penduduk yang sangat banyak. Menurut data yang terakhir sumber penghasilan bangsa
Indonesia ini 95% adalah dari sektor Pajak. Dikarenakan jumlah penduduk yang sangat
banyak yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Jadi, Wajib Pajak di Inonesia juga sangat
banyak. Sedangkan Pajak sendiri mempunyai jenis atau macamnya sendiri. Sehingga
secara tidak di sadari oleh Wajib Pajak masyarakat Indonesia maka dengan sendirinya
mereka telah membayar Pajak berdasarkan jenis atau macamnya Pajak itu sendiri.
Dengan banyaknya jenis pajak di Indonesia membuat para wajib pajak tidak begitu
paham mengenai pajak. Hal itulah yang menyebabkan wajib pajak yang memenuhi
kewajibannya membayar pajak sangat sedikit. Sehingga sanksi pajak di berlakukan
kepada para wajib pajak.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya,
jika kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa
terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.
1. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi merupakan sanksi yang di kenakan pada wajib pajak yang
terkena sanksi pajak berupa pemungutan dana. Sanksi administrasi atau sanksi
pungutan dana ini di bagi menjadi 3 yaitu :
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU
perpajakan. Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase
dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi pidana.
Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau
disengaja. dimuat hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi administrasi berupa denda, bentuk
pengenaan denda, dan besarnya denda.
Sanksi denda:
Rp100.000
a. Masa PPN atau Per SPT
Rp500.000
1.000.000
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa dengan bunga
utang paiak. Penghitungan bunga utang pada umumnya menerapkan bunga majemuk (bunga
berbunga). Sementara, sanksi bunga dalam ketentuan pajak tidak dihitung berdasarkan bunga
majemuk.
Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang tidak/kurang
dibayar. Tetapi, dalam hal Waiib Paiak hanya membayar sebagian atau tidak membayar
sanksi bunga yang terdapat dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka sanksi
bunga tersebut dapat ditagih kembali dengan disertai bunga lagi.
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi bunga dalam
ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan penuh. Dengan kata lain, bagian
dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung secara harian. Untuk mengetahui
lebih ielas mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi bunga dan penghitungan
besarnya bunga dalam pajak.
Sanksi bunga:
SKPKB/T, SK Pembetulan, SK
Per bulan, atas jumlah
Keberatan, Putusan Banding yang
7. 19 (1) 2% pajak yang tidak atau
menyebabkan kurang bayar terlambat
kurang dibayar
dibayar
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi
yang paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah
pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya
dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib
Pajak tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah
pajak terutang.
Sanksi kenaikan:
kurang dibayar
Dari jumlah
3. 15 (2) Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% kekurangan pajak
tersebut
2. Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum. Dalam perpajakan
pun dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan bahwa pada dasarnya, pengenaan
sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan.
Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan kealpaan,
yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban pajak
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak kejahatan
adalah tindakan dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana di bidang
perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui. Jangka
waktu ini dihitung sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian
tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka waktu 10
(sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan
yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu selama 10 (sepuluh)
tahun.
Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi pidana pada intinya
diatur dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak format. Namun, dalam UU Perpajakan
lainnya, dapat juga diatur sanksi pidana. Sanksi pidana biasanya disertai dengan sanksi
administrasi berupa denda, walaupun tidak selalu ada.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
- tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP); atau
- tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap; atau
- memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar; atau
c. 39 ayat (2) = Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan, dikenakan pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang diatur sebagaimana
butir b.
d.39 ayat (3) = Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP, atau
menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam
rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah
restitusi yang dimohon dan atau kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak, yang
menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun
sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau
berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang
perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP yang menyangkut masalah perpajakan.
b. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
- Setiap orang yang menurut ketentuan wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta
tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti; atau memberi keterangan atau
bukti yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
- Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana
perpajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan , yang menganjurkan atau
membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Sanksi pajak sendiri di bagi menjadi 2 bagian yaitu sanksi administrasi dan sanksi
pidana. Sanski administrasi merupakan sanksi tahap awal kepada wajib pajak yang
melakukan pelanggaran. Sanksi administrasi di bagi menjadi 3 bagian yaitu Sanksi
Adrninistrasi Berupa Denda, Sanksi Aministrasi Berupa Bunga, dan Sanksi Administrasi
Berupa Kenaikan.
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan.
Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan kealpaan,
yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban pajak
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak kejahatan
adalah tindakan dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Dalam sanksi pedana terdapat 3 tipe yang di
terapkan dalam perpajakan yaitu Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan, Daluwarsa
Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan, dan Delik Aduan Dan Sanksinya.
Dedensaefudin.2011.dedensaefudin.wordpress.com/2011/03/04/sanksi-perpajakan/