Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BIOSISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA

JENIS BUNGLON

Nama : Indah Hairu Santi


NPM : F1D018048
Dosen Pengampu : Dra. Novia Duya, M.Si
Hari/Tanggal : Jumat, 20 Maret 2020

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
Bunglon
Genus Agamid, Gonocephalus (Kaup, 1825), ditandai dengan memiliki kepala miring
di daerah suprasiliar berbatasan dengan mata. Itu didistribusikan di Sunda land dan Asia
Tenggara, dikenal dari Indonesia Selatan dan Utara dan Pulau Sunda yang lebih besar di
Selatan, meluas ke Filipina di Timur. Bunglon Kalimantan memiliki pola warna yang berbeda
dibandingkan dengan yang dari Sumatra. Di Indonesia sendiri, Gonocephalus bisa ditemukan
di Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Hingga hadir, ada tujuh spesies Gonocephalus di Sumatra,
enam spesies di Kalimantan dan dua spesies di Jawa. Seperti sudah diketahui, fauna
herpetologis Sumatera adalah masih kurang dikenal dan herpetologis baru-baru ini koleksi
jarang Tergantung pada pulau Sunda lainnya, herpetofauna dari Sumatra telah diganti dan
pola distribusi yang akurat dari Gonocephalus di Sumatera masih belum diketahui (Rahmi,
2012).
Bunglon atau londok (bahasa Sunda) yaitu sejenis reptil yang termasuk ke dalam suku
(familia) Agamidae. Kadal berlainan yang masih sesuku yaitu cecak terbang (Draco spp.) dan
soa-soa (Hydrosaurus spp.). Bunglon menngcakup beberapa marga seperti Bronchocela,
Calotes, Gonocephalus, Pseudocalotes dan sebagainy.Bunglon mampu mengubah-ubanh
warna kulitnya, meskipun tidak sehebat perubahan warna chamaeleon (suku
Chamaeleonidae). Biasanya berganti dari warna-warna cerah (hijau, kuning, atau abu-abu
terang) diadakan warna yang lebih gelap, kecoklatan atau kehitaman (Rahmi, 2012).
Setiap kaki bunglon (jumlah kaki 4), terdapat 5 jari dan cakar. Kepala (caput) berbentuk
bersegi dengan panjang ± 2,4 cm, panjang moncong 1 cm, lidah bercabang, dan mata bulat
hitam. Leher (cervix) berukuran ± 1, 7 cm. Leher dorsal memiliki tonjolan bergerigi yang
dapat berdiri tegak. Tonjolan bergerigi ini sebenarnya memanjang mulai dari kepala, leher,
hingga setengah panjang punggung dorsal. Panjang badan (truncus) ± 5,2 cm, lebar badan ±
2,1 cm. Ekor (caudal) silindris, besar pada pangkal dan semakin meruncing ke arah ujung
ekor. Panjang ekor 21,5 cm dan lebar ekor 0,5 cm. Bunglon memiliki deretan sisik bintik
putih yang kontras dengan warna sisik lainnya mulai dari punggung (dorsal) mengarah ke
perut (ventral). Sisik bunglon yang kasap dapat berubah warna bergantung pada tempat yang
dihinggapinya. Bila hinggap di sekitar daun, warna sisiknya menghijau. Bila yang
dihinggapinya coklat, sisiknya pun akan berubah menjadi coklat atau kecoklatan
(Yunizarrakha, 2016).
Menurut Denger (2019), sebagian besar spesies Gonocephalus diatur dalam spesies
kelompok) dengan alasan moral persamaan phological. Saat ini ada lima kelompok diakui:
a) kelompok bornensis termasuk beyschlagi, liogaster, nensis, belli , ( denzeri ) dan spesies
Filipina sem-peri, interruptus dan sophiae ditugaskan ke grup ini di sini.
b) kelompok chamaeleontinus yang terdiri dari chamaeleontinus, doriae (2 subspesies, G. d.
doriae dan G. d. abbotti ) dan Kuhlii.
c) kelompok megalepis yang terdiri dari megalepis, klossi, lacuno-sus.
d) kelompok robinsonii yang terdiri dari robinsonii dan mjobergi (tentatif ditugaskan ke grup
e) grandis kelompok comprisiung hanya grandis.
Gonocephalus robinsonii
Genus Gonocephalus Kaup, 1825 merupakan kelompok kadal agamid arboreal milik
subfamili Draconinae tersebar di kepulauan Sunda di sebelah barat garis Wallace, Filipina,
dan daratan Tenggara Asia selatan Isthmus of Kra (dengan pengecualian populasi terisolasi G.
grandis di selatan.
G. obinsonii menunjukkan karakter morfologis dan meristik yang membedakannya
dari semua Gonocephalus lainnya spesies, khususnya dari jenis spesies genus, yaitu
Gonocephalus chamaeleontinus. Salah satu diagnostiknya karakter genus adalah adanya
lipatan gular melintang. Namun, G. robinsonii tidak memiliki lipat tetapi lipatan antehumeral
yang memanjang ke arah sisi leher. Kantung gular sangat besar mencapai ke dada —
karenanya mencegah perkembangan lipatan gular melintang — tidak seperti kebanyakan
spesies lainnya. Gonocephalus (pengecualian adalah G. megalepis dari Sumatra). Dari
pekerjaan lapangan dan pengamatan kami di penahanan kami mengetahui bahwa G.
robinsonii dapat memperluas dan melipat kantung gularnya dalam urutan yang cepat seperti
yang telah ada digambarkan sebagai perilaku tampilan spesies Draco. Perilaku seperti itu
belum pernah diamati Gonocephalus. Selain itu bentuk kantung gular di G. robinsonii berbeda
dengan semua spesies lainnya di Indonesia Gonocephalus karena memiliki ujung bulat
panjang dan sempit Pada semua spesies Gonocephalus kecuali G. robinsonii lambang nuchal
(dan kadang-kadang dorsal) dipisahkan secara lateral dari timbangan nuchal (atau timbangan
dorsal, masing-masing) oleh satu atau lebih barisan sisik yang diperbesar. Dalam G.
robinsonii itu puncak nuchal dibentuk oleh skala triangular individu tanpa skala signifikan
diperbesar di kedua sisi, seperti yang terjadi untuk puncak punggung (Denger, 2012).
Gambar 1. Gonocephalus robinsonii
Gonocephalus robinsonii memiliki sepasang tonjolan oksipital khas yang tidak diamati
di spesies lain dari Gonocephalus. Dalam spesimen hidup dan diawetkan struktur ini paling
menonjol dekat dengan daerah supraokular posterior dan kemudian menurun tinggi ke
punggung bukit yang kurang menonjol yang berjalan menuju timbulnya nuchal crest. Dari
pandangan dorsal dalam hidup tonjolan muncul berbentuk V atau U dengan timbulnya puncak
nuchal membentuk pusat. Punggung ditutupi dengan skala yang sedikit diperbesar
dibandingkan dengan yang di sekitarnya. CT scan mengungkapkan bahwa struktur ini adalah
bagian dari morfologi tengkorak dan terdiri dari tulang tonjolan parietal (Gambar 2). Tonjolan
ini berjalan di sepanjang tepi luar parietal dan dihubungkan oleh pelek lurus dan rendah
setengah di belakang foramen frontoparietal dan ujung posterior parietal. Antara kadal agamid
dari subfamili Draconinae, tonjolan tulang oksipital yang menonjol untuk genus monotip
Sumatera Dendragama, yaitu Dendragama boulengeri (Denger, 2015).

Gambar 1. Morfologi tengkorak Gonocephalus robinsonii


Genus agamid, Gonocephalus (Kaup, 1825), ditandai dengan memiliki kepala miring di
daerah suprasiliar berbatasan dengan mata. Itu didistribusikan di Sunda land dan Asia
Tenggara, dikenal dari Indonesia Selatan dan Utara dan Pulau Sunda yang lebih besar di
Selatan, meluas ke Filipina di Timur. Bunglon Kalimantan memiliki pola warna yang berbeda
dibandingkan dengan yang dari Sumatra. Di Indonesia sendiri, Gonocephalus bisa ditemukan
di Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Hingga hadir, ada tujuh spesies Gonocephalus di Sumatra,
enam spesies di Kalimantan dan dua spesies di Jawa. Seperti sudah diketahui, fauna
herpetologis Sumatera adalah masih kurang dikenal dan herpetologis baru-baru ini koleksi
jarang Tergantung pada pulau Sunda lainnya, herpetofauna dari Sumatra telah diganti dan
pola distribusi yang akurat dari Gonocephalus di Sumatera masih belum diketahui (Rahmi,
2012).
Gonocephalus grandis
Timbangan dari kepala dan tubuh Gonocephalus grandis memiliki pola permukaan
yang berbedastruktur bawah. Beberapa dari mereka memiliki pola sarang lebah tetapi
permukaan yang lain halus atau sedikit. Timbangan dari kedua jenis ini bisa terjadi pada
waktu dan wilayah yang sama di kepala dan tubuh. Organ-organ indera telah ditemukan pada
skala dari semua wilayah kepala dan tubuh. Data pada pografi telah diterbitkan dalam karya
kami sebelumnya. Kepadatan maksimal reseptor dalam integumen Gonocephalus
grandis berada pada skala di wilayah anterior kepala (hingga 10 - 15 organ pada pelindung
labial dan timbangan). Lebih sedikit reseptor pada hidung, postoculars dan caudal dorsal
(hingga 3 - 6 pada setiap skala). Sisik sisi punggung dan perut memiliki jumlah minimal
reseptor (1 - 3 dan 1 - 2 pada setiap skala sesuaiingly), beberapa sisik tanpa organ indera.
Merasakan organ dari sisik dengan sarang madu mikro sedikit cembung, dikelilingi oleh
alurnya agak dangkal dan memiliki satu yang relatif tebal (sekitar 7 μm) dan bulu lurus
panjang (hingga 45 μm). Beberapa reseptor dari timbangan dari punggung permukaan kepala
memiliki bulu yang patah. Satu reseptor yang ditemukan di sini memiliki sedikit bulu yang
berbeda panjang. Reseptor dari sisik dengan permukaan yang sedikit dihiasi sebagai dan juga
dari sisik dengan pola sarang lebah dikelilingi oleh alur yang agak dangkal tetapi dalam
tradistinction sampai akhir mereka memiliki permukaan cekung
dan tidak memiliki bulu (Ananjeva, 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Ananjeva, N. B.Y., N. 1996. Some Evidence Of Gonocephalus Species Complex
DivergenceBasing On Skin Sense Organs Morphology. Russian Journal of
Herpetology. 3 (1): 82-88.

Dezer, W., U. M, K. M. 2015. The systematic status of Gonocephalus robinsonii Boulenger,


1908. Zootaxa. 4039 (1): 129–144.

Denzer, W., U, M. 2009. Remarks on the type specimen of Gonocephalus mjobergi Smith,
1925 (Sauria: Agamidae). Bonner zoologische Beiträge. 56 (4): 255-258.

Rahmi, Y., K, M. Jimmy A. M. 2012. The Distribution Of Gonocephalus Species (Reptilia,


Iguania, Agamidae) On Sumatra, Indonesia. International Symposium for Sustainable
Humanosphere. 1(1): 119-128.

Yunizarrakha, M. E., S., M. A. S. 2018. Reptil (Filum Squamata Dan Chelonia) Di Desa
Malintang, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Indonesia: Studi Pendahuluan.
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah. 3 (1): 2623-1611.

Anda mungkin juga menyukai